BAB I PENDAHULUAN. Melalui kegiatan itu manusia dapat memenuhi tuntutan hidupnya yang semakin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. bersifat terbuka, perdagangan sangat vital bagi upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan upaya untuk mewujudkan masyarakat

ekonomi Kelas X BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Sentral Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang dapat diidentifikasikan dari tingkat pertumbuhan ekonominya.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

I. PENDAHULUAN. kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pembiayaan (financing institution) merupakan badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan besar terhadap dunia usaha. Tingkat kesejahteraan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi merupakan salah satu bentuk badan usaha yang sesuai dengan. badan usaha penting dan bukan sebagai alternatif terakhir.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perbankan di Indonesia diatur dalam UU Nomor 10 tahun 1998

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 31 Tahun 1992 TLN Nomor 3472, Pasal 4. Aditya Bakti, 2003), hal 86. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia pada umumnya sudah mengenal siapa itu konsumen. 2

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus senantiasa memperhatikan keserasian, keselarasan, dan

BAB IV. Akibat hukum adalah akibat dari melakukan suatu tindakan untuk. memperoleh suatu akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan atau telah

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk itu diperlukan dukungan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan upaya mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI BANK, BANK INDONESIA, DAN OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan masyarakat (financial

BAB I PENDAHULUAN. tergantung kepada nilai saham yang hendak diperjualbelikan di pasar modal. Undang-

BAB I PENDAHULUAN. terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun

Sosialisasi UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. SAMARINDA, 2 juli 2015

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. kiprah dan sepak terjang industri perbankan syariah di tanah air. Hal ini dengan

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut menimbulkan hak dan kewajiban bagi negara yang dapat dinilai

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I. Perkembangan ekonomi Indonesia melalui perusahaan asuransi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat telah memberikan kemajuan yang luar biasa kepada

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya.

BAB I PENDAHULUAN. menerus berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan

BAB I PENDAHULUAN. barter merupakan suatu sistem pertukaran antara barang dengan barang atau

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan memperkokoh dalam tatan perekonomian nasional. peningkatan pembangunan pemerintah maupun bagi pengusaha-pengusaha swasta

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. asas demokrasi ekonomi. Jelas hal ini ditegaskan dalam Pasal 33 ayat (1)

A. Kesimpulan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut sebagai UUPK). 2 Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan da

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.05/2015 TENTANG TATA CARA PENETAPAN PENGELOLA STATUTER PADA LEMBAGA JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum..., Pramita Dyah Hapsari, FH UI, 2011.

BAB I PENDAHULUAN. saat ini dan masa yang akan datang tidak akan lepas dari sektor perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sudah dikenal di Indonesia sejak VOC mendirikan Bank

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang bank merupakan barang yang sudah tidak asing lagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang memproduksi dapat tetap berproduksi. Pada dasarnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan

I. PENDAHULUAN. yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah yaitu kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang. menghasilkan berbagai macam produk kebutuhan hidup sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, transaksi tidak hanya terjadi dalam suatu negara saja

PENYELESAIAN KREDIT MACET DI KOPERASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (KBPR) VII KOTO PARIAMAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

I. PENDAHULUAN. Upaya perkembangan perekonomian nasional dalam mewujudkan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu kebutuhan dasar manusia, sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Hukum perbankan adalah

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum antara konsumen dengan produsen. 1 Hal ini dapat dilihat dari

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Selain itu, juga

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dan. dan peningkatan pembangunan yang berasaskan kekeluargaan, perlu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan bernegara bagi bangsa Indonesia terdapat dalam Pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. KUHPerdata Buku II mengenal adanya hak kebendaan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana, menyalurkan dana atau kedua-duanya. 2 Sesuai dengan laju. pertumbuhan ekonomi dan gerak pembangunan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sangat membutuhkan keberadaan bank. Bank dianggap sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sektor hukum, ekonomi, politik, sosial, budaya, dan sebagainya. Sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

TINJAUAN HUKUM TENTANG PENGAWASAN BANK DAN PERLINDUNGAN NASABAH OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN CHAIRIL SUSANTO / D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian tanah air terus tumbuh, dan transaksi perdagangan baik

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN TENTANG PENGELOLAAN, PENATAUSAHAAN, SERTA PENCATATAN ASET DAN KEWAJIBAN D

IMPLEMENTASI PERATURAN KLIRING DALAM PERHITUNGAN UTANG PIUTANG WARKAT BILYET GIRO DI BANK MANDIRI CABANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun melanda hampir

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kebutuhan masyarakat akan pembiayaan sekarang ini semakin tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. modal yang sehat, transfaran dan efisien. Peningkatan peran di bidang pasar

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian dalam berbagai hal terhadap perkembangan kondisi dan aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak bermunculan bermacam-macam bank umum di

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam mempertahankan hidupnya melakukan berbagai macam cara, yang salah satunya adalah melakukan kegiatan atau aktivitas usaha/bisnis. Melalui kegiatan itu manusia dapat memenuhi tuntutan hidupnya yang semakin hari semakin kompleks. Kehidupan manusia di jaman modern ini begitu cepat berputar. Setiap hari manusia bekerja demi mempertahankan hidupnya. Kehidupan yang serba cepat memacu manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara cepat pula. 1 Pemenuhan kebutuhan hidup secara cepat telah mendorong dan membuka peluang bagi manusia untuk melakukan kegiatan bisnis demi mewujudkan kehidupan yang berkecukupan dan makmur. Di lain pihak untuk mewujudkan suatu masyarakat dengan kehidupan yang adil dan makmur secara merata pemerintah melaksanakan kegiatan pembangunan. Pembangunan itu dilaksanakan di segala bidang kehidupan bangsa, khususnya bidang ekonomi yang menjadi tulang punggung pembangunan lainnya. Pembangunan ini berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi, dimana pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat di indikasi dari laju pertumbuhan pendapatan penduduknya. Untuk meningkatkan laju pertumbuhan pendapatan ini maka investasi memiliki peranan yang sangat penting. Mengenai investasi ini berkaitan erat 1 P. Lindawaty S. Sewu, Franchise Pola Bisnis Spektakuler Dalam Perspektif Hukum dan Ekonomi, (Bandung : CV. Utomo, 2004), hal. 1.

dengan ketersediaan dana untuk investasi tersebut secara formal dapat disalurkan oleh lembaga keuangan (lembaga finansial) baik Bank maupun lembaga keuangan bukan Bank lainnya. Di Indonesia, lembaga keuangan tersebut terdiri dari tiga bagian, yaitu: 2 1. Bank 2. Lembaga Keuangan Non-Bank 3. Perusahaan Pembiayaan Bank secara umum ialah suatu institusi perantara yang dibentuk dengan wewenang mengelola simpanan uang dari masyarakat, meminjamkan uang, serta mengeluarkan promes (surat berharga) atau banknote (uang kartal asing yang dikeluarkan dan diterbitkan oleh bank di luar negeri). Bank memiliki fungsi sebagai : 3 1. Agent of trust : yakni institusi dimana kegiatannya berlandaskan asas trust (kepercayaan) apakah itu ketika menghimpun dana ataupun pemberitahuan pinjaman. Masyarakat mau menabung di bank jika mereka percaya dengan bank itu. 2. Agent of development : yakni institusi yang mengelola dana dalam rangka pembangunan perekonomian. Aktifitas bank baik sebagai pengumpul dan penyalur dana amanat dibutuhkan untuk kelancaran kegiatan ekonomi utamanya sektor riil. 2 Kasmir,Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada,2008), hal.273. 3 Infobankterbaru.blogspot.com, Pengertian Bank dan Fungsi Utamanya melalui http://infobankterbaru.blogspot.com/2014/12/pengertian-bank-dan-fungsi-utamanya.html, diakses pada tanggal 9 Juli 2015.

3. Agent of service : yakni institusi pengelola dana bagi pembangunan perekonomian. Selain mengumpulkan dan meminjamkan uang, bank juga menyediakan layanan perbankan lain untuk nasabah. Lembaga keuangan non bank adalah lembaga keuangan yang berperan secara langsung maupun tidak langsung dalam bidang keuangan yang dananya di dapat dengan cara mengeluarkan surat-surat berharga. Selain itu, lembaga keuangan bukan bank juga memberikan jasa-jasa yang berkaitan dengan keuangan yang dananya di tarik dari masyarakat. 4 Adapun tujuan dari lembaga keuangan non bank ini adalah untuk memberikan bantuan serta mendorong perkembangan pasar modal untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki ekonomi lemah. 5 Lembaga keuangan Non Bank memiliki beberapa fungsi diantaranya : 6 1. Memberikan modal kepada masyarakat ekonomi lemah untuk membangun usaha dengan tujuan agar mereka tidak terbelit utang dengan para rentenir. 2. Memperlancar pembangunan industri maupun ekonomi lewat pasar modal 3. Memberikan kredit kepada masyarakat ekonomi rendah. Namun kredit disini ada yang bersifat menjamin surat berharga dan ada juga yang tidak. Jenis-jenis lembaga keuangan non bank di Indonesia antara lain : 7 1. Asuransi Menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 1992, Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, di mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu 4 Bayu Pratama, Pengertian Lembaga Keuangan Non Bank melalui http://www.bayupratama.com/2014/11/pengertian-lembaga-keuangan-bukan-bank.html, diakses pada 9 Juli 2015. 5 Ibid. 6 Ibid. 7 Ibid.

pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. 2. Koperasi simpan pinjam Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang bekerja untuk menyimpan dan memberikan pinjaman kepada masyarakat. Tujuan lembaga ini adalah untuk mengajarkan anggota agar lebih berhemat dalam kegiatan menyisihkan penghasilan (Simpan) dan memberikan pinjaman kepada anggota yang membutuhkan untuk modal usaha maupun keperluan lainnya. 3. Dana PensiunMenurut UU No.11 Tahun 1992 Dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan dana pensiun. Dengan adanya dana pensiun, setiap orang mungkin merasa tenang ketika usia telah menginjak umur yang tak muda lagi. Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha di luar Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan usaha diantaranya sewa guna usaha, anjak piutang, usaha kartu kredit dan atau pembiayaan konsumen. 8 Dengan semakin berkembang pesatnya kegiatan bisnis di masyarakat maka keperluan akan modal atau dana bagi pelaku usaha juga semakin meningkat. Oleh karenanya, sarana penyediaan dana yang dibutuhkan oleh pelaku usaha atau masyarakat perlu diperluas. 9 Umumnya dana yang dibutuhkan tersebut dapat disediakan oleh lembaga perbankan melalui fasilitas kredit. Namun demikian, fasilitas kredit dari perbankan sangat terbatas dan tidak semua pelaku usaha punya akses untuk mendapatkan bantuan pendanaan dari bank. Untuk itu, maka ada alternatif lain untuk mendapatkan dana, yaitu melalui perusahaan pembiayaan. Pembangunan ekonomi yang sedang giat dilakukan oleh Pemerintah dan kegiatan bisnis yang berkembang pesat di masyarakat merupakan potensi 8 Wikipedia, Perusahaan Pembiayaan melalui https://id.wikipedia.org/wiki/perusahaan_pembiayaan, diakses pada tanggal 9 Juli 2015. 9 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2001), hal. 45.

pembiayaan yang besar bagi perusahaan pembiayaan. Hal itu karena dana investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan ekonomi dapat diberikan oleh perusahaan pembiayaan dan dengan adanya perusahaan pembiayaan masyarakat barang-barang kebutuhan sehari-hari maupun barang-barang kebutuhan usaha dapat diperoleh atau digunakan tanpa harus membeli secara tunai dan lunas. Oleh karena itu keberadaan perusahaan pembiayaan sangat diperlukan sebagai suatu lembaga yang dapat memberikan kemudahan dalam hal persyaratan untuk memberikan pembiayaan, mengingat masyarakat maupun investor tidak selalu memiliki sesuatu yang diperlukan dalam memenuhi syarat dalam peminjaman dana dari lembaga keuangan. 10 Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar Badan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang khusus di dirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan. Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha yang khusus di dirikan untuk melakukan Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, dan/atau usaha Kartu Kredit. 11 Masyarakat sebagai konsumen menginginkan adanya kemudahan, keringanan, pelayanan yang cepat, prosedur yang tidak birokratis dan tidak berbelit-belit. Oleh karena itu, beberapa hal akan menjadi pertimbangan konsumen untuk memilih perusahaan pembiayaan mana yang dapat membantu untuk mendapatkan barang-barang konsumsi yang akan dipergunakan. Beberapa 10 Indonesian Commercial Newsletter, Perkembangan Pembiayaan Mobil di Indonesia tahun 2010 melalui www.icn.com/documents/tanggung%20jawab/pembiayaan- 2010KreditOtomotif.htmlv diakses pada tanggal 1 Mei 2015. 11 H. Ahmad Muliadi, Hukum Lembaga Pembiayaan, (Jakarta : Akademia Permata, 2013), hal.5.

pertimbangan konsumen yang akhirnya memilih pembiayaan dengan menggunakan perusahaan pembiayaan adalah antara lain sebagai berikut: 12 1. Persyaratan yang tidak rumit. Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha yang memberikan kemudahan-kemudahan kepada konsumen dalam memperoleh barang yang dibutuhkannya. 2. Proses penelitian konsumen oleh bank/lembaga keuangan. Perusahan pembiayaan melakukan penelitian baik lapangan maupun dokumen hal ini ditujukan untuk terhindar dari resiko-resiko yang mungkin akan terjadi. 3. Jangka waktu untuk memutuskan pemberian pembiayaan kepada konsumen yang relatif singkat. Apabila konsumen telah memenuhi persyaratan yang diberikan oleh perusahaan pembiayaan konsumen maka perusahaan pembiayaan konsumen akan segera menyetujui pembiayaan tersebut. 4. Uang muka yang diminta banyak atau sedikit. Dalam hal ini uang muka pembiayaan konsumen memberikan pilihan kepada konsumen, sesuai dengan kemampuan konsumen, hal ini sangat memudahkan konsumen. 5. Jangka waktu pembayaran yang dimungkinkan. Dalam kasus ini, konsumen ada yang meminta jangka waktu pendek dan ada pula yang meminta jangka waktu panjang, sesuai dengan kemampuan konsumen. 6. Berapa suku bunga yang ditawarkan, apakah cukup untuk bersaing atau tidak. Suku bunga yang ditawarkan oleh perusahaan pembiayaan konsumen cukup kompetitif seimbang dengan kemudahan yang diberikannya. Fasilitas pembiayaan yang diberikan perusahaan pembiayaan kepada konsumen mengandung risiko cukup tinggi dari kemungkinan pihak konsumen tidak dapat memenuhi kewajibannya. Bila hal ini terjadi, maka yang akan memikul kerugian adalah pihak perusahaan pembiayaan. Guna menghindari risiko kerugian itu, maka pada umumnya perusahaan pembiayaan selalu meminta adanya jaminan. 13 12 Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisinis, (Jakarta : Rieka Cipta, 2003), hal.118. 13 Munir Fuady, Hukum Tentang Pembiayaan, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2006), hal.168.

Keberadaan lembaga jasa keuangan baik Bank maupun Non-Bank memliki hubungan kepemilikan di berbagai sub-sektor keuangan telah menambah kompleksitas transaksi dan interaksi antar lembaga jasa keuangan di dalam sistem keuangan tersebut. Munculnya permasalahan lintas sektoral di bidang jasa keuangan seperti banyaknya tindakan moral hazard yang dilakukan para pelaku di bidang jasa keuangan, belum optimalnya perlindungan yang diberikan kepada konsumen jasa keuangan, dan terganggunya stabilitas sistem keuangan yang pada akhirnya akan mencipatakan kekacauan perekonomian nasional secara keseluruhan, semakin mendorong perlunya pembentukan lembaga pengawasan di sektor jasa keuangan yang terintegrasi. 14 Berkaitan dengan itu, Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya di sebut OJK) mempunyai fungsi untuk menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan mengalami peningkatan. Dengan fungsi diatas, maka tujuan utama di bentuknya OJK adalah agar seluruh kegiatan di dalam sektor jasa keuangan dapat terselenggara, secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi konsumen dan masyarakat. 15 Dengan tujuan ini, OJK diharapkan dapat mendukung kepentingan sektor jasa keuangan nasional sehingga mampu meningkatkan daya saing nasional. Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional antara lain, meliputi 14 Jonker Sihombing, Otoritas Jasa Keuangan : Konsep, Regulasi & Implementasi, (Jakarta : Ref Publisher, 2012), hal.49. 15 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, (Jakarta : Raih Asa Sukses, 2014), hal.111.

sumber daya manusia, pengelolaan, pengendalian, dan kepemilikan di sektor jasa keuangan, dengan tetap mempertimbangkan aspek positif globalisasi. 16 Alasan pembentukan OJK antara lain adalah makin kompleks dan bervariasinya produk jasa keuangan, munculnya gejala konglomerasi perusahaan jasa keuangan, dan globalisasi industri jasa keuangan. Disamping itu, salah satu alasan rencana pembentukan OJK adalah karena pemerintah beranggapan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral telah gagal dalam mengawasi sektor perbankan. Kegagalan tersebut dapat dilihat pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia mulai pertengahan tahun 1997, sejumlah bank yang ada pada saat itu dilikuidasi. 17 wewenang : 18 OJK meliputi : Dalam menjalankan tugas pengaturan dan pengawasan, OJK mempunyai 1. Terkait pengaturan Lembaga Jasa Keuangan (Bank dan Non-Bank) oleh a. Menetapkan peraturan dan keputusan OJK; b. Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan; c. Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK d. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu; e. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada Lembaga Jasa Keuangan; f. Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan g. Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan. 16 Ibid. 17 Zainal Arifin Mochtar dan Iwan Satriawan, Jurnal Konstitusi, (Volume 6, Nomor 3, September 2012), hal. 152. 18 Sofyan Syafri Harahap, Pengawasan Bank: Selamat Datang OJK melalui http://sofyan.syafri.com/index.php/my-articles/4-economics/12-pengawasan-bank-selamatdatangojk.html, diakses pada tanggal 1 Mei 2015.

2. Terkait Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan (Bank dan Non-Bank) lainnya meliputi : a. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan; b. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif; c. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; d. Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak tertentu; e. Melakukan penunjukan pengelola statuter; f. Menetapkan penggunaan pengelola statuter; g. Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; dan h. Memberikan dan/atau mencabut: izin usaha, izin orang perseorangan, efektifnya pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan melakukan kegiatan usaha, pengesahan, persetujuan atau penetapan pembubaran dan penetapan lain. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya OJK merupakan lembaga yang independen bahwa OJK adalah lembaga yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang. OJK dapat melakukan kerja sama dengan otoritas pengawas Lembaga Jasa Keuangan di negara lain serta organisasi internasional dan lembaga internasional lainnya, antara lain pada bidang dan/atau kegiatan sebagai berikut: 19 1. Pengembangan kapasitas kelembagaan, antara lain pelatihan sumber daya manusia di bidang pengaturan dan pengawasan Lembaga Jasa Keuangan; 2. Pertukaran informasi; dan 19 Zainal Arifin Mochtar dan Iwan Satriawan, Op.Cit, hal. 69.

3. Kerja sama dalam rangka pemeriksaan dan penyidikan serta pencegahan kejahatan di sektor keuangan. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan dirilis dalam rangka mendukung perkembangan perusahaan pembiayaan yang dinamis dan mewujudkan industri perusahaan pembiayaan yang tangguh, kontributif, inklusif, serta berkontribusi untuk menjaga sistem keuangan yang stabil dan berkelanjutan. 20 Perusahaan Pembiayaan telah terbukti berperan penting dalam pendistribusian dan pengalokasian sumber daya keuangan kepada pelaku usaha dan masyarakat Indonesia, baik melalui penyediaan pembiayaan atas barangbarang produktif yang dibutuhkan oleh pelaku usaha maupun barang-barang konsumtif yang menjadi kebutuhan masyarakat, yang pada akhirnya akan mendorong terjadinya peningkatan aktivitas ekonomi dalam masyarakat Indonesia. 21 Di lain pihak, terwujudnya industri Perusahaan Pembiayaan yang tangguh, kontributif, inklusif, juga dapat berkontribusi untuk menjaga sistem keuangan yang stabil dan berkelanjutan sehingga membantu mengurangi kerentanan stabilitas sistem keuangan Indonesia terhadap goncangan keuangan yang mungkin terjadi di masa mendatang. 22 Selanjutnya, dalam rangka meningkatkan peran industri Perusahaan Pembiayaan, perlu adanya terobosan-terobosan strategis yang dapat memperluas 20 Otoritas Jasa Keuangan, Peraturan OJK tentang Penyelenggaraan Perusahaan Pembiayaan melalui http://www.ojk.go.id/peraturan-ojk-tentang-penyelenggaraan-usahaperusahaan-pembiayaan, diakses pada tanggal 01 Mei 2015. 21 Ibid. 22 Ibid.

alternatif kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Perusahaan Pembiayaan guna memberikan ketersediaan akses pembiayaan terutama bagi masyarakat yang masih menghadapi keterbatasan akses dalam pilihan pembiayaan. Perluasan kegiatan usaha pembiayaan diharapkan dapat mendorong Perusahaan Pembiayaan menjadi lebih efisien dalam mengalokasikan modal. 23 Berdasarkan latar belakang ini maka akan dibahas lebih lanjut mengenai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan, untuk melihat bagaimana keefektifan pelaksanaan sistem pengawasan oleh Otoritas Jasa Keuangan terhadap Perusahaan Pembiayaan, bagaimana kendala yang dihadapi oleh OJK dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan perusahaan pembiayaan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014, dan bagaimana peranan dan kewenangan OJK terhadap Perusahaan Pembiayaan. Berdasarkan hal-hal yang dijelaskan diatas, maka permasalahan ini diteliti lebih lanjut melalui skripsi ini yang berjudul : Implikasi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 Tentang Penyelanggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan Selaku Pembina dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada : PT Adira Dinamika Multi Finance Medan). B. Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka terdapat tiga pokok permasalahan yang akan dibahas, yaitu: 23 Ibid.

D. Bagaimana peranan Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 terhadap Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada : PT Adira Dinamika Multi Finance Medan)? E. Bagaimana kewenangan Otoritas Jasa Keuangan selaku Pembina dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 (Studi Pada : PT Adira Dinamika Multi Finance Medan)? F. Bagaimana kendala-kendala Otoritas Jasa Keuangan dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan perusahaan pembiayaan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014? C. Tujuan Penulisan Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini antara lain : 1. Untuk mengetahui bagaimana peranan Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 terhadap Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada : PT Adira Dinamika Multi Finance Medan). 2. Untuk mengetahui bagaimana kewenangan Otoritas Jasa Keuangan selaku Pembina dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 (Studi Pada : PT Adira Dinamika Multi Finance Medan).

3. Untuk mengetahui kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan perusahaan pembiayaan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014. D. Manfaat Penulisan Manfaat penulisan skripsi ini antara lain sebagai berikut : 1. Secara teoritis, untuk mengetahui kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan perusahaan pembiayaan, untuk mengetahui bagaimana peranan Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 terhadap Perusahaan Pembiayaan, untuk mengetahui bagaimana kewenangan Otoritas Jasa Keuangan selaku Pembina dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 terhadap perusahan pembiayaan. 2. Secara praktis, penulisan skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan, selain itu skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah dalam menata peraturan mengenai pembinaan dan pengawasan perusahaan pembiayaan, dan juga menjadi bahan masukan bagi para masyarakat umum dan perusahaan pembiayaan dalam melaksanakan kegiatan pembiayaan dan dapat dijadikan referensi bagi penulisan karya ilmiah selanju

E. Keaslian Penulisan Adapun judul dari skripsi ini adalah : Implikasi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/Pojk.05/2014 Tentang Penyelanggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan Selaku Pembina dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada : PT Adira Dinamika Multi Finance Medan) yang diajukan dalam rangka memenuhi tugas-tugas dan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum. Judul skripsi ini belum pernah ditulis di Fakultas Hukum. Penulisan ini berdasarkan referensi dari pemikiran para praktisi, refrensi bukubuku, makalah, hasil seminar, media cetak, media elektronik seperti internet serta bantuan dari berbagai pihak yang berdasarkan pada asas keilmuan yang jujur, rasional, dan terbuka. Oleh karena itu, penulisan ini merupakan sebuah karya asli sehingga tulisan ini dapat di pertanggungjawabkan. F. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan suatu cara pencarian, bukan hanya sekedar mengamati dengan teliti suatu obyek. 24 Dalam penulisan skripsi metode penelitian sangat diperlukan agar penulisan skripsi menjadi lebih terarah dengan data yang telah dikumpulkan melalui pencarian-pencarian data yang berhubungan dengan permasalahan dalam skripsi ini. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut : 24 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003), hal.28.

1. Jenis dan sifat penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam menjawab permasalahan dalam pembahasan skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif yaitu mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan serta norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat. 25 Metode ini juga digunakan agar dapat melakukan penelurusan terhadap norma-norma hukum yang terdapat di dalam peraturan perundangundangan perlindungan konsumen yang berlaku, serta memperoleh data maupun keterangan yang terdapat dalam berbagai literatur di perpustakaan, jurnal hasil penelitian, koran, majalah, situs internet dan sebagainya. 26 Sifat penelitian pada penulisan skripsi ini adalah deskriptif analitis yang mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi objek penelitian. 27 2. Sumber Data Penulisan skripsi ini akan menganalisis obyek penelitian dengan menggunakan data sekunder, yaitu data yang mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berupa laporan dan sebagainya. 28 Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari : 29 25 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hal.105 26 Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, (Bandung : Alumni, 1994), hal.139. 27 Ibid.,hal.105-106. 28 Amiruddin dan H.Zainal Askin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012), hal.30. 29 Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosadakarya, 1996), hal.22.

a. Bahan Hukum Primer, yang berupa ketentuan hukum dan perundangundangan yang mengikat serta berkaitan dengan penelitian ini dan peraturan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. b. Bahan Hukum Sekunder, adalah data yang tidak diperoleh dari sumber pertama. Data sekunder bisa diperoleh dari literatur-literatur tertulis, baik berbentuk buku-buku, makalah-makalah, dokumen-dokumen, laporan penelitian, surat kabar, makalah, harian elektronik, dan lain sebagainya yang memliki relevansi dengan skripsi ini. c. Bahan Hukum Tersier, adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti Kamus Hukum, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Ensiklopedia dan sebagainya. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Library Research (Penelitian Kepustakaan) Library Research (Penelitian Kepustakaan) yaitu penulisan yang dilakukan dengan cara pengumpulan literatur dengan sumber data berupa bahan hukum primer dan sekunder dari berbagai bahan-bahan bacaan yang bersifat teoritis ilmiah, buku-buku, peraturan-peraturan, juga dari majalah-majalah dan media elektronik seperti internet dan sebagainya yang ada hubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini.

b. Field Research (Penelitian Lapangan) Metode pengumpulan data dengan cara penelitian lapangan ini dilakukan dengan melakukan wawancara secara mendalam (in depth interviewing) 30 dengan PT Adira Dinamika Multifinance Medan dan Otoritas Jasa Keuangan. 4. Analisis Data Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisis secara kualitatif. Analisis kualitatif yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan isi atau makna suatu aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang menjadi obyek kajian. 31 5. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan terhadap data yang berhasil dikumpulkan dilakukan dengan mempergunakan metode penarikan kesimpulan secara deduktif maupun secara induktif. Metode penarikan kesimpulan secara deduktif adalah suatu proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat lebih khusus. 32 Metode penarikan kesimpulan secara induktif adalah proses berawal dari proposisi-proposisi khusus (sebagai hasil pengamatan) dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan 2007), hal 11. 30 Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Rineka Cipta, 1996), hal.59. 31 Zainuddin Ali, Op.Cit, hal.107. 32 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

baru) berupa asas umum 33, sehingga akan dapat diperoleh jawaban terhadap permasalahan-permasalahan yang telah disusun. G. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini, dipaparkan sistematika penulisan dengan tujuan agar mempermudah pengertian dan pendalaman secara jelas. Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini dibagi dalam 5 (lima) bab yang masingmasing bab terdiri dari beberapa sub bab, sebagaimana diuraikan sebagai berikut : Bab I merupakan Bab Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan tentang halhal yang bersifat umum, dimulai latar belakang masalah yang menjadi dasar penulisan, memaparkan apa yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini dan manfaat yang diperoleh dari penulisan tersebut. Pada bagian ini juga diuraikan apa yang menjadi permasalahan, keaslian penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II membahas mengenai Tinjauan Umum Perusahaan Pembiayaan Di Indonesia. Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai pengertian dan sejarah perusahaan pembiayaan, kegiatan usaha perusahaan pembiayaan, peran dan fungsi perusahaan pembiayaan, serta jenis pembiayaan dalam perusahaan pembiayaan. Bab III membahas mengenai Tinjauan Umum Mengenai Otoritas Jasa Keuangan. Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai sejarah OJK, fungsi dan tugas OJK, serta struktur organisasi pada OJK. 33 Ibid., hal.10.

Bab IV membahas mengenai Implikasi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 Tentang Penyelanggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan Selaku Pembina dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada : PT Adira Dinamika Multi Finance Medan). Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan perusahaan pembiayaan, bagaimana peranan Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 terhadap Perusahaan Pembiayaan, dan bagaimana kewenangan Otoritas Jasa Keuangan selaku Pembina dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 terhadap perusahan pembiayaan. Bab V dalam bab ini dirangkum analisa permasalahan dan pembahasannya dari bab-bab terdahulu dan kemudian menyimpulkan isi dari uraian-uraian tersebut, serta mengemukakan sejumlah saran sehubungan dengan topik dari skripsi ini.