BAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. golongan usia (Tarigan, 1993). Di Indonesia penderita karies sangat tinggi (60-

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (Al Shamrany, 2006). Salah satu penyakit gigi yang banyak terjadi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Rongga mulut manusia tidak terlepas dari berbagai macam bakteri, diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. pada permulaan terjadinya karies gigi (Purnamasari et al., 2010). Namun, tanpa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam rongga mulut. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (2006) menunjukan

BAB 1 PENDAHULUAN. ke dentin kemudian ke pulpa (Tarigan, 2013). Penyakit karies dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan tanaman obat di Indonesia perlu digali lebih mendalam, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Minyak atsiri adalah minyak eteris (essential oils) atau minyak terbang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada

BAB I PENDAHULUAN. pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti mycobacterium, staphylococcus,

BAB 1 PENDAHULUAN. mulut dan bersama grup viridans lainnya umum terdapat di saluran pernapasan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam menilai kesehatan rongga mulut secara umum. Kebiasaan yang sering

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Rongga mulut manusia tidak pernah terlepas dari bakteri. Dalam rongga mulut

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berdasarkan ada atau tidaknya deposit organik, materia alba, plak gigi, pelikel,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak/biofilm, dan diet. Komponen diet

BAB I PENDAHULUAN. 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut tidak lepas dari peran mikroorganisme, yang jika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Streptococcus sanguis merupakan bakteri kokus gram positif dan ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cermin dari kesehatan manusia, karena merupakan

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi pada jaringan keras gigi yang bermula dari ke dentin berlanjut ke

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur

BAB I PENDAHULUAN. Kismis adalah buah anggur (Vitis vinivera L.) yang dikeringkan dan

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008). Tanaman ini sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara dan di

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dari kesehatan umum (Ramadhan dkk, 2016). Kesehatan gigi dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat

dan jarang ditemukan di Indonesia (RISTEK, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan alam banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan, termasuk dalam

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Plak dapat berkalsifikasi menjadi kalkulus atau tartar. Plak dapat terlihat dengan

BAB I PENDAHULUAN. mampu membentuk polisakarida ekstrasel dari genus Streptococcus. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalangan masyarakat. Kebutuhan akan perawatan ortodonti saat ini meningkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus sanguis adalah jenis bakteri Streptococcs viridans yang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemanfaatan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan berkembang dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BIJI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh keseluruhan (Tambuwun et al., 2014). Kesehatan gigi dan mulut tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kavitas oral ditempati oleh bermacam-macam flora mikroba, yang berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. 1 Karies gigi merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini perhatian masyarakat untuk kembali memakai bahan alam

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kelompok mikroba di dalam rongga mulut dan dapat diklasifikasikan. bakteri aerob, anaerob, dan anaerob fakultatif.

BAB I PENDAHULUAN. Flora di rongga mulut pada dasarnya memiliki hubungan yang harmonis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sejak tahun 1960 ketika Fitzsgerald dan Keyes melakukan percobaan pada binatang

BAB 1 PENDAHULUAN. nyeri mulut dan nyeri wajah, trauma dan infeksi mulut, penyakit periodontal,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranahta

I. PENDAHULUAN. antara lain: disebabkan oleh penyakit infeksi (28,1 %), penyakit vaskuler

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB I PENDAHULUAN. dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat pada semua

BAB I PENDAHULUAN. penyakit periodontitis (Asmawati, 2011). Ciri khas dari keadaan periodontitis yaitu gingiva kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. massa koloni bakteri kompleks yang terorganisasi dalam matriks intermikrobial

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

I. PENDAHULUAN. maupun yang berasal dari alam (Karadi dkk., 2011). dibandingkan obat modern (Hastari, 2012).

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pepaya (Carica Papaya) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Tropis. Pusat penyebaran tanaman diduga berada dibagian selatan Meksiko dan Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini turut menyebar ke berbagai benua dan negara, termasuk ke benua Asia. Penyebaran tanaman pepaya dimulai dari India ke berbagai negara tropis lainnya, termasuk Indonesia dan pulau-pulau di Lautan Pasifikpada abad ke 17 (Kalie, 1994). Pepaya (Carica papaya) adalah tumbuhan neutraceutical yang memiliki berbagai aktivitas farmakologis. Seluruh bagian tanaman memiliki nilai obat (Aravind et al dalam Peter et al, 2014). Penggunaan dalam hal medis, bagianbagian dari pepaya tersebut dibuat menjadi ekstrak atau rebusan (Iwu et al dalam Peter, 2014). Ekstrak buah dan biji mempunyai aktivitas antibakteri melawan Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Escherischiacoli, dan Pseudomonas auroginosa (Tang et al; Emeruwa dalam Peter et al, 2014). Aktivitas antibakteri daun pepaya telah terbukti memiliki efek antibakteri terhadap bakteri gram positif yaitu Bacillus subtilis, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus aureus, maupun gram negatif yaitu Escherichia coli, dan Klebsiella pneumoniae (Suresh et al dalam Setyowati, 2011). Ekstrak akar pepaya menunjukkan aktivitas yang

lebih tinggi terhadap semua bakteri gram positif daripada gram negatif, sedangkan ekstrak daun pepaya yang menggunakan pelarut air menunjukkan penghambatan yang lebih tinggi melawan bakteri daripada pelarut organik. Ekstrak pepaya tersebut menunjukkan aktivitas antibakteri yang lebih tinggi terhadap semua bakteri gram positif daripada gram negatif (Anibijuwonet al, 2009). Ekstrak pepaya juga memiliki tingkat aktivitas yang tinggi terhadap bakteri resisten antibiotik. Salah satu mikroorganisme yang menunjukkan kerentanan terhadap ekstrak ini adalah Pseudomonas auruginosa (Suresh et al, 2008). Formulasi herbal yang dikandung oleh daun pepaya dan akar atau daun pepaya saja memiliki aktivitas antibakteri melawan Salmonella typhy, S. Paratyphy, dan S. Typhimurium (Krishna, 2008). Senyawa antibakteri yang terdapat di pepaya adalah papain, alkaloid, flavonoid, dan saponin. Papain terdapat pada seluruh bagian pohon kecuali akar (Anonymous dalam Peter et al, 2014). Papain bersifat antibakteri karena dapat mencerna protein bakteri (Pakki et al, 2009). Mekanisme kerja senyawa flavonoid adalah menghambat sistem DNA dan RNA bakteri, menghambat membran sitoplasma yang membuat hilangnya sistem pertahanan sel bakteri dan mengganggu energi bakteri (Cushnie dalam Arzanudin, 2015). Saponin ketika berinteraksi dengan bakteri maka bakteri akan pecah (Poeloengan dalam Arzanudin, 2015). Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri dengan cara mengganggu penyusun peptidogligan pada sel bakteri (Jati et al dalam Arzanudin, 2015).

Streptococcus mutans merupakan mikroorganisme di dalam mulut yang paling kariogenik (Lavelle, 2013). Streptococcus mutans mampu mensintesis pilisakarida ekstra selular glukan, dapat memproduksi asam laktat melalui proses homofermentasi, membentuk koloni yang melekat erat dengan permukaan gigi, dan lebih bersifat asidogenik daripada spesies Streptococcus lainnya. Berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh Streptococcus mutans, hal ini menjadikan Streptococcus mutans sebagai target utama dalam upaya mencegah terjadinya karies (Sabir, 2005). Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin, dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa, dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga ph plak akan menurun sampai di bawah 5 dalam tempo 1-3 menit. Penurunan ph yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan proses kariespun dimulai. Karies bisa terbentuk jika terjadi interaksi antara faktorfaktor penyebab karies, seperti host (gigi), mikroorganisme penyebab karies, substrat (makanan), dan waktu (Kidd, E.A. dan Bechal, S.J., 1991). Merupakan flora normal dalam rongga mulut yaitu Streptococcus mutans, Staphylococcus sp dan Lactobacillus sp. Meskipun flora normal, bakteri tersebut bisa menjadi patogen jika ada faktor predisposisi yaitu kebersihan rongga mulut. Sisa-sisa makanan akan diuraikan oleh bakteri dan menghasilkan asam, asam

yang terbentuk menempel pada email menyebabkan demineralisasi akibatnya terjadi karies (Jawetz, 2005). Antigen I/II merupakan gen yang berhubungan langsung dengan perlekatan Streptococcus mutans pada permukaan gigi yang dilapisi oleh saliva. Antigen I/II merupakan adesin multifungsional yang memfasilitasi ikatan bakteri pada komponen pelikel email (Fatmawati, 2015). Salah satu antigen Streptococcus mutans yang paling sering diuji adalah glukosiltransferase (GTF). GTF adalah enzim yang mengkatalis pembentukan polisakarida ekstrasel yang lengket dari sukrosa. Polisakarida ini bertanggung jawab untuk daya lengket Streptococcus mutans (Kidd, 1991). Enzim glukosiltransferase menghasilkan polimer glukan yang tidak larut air yang akan membentuk Glucan Binding Protein (GBP). Hal ini berperan pada adesi dan akumulasi (Fatmawati, 2015). Daun kersen yang memiliki kandungan tanin, flavonoid, serta senyawa polifenol mampu menghambat aktivitas glukosiltransferase pada Streptococcus mutans (Isnarianti et al, 2013). Jeruk nipis yang memiliki senyawa bermanfaat yang salah satunya adalah saponin dan flavonoid mampu menghambat aktivitas glukosiltransferase (Purwanti, 2013). Kandungan flavonoid yakni kuersetin, kamferol, asam ellagat, dan mirisetin mempunyai efek menghambat aktivitas enzim glukosiltransferase. Glukan tidak larut air yang dihasilkan dari pemecahan sukrosa oleh enzim glukosiltransferase yang disintesis oleh Streptococcus mutans mempunyai peranan penting dalam terjadinya karies. Penghambatan aktivitas glukosiltransferase oleh flavonoid terjadi karena senyawaa ini terdiri dari gugus

fenol yang dapat mempengaruhi permeabilitas membran sitoplasma sel bakteri dan menonaktifkan enzim-enzim bakteri (repository UGM). Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang efektivitas ekstrak daun pepaya (Carica papaya) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. 1.2 Rumusan Masalah Apakah ekstrak daun pepaya (Carica papaya) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans penyebab karies? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun pepaya (Carica papaya) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans penyebab karies. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat tentang salah satu manfaat dari daun pepaya yang berkhasiat sebagai antibakteri. 2. Bagi Pemerintah Sebagai informasi ilmiah bagi pemerintah dalam mensosialisasikan manfaat daun pepaya. 3. Bagi Ilmu Kedokteran Gigi

Memberikan informasi tentang manfaat ekstrak daun daun pepaya yang dapat dikembangkan menjadi bahan preventif untuk mencegah karies. 4. Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan untuk peneliti selanjutnya untuk meneliti tentang efektivitas ekstrak daun pepaya terhadap mikroorganisme lainnya dan untuk mengembangkan ekstrak daun pepaya sebagai bahan preventif untuk mencegah karies. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini membahas tentang efektivitas ekstrak daun pepaya (Carica papaya) konsentrasi 90%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutanspenyebab karies. Pembuatan ekstrak daun pepaya menggunakan metode maserasi (merendam simplisia didalam wadah menggunakan pelarut penyaring selama beberapa hari sambil sesekali diaduk). Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Penelitian Eksperimental Laboratorium yang dilakukan di Labor Biota Sumatra dan Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.