GAMBARAN PELAKSANAAN PROGRAM POSYANDU DAN STATUS IMUNISASI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUAK RIBEE KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap status gizi anak. upaya kesehatan masyarakat lainnya.

5) Penanggulangan diare. 6) Sanitasi dasar. 7) Penyediaan obat esensial. 5. Penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan utama dari pemberian vaksinasi. Pada hakekatnya kekebalan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2005). Imunisasi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KEPANJEN Jalan Raya Jatirejoyoso No. 04 Telp. (0341) Kepanjen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Imunitas merupakan daya tahan tubuh. Sistem imun adalah jaringan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Imunisasi sebagai salah satu pencegahan upaya preventif yang

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Negara, juga merupakan salah satu indikator yang paling sensitif dalam

BAB I PENDAHULUAN. terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai ciri khas yang berbeda-berbeda. Pertumbuhan balita akan

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Program kesehatan di Indonesia periode adalah Program

BAB II. PEMBAHASAN MASALAH & SOLUSI MASALAH PERANCANGAN KAMPANYE PENGGUNAAN VAKSIN

DAN INFORMASI KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI MALANG 2011/2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 ini masih jauh lebih baik dibandingkan dengan 20 tahun

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL. independen (pengertian imuninisasi, tujuan imunisasi, manfaat imunisasi, jenis

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian bayi dan balita (bayi dibawah lima tahun) adalah

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh masyarakat dan bekerja bersama untuk masyarakat secara sukarela (Mantra,

UPAYA PROMOSI DAN PREVENTIVE KESEHATAN BAYI DAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan cakupan yang diharapkan dalam MDG (Millenium. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009 )

Pertanyaan dan Jawaban tentang imunisasi. Petunjuk untuk pemuka masyarakat, kader PSF, kelompok masyarakat, tentang imunisasi di Timor Leste

suatu penyakit, jika suatu saat dia terkena penyakit yang sama maka tubuhnya sudah kebal terhadap penyakit tersebut (Matondang & Siregar,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. (1)

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

Lalu, kekebalan seperti apa yang dimiliki bayi di bulan-bulan pertamanya?

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. mencegah tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi. adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme

PERAN AYAH DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR DI PUSKESMAS KOTAGEDE I YOGYAKARTA

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

BAB I PENDAHULUAN. sampai mengancam jiwa (Ranuh, dkk., 2001, p.37). dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari 7-10 sesudah imunisasi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat. menyerang anak dibawah usia lima tahun (Widodo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. tidak sedikit yang berujung pada kematian bayi (Achmadi, 2016). harus menyelesaikan jadwal imunisasi (Kemenkes RI, 2010).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten

BAB I PENDAHULUAN. Demikian pula dari segi ekonomi dikatakan bahwa pencegahan adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA BAYI DI DESA TARAMAN KECAMATAN SIDOHARJO SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Batita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS). Imunisasi lanjutan

BAB 1 PENDAHULUAN. serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi. Hasil Survey

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah

LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT YAYASAN

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN STATUS IMUNISASI POLIO BAYI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA INDARWATI MRANGGEN JATINOM KLATEN

PENGARUH DUKUNGAN MASYARAKAT BAGI KELUARGA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PROGRAM IMUNISASI DASAR DI KELURAHAN DAYEUH LUHUR

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

Christopher A.P, S. Ked Yayan A. Israr, S. Ked

LAPORAN PELAKSANAAN ORIENTASI PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA ANGKATAN III TAHUN 2016

Hubungan Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Anak Umur Bulan Dengan Pemberian Imunisasi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. wanita dalam usia reproduksi yaitu usia tahun baik yang berstatus kawin, janda maupun

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 9-11 BULAN DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN MRANGGEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehat, cerdas dan produktif. Pencapaian pembangunan manusia yang diukur

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Selama proses pertumbuhan dan perkembangan, anak memerlukan asupan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 9-11 BULAN DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN MRANGGEN DEMAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional

BAB I PENDAHULUAN. intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2013 : 1). neonatus sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan

Transkripsi:

GAMBARAN PELAKSANAAN PROGRAM POSYANDU DAN STATUS IMUNISASI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUAK RIBEE KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI OLEH LISA ERVINA NIM : 09C10104040 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH 2013

GAMBARAN PELAKSANAAN PROGRAM POSYANDU DAN STATUS IMUNISASI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUAK RIBEE KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI OLEH LISA ERVINA NIM : 09C10104040 Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH-ACEH BARAT 2013 i

ABSTRAK Lisa Ervina. Gambaran Pelaksanaan Program Posyandu Dan Status Imunisasi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Suak Ribee Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten AcehBarat.Dibawah bimbingandrs. Moenawar Iha, MM dan Sufyan Anwar, SKM, MARS Imunisasi merupakan usaha memberi kekebalan kepada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah penyakit tertentu Posyandu sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan dalam kegiatannya melibatkan partisipasi masyarakat yang dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar. Tujuan dari program posyandu adalah meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuigambaran Pelaksanaan Program Posyandu Dan Status Imunisasi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Suak Ribee Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten AcehBarat. Jenis penelitian bersifat deskriptif dan rancanagan penelitian cross sectional. Sampel dalam penelitian sebanyak 78balita. Hasil penelitian diperoleh Persentase pelaksanaan program posyandu bedasarkan kelengkapan status imunisasi yang mempunyai status terlaksana adalah sebesar 62,8 %, dan yang tidak terlaksana adalah sebesar 37,2%. Persentase kelengkapan status imunisasi yang mempunyai status terlaksana adalah sebesar 65,4 %, dan yang tidak terlaksana adalah sebesar 34,6%.Bagi Ibu dianjurkan kepada ibu supaya lebih banyak mencari sumber informasi atau menambah pengetahuan khususnya tentang imunisasi dengan sering mengikuti penyuluha-penyuluhan yang diadakan oleh puskesmas. Kepada ibu yang mempunyai balita supaya ikut serta apabila ada program imunisasi yang diadakan oleh tenaga kesehatan atau puskesmas. Kata Kunci : Posyandu, Imunisasi iv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan bayi dan anak melibatkan tindakan pencegahan maupun pengobatan penyakit. Salah satu prestasi paling besar dalam perawatan anak adalah pencegahan penyakit-penyakit infeksi tertentu dengan menggunakan imunisasi. Imunisasi merupakan usaha memberi kekebalan kepada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak (Hidayat, 2002). Posyandu sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan dalam kegiatannya melibatkan partisipasi masyarakat yang dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar. Tujuan dari program posyandu adalah meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatankegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat (Effendi, 2008). Mengingat bahwa pemberian imunisasi merupakan salah satu kegiatan di posyandu maka jelaslah bahwa kelengkapan imunisasi dalam suatu wilayah tertentu juga di tentukan oleh terlaksananya program posyandu dengan baik di wilayah tersebut. Imunisasi pada balita dikatakan lengkap apabila balita tersebut telah 1

2 mendapatkan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan ikatan dokter anak indonesia (IDAI) diantaranya BCG, DPT, polio, campak dan hepatitis B. Menurut Soetedjo (2003) posyandu yang aktif di tingkat kabupaten rata -rata hanya 40%. Angka ini menunjukkan bahwa pelaksanaan posyandu di tingkat kabupaten belum optimal. Pengaktifan posyandu juga akan dilengkapi kader-kader terlatih dengan rasio lima kader tiap satu posyandu. Selain kader terlatih, posyandu juga harus dilengkapi perlengkapan seperti timbangan bayi, KMS (Kartu Menuju Sehat), serta biaya operasional (Soetedjo, 2005). Berdasarkan data dari Provinsi tahun 2010 cakupan imunisasi 74,25 dan pada tahun 2011 cakupan imunisasi 74,15. Sedangkan data yang ada di dinas kesehatan aceh barat jumlah balita yang mendapatkan imunisasi pada tahun 2012 Imunisasi 68,77. (Profil Dinkes Provinsi Aceh, 2012) Beberapa kendala yang dihadapi posyandu dalam pelaksanaan programnya antara lain; minimnya sarana, kurangnya kader yang terlatih, dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya posyandu. Disamping itu tidak tersedianya bangunan untuk posyandu juga menjadi kendala bagi kegiatan posyandu. Kendalakendala tersebut mengakibatkan posyandu kurang berfungsi yang menimbulkan rendahnya minat masyarakat untuk menggunakan posyandu. Akibat lebih lanjut adalah banyak hal yang sesungguhnya dapat bermanfaat bagi ibu-ibu untuk memahami cara memelihara anak secara baik sejak dalam kandungan, kemudian meningkatkan keselamatan ibu saat melahirkan secara mudah dan terjangkau, menjadi tidak dapat dilaksanakan (Soedirdja, 2005).

3 Berdasarkan data dari puskesmas Suak Ribee, 60 % balita tidak mendapat imunisasi lengkap. Hal ini akibat kurangnya partisipasi mayarakat dalam kegiatan posyandu. Kurangnya partisipasi ini diakibatkan karena kebanyakan dari ibu yang mempunyai balita berstatus pekerja, sehingga tidak mempunyai waktu yang cukup untuk membawa anaknya ke posyandu. Jumlah desa dalam wilayah kerja puskesmas Suak Ribe adalah 10 desa. Berdasarkan uraian tersebut di atas penting dilakukan penelitian tentang pelaksanaan program posyandu dan kelengkapan status imunisasi balita di desa Suak Ribee Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas dapat di rumuskan masalah bagaimanakah gambaran pelaksanaan program posyandu dan kelengkapan status imunisasi balita di desa Suak Ribee Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran pelaksanaan program posyandu dan kelengkapan status imunisasi balita di desa Suak Ribee Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2013. 1.3.2. Tujuan Khusus Diketahui kelengkapan alat, motivasi pelaksana, kendala dan harapan dari pelaksana di lapangan.

4 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori Pengetahuan terhadap praktik penerapan gambaran pelaksanaan program balita posyandu da status imunisasi balita di wilayah kerja puskesmas suak ribee. 1.4.1. Manfaat Praktis 1. Bagi institusi pelayanan kesehatan dan keperawatan Dapat dijadikan masukan dan pedoman dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada balita dalam lingkup perawatan komunitas terutama dalam hal imunisasi 2. Bagi penelitian Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian, serta dapat menjadi bekal dalam melakukan penelitian dimasa yang akan datang dan dapat dijadikan sebagai masukan dalam melakukan penelitian lebih lanjut di bidang keperawatan, khususnya dalam perawatan balita. 3. Bagi institusi pendidikan Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengembangan keperawatan lebih lanjut khususnya perawatan balita dalam lingkup keperawatan komunitas, serta dapat menambah referensi kepustakaan yang telah ada.

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Konsep posyandu 2.1.1 Definisi posyandu Kegiatan di posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, kader-kader kesehatan yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar. Posyandu adalah forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam pengembangan sumber daya manusia sejak dini (Effendi, 2008). Pos pelayanan terpadu ( Posyandu) merupakan suatu bentuk peran serta masyarakat dalam peningkatan kesehatan masyarakat. Diharapkan dengan adanya posyandu akan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sehingga masyarakat bisa mengubah sikap dan perilaku dari yang kurang sehat menjadi sikap dan perilaku sehat (Gani, 2002). Selain ikut berperan dalam peningkatan kesehatan, masyarakat juga dapat melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan aktivitas posyandu. Hal ini sesuai dengan wacana yang dikembangkan pemerintah yaitu model pembangunan partisipatif dimana pentingnya pemberdayaan masyarakat (Soetedjo, 2005). 5

6 Menurut Effendi (2008) kehadiran posyandu merupakan salah satu bentuk penerapan dalam pemberian asuhan keperawatan kesehatan masyarakat yang mengutamakan upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif. 2.1.2 Tujuan posyandu Sesuai dengan definisi posyandu diatas, sudah jelas bahwa tujuan dari posyandu adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari tujuan pokok posyandu yaitu; mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak, meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan angka kematian bayi, mempercepat penerimaan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS), meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat, meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat (Effendi, 2008). Untuk mencapai tujuan diatas tentunya sangat tergantung pada upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan sejauh mana peran serta masyarakat dalam pelaksanaan program posyandu. Salah satu upaya pemerintah untuk mencapai tujuan posyandu adalah revitalisasi posyandu. Hakekat dilaksanakannya revitalisasi posyandu adalah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dasar dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat (Soedirdja, 2005).

7 2.1.3 Sistem Pelayanan Terpadu Sistem merupakan suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu sama lain dan mempunyai suatu tujuan jelas. Komponen suatu sistem terdiri dari input, proses, output, effeck, outcome dan mekanisme umpan balik. Hubungan antara komponen-komponen sistem ini berlangsung secara aktif dalam suatu tatanan lingkungan. Input adalah sumber daya atau masukan yang dikonsumsi oleh suatu sistem. Sumber daya suatu sistem adalah man, money, material, method, minute, dan market, disingkat dengan 6M. Didalam sistem posyandu yang menjadi sumber daya man (orang) adalah kelompok penduduk sasaran yang akan diberikan pelayanan, staf puskesmas yang terdiri dari dokter, bidan dan perawat, staf kecamatan, kelurahan, kader, pemuka masyarakat dan sebagainya. Money adalah dana yang dapat digali dari swadaya masyarakat dan yang disubsidi oleh pemerintah. Material adalah tersedianya sarana yang dibutuhkan seperti vaksin, jarum suntik, kartu menuju sehat (KMS), alat timbang, obat-obatan, oralit, alat keluarga berencana (KB) dan sebagainya. Method adalah teknik pelaksanaan kegiatan diantaranya cara penyimpanan vaksin, cara mencampur oralit, cara mencatat dan melaporkan data, cara memberikan penyuluhan dan sebagainya. Minute adalah waktu yang disediakan untuk suatu kegiatan posyandu yang biasanya dilaksanakan sekali dalam sebulan, dan market adalah masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti lokasi kegiatan posyandu, transport, sistem kepercayaan masyarakat di bidang kesehatan dan sebagainya. Proses yaitu semua kegiatan sistem. Melalui proses akan dirubah input menjadi output. Proses dari sistem pelayanan terpadu adalah semua kegiatan pelayanan terpadu mulai dari

8 persiapan bahan, tempat dan kelompok penduduk sasaran yang dilakukan oleh staf puskesmas dan kader (Muninjaya, 2004 ). Proses kegiatan di posyandu dikenal dengan istilah mekanisme lima meja. Kegiatan dimeja satu adalah pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur (PUS). Bagi balita yang sudah punya kartu menuju sehat (KMS) catat nama balita disecarik kertas dan diselipkan di KMS. Kemudian anjurkan ibu membawa anaknya ke meja dua untuk ditimbang. Bila balita belum memiliki KMS berikan KMS yang baru dan diisi lengkap. Untuk ibu menyusui, PUS dan ibu hamil yang tidak membawa balita setelah didaftar langsung menuju meja empat. Kegiatan di meja dua adalah penimbangan balita. Hasil penimbangan berat badan balita dicatat pada secarik kertas dan diselipkan ke dalam KMS. Selesai ditimbang ibu dan balita dipersilahkan menuju meja tiga. Kegiatan di meja tiga adalah pencatatan. Catat hasil penimbangan berat badan balita di KMS dengan cara menarik garis putus-putus tegak sesuai dengan bulan penimbangan dan garis putus-putus datar sesuai dengan hasil penimbangan dalam kilogram. Pertemuan pada kedua garis putus-putus tersebut ditandai dengan menulis titik. Kegiatan di meja empat adalah penyuluhan mengenai KB, imunisasi, diare, perbaikan gizi, pentingnya air susu ibu (ASI), dan pentingnya vitamin A dan zat besi. Kemudian pemberian makanan tambahan misalnya pemberian bubur kacang hijau, pemberian vitamin A, oralit dan tablet zat besi. Mintalah KMS anak dan perhatikan umur dan berat badan anak. Kemudian berikan penyuluhan kepada ibu balita berdasarkan hasil penimbangan berat badan anaknya, pentingnya makanan bergizi, pentingnya imunisasi, pentingnya vitamin A bagi anak, dan bahaya diare pada anak. Untuk ibu hamil diberikan penyuluhan tentang

9 pentingnya imunisasi TT, makan lebih banyak 1-2 piring dari sebelum hamil, pencegahan anemi dan sebagainya. Bagi PUS diberikan penyuluhan mengenai Keluarga Berencana (KB) dan bagi ibu menyusui diberikan penyuluhan tentang ASI eksklusif, jika ASI tidak keluar atau keluarnya sedikit anjurkan ibu untuk memeriksakan diri ke Puskesmas (Depkes RI, 2008). Kegiatan di meja lima adalah pemberian imunisasi diantaranya BCG, Campak, DPT, Hepatitis B, dan Polio. Selanjutnya pemeriksaan kehamilan, pelayanan KB, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan. Untuk meja satu sampai meja empat dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk meja lima dilaksanakan oleh petugas kesehatan diantaranya; dokter, bidan, perawat, juru imunisasi dan sebagainya Output yaitu hasil langsung (keluaran) suatu sistem, yang menjadi output dalam sistem pelayanan terpadu adalah produk program posyandu. Dalam hal ini yang dimaksud dengan produk adalah cakupan kelima program posyandu untuk masing-masing kelompok penduduk sasaran. Cakupan program posyandu terdiri dari jumlah anak yang ditimbang, jumlah bayi dan ibu hamil yang diimunisasi, jumlah pasangan usia subur (PUS) yang diberikan pelayanan KB (Muninjaya, 2004). Effeck yaitu hasil tidak langsung yang pertama dari proses suatu sistem. Pada umumnya efek suatu sistem dapat dikaji pada perubahan pengetahuan, sikap perilaku kelompok masyarakat yang dijadikan sasaran program. Outcome sistem pelayanan terpadu adalah penurunan kesakitan dan kematian bayi akibat penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi, penurunan fertilitas pasangan usia subur (PUS), dan jumlah balita yang kurang gizi dan sebagainya. Turunnya angka kematian bayi, angka kematian ibu adalah outcome sistem pelayanan terpadu yang penting karena

10 keduanya merupakan indikator yang paling peka untuk menentukan status kesehatan masyarakat (Muninjaya, 2004). 2.2 Konsep Imunisasi 2.2.1 Definisi Imunisasi Perawatan bayi dan anak melibatkan tindakan pencegahan maupun pengobatan penyakit. Salah satu prestasi paling besar dalam perawatan anak adalah pencegahan penyakit-penyakit infeksi tertentu dengan menggunakan imunisasi. Imunisasi merupakan usaha memberi kekebalan kepada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak (Hidayat, 2005). Menurut Gupte (2004) yang dimaksud dengan imunisasi adalah cara memproduksi imunitas aktif buatan untuk melindungi diri melawan penyakit tertentu dengan memasukkan suatu zat kedalam tubuh melalui penyuntikan atau secara oral. 2.2.2 Jenis-jenis vaksin imunisasi Sampai saat ini dikenal dua jenis imunitas yaitu alamiah dan buatan. Imunitas alamiah adalah murni pemberian Tuhan dan dibawa sejak seseorang dilahirkan kedunia. Sedangkan imunitas buatan jika pertahanan tubuh atau resistensi terhadap infeksi dibuat dengan memasukkan sebuah perlindungan dari luar. Imunitas buatan terbagi dua yaitu imunitas pasif dan imunitas aktif. Dikatakan imunitas pasif apabila perlindungan diberikan dari luar dan tidak berlangsung lama

11 tanpa ada partisipasi pertahanan tubuh dari dalam yang biasa disebut antibodi. Sedangkan imunitas aktif apabila perlindungan dari luar membuat tubuh memiliki simpanan antibodi yang berfungsi melawan penyakit tertentu maka tubuh secara aktif berpartisipasi menolak infeksi (Gupte, 2004). Di negara Indonesia terdapat jenis imunisasi yang di wajibkan oleh pemerintah dan ada juga yang hanya dianjurkan. Imunisasi wajib di Indonesia sebagaimana telah diwajibkan oleh WHO di tambah dengan hepatitis B (Hidayat, 2005). Jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah ini mencakup vaksinasi terhadap tujuh penyakit utama yaitu vaksin BCG, DPT, polio, campak dan hepatitis B. 2.2.2.1. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin) Pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit Tuberkulosis (TBC). Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup tetapi sudah dilemahkan. Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan ketika bayi baru lahir sampai berumur 12 bulan, tetapi sebaiknya pada umur 0-2 bulan. Imunisasi BCG cukup diberikan satu kali saja (Markum, 2007). Dosis untuk bayi kurang dari satu tahun adalah 0,05ml, dan untuk anak adalah 0,10ml. Imunisasi diberikan secara intrakutan di daerah insersi muskulus deltoideus kanan. BCG tidak dapat diberikan pada penderita leukemia, penderita dalam pengobatan jangka panjang, dan penderita infeksi HIV (Wahab, 2001).

12 Menurut Markum (2007) pemberian imunisasi BCG juga memberikan efek samping tetapi sifatnya ringan seperti peningkatan suhu tubuh. Pada tempat penyuntikan akan timbul benjolan kecil berisi cairan dan akan meninggalkan bekas. 2.2.2.2. Vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) Manfaat pemberian imunisasi ini adalah untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. DPT merupakan vaksin yang mengandung tiga elemen, yaitu toksoid Corynebacterium diphteriae (difteri), bakteri bordetella pertussis yang telah dimatikan (selu ruh sel), dan toksoid Clostridium tetani (Wahab, 2001). Imunisasi dasar DPT diberikan tiga kali. Waktu pemberian imunisasi DPT antara umur 2-11 bulan dengan interval empat minggu. Cara pemberian imunisasi DPT melalui intra muskuler. Efek samping pada pemberian imunisasi DPT antar lain pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan, demam, kadang-kadang bisa terjadi kejang dan shock (Hidayat, 2005). 2.2.2.3. Vaksin Poliomielitis Imunisasi polio diberikan untuk mendapat kekebalan terhadap penyakit poliomielitis. Terdapat dua jenis vaksin poliomielitis, yaitu vaksin yang diberikan per oral dan yang diberikan secara suntikan. Vaksin poliomielitis oral (Sabin) mengandung tiga tipe virus polio hidup yang dilemahkan (Virus polio 1, 2, dan 3). WHO merekomendasikan pemberian vaksin poliomielitis oral trivalent sebagai vaksin pilihan untuk pemberantasan poliomielitis (Wahab, 2001). Di Indonesia dipakai vaksin poliomielitis oral (Sabin) yang diberikan sejak bayi baru lahir atau berumur beberapa hari, dan selanjutnya 4-6 minggu. Pemberian

13 vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, hepatitis B, dan DPT. Bagi bayi yang sedang menetek maka ASI dapat diberikan seperti biasa karena ASI tidak berpengaruh terhadap vaksin polio. Imunisasi ulangan diberikan bersamaan dengan imunisasi ulangan DPT (Markum, 2007). 2.2.2.4. Vaksin Campak (Morbili) Imunisasi campak diberikan untuk memperoleh kekebalan terhadap penyakit campak secara aktif. Vaksin campak mengandung virus campak hidup yang telah dilemahkan. Vaksin campak harus didinginkan dengan suhu yang sesuai (2-8 0 C) karena sinar matahari atau panas dapat membunuh virus vaksin campak. Bila virus vaksin mati sebelum disuntikan, vaksin tersebut tidak akan mampu menginduksi respons imun. Banyak kegagalan vaksinasi akibat kesalahan penyimpanan (Wahab, 2001). Menurut WHO (200 3) yang dikutip oleh Markum (2007), imunisasi campak cukup dilakukan dengan satu kali suntikan setelah bayi berumur sembilan bulan. Dengan pemberian satu dosis vaksin campak, insidens campak dapat diturunkan lebih dari 90%. Namun, karena campak merupakan penyakit yang sangat menular, masih dapat terjadi wabah pada anak usia sekolah meskipun 85-90% anak sudah mempunyai imunitas. Oleh karena itu perlu pemberian ulangan vaksinasi pada usia sekitar 5-7 tahun. Tujuannya adalah untuk menekan jumlah individu yang rentan terjangkit campak sampai di bawah 1% (Gold, 2000 dalam Wahab, 2001). 2.2.2.5. Vaksin Hepatitis B Ada dua tipe vaksin hepatitis B yang mengandung HBsAg, yaitu vaksin yang berasal dari plasma, dan vaksin rekombinan. Kedua vaksin ini aman dan imunogenik

14 walaupun diberikan pada saat lahir karena antibody anti HBsAg ibu tidak mengganggu respon terhadap vaksin (Wahab, 2001). Bayi dari ibu pengidap HBsAg positif berespons kurang baik terhadap vaksin karena vaksinasi sering baru diberikan setelah infeksi terjadi. Efektifitas vaksin untuk mencegah pengidap hepatitis B kronis pada bayi-bayi ini berkisar antara 75-95%. Pemberian satu dosis imunoglobulin hepatitis B (hepatitis B Immunoglobulin, HBIG) pada saat lahir dapat sedikit memperbaiki efektifitasnya, tetapi HBIG tidak selalu tersedia di kebanyakan negara-negara berkembang, disamping harganya yang relatif mahal (EPI WHO, 1995 dalam Wahab, 2001). Pemberian imunisasi hepatitis B berdasarkan status HbsAg ibu pada saat melahirkan adalah sebagai berikut: 1) bayi yang lahir dari ibu yang tidak diketahui status HBsAg-nya mendapatkan 5mcg (0,5ml) vaksin rekombinan atau 10mcg (1,0ml) vaksin asal plasma dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada umur 1-2 bulan dan dosis ketiga pada umur 6 bulan. Kalau kemudian diketahui ibu mengidap HbsAg positif maka segera berikan 0,5ml HBIG (sebelum anak berusia satu minggu) 2) bayi yang lahir dari ibu HbsAg positif mendapatkan 0,5ml imunoglobulibn hepatitis (HBIG) d alam waktu 12 jam setelah lahir dan 5mcg (0,5ml) vaksin rekombinan. Bila digunakan vaksin berasal dari plasma, diberikan 10mcg (1,0ml) intramuskuler dan disuntikan pada sisi yang berlainan. Dosis kedua diberikan pada umur 1-2 bulan dan dosis ketiga pada umur 6 bulan.

15 3) Bayi yang lahir dari ibu HbsAg negatif diberi dosis minimal 2,5mcg (0,25ml) vaksin rekombinan, sedangkan kalau digunakan vaksin berasal dari plasma, berikan dosis 10mcg (1,0ml) intramuskuler pada saat lahir sampai usia 2 bulan. Dosis kedua diberikan pada umur 1-4 bulan, sedangkan dosis ketiga diberikan pada umur 6-18 bulan 4) Ulangan imunsasi hepatitis B (Hep B4) diberikan pada umur 10-12 tahun (IDAI, 1999 dalam Wahab 2001) 2.3 Gambaran pelaksanaan program posyandu dan status imunisasi Muninjaya ( 2004) menjelaskan bahwa pelayanan kesehatan terpadu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja puskesmas. Tempat pelaksanaan pelayanan program terpadu dibalai dusun, balai kelurahan, RW dan sebagainya disebut dengan pos pelayanan terpadu (Posyandu). Kegiatan dalam posyandu ini adalah semua kegiatan pelayanan terpadu mulai dari persiapan bahan, tempat dan kelompok penduduk sasaran yang dilakukan oleh staf puskesmas dan kader. Dilaksanakannya kegiatan posyandu di lapangan menggunakan mekanisme lima meja dengan urutan yang dimulai dari pendaftaran, penimbangan balita dan ibu hamil, pencatatan pada KMS, penyuluhan dan pelayanan untuk ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur (PUS) tentang KB, sampai dengan imunisasi (Effendi, 2008). Pelaksanaan program posyandu dikatakan berhasil apabila telah sesuai dengan tujuan dan target masing-masing program, misalnya meningkatkan cakupan vaksinasi

16 campak dari 45% manjadi 60% di suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun, mengintensifkan kegiatan imunisasi campak diwilayah binaan melalui upaya penyuluhan dan pencatatan penduduk sasaran setempat, menyediakan vaksin campak di semua posyandu sejumlah dua kali dari perhitungan jumlah bayi sasaran (Muninjaya, 2004). Mengingat bahwa pemberian imunisasi merupakan salah satu kegiatan di posyandu maka jelaslah bahwa kelengkapan imunisasi dalam suatu wilayah tertentu juga di tentukan oleh terlaksananya program posyandu dengan baik di wilayah tersebut. Imunisasi pada balita dikatakan lengkap apabila balita tersebut telah mendapatkan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan ikatan dokter anak indonesia (IDAI) diantaranya BCG, DPT, polio, campak dan hepatitis B. Status imunisasi balita ditentukan tidak hanya oleh faktor faktor rumah tangga seperti komunikasi, geografis program imunisasi yang di lakukan di posyandu. Status imunisasi dikatakan lengkap jika anak sudah memperoleh imunisasi, jika salah satu imunisasi tidak ada maka imunisasi tidak lengkap.

17 2.4 Kerangka Teori Skema 1 : kerangka teori penelitian tentang pelaksanaan program posyandu dan kelengkapan status imunisasi balita. Pelaksanaan program posyandu dan kelengkapan status imunisasi balita Pelaksanaan program posyandu Status imunisasi balita Mekanisme lima meja - Imunisasi wajib - Imunisasi di anjurkan - Terlaksana dengan baik - Terlaksana sebagian - Tidak terlaksana - Lengkap - Tidak lengkap Keterangan : = Tidak diteliti Gambar 2.1Kerangka Teori Sumber: Muninjaya (2004).

18 2.5 Kerangka Konsep Variabel Independen Variabel dependen status imunisasi balita Pelaksanaan program posyandu Gambar 2.2 Kerangka Konsep

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Rancangan Cross Sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara factor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). (Notoatmodjo, 2010). 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Suak Ribee Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat tahun 2013 3.2.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 12 agustus sampai 31 agustus tahun 2013. 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu dengan anak balita yang pernah datang ke posyandu-posyandu yang berada diwilayah kerja Puskesmas Suak 19

20 Ribee Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat jumlah populasi 353 anak balita. 3.3.2 Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik Accidental sampling ibu dan balita yang datang keposyandu pada pelaksaan posyandu. N n 1 N( d) 2 n = besarnya sampel N = total populasi d = derajat kebebasan = 0,1 Sehingga didapatkan : 353 n 1 353 (0,1) 2 Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 78 Balita. 78 Sampel Rumus: X Jumlah Balita Populasi Jumlah Balita Jumlah Sampel 78 353 X 40 = 9 Desa Suak Nie : 40 9 78 353 X 30 = 7 Desa Suak Raya : 30 7 78 353 X 21 = 5 Desa Suak Sigadeng : 21 5

21 78 353 X 60 = 13 Desa Suak Ribe : 60 13 78 353 X 55 = 12 Desa Kuta Padang : 55 12 78 353 X 40 = 9 Desa Ujong Kalak : 40 9 78 353 X 35 = 8 Desa Kampung Belakang : 35 8 78 353 X 24 = 5 Desa Suak Indrapuri : 24 5 78 353 X 27 = 6 Desa Kampung Pasir : 27 6 78 353 X 21 = 4 Desa Pasir Aceh : 21 4 3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner, untuk mencari informasi dari responden status imunisasi pada balita

22 3.4.2. Data sekunder Data sekunder yaitu data pendukung yang dibutuhkan peneliti yang berupa data Gambaran Umum Lokasi penelitian, dan laporan jumlah balita yang di imunisasi. 3.5 Definisi Operasional No Variabel Dependen 1 Pelaksanaan program posyandu Variabel indenpenden 2 Status imunisasi balita Definisi Cara ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala ukur Definisi Cara ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala ukur Keterangan Seperangkat kegiatan yang dilakukan pada waktu tertentu oleh puskesmas dan kader kesehatan Observasi Lembar Observasi 1. Terlaksana 2. Tidak terlaksana Ordinal Keterangan Terpenuhinya pemberian imunisasi aktif buatan sesuai dengan program imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah kepada balita. Wawancara Kuesioner 1. Lengkap 2. Tidak lengkap Ordinal 3.6. Aspek Pengukuran Pada penelitian ini digunakan kuesioner yang meliputi pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui. Alat yang digunakan adalah lembar kuesioner. Adapun penjelasan dari hasil ukur pada definisi operasional adalah sebagai berikut:

23 1. Pelaksanaan program posyandu : Berdasarkan kutipan dari Guttman (2006) adalah sebagai berikut: 1. Terlaksana = > 9 jawaban ya 2. Tidak terlaksana = 9 jawaban tidak 2. Status Imunisasi balita : Berdasarkan kutipan dari Guttman (2006) adalah sebagai berikut: 1. Lengkap = > 8 jawaban ya 2. Tidak lengkap = 8 jawaban tidak 3.7. Analisa Data Univariat adalah Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan perhitungan statistik sederhana yaitu persentase atau proporsi. (Eko Budiarto, 2001).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Secara geografis Puskesmas Suak Ribee Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat dengan luas wilayah kerja UPTD puskesmas Suak Ribe seluruhnya ± 6.328 km2 yang meliputi 10 desa.puskesmas Suak Ribee dengan batas batas wilayah kerja. 1. Sebelah Utara : Laut 2. Sebelah Selatan : Seunebok 3. Sebelah Barat : Cot Darat Sama Tiga 4. Sebelah Timur : Ujong Baroh Jumalah pegawai 70 orang dan 13 pegawai bakti 1. Dokter Umum : 1 2. Dokter Gigi : 1 3. Bidan : 40 4. Perawat : 41 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 12 agustus sampai dengan 31 agustus 2013. Dengan Mengunakan teknik pengambilan sampel yaitu total sampling di wilayah kerja Puskesmas Suak Ribeepada 78balita. 24

25 4.2 Analisis Univariat 4.2.1. Pelaksanaan Program Posyandu Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Program Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Suak Ribee Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. No Pelaksanaan Program Frekuensi % Posyandu 1 Tidak Terlaksana 2 20 2 Terlaksana 8 80 Total 10 100 Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013) bahwa mayoritas pelaksanaan program posyandu yang terlaksana yaitu 8 posyandu 80 % 4.2.2. Status Imunisasi balita Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Imunisasi balitadi Wilayah Kerja Puskesmas Suak Ribee Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. No Status Imunisasi balita Frekuensi % 1 Tidak Lengkap 27 34,6 2 Lengkap 51 65,4 Total 78 100 Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013) 65,4% bahwa mayoritas kelengkapan status imunisasi balita yaitu 51 responden 4.3. Pembahasan 4.3.1. Pelaksanaan Program Posyandu Ranuh, (2008).Imunisasi atau kekebalan tubuh terhadap ancaman penyakit adalah tujuan utama dari pemberian vaksinasi.pada hakekatnya kekebalan tubuh dapat dimiliki secara pasif maupun aktif.keduanya dapat diperoleh secara alami

26 maupun buatan oleh karena itu perlu dilakukannya imunisasi sebagai upaya pencegahan terhadap serangan penyakit yang berpengaruh terhadap status gizi anak. Program ini merupakan intervensi kesehatan yang paling efektif, yang berhasil meningkatkan angka harapan hidup (Ranuh, 200 1).Sejak penetapan the Expanded Program on Immunisation (EPI) oleh WHO, cakupan imunisasi dasar anak meningkat dari 5% hingga mendekati 80% di seluruh dunia. Sekurang-kurangnya ada 2,7 juta kematian akibat campak, tetanus neonatorum dan pertusis serta 200.000 kelumpuhan akibat polio yang dapat dicegah setiap tahunnya. Vaksinasi terhadap 7 penyakit telah direkomendasikan EPI sebagai imunisasi rutin di negara berkembang: BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B. Banyak anggapan salah tentang imunisasi yang berkembang dalam masyarakat. Banyak pula orang tua dan kalangan praktisi tertentu khawatir terhadap risiko dari beberapa vaksin. Menurut pendapat peneliti.program imunisasi dan pelaksanaan program posyandu di wilayah kerja Puskesmas Suak Ribe masih ada posyandu yang belum terlaksana, karena akibat kurangnya partisipasi mayarakat dalam kegiatan posyandu. Kurangnya partisipasi ini diakibatkan karena kebanyakan dari ibu yang mempunyai balita berstatus pekerja, sehingga tidak mempunyai waktu yang cukup untuk membawa anaknya ke posyandu. 4.3.2 Status Imunisasi balita Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar meliputi beberapa hal, salah satunya yang disampaikan oleh Suparyanto (2011) yang menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi balita antara lain adalah pengetahuan, motif, pengalaman, pekerjaan, dukungan keluarga, fasilitas posyandu, lingkungan, sikap, tenaga kesehatan, penghasilan dan pendidikan.

27 Para peneliti juga telah melakukan riset tentang faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi, antara lain yang dilakukan oleh Ningrum (2008) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Banyudono Kabupaten Boyolali di dapatkan hasil bahwa pengetahuan dan motivasi ibu berpengaruh positif terhadap kelengkapan imunisasi dasar, sedangkan tingkat pendidikan dan jarak rumah tidak mempunyai pengaruh terhadap kelengkapan imunisasi dasar. Penelitian lain yang dilakukan oleh Albertina (2009) tentang kelengkapan imunisasi dasar anak balita dan faktor-faktor yang berhubungan di poliklinik anak beberapa rumah sakit di Jakarta dan sekitarnya pada bulan Maret 2008 di dapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan orang tua terhadap kelengkapan imunisasi dasar, sedangkan faktor pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, dan sikap orang tua tidak berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar. Menurut peneliti.kelengkapan imunisasi pada anak balita adanya kesadaran dari orang tua balita yang ingin membawa anak keposyandu untuk di imunisasi, di dalam penelitian ini peneliti mendapatkan 34,6 % balita yang tidak lengkap di imunisasi dan yang lengkap 65,4 dari 78 balita.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan analitik seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya, maka penelitian ini menghasilkan sebagai berikut : 1. Persentase pelaksanaan program posyandu bedasarkan kelengkapan status imunisasi yang mempunyai status terlaksana adalah sebesar 62,8%. 2. Persentase kelengkapan status imunisasi yang mempunyai status terlaksana adalah sebesar 65,4 %. 5.2 Saran 1. Bagi Ibu dianjurkan kepada ibu supaya lebih banyak mencari sumber informasi atau menambah pengetahuan khususnya tentang imunisasi dengan sering mengikuti penyuluha-penyuluhan yang diadakan oleh puskesmas. Kepada ibu yang mempunyai balita supaya ikut serta apabila ada program imunisasi yang diadakan oleh tenaga kesehatan atau puskesmas. 2.Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk dapat bekerjasama dengan keluarga dalam menjaga dan meningkatkan kepeduliannya terhadap pentingnya imunisasi khususnya pada balita. 3.Bagi peneliti lain mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai gambaran pelaksanaan program posyandu dan status imunisasi balita di wilayah kerja Puskesmas Suak Ribee Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. 28