ABSTRACT. Kata kunci: gaya bahasa, antologi, cerpen

dokumen-dokumen yang mirip
MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI SETIAP BARIS HUJAN KARYA ISBEDY STIAWAN ZS ARTIKEL ILMIAH RANI FUJIATI NINDRI NPM

PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM IKLAN DI RCTI. E- mail : ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan.

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. metaforis, lokalitas merupakan sebuah wilayah tempat masyarakatnya secara

ANALISIS GAYA BAHASA KUMPULAN CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A.A. NAVIS

ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL SEBELAS PATRIOT KARYA ANDREA HIRATA

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO. Jurnal Publikasi Skripsi

BAB 3 METODE PENELITIAN

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BERBANTUAN MEDIA GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi diri (Chaer, 2007:33). Oleh karena itu, bahasa merupakan hal

ARTIKEL PENELITIAN. Diksi dan Gaya Bahasa Novel Moga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye. Oleh: ROSA MAULIDYA

untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi manusia untuk

ANALISIS GAYA BAHASA KUMPULAN CERPEN MATAHARI DI RUMAHKU

ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

MAJAS DALAM PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT

GAYA BAHASA DALAM CERITA MADRE KARYA DEWI LESTARI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

GAYA BAHASA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TENTANG GAYA BAHASA DI SMA KELAS X

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pengarang karya sastra tentu mempunyai berbagai ciri khas dalam

PENGGUNAAN MAJAS DALAM PUISI MENGGUNAKAN MEDIA LAGU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I GUNUNG TALANG

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA SASTRA DENGAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 LUBUK BASUNG

LANGUANGE STYLE IN A COLLECTION OF SHORT STORY IN MAGAZINE STORY AT APRIL AND MAY 2013 ISSUE

GAYA BAHASA NOVEL SAAT UNTUK MENARUH DENDAM DAN SAAT UNTUK MENABURKAN CINTA KAYRA JULIUS R. SIYARANAMUAL

TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM TEKS CERITA FANTASI KARYA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PAYAKUMBUH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS CERITA PENDEK DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SISWA KELAS XI SMA SEMEN PADANG

Gaya Bahasa dalam Karangan Bahasa Jawa Siswa Kelas VI SDN 2 Carat Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015)

KATEGORI DAN FUNGSI MAJAS DALAM LIRIK LAGU ALBUM BINTANG LIMA DEWA 19

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK OBJEK LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 SUTERA ARTIKEL ILMIAH

ABSTRACT. Kata kunci: membaca, membaca apresiatif cerpen, menulis teks cerpen

PENGGUNAAN GAYA BAHASA KIASAN NOVEL DALAM MIHRAB CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

GAYA BAHASA KOMENTATOR SEPAK BOLA DALAM ACARA INDONESIA SUPER LEAGUE DI STASIUN TELEVISI ANTV

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERPEN RECTOVERSO KARYA DEWI LESTARI

PENGGUNAAN MAJAS DALAM PUISI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 KOTO XI TARUSAN

ANALISIS GAYA BAHASA IKLAN ELEKTRONIK PRODUK KOSMETIK. Fadlun Al fitri

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal yang lain (KBBI, 2003: 588).

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA APRESIATIF DENGAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA PEMBANGUNAN LABOLATORIUM UNP

ANALISIS STILISTIKA PADA ANTOLOGI CERPEN PILIHAN KOMPAS 2014 DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

PENGGUNAAN MAJAS DALAM KUMPULAN CERPEN MATA YANG ENAK DIPANDANG KARYA AHMAD TOHARI DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA

INTISARI A. LATAR BELAKANG

KORELASI KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS EKSPOSISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN

ANALISIS GAYA BAHASA PERTENTANGAN DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ARTIKEL E-JOURNAL

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

GAYA BAHASA PERUMPAMAAN DALAM NOVEL SALAH PILIH KARYA NUR SUTAN ISKANDAR (KAJIAN STILISTIKA) ARTIKEL ILMIAH ADE PUTRA NIM.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK COPY THE MASTER TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SUNGAI TARAB E- JURNAL ILMIAH

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM PUISI KARANGAN SISWA KELAS IX MADRASAH TSANAWIYAH MADANI CERUK IJUK TAHUN AJARAN 2012/2013 ARTIKEL E-JOURNAL

TEMA DAN GAYA BAHASA KARYA HAJI ABDUL MALIK

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

GAYA BAHASA MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS SEBAGAI ALTERNATIF KAJIAN PENGEMBANGAN

KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 GADINGREJO. Oleh

MAJAS DALAM ROMAN HABIS GELAP TERBITLAH TERANG TERJEMAHAN ARMIJN PANE

PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DI SMPN 19 PADANG

N NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA

HUBUNGAN KOMPETENSI SEMANTIS DAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMAN 1 LENGAYANG

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN

KAJIAN PEMAKAIAN GAYA BAHASA PERULANGAN DAN PERBANDINGAN PADA KUMPULAN PUISI KARENA BOLA SKRIPSI

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) GAYA BAHASA RETORIS KIASAN NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA TERE LIYE. Oleh

HUBUNGAN PENGUASAAN GAYA BAHASA TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SISWA KELAS VII SMP N 1 RAO ARTIKEL ILMIAH

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer. Pertama,

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK)

BAB I PENDAHULUAN. karya puisi pasti tidak akan terlepas dari peran sebuah bahasa. Bahasa

GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERPEN SATU HARI YANG INGIN KUINGAT KARYA YETTI A.KA: TINJAUAN STILISTIKA ARTIKEL ILMIAH

GAYA BAHASA DALAM KOLOM PARODI SAMUEL MULIA PADA KORAN KOMPAS TAHUN 2014

MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA. Oleh

MACAM-MACAM MAJAS (GAYA BAHASA)

KONTRIBUSI MINAT BACA PUISI DAN PENGUASAAN GAYA BAHASA TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PUISI BEBAS SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 LEMBAH GUMANTI

BAB V PENUTUP. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX.4 DENGAN TEKNIK PEMODELAN DI SMP NEGERI 1 SOLOK SELATAN

POLA GAYA BAHASA DALAM TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA MAARIF LAWANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013. Dianti Setia Dharma 1 Sumadi 2 Titik Harsiati 3

GAYA BAHASA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMK

BAB 2 GAYA BAHASA IKLAN

GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERPEN KACAPIRING KARYA DANARTO (SEBUAH KAJIAN STILISTIKA)

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR INTRINSIK CERPEN DENGAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 18 PADANG ARTIKEL ILMIAH

STILISTIKA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI TESIS

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN NOVEL MIMPI BAYANG JINGGA KARYA SANIE B.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEKS DESKRIPSI

Gaya Bahasa pada Lirik Lagu dalam Album Gajah Karya Tulus dan Implikasinya. Oleh

MAJAS DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Oleh:

Novel Selamat Tinggal Jeanette merupakan novel yang mempunyai latar belakang adatistiadat

PENGGUNAAN GAYA BAHASA IKLAN POSMETRO PADANG

GAYA BAHASA DAN KAITANNYA DENGAN TEMA, LATAR DAN PENOKOHAN DALAM NOVEL CINTA BERTABUR DI LANGIT MEKKAH KARYA ROIDAH

GAYA BAHASA PERBANDINGAN DALAM NOVEL TARIAN DUA WAJAH KARYA S PRASETYO UTOMO ABSTRACT

Analysis of Song Lyric and Its Application in Language Style and Poetry Learning in Primary School

PENGGUNAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA DALAM IKLAN BISNIS. Silvi Tri Rohmaida 1 Sumadi 2 Titik Harsiati 3

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL)

KEMAMPUAN MENULIS CERITA BERBAHASA JAWA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 CANDI SIDOARJO. Ayuningtiastutik 1 Roekhan 2 Heri Suwignyo 3

Transkripsi:

GAYA BAHASA DALAM ANTOLOGI CERPEN REALITA DI BALIK LENSA KARYA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS NONREGULER A 2010 FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI PADANG Oleh: Yusiar Br Purba 1, Harris Effendi Thahar 2, Yasnur Asri 3 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang email: yusniarbrpurba@gmail.com ABSTRACT This research aims to describe type and function the language style that used in the short story anthology of Realita di Balik Lensa who created by university students of Indonesian Language and Literature Education class of nonregular A Faculty of Language and Art State University of Padang. The data of this research is sentences which used the language style. The data were collected by read every short story repeatedly, identification, classification, and then put it into inventory table. The results of the research show that 149 citations used the language style, 87 citations is comparison language style and 62 citations is uncomparison language style. The comparison language style is 11 types, such us: simile, metaphor, personification, metonymy, sinekdoke, hyperbole, allusion, paradox, oxymoron, epithets, and hipalase. The uncomparison language style is 14 types, such us: climax, repetition, parallelism, antithesis, anastrof, asyndeton, kiasmus, ellipsis, histeron porteron, periferasis, redundancy, prolepsis, rhetorical question, and silepsis. Personification and repetition is a type of comparison and uncomparison language style which most founded. The usage of language style in the short story anthology of "Realita di Balik Lensa" has four functions, it s: 75 citations to beautified, 50 citations to concreted, 22 citations to asserted, and 2 citations to quipped. Kata kunci: gaya bahasa, antologi, cerpen A. Pendahuluan Karya sastra lebih dikenal sebagai karya kreatif. Sebagai hasil kegiatan menulis kreatif, karya sastra harus diciptakan sekreatif mungkin. Semakin kreatif si penulis menciptakan karya sastra, semakin menarik pula karya sastra itu untuk dinikmati pembaca. Salah satu karya sastra adalah cerpen. Dalam menulis cerpen dibutuhkan ide, imajinasi, dan keterampilan menulis yang baik. Keterampilan menulis yang baik ditandai dengan tersampaikannya pikiran penulis kepada pembaca. Selain itu, dibutuhkan juga kreativitas penulis dalam menggunakan bahasa agar indah ketika dibaca. Gaya bahasa merupakan media yang dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran sekaligus memperindah bahasa dalam cerpen. Sebagai salah satu unsur intrinsik, gaya bahasa sangat memengaruhi terciptanya sebuah cerpen. Melalui gaya bahasa, dua penulis yang 1 Penulis Skripsi, Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, wisuda Maret 2017 2 Pembimbing I, Dosen FBS Universitas Negeri Padang 3 Pembimbing II, Dosen FBS Universitas Negeri Padang 84

Gaya Bahasa Dalam Antologi Cerpen Realita Di Balik Lensa Karya Mahasiswa Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Kelas Nonreguler A 2010 Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Padang-Yusiar Br Purba, Harris Effendi Thahar, Yasnur Asri ditugaskan menulis cerpen menggunakan unsur intrinsik yang sama dapat menghasilkan cerpen dengan daya tarik yang berbeda. Cerpen dapat ditemukan di media massa dan di buku. Cerpen yang telah dibukukan disebut antologi cerpen. Salah satu antologi cerpen adalah Realita di Balik Lensa. Setelah membaca antologi tersebut, ditemukan berbagai kutipan yang mengandung gaya bahasa. Gaya bahasa merupakan salah satu unsur intrinsik cerpen yang perlu diketahui dalam memahami dan menulis cerpen. Dengan demikian, penelitian ini berperan penting dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu dalam kurikulum 2013 edisi revisi kelas IX semester I KD 3.5 dan 3.6, yakni dalam hal memahami dan menelaah unsur serta aspek kebahasaan cerpen. Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan tersebut, penelitian dengan judul Gaya Bahasa dalam Antologi Cerpen Realita di Balik Lensa Karya Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Nonreguler A 2010 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang penting dilakukan karena dapat memberikan kontribusi dalam kemajuan bidang bahasa, sastra, dan pendidikan. B. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan dikaji menggunakan metode deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tidak menggunakan angka-angka, tetapi lebih menganalisis bahasa verbal (Semi, 1993:23). Data yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu satuan bahasa-satuan bahasa yang kemudian akan dideskripsikan (Ratna, 2012:47). Sumber data penelitian ini adalah cerpen-cerpen yang terdapat dalam antologi cerpen Realita di Balik Lensa (Iskandar, dkk., 2010:1 286). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel bertujuan atau purposive sampling, yakni mencari data-data seperti cerpen yang dapat dikaji gaya bahasanya. Kriteria penentuan sampel tersebut adalah dalam cerpen harus terdapat minimal tiga gaya bahasa. Apabila di dalam cerpen terdapat kurang dari tiga gaya bahasa, cerpen tersebut tidak digunakan sebagai sampel penelitian. Teknik pengabsahan data penelitian ini adalah triangulasi, yaitu memanfaatkan sesuatu yang lain yang ada di luar data untuk keperluan pengecekan data (Moleong, 2010:330). Ahli yang memeriksa keabsahan data dalam penelitian ini adalah dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Negeri Padang yaitu Zulfadhli, S.S, M.A. C. Pembahasaan 1. Gaya Bahasa yang Terdapat dalam Antologi Cerpen Realita di Balik Lensa Karya Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Nonreguler A 2010 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang Gaya bahasa yang ditemukan dalam cerpen adalah 11 jenis gaya bahasa perbandingan dalam 87 kutipan dan 14 jenis gaya bahasa nonperbandingan dalam 62 kutipan. Gaya bahasa perbandingan yang ditemukan yaitu simile, metafora, personifikasi, metonimi, sinekdoke, hiperbola, alusi, paradoks, oksimoron, epitet, dan hipalase. Gaya bahasa nonperbandingan yang ditemukan yaitu klimaks, repetisi, paralelisme, antitesis, anastrof, asindeton, kiasmus, elipsis, histeron porteron, pereferasis, pleonasme, prolepsis, pertanyaan retoris, dan silepsis. a. Gaya Bahasa Perbandingan 1) Simile Dalam cerpen ditemukan 27 kutipan yang mengandung gaya bahasa simile. Simile adalah gaya bahasa yang menyamakan sesuatu dengan yang lain menggunakan kata perumpamaan secara eksplisit (Manaf, 2010:125). Berdasarkan teori tersebut, kutipan berikut yang ditemukan dalam C1 dan C2 dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa simile karena menyatakan sesuatu 85

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 6 No. 1 Maret 2017; Seri A 84-92 sama dengan yang lain dan ditandai dengan penggunaan kata perumpamaan secara eksplisit yaitu bak dan petir. Ia bak idola di sekolahku. Suara ibuku terdengar bagai petir menyambar membangunkanku. 2) Metafora Dalam cerpen ditemukan 12 kutipan yang mengandung gaya bahasa metafora. Metafora adalah gaya bahasa perbandingan yang kata pembandingnya tidak disebutkan secara eksplisit, melainkan secara implicit (Manaf, 2010:125). Berdasarkan teori tersebut, kutipan berikut dikategorikan sebagai gaya bahasa metafora karena mengibaratkan pelajaran matematika seperti hantu. Namun, kata seperti diungkapkan secara implisit melalui penggunaan kata adalah. Bagi Raka, matematika adalah hantu. 3) Personifikasi Dalam cerpen ditemukan 29 kutipan yang mengandung gaya bahasa personifikasi. Personifikasi adalah gaya bahasa yang memperlakukan sesuatu apapun seolah-olah memiliki sifat-sifat atau berperilaku seperti manusia (Manaf, 2010:126). Berdasarkan teori tersebut, kutipan C16 berikut merupakan gaya bahasa personifikasi, karena sebuah suasana yaitu saat pagi-pagi di bulan April dibuat seolah-olah bertindak seperti manusia yaitu dapat menyeret. Pagi bulan April menyeret diriku akan kisah itu. Menyeret dapat diartikan menarik maju atau memaksa ikut. Menyeret dapat dilakukan manusia dengan langsung mengunakan tangan apabila sesuatu yang diseret termasuk kecil atau ringan atau dapat juga menggunakan benda-benda lain seperti tali. 4) Metonimi Dalam cerpen ditemukan 2 kutipan yang mengandung gaya bahasa metonimi. Gaya bahasa jenis ini menggunakan sebuah kata untuk menyatakan sesuatu yang lain karena mempunyai hubungan yang sangat dekat. Hubungan itu dapat berupa penemu untuk hasil penemuan, akibat untuk sebab, sebab untuk akibat, isi untuk menyatakan kulit, dan sebagainya (Manaf, 2010:126). Berdasarkan teori tersebut, kutipan C20 berikut ini dikategorikan sebagai gaya bahasa metonimi karena menggunakan kata merah untuk menyatakan rendah atau buruk. Hubungan antara nilai rapor dengan merah adalah bersifat akibat untuk sebab. Nilai rapornya tidak pernah merah, dan dialah seseorang yang dianugerahi kecerdasan oleh sang pencipta. Umumnya, nilai yang ditulis menggunakan pena bertinta merah di dalam rapor adalah nilai-nilai yang rendah atau buruk. Hal itu sudah dianggap sebagai pemahaman umum. Oleh sebab itu, orang-orang akan langsung mengerti bahwa ketika disebutkan rapornya banyak tinta merah, artinya adalah nilainya rendah-rendah atau banyak yang tidak lulus. 5) Sinekdoke Dalam cerpen ditemukan 2 kutipan yang mengandung gaya bahasa sinekdoke. Sinokdoke adalah gaya bahasa yang menggunakan unsur sebagian atau kata khusus, tetapi sesungguhnya mengacu kepada unsur keseluruhan. Begitupun sebaliknya, unsur keseluruhan atau kata umum digunakan kepada sesuatu yang mengacu ke unsur sebagian (Manaf, 2010:126). Berdasarkan teori tersebut, kutipan C3 berikut ini dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa sinekdoke. 86

Gaya Bahasa Dalam Antologi Cerpen Realita Di Balik Lensa Karya Mahasiswa Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Kelas Nonreguler A 2010 Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Padang-Yusiar Br Purba, Harris Effendi Thahar, Yasnur Asri Ia berusaha belajar untuk tidak mudah percaya pada omongan manis makhluk adam. Kalimat tersebut merupakan gaya bahasa sinekdoke jenis totum pro parte yaitu menyebut unsur keseluruhan atau unsur umum, tetapi sebenarnya hanya mengacu pada unsur sebagian. Unsur keseluruhan yang dimaksud dalam cerpen ini adalah adam atau semua laki-laki yang dianggap mengumbar janji manis, tetapi sebenarnya yang mengumbar janji manis kepada Arina hanya satu laki-laki, yaitu Aditya. 6) Hiperbola Dalam cerpen ditemukan 4 kutipan yang mengandung gaya bahasa hiperbola. Hiperbola adalah gaya bahasa yang memiliki pernyataan berlebihan yaitu dengan cara membesarmembesarkan sesuatu dari kenyataan. (Manaf, 2010:127). Berdasarkan teori tersebut, kutipan yang ditemukan dalam C19 dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena membesarbesarkan sesuatu. Aku tak kuasa jika air mata itu harus jatuh melubangi pipinya yang lesung itu. Membesar-besarkan yang dimaksud dalam hal ini adalah pernyataan tentang air mata yang dapat melubangi pipi. Air mata bukan sebuah benda yang runcing yang dapat melubangi sesuatu. 7) Alusi Dalam cerpen ditemukan 1 kutipan yang mengandung gaya bahasa alusi. Alusi adalah gaya bahasa yang menyugestikan kesamaan antara orang, tempat, keadaan atau peristiwa dengan acuan tetentu (Manaf, 2010:127). Berdasarkan teori tersebut, kutipan yang ditemukan dalam C19 dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa alusi. Ya, kota Jambi tempatku menghabiskan waktu kecilku hingga mengantongi KTP. Hal yang disugestikan dalam kutipan tersebut adalah antara seseorang yang telah berumur tujuh belas tahun dengan mengantongi KTP (Kartu Tanda Penduduk). Di Indonesia, seseorang yang sudah mempunyai KTP pastilah sudah berumur tujuh belas tahun. Hal itu sudah dianggap sebagai pengetahuan umum. 8) Paradoks Dalam cerpen ditemukan 1 kutipan yang mengandung gaya bahasa paradoks. Paradoks adalah gaya bahasa yang memiliki pernyataan yang bertentangan dari kebiasaan yang ada atau kurang logis (Manaf, 2010:127). Berdasarkan teori tersebut, kutipan dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa paradox. Aku benci menjadi orang yang sangat kaya. (C13 Hal. 196) Biasanya, semua orang menyukai dan bermimpi menjadi orang kaya. Namun, pernyataan tersebut yakni si aku, mengacu kepada Rendi justru membenci menjadi orang yang sangat kaya. 9) Oksimoron Dalam cerpen ditemukan 1 kutipan yang mengandung gaya bahasa oksimoron. Oksimoron adalah gaya bahasa yang menggunakan frasa yang maknanya saling bertentangan untuk membangun kebalikan makna yang tajam (Manaf, 2010:128). Berdasarkan teori tersebut, kutipan C6 dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa oksimoron. 87

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 6 No. 1 Maret 2017; Seri A 84-92 Lebih lunglai lagi ketika aku dihibahkan tugas membuat tulisan tentang kehidupan datuk yang memang menyenangkan namun terasa seratus kali lebih sulit. (C6 Hal. 47) 10) Epitet Dalam cerpen ditemukan 5 kutipan yang mengandung gaya bahasa epitet. Epitet adalah gaya bahasa yang menggunakan frasa deskriptif ungkapan untuk menggantikan nama orang, binatang, atau benda (Manaf, 2010:128). Berdasarkan teori tersebut, kutipan C14 dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa epitet karena menggunakan frasa deskriptif kabar burung dalam menyatakan berita yang belum jelas kebenarannya. Pernah aku dengar kabar kalau dia dipaksa menikahi seoran gadis karena terlalu dekatnya hubungan mereka. Tetapi ternyata semua itu hanya kabar burung. (C14 Hal. 216) Kabar burung yang dimaksud dalam kutipan tersebut adalah terkait dengan pernikahan Wahyu dengan perempuan lain. Orang-orang mengetahui bahwa Wahyu telah menikah. Berita itu tersebar tanpa terbukti kebenarannya. 11) Hipalase Dalam cerpen ditemukan 3 kutipan yang mengandung gaya bahasa hipalase. Hipalase adalah gaya bahasa yang menggunakan kata atau frasa yang tidak tepat untuk menerangkan sesuatu (Manaf, 2010:129). Berdasarkan teori tersebut, kutipan C15 dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa hipalase. Lery tidak cantik, tetapi hatinya sangat cantik bagiku. (C15 Hal. 226) Kata cantik digunakan untuk menerangkan hati, padahal lebih tepat untuk menerangkan wajah. Penggunaan gaya bahasa hipalase berfungsi untuk memperjelas cerpen sekaligus memperindah bahasa di dalam cerpen. b. Gaya Bahasa Nonperbandingan 1) Klimaks Dalam cerpen ditemukan 7 kutipan yang mengandung gaya bahasa klimaks. Klimaks adalah gaya bahasa yang dibentuk dengan meletakkan satuan bahasa yang maknanya kurang penting, disusul makna yang penting, begitu seterusnya sampai ke satuan bahasa yang maknanya sangat penting (Manaf, 2010:130). Berdasarkan teori tersebut, kutipan C7 dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa klimaks. Sekarang, esok, lusa, dan selamanya akan selalu mengisi hari-hariku. Gaya bahasa klimaks biasa digunakan untuk menegaskan makna sesuatu yang dimaksudkan. Maksud kutipan tersebut adalah untuk menjelaskan peran seorang laki-laki dalam kehidupan perempuan, yaitu si tokoh yang diceritakan dalam cerpen. 2) Repetisi Dalam cerpen ditemukan 14 kutipan yang mengandung gaya bahasa repetisi. Repetisi adalah gaya bahasa yang dibentuk dengan mengulang kata-kata yang penting atau kata-kata kunci untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (Manaf, 2010:130). Berdasarkan teori tersebut, kutipan C8 dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa repetisi. Aku beruntung memiliki Wahyu. Aku beruntung dicintai Wahyu. Aku beruntung dapat banyak pelajaran dari Wahyu. Aku paling beruntung ketika menjawab iya atas pertanyaan Wahyu. Aku sangat beruntung jadi pacar Wahyu. 88

Gaya Bahasa Dalam Antologi Cerpen Realita Di Balik Lensa Karya Mahasiswa Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Kelas Nonreguler A 2010 Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Padang-Yusiar Br Purba, Harris Effendi Thahar, Yasnur Asri 3) Paralelisme Dalam cerpen ditemukan 3 kutipan yang mengandung gaya bahasa paralelisme. Paralelisme adalah gaya bahasa yang membentuk kesejajaran pemakaian kata-kata, frasa, klausa yang menduduki fungsi tertentu dalam kalimat (Manaf, 2010:131). Berdasarkan teori tersebut, kutipan C12 dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa paralelisme. Randy memang kejam dan tidak berperikemanusiaan. Frasa yang dianggap sejajar tersebut adalah memang kejam dan tidak berperikemanusia. Kedua frasa tersebut memiliki kedudukan yang sama yaitu sebagai predikat. 4) Antitesis Antitesis adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata, frasa, atau klausa yang saling bertentangan gagasannya (Manaf, 2010:131). Berdasarkan teori tersebut, kutipan C13 dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa antitesis karena mendekatkan kata-kata yang berlawanan makna dalam satu kalimat. Ada bahagia dan duka yang membaur jadi satu. 5) Anastrof Anastrof adalah gaya bahasa yang menggunakan susunan unsur kalimat yang tidak biasa (Manaf, 2010:131). Berdasarkan teori tersebut, kutipan C5 dapat dikategorikan gaya bahasa anastrof karena membalikkan unsur kalimat yaitu keterangan. Sebulan sudah aku mencari gadis mungil itu. Jika diubah menjadi kalimat yang biasa, susunan kalimat tersebut adalah Sudah sebulan aku mencari gadis mungil itu. 6) Asindeton Asindeton adalah gaya bahasa yang gagasannya padat dan rinci, tetapi disebutkan tanpa konjungsi atau kata penghubung pada satuan bahasa yang sejajar. Bentuk-bentuk seperti itu biasanya hanya dipisahkan dengan tanda koma (Manaf, 2010:132). Berdasarkan teori tersebut, kutipan C3 dapat dikategorikan gaya bahasa asindeton. Buatnya, pria itu nafas, mataharinya, pusat dari segala kehidupannya 7) Kiasmus Kiasmus adalah gaya bahasa yang satuan bahasanya berimbang secara gramatika maupun maknanya, tetapi susunannya terbalik dibandingkan dengan susunan satuan bahasa lainnya (Manaf, 2010:133). Berdasarkan teori tersebut, kutipan C10 dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa kiasmus. Ringan ia berlari ke samping supir, temanku yang menyetir di balik kaca gelap tiga puluh persen. Satuan bahasa yang dibalikkan tersebut dapat dikembalikan susunannya sebagai berikut. Ia berlari dengan ringan ke samping supir. 8) Elipsis 89

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 6 No. 1 Maret 2017; Seri A 84-92 Elipsis adalah gaya bahasa yang menghilangkan kata atau frasa, tetapi dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan orang lain (Manaf, 2010:133). Berdasarkan teori tersebut, kutipan C17 dapat dikategorikan sebagai ellipsis. Bahkan aku tidak tahu, masihkah dia hidup ataukah... Isi dari bagian yang dihilangkan tersebut adalah mati. Jadi kalimat tersebut akan lengkap menjadi Bahkan aku tidak tahu, masihkah dia hidup ataukah mati. 9) Histeron Porteron Gaya bahasa jenis ini menempatkan kejadian yang terakhir terjadi pada bagian awal (Manaf, 2010:134). Berdasarkan teori tersebut, kutipan C18 dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa histeron porteron. Aku sedih sekali dengan kondisi bapak. Telah hampir empat tahun ia tidak menarik angkot lagi. Artinya, telah hampir empat tahun pula ia terbaring. 10) Periferasis Periferasis adalah gaya bahasa yang menggunakan satuan bahasa yang banyak atau tidak langsung pada sasaran (Manaf, 2010:137). Berdasarkan teori tersebut, kutipan C19 dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa periferasis. Aku terbangun kemudian di sebuah ranjang bergaris hitam putih. Kulihat di sekeliling ada sesosok wanita memakai cop perawat dan seorang pria yang menggantung stetiskop di lehernya. 11) Pleonasme Pleonasme adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata atau frasa berlebih untuk menegaskan suatu maksud. Ciri pleonasme adalah bila kata yang berlebihan itu dihilangkan, artinya tetap utuh (Manaf, 2010:137). Berdasarkan teori tersebut, kutipan C10 dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa pleonasme. Sigap temanku mengangkat tangan, melambai ringan memberi tanda. Apabila frasa mengangkat tangan dihilangkan, maka arti kalimat tersebut tetap utuh. Hal itu disebabkan ketika seseorang melambai pastilah dia mengangkat tangannya. Jadi kata melambai sudah mewakili arti yang ingin disampaikan. 12) Prolepsis Prolepsis adalah gaya bahasa yang mengungkapkan peristiwa yang secara kronologis terjadi belakangan, tetapi justru diungkapkan di bagian awal (Manaf, 2010:138). Berdasarkan teori tersebut, kutipan C19 dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa prolepsis. Memang kondisiku agak aneh setelah kecelakaan yang menimpaku dan papa waktu aku SMA dulu. Kami tidak bisa menahan takdir ajal papaku ketika pulang menonton bola di Persijam. 13) Pertanyaan Retoris Pertanyaan retoris adalah gaya bahasa yang mengajukan pertanyaan, tetaoi tidak membutuhkan jawaban (Manaf, 2010:138). Berdasarkan teori tersebut, kutipan C17 dapat dikategorikan gaya bahasa pertanyaan retoris. 90

Gaya Bahasa Dalam Antologi Cerpen Realita Di Balik Lensa Karya Mahasiswa Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Kelas Nonreguler A 2010 Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Padang-Yusiar Br Purba, Harris Effendi Thahar, Yasnur Asri Mungkinkah harapan itu tak akan kembali terjadi? Pertanyaan di dalam cerpen diajukan pengarang kepada pembaca, tetapi pembaca tidak perlu menjawab. Hal itu disebabkan pertanyaan tersebut memunyai satu jawaban yang langsung diketahui pembaca dari cerita sebelumnya. Kemungkinan jawaban dari pertanyaan tersebut mungkin ya mungkin tidak. 14) Silepsis Silepsis adalah gaya bahasa yang dibentuk dengan menghubungkan satu kata dengan kata yang lain yang dapat diterima secara gramatik tetapi tidak secara semantik (Manaf, 2010:139). Berikut adalah salah satu kutipan silepsis yang ditemukan dalam antologi cerpen. Iya. Febi ya? Jawabku gugup dengan penuh peluh di sekujur badan dan nyawaku. 2. Fungsi Gaya Bahasa yang Terdapat dalam Antologi Cerpen Realita di Balik Lensa Karya Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Nonreguler A 2010 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang Fungsi gaya bahasa yang ditemukan terdiri atas empat, yaitu mengonkretkan, menegaskan, memperindah, dan menyindir. a. Mengonkretkan Fungsi mengonkretkan dalam cerpen ditemukan sebanyak 50 kutipan. Mengonkretkan adalah usaha penulis memperjelas pemahaman ataupun bayangan pembaca terhadap latar suasana, tempat, dan waktu dalam cerita. Berikut adalah kutipan gaya bahasa personifikasi yang berfungsi untuk mengonkretkan. Pagi bulan April menyeret diriku akan kisah itu. b. Menegaskan Menegaskan berarti menerangkan atau menjadikan lebih jelas pernyataan yang dianggap penting dalam suatu wacana. Fungsi gaya bahasa untuk menegaskan dalam cerpen ditemukan sebanyak 22 kutipan. Berikut adalah kutipan gaya bahasa repetisi yang berfungsi untuk menegaskan. Aku beruntung memiliki Wahyu. Aku beruntung dicintai Wahyu. Aku beruntung dapat banyak pelajaran dari Wahyu. Aku paling beruntung ketika menjawab iya atas pertanyaan Wahyu. c. Memperindah Gaya bahasa yang berfungsi memperindah bertujuan untuk menyiasati agar pembaca tidak bosan dengan bahasa yang digunakan pengarang. Fungsi memperindah dalam cerpen merupakan fungsi gaya bahasa yang paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 75 kutipan. Berikut adalah kutipan gaya bahasa simile yang berfungsi untuk memperindah cerpen. Hujan mulai menitik, dan perlahan menjadi tirai lebat seperti rumbai raksasa. d. Menyindir Gaya bahasa yang berfungsi menyindir ditemukan hanya dua kutipan. Berikut adalah kutipan gaya bahasa sinekdoke yang berfungsi untuk menyindir. Ia berusaha belajar untuk tidak mudah percaya pada omongan manis makhluk adam. 91

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 6 No. 1 Maret 2017; Seri A 84-92 Kalimat tersebut merupakan gaya bahasa sinekdoke jenis totum pro parte. Hal itu disebabkan yang disebut dalam kalimat tersebut adalah unsur keseluruhan atau unsur umum, tetapi sebenarnya hanya mengacu pada unsur sebagian. D. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil analisis, disimpulkan dua hal berikut. Pertama, dalam antologi cerpen ditemukan 149 kutipan yang mengndung gaya bahasa yang tercakup dalam 11 jenis gaya bahasa perbandingan dan 14 jenis gaya bahasa nonperbandingan. Kedua, fungsi gaya bahasa yang ditemukan dalam cerpen adalah mengonkretkan, menegaskan, memperindah, dan menyindir. Penelitian tetang gaya bahasa ini diharapkan dapat diterapkan sebagai alternatif dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, yaitu seperti dalam mengidentifikasi unsur cerpen, menulis cerpen, dan menelaah atau mengapresiasi cerpen. Catatan: artikel ini disusun berdasarkan skripsi Yusniar Br Purba dengan Pembimbing I Prof. Dr. Harris Effendi Thahar, M.Pd. dan Pembimbing II Prof. Dr. Yasnur Asri, M.Pd. Daftar Rujukan Iskandar, dkk. (2010). Realita di balik lensa. Tugas Mahasiswa. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang. Manaf, N. (2010). Semantik bahasa Indonesia. Padang: UNP Press. Moleong, L. (2010). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ratna, N. (2012). Teori metode dan teknik penelitian sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Semi, A. (1993). Metode penelitian sastra. Bandung: Angkasa. 92