REKAYASA JALAN REL. MODUL 11 : Stasiun dan operasional KA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

dokumen-dokumen yang mirip
P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 22 TAHUN 2003 TENTANG PENGOPERASIAN KERETA API. MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI. mendekati kapasitas lintas maksimum untuk nilai headway tertentu. Pada

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Tipikal Tata Letak Dan Panjang Jalur Di Stasiun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Rancangan Tata Letak Jalur Stasiun Lahat

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analaisis Tata Letak Jalur pada Stasiun Muara Enim

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan bentuk Tata Letak Jalur pada Stasiun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun

BAB III LANDASAN TEORI. A. Kajian Pola Operasi Jalur Kereta Api Ganda

PD 3 PERATURAN DINAS 3 (PD 3) SEMBOYAN. PT Kereta Api Indonesia (Persero) Disclaimer

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 110 TAHUN 2017 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTRAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : PM. 35 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA DAN STANDAR PEMBUATAN GRAFIK PERJALANAN KERETA API

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i ABSTRAK...ii DAFTAR ISI...iii. A. DAOP III Cirebon... II-1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sejalan dengan perkembangan teknologi automotif, metal, elektronik dan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Tipikal Tata Letak dan Panjang Efektif Jalur Stasiun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. angkutan kereta api batubara meliputi sistem muat (loading system) di lokasi

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

KINERJA OPERASI KERETA BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA

Analisis Pola Operasi Mempawah-Sanggau Kalimantan Barat

III. METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun

BAB III LANDASAN TEORI

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086), sebagaimana telah diubah dengan Perat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

REKAYASA JALAN REL. MODUL 8 ketentuan umum jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

REKAYASA JALAN REL. Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran Dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional

Kajian Pola Operasi Jalur Ganda Kereta Api Muara Enim-Lahat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

WESEL (SWITCH) Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian telah diatur ketentuan-ketentuan mengenai lalu lintas dan angkutan kereta api;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KNKT/KA.04.02/

*35899 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 69 TAHUN 1998 (69/1998) TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1998 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR STUDI POLA OPERASI JALUR KERETA API GANDA SEMBAWA-BETUNG 1

2 2015, No.322 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722) 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publi

Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Lintas Cirebon Kroya Koridor Prupuk Purwokerto BAB I PENDAHULUAN

EVALUASI KINERJA OPERASIONAL JALUR GANDA KERETA API ANTARA BOJONEGORO SURABAYA PASARTURI

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUMBURAN KA S1 SRIWIJAYA DAN KA BBR4 BABARANJANG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN AKHIR KNKT

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN AKHIR KNKT

Naskah Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

KINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Perancangan Tata Letak Jalur di Stasiun Betung

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN OBJEK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API DARI STASIUN PEKALONGAN KE STASIUN TEGAL

KNKT/KA /

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN [LN 2007/65, TLN 4722]

Tabel Jumlah Penduduk di Indonesia. Tahun Jumlah Penduduk ,5 179,4 205,1 237,6

PENGANTAR TEKNIK TRANSPORTASI TERMINAL. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 12 (Duabelas)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

LAPORAN AKHIR KNKT

TERMINAL. Mata Kuliah : Topik Khusus Transportasi Pengajar : Ir. Longdong Jefferson, MA / Ir. A. L. E. Rumayar, M.Eng

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah dan pemersatu wilayah.

LAPORAN PERISTIWA KECELAKAAN KERETA API

Transkripsi:

REKAYASA JALAN REL MODUL 11 : Stasiun dan operasional KA

OUTLINE : a) Terminal KA stasiun b) Sistem pengoperasian dan pengamanan perjalanan KA c) Pengenalana Rambu/Semboyan pada kereta api d) Grafik Perjalanan KA ( GAPEKA)

PENDAHULUAN Selain membutuhkan ketersedian jalan rel dan kendaraan (lokomotif dan kereta/gerbong), moda transportasi kereta api dalam menjalankan fungsinya memerlukan fasilitas untuk : a) Memberikan pelayanan naik/turunnya penumpang b) Tempat bongkar muat barang angkutan c) Menyusun lokomotif/kereta/gerbong menjadi rangkaian yang dikehendaki dan penyimpanan kereta d) Memberikan kemungkinan kereta api berpapasan e) Pemeliharaan dan perbaikan kendaraan jalan rel

PENDAHULUAN Selain membutuhkan ketersedian jalan rel dan kendaraan (lokomotif dan kereta/gerbong), moda transportasi kereta api dalam menjalankan fungsinya memerlukan fasilitas untuk : a) Memberikan pelayanan naik/turunnya penumpang b) Tempat bongkar muat barang angkutan c) Menyusun lokomotif/kereta/gerbong menjadi rangkaian yang dikehendaki dan penyimpanan kereta d) Memberikan kemungkinan kereta api berpapasan e) Pemeliharaan dan perbaikan kendaraan jalan rel Diperlukan peralatan,perlengkapan, bangunan dan emplasemen STASIUN

EMPLASEMEN DEFINISI : Bagian dari komplek stasiun yang berupa lapangan terbuka dan terdiri dari susunan jalan rel kereta api beserta kelengkapannya. Dalam menggambarkan skema emplasemen, jalan rel ditunjukkan dengan garis tunggal emplasemen Menurut besar/kecilnya Menurut kegunaan

Emplasemen Stasiun Kecil Untuk memungkinkan kereta api bersilangan dan bersusulan, di emplasemen kecil terdapat dua atau tiga jalan rel, terdiri daei satu jalan rel terusan dan satu atau dua jalan rel silangan/susulan

Emplasemen Stasiun Sedang Memiliki jumlah jalan rel lebih banyak dibandingkan stasiun kecil.

Emplasemen Stasiun Besar Jalan rel pada stasiun besar tidak semua berdampingan letaknya, tetapi dapat dlaam bentuk perpanjangannya. Pada stasiun besar, pelayanan penumpang, barang dan langsiran dipisahkan

Menurut kegunaannya Emplasemen stasiun/penumpang Emplasemen langsir Emplasemen stasiun cabang/pencantuman Emplasemen traksi Emplasemen barang

Emplasemen stasiun/penumpang Digunakan untuk memberikan kesempatan kepada penumpang untuk membeli karcis, menunggu datangnya kereta samapi naik kereta melalui peron

Emplasemen stasiun pencatuman atau cabang Direncanakan agar peralihan kereta api antaer lintas cabang dengan lintasan induk dapat dilakukan dengan mudah

Emplasemen penyusun /depo kereta Tempat untuk membersihkan, memeriksa, memperbaiki kerusakan kecil dan melengkapi kereta kereta kembali menjadi rangkaian kereta yang disiapkan di sepur untuk diberangkatkan

Emplasemen barang Dibuat khusus untuk melayani pengiriman atau penerimaan barang. Umumnya terletak didaerah industri, perdagangan atau pergudangan. Contoh stasiun Gedebage, Dry port cikarang

Emplasemen langsiran Dibuat untuk melangsir atau memisahkan rangkaian kereta yang datang dari berbagai jurusan menjadi rangkaian baru yang siap untuk melakukan perjalanan lagi sesuai dengan tujuannya. Kegiatan langsir yang dilakukan adalah sebagai berikut : Gerbong yang datang dipisahkan(dilepas dari rangkaian kereta api) Setelah dipisah, maka dipilah berdasarkan jurusan yang akan dituju Kemudian diurutkan berdasarkan urutan stasiun tujuan Kemudian dirangkai menjadi rangkaian kerera api yang siap diberangkatkan

1. Langsiran kedatangan 2. Langsiran pemisahan 3. Langsiran pemilahan dan keberangkatan

SISTEM DAN MANAJEMEN OPERASIONAL OPERASI PERKERETAPIAN : Suatu kegiatan terpadu dari seluruh usaha penggerak sejumlah sarana angkutan melalui jalan-jalan rel yang diatur berdasarkan pola grafik perjalanan kereta api (GAPEKA) sebagai hasil masukan perencanaan, penganggaran, penjadwalan pelaksanaan operasi dan informasi GAPEKA (Grafik Perjalanan Kereta Api) : memuat perencanaan gerakan sarana yang menghubungkan asal dan tujuan sejumlah jenis kereta api yang sesuai dengan formasi program daya angkut guna mendukung kebutuhan pasar dalam kurun waktu tertentu berdasarkan jadwal.

PENGAMANAN JALAN DI KA Pada satu sepur tertentu tidak boleh berada lebih dari satu kereta api di waktu yang sama Di stasiun, kereta api hanya diperbolehkan masuk ke sepur yang kosong Untuk kemanan di lintas bebas, suatu kereta api tidak diperbolehkan berangkat dari stasiun sebelum petak jalan yang akan dilaluinya telah ditinggalkan oleh kereta api terdahulu

SEMBOYAN : pesan yang bermakna bagi petugas yang berkaitan dengan perjalanan kereta api sebagai : a) Perintah atau larangan, yang ditunjukkan/diperagakan melalui orang atau alat berupa wujud, warna, cahaya atau bunyi, meliputi : 1) isyarat; 2) sinyal; dan 3) tanda. b) Pemberitahuan tentang kondisi jalur, pembeda batas, dan petunjuk tertentu yang ditunjukkan melalui marka. ISYARAT adalah semboyan yang disampaikan oleh pengatur perjalanan kereta api atau petugas atau pihak lain dalam bentuk peragaan, bunyi, atau alat tertentu. TANDA adalah semboyan berupa alat atau benda untuk memberikan petunjuk yang berada pada jalur kereta api atau melekat pada sarana.

CONTOH ISYARAT : Semboyan 2A, (Isyarat Berjalan Hati-Hati) Kereta Api berjalan hati-hati dengan kecepatan tidak melebihi 40 km/jam Semboyan 2C, (Isyarat Berjalan Hati-Hati) Kereta Api berjalan hati-hati dengan kecepatan tidak melebihi 5 km/jam, atau setara dengan kecepatan orang berjalan kaki Semboyan 2B, (Isyarat Berjalan Hati- Hati) Kereta Api berjalan hati-hati dengan kecepatan tidak melebihi 20 km/jam Semboyan 3, (Isyarat Berhenti) Kereta Api harus berhenti. KA tidak diperbolehkan memasuki bagian jalan yang membahayakan perjalanan KA

SINYAL DAN SEMBOYAN SINYAL adalah semboyan tetap yang diperagakan melalui alat berupa wujud, warna dan/atau cahaya. digunakan untuk memberikan informasi kepada masisnis apakah BOLEH BERJALAN atau HARUS BERHENTI. Sinyal yang dapat menunjukkan semboyan berhenti disebut Sinyal Utama (stop signal) Umumya sinyal dapat menunjukkan dua semboyan, yaitu : a. berhenti b. Tak aman Sinyal muka (distance signal) digunakan untuk memberitahukan pada jarak jauh tentang kedudukan sinyal utama berikutnya (dapat memberikan dua semboyan) Karena KA tidak diharuskan berhenti di sinyal muka, maka semboyan berhenti diganti dengan berjalan pelan-pelan. Yang artinya sinyal utama berikutnya menunjukkan sinyal berhenti atau tidak aman

CONTOH SINYAL : Semboyan 5, (Sinyal Utama) Kereta Api diperbolehkan berjalan melewati sinyal utama memasuki stasiun atau memasuki petak blok sesuai dengan kecepatan yang diizinkan. Semboyan 7, (Sinyal Utama) Kereta Api harus berhenti dimuka sinyal yang dihadapi. Semboyan 6, (Sinyal Utama) Kereta Api diperbolehkan berjalan hati-hati melewati sinyal utama memasuki stasiun atau memasuki petak blok dengan kecepatan terbatas.

CONTOH TANDA : Semboyan 21, (Tanda Akhiran Kereta Api) Petunjuk kepada petugas yang terkait dengan perjalanan KA mengenai posisi akhiran pada rangkaian KA. Semboyan 18 (Tanda Batas Ruang Bebas) Petunjuk kepada petugas yang terkait dengan perjalanan KA bahwa rangkaian KA tidak boleh melampaui batas ruang bebas.

OPERASIONAL PERJALANAN KERETA API DI STASIUN Di stasiun, arus kedatangan dan keberangkatan kereta api diatur oleh petugas stasiun yang disebut PPKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api) Saat di stasiun, KA dapat berhenti ataupun berjalan menerus. PROSEDUR KEBERANGKATAN : Petugas PPKA memberikan semboyan 40 sebagai tanda bahwa jalur aman untuk keberangkatan kereta api. Kemudian masinis membunyikan pluit sebagai responnya (semboyan 35) setelah melihat sinyal aman

OPERASIONAL PERJALANAN KERETA API DI STASIUN PROSEDUR KEDATANGAN KA Petugas PPKA memberikan semboyan 1 sebagai tanda bahwa Stasiun siap menerima kedatangan KA

Contoh semboyan lainnya

Contoh semboyan lainnya

PROSES PERENCANAAN GAPEKA

Undang Undang nomor 23 tahun 2007 pasal 121 ayat ( 2 ) berbunyi sebagai berikut : Grafik perjalanan kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat oleh pemilik prasarana perkereaapian sekurang kurangya berdasarkan a. Jumlah kereta api b. Kecepatan yang diijinkan c. Relasi asal tujuan, dan d. Rencana persilangan dan penyusulan

Kepadatan lalu lintas BB1 > lintas AA1 Banyaknya kereta api atau frekuensi maksimum pada satu lintas pada kurun waktu tersebut disebut kapasitas lintas (line capacity)

Kapasitas Lintas frekuensi tertinggi yang dapat dicapai satu lintas pada kurun waktu tertentu. Dipengaruhi oleh : 1. Tingkat pelayanan atau keterampilan para karyawan yang menangani/mengatur perjalanan kereta api 2. Peralatan yang mampu memberikan kemudahan masuk/keluarnya sarana di dlaam emplasemen stasiun 3. Jarak lintas dan kecepatan sarana 4. Banyaknya jalur yang dapat digunakan

Kapasitas Lintas Kapasitas lintas adalah banyaknya kereta api yang dapat dioperasikan pada satu petak jalan per satuan waktu. Biasanya diambil satu hari, jadi satuannya adalah ka/hari. Dalam menentukan suatu lokasi pada jalur rel, maka dikenal hierarki sebagai berikut : Petak Jalan : Lokasi antara 2 stasiun atau antara 2 blok sinyal Antara : Lokasi Petak antara 2 stasiun besar Lintas : Biasanya sesuai dengan historis pada saat membangun Koridor : Biasanya berhubungan dengan OD (origindestination)

Kapasitas Lintas C = 864 60 D V + t Dimana : C = Kapasitas lintas (Ka/hari) D = Jarak antar stasiun (Km) V = Kecepatan rata-rata Kereta api (Km/jam) t = Waktu pelayanan sinyal (menit) Kecepatan yang digunakan salam perhitungan kapasitas lintas adalah kecepatan rata-rata, dengan persamaan : V = n p V p + n b V b n p + n b Dimana : Vp = Kecepatan kereta penumpang (Km/jam) Vb = Kecepatan kereta barang (Km/jam) np = Jumlah kereta penumpang nb = Jumlah kereta barang

Kapasitas Lintas Waktu pelayanan sinyal, besarnya sangat bergantung kepada kecepatan respon peralatannya, sinyal elektrik akan lebih cepat operasinya daripada sinyal mekanik, sinyal elektrik tanpa dipusatkan (non CTC) akan lebih lambat dibandingkan yang dipusatkan (CTC). Dari kecepatan respon diatas, maka waktu pelayanan peralatan sinyal adalah sebagai berikut : t = 8,5 menit (sinyal mekanik) t = 5,5 menit (sinyal mekanik dengan blok) t = 2,5 menit (sinyal elektrik) t = 0,75 menit (sinyal elektrikdengan CTC)

Kapasitas Lintas Contoh: Kapasitas lintas antara Cikampek-Cirebon Petak terjauh adalah stasiun Cankring-Cirebon dengan jarak (D) = 9,13 Km Kecepatan Kereta rata-rata (V) = 85 Km/jam Kapasitas eksisting (C) = 72 Ka/hari menggunakan sinyal mekanik (t = 5,5 menit). Jika kecepatan naik menjadi 100 Km/jam, berapa kapasitas lintas? C = Jika digunakan sinyal elektrik (t = 2,5 menit), berapa kapasitas lintas? C = 864 60 9.13 100 + 5.5 = 79 ka/hari 864 60 9.13 100 + 2.5 = 97 ka/hari