BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan pelaku-pelaku ekonomi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dapat diharapkan terwujud sesuai dengan perencanaannya. 1 Kebutuhan dana,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kemajuan perekonomian Indonesia baik dibidang perbankan, industri, real

I. PENDAHULUAN. melahirkan perkembangan usaha yang dapat menunjang perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Indonesia pada umumnya. tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan pelaku-pelaku

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 37 tahun 2004,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Krisis ekonomi yang telah berlangsung mulai dari tahun 1997, cukup

UNIVERSITAS MEDAN AREA BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mempunyai

2016, No Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, perlu menetapkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang Pedoman Imbalan Jasa bagi

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik dalam bentuk perorangan ( natural person ) ataupun dalam bentuk badan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan perikatan yang lahir dari undang-undang yang. mewajibkan seseorang yang telah memenuhi syarat yang ditentukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kepada Hakim menjatuhkan putusan tanpa hadirnya Tergugat. Putusan verstek

BAB I PENDAHULUAN. piutang. Debitor tersebut dapat berupa orang perorangan (natural person) dan. terhadap kreditor tak dapat terselesaikan.

BAB I PENDAHULUAN. dirinya mampu untuk ikut serta berkompetisi dalam pasar global,

BAB I PENDAHULUAN. kepentingannya dalam masyarakat dapat hidup dan berkembang secara. elemen tidak dapat hidup sendiri-sendiri, tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN. hal yang paling mendasar yaitu kemampuan untuk bertahan hidup (survive).

DAFTAR PUSTAKA. Yani,ahmad & Gunawan Widjaja Seri Hukum Bisnis,Kepailitan.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pinjam meminjam uang. Akibat dari perjanjian pinjam meminjam uang

BAB II GAMBARAN KASUS. Nomor 81/ Pdt.G/2012/PN.Pbr, yang pada pokoknya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-harinya tidak dapat terlepas dari interaksi atau hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang


Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB II Kasus Posisi, Fakta Hukum, dan Identifikasi Fakta Hukum. selaku Kreditur, telah terjalin hubungan keperdataan dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. Setiap debitur yang berada dalam keadaan berhenti membayar dapat dijatuhi

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I P E N D A H U L U A N. perusahaan atau badan usaha memerlukan sumber daya atau faktor faktor produksi

BAB I PENDAHULUAN. disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan terssebut diperoleh melalui pinjaman-pinjaman atau

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB IV ANALISIS Putusan Majelis Hakim Pengadilan Niaga dalam kasus PT. Indo Plus dengan PT. Argo Pantes Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan perekonomian dan perdagangan yang pesat di dunia serta

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan dalam rangka pengembangan usahanya dimungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. terbukti secara sederhana bahwa persyaratan permohonan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Lembaran Negara Republik

I. PENDAHULUAN. Perusahaan memiliki peran penting dalam negara Indonesia, yaitu sebagai

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Disusun Oleh : Anugrah Adiastuti, S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan kecanggihan teknologi dan sumber informasi semakin menunjang

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya dalam kehidupan perekonomian khususnya dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Kepailitan merupakan suatu sitaan umum atas harta kekayaan debitor yang

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi menjadi salah satu pilar penting dalam mendorong dan. meningkatkan pembangunan serta perekonomian nasional.

1905:217 juncto Staatsblad 1906:348) sebagian besar materinya tidak

BAB I PENDAHULUAN. utang-utangnya pada umumnya dapat dilakukan dengan cara dua hal, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang maupun jasa agar menghasilkan keuntungan.

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KESALAHAN PENERAPAN HUKUM OLEH HAKIM TERHADAP KEDUDUKAN KANTOR PELAYANAN PAJAK PENANAMAN MODAL ASING VI

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka. merata di segala bidang, salah satunya adalah bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam

BAB I PENDAHULUAN. tersebut akan melakukan barter, yaitu menukarkan barang yang. usaha dibagi menjadi 4 bentuk, yaitu : Perusahaan Perorangan (sole

PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

BAB I PENDAHULUAN. yang melanda dunia usaha dewasa ini, dan mengingat modal yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya begitu juga dengan perusahaan, untuk menjalankan suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi yang melanda dunia usaha dewasa ini telah menimbulkan banyak

Kedudukan Hukum Pemegang Hak Tanggungan Dalam Hal Terjadinya Kepailitan Suatu Perseroan Terbatas Menurut Perundang-Undangan Di Indonesia

PUTUSAN Nomor 13/Pailit/2005/PN.Niaga.Jkt.Pst.

PENGADILAN TINGGI MEDAN

(SKRIPSI) Oleh: Anik Suparti Ningsih

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum (rechtstaat) dimana

BAB I PENDAHULUAN. tahun Putusan pailit ini dapat dikatakan menghebohkan, k arena tidak ada yang

BAB II PENGATURAN HAK ISTIMEWA DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN GARANSI. Setiap ada perjanjian pemberian garansi/ jaminan pasti ada perjanjian yang

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

BAB III UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI ATAS OBJEK FIDUSIA BERUPA BENDA PERSEDIAAN YANG DIALIHKAN DENGAN JUAL BELI

BAB II KEBERADAAN LEMBAGA PAKSA BADAN (GIJZELING/ IMPRISONMENT FOR CIVIL DEBTS) DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

WEWENANG KURATOR DALAM PELAKSANAAN PUTUSAN PAILIT OLEH PENGADILAN

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. patut, dinyatakan sebagai penyalahgunaan hak. 1 Salah satu bidang hukum

Indikator Insolvensi Sebagai Syarat Kepailitan Menurut Hukum Kepailitan Indonesia. Oleh : Lili Naili Hidayah 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan sejumlah uang misalnya, dapat meminjam dari orang

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

KEDUDUKAN KREDITUR SEPARATIS DALAM HUKUM KEPAILITAN

BAB I PENDAHULUAN. penundaan kewajiban pembayaran utang yang semula diatur dalam Undang-

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

PUTUSAN Nomor: 018 K/N/1999 ================================================= DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

BAB I PENDAHULUAN. Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang TUJUAN KEPAILITAN TUJUAN KEPAILITAN. 22-Nov-17

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan yang menyokong pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Kendatipun

kemungkinan pihak debitor tidak dapat melunasi utang-utangnya sehingga ada

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang berkembang, baik dari sumber alam,

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan pelaku-pelaku ekonomi

P U T U S A N NOMOR : 16/PDT/2012/PTR. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA;

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Indonesia pada umumnya tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan pelaku-pelaku ekonomi yang melakukan kegiatan ekonomi. Pertumbuhan dan perkembangan pelakupelaku ekonomi dapat terjadi karena tersedianya beberapa faktor penunjang serta iklim berusaha yang bagus sebagai salah satu faktor yang dominan. Meskipun demikian terdapat satu faktor yang relatif sangat penting dan harus tersedia, ialah tersedianya dana dan sumber dana, mengingat dana merupakan motor bagi kegiatan dunia usaha pada umumnya. Setiap organisasi ekonomi dalam bentuk apapun atau dalam skala apapun selalu membutuhkan dana yang cukup agar laju kegiatan serta perkembangannya dapat diharapkan terwujud sesuai dengan perencanaannya. Kebutuhan dana, adakalanya dapat dipenuhi sendiri (secara internal) sesuai dengan kemampuan, tetapi adakalanya tidak dapat dipenuhi sendiri. Untuk itu dibutuhkan bantuan pihak lain (eksternal) yang bersedia membantu menyediakan dana sesuai dengan kebutuhan dengan cara meminjam atau berutang kepada pihak lain. Utang dalam dunia usaha adalah suatu hal yang biasa dilakukan oleh pelaku usaha perorangan maupun perusahaan. Para pelaku usaha yang masih dapat membayar kembali utang-utangnya biasa disebut pelaku usaha yang solvable, artinya pelaku usaha yang mampu membayar utang-utangnya. Sebaliknya pelaku usaha yang sudah tidak bisa membayar utang-utangnya disebut insolvable, artinya tidak mampu membayar. 1 1 Sri Redjeki Hartono,1999. Hukum Perdata Sebagai Dasar Hukum Kepailitan Modern, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 7, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta. Hal.9

Suatu usaha tidak selalu berjalan dengan baik dan lancar, acap kali keadaan keuangan pelaku usaha tersebut sudah sedemikian rupa sehingga sampai pada suatu keadaan berhenti membayar, yaitu suatu keadaan dimana pelaku usaha tidak mampu lagi membayar utang-utangnya yang telah jatuh tempo. Para Kreditor yang mengetahui bahwa Debitur tidak mampu lagi membayar utang-utangnya akan berlomba untuk terlebih dahulu mendapatkan pembayaran piutangnya dengan cara memaksa Debitur untuk menyerahkan barang-barangnya, dapat juga Debitur melakukan perbuatan yang hanya menguntungkan satu orang atau beberapa orang Krediturnya saja dan yang lainnya dirugikan. Tindakan Kreditur atau perlakuan Debitur yang demikian jelas akan memberikan ketidak pastian bagi Kreditur lain yang beritikad baik yang tidak ikut mengambil barang-barang Debitur sebagai pelunasan piutangnya, sehingga piutang Kreditur yang beritikad baik tersebut tidak terjamin pelunasannya. Tindakan tersebut merupakan perlakuan tidak adil oleh Debitur terhadap Krediturnya, keadaan ini dapat dicegah melalui lembaga kepailitan. Berkaitan dengan hal tersebut diatas Sri Redjeki Hartono mengatakan: Lembaga kepailitan memberikan suatu solusi terhadap para pihak apabila Debitor dalam keadaan berhenti membayar/tidak mampu membayar. Lembaga kepailitan mencegah/menghindari dua hal berikut, yang keduanya merupakan tindakan-tindakan yang tidak adil dan dapat merugikan semua pihak, yaitu: menghindari eksekusi massal oleh Debitor atau Kreditor dan mencegah terjadinya kecurangan oleh Debitur sendiri. 2 Masalah kepailitan selalu menimbulkan akibat yang panjang baik bagi debitur, kreditur maupun stake holder perusahaan, terutama karyawan perusahaan karena bagaimanapun terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja akan membawa implikasi yang buruk terhadap karyawan perusahaan maupun keluarganya. Secara 2 Ibid Hal. 22

lebih luas, kepailitan perusahaan akan membawa pengaruh yang tidak menguntungkan terhadap perekonomian negara. Sementara itu, pada saat ini, banyak perusahaan-perusahaan yang senantiasa menghadapi ancaman permohonan kepailitan di Pengadilan Niaga, karena kesulitan membayar utang perusahaan terhadap kreditur-krediturnya. Hal ini tentu menarik untuk menjadi kajian tersendiri. Hukum kepailitan merupakan salah satu bidang hukum yang saat ini banyak dipelajari, ditelaah dan dibahas kembali oleh berbagai pihak, terutama kalangan ilmuwan, maupun para praktisi khususnya yang bergerak di bidang hukum bisnis. Kondisi ini dimulai sejak terjadinya krisi moneter di indonesia pada pertengahan Juli 1997, yang mengakibatkan banyaknya perusahaan mengalami kebangkrutan. Hukum kepailitan yang lama dianggap sudah ketinggalan, sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan hukum para pelaku bisnis yang menginginkan agar proses kepailitan itu dapat berjalan secara cepat, transparan, efektif, adil, dan mampu menjamin kepastian hukum. Perkembangan perekonomian global membutuhkan aturan hukum kepailitan yang mampu memenuhi kebutuhan hukum para pelaku bisnis dalam penyelesaian utang piutang mereka. Globalisasi hukum mengikuti globalisasi ekonomi, dalam arti substansi berbagai Undang-Undang dan perjanjian-perjanjian menyebar melewati batas-batas negara. 3 Dalam ilmu pengetahuan Hukum Perdata, disamping hak menagih (Vorderingsrecht), apabila debitur tidak memenuhi kewajiban membayar 3 Sunarmi, 2010. Hukum Kepailitan Edisi 2, PT.SOFMEDIA, Jakarta. Hal. 1

hutangnya, maka kreditur mempunyai hak menagih kekayaan debitur, sebesar piutangnya kepada debitur itu (Verhaalstrecht). 4 Apabila seorang debitur, mengabaikan atau mengalpakan kewajiban dan karena itu ia melakukan cacat prestasi, maka krediturnya dapat menuntut: 1. Pemenuhan prestasi, 2. Ganti rugi pengganti kedua-duanya ditambahkan dengan kemungkinan penggantian kerugian selanjutnya. Jika menghadapi suatu persetujuan timbal balik, maka sebagai gantinya kreditur dapat menuntut pembatala persetujuan plus ganti rugi. 5 Dalam hal ini dikaitkan dengan kasus berdasarkan Putusan No.08/Pailit/2013/PN.Niaga/Mdn yang mana ada PT. TUNGGUL ULUNG MAKMUR (PT TUM). Berkantor Jl. Hang Jebat No. 4 Kijang Kota Bintan Timur, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Sebagai Pemohon Pailit. dan PT.USAHA BINTAN BERSAMA SEJAHTERA (PT UBBS). Berkantor dikomplek Inti Batam Business &Industrial Park, Blok D, No.1-4 Sei. Panas, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Sebagai Termohon Pailit. Bahwa Pemohon Pailit adalah Perseroan Terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia, bergerak di bidang perdagangan umum, perindustrian, pertanian, pertambangan, kehutanan, telekomunikasi, jasa, percetakan, kontraktor real estate dan transportasi sesuai Akta pendirian No.8, 15 Mei 2002. Bahwa Pemohon telah melakukan Perjanjian Kerjasama dengan Termohon,10 Juni 2009 yang pada intinya memuat hal-hal tentanghak dan 4 Mariam Darus Badrulzaman, 2001. Kompilasi Hukum Perikatan, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung. Hal. 9 5 F. Tengker, 1993. Hukum Suatu Pendekatan Elementer, Penerbit Nova, Bandung. Hal. 80

kewajiban Pemohon dan Termohon untuk export hasil penambangan Biji Bouksit, lokasi tambang di Desa Kelong, Kecamatan Bintan Pesisir, Kabupaten Bintan Provinsi Kepri, seluas + 140 Ha (seratus empat puluh hektar). Bahwa berdasarkan uraian diatas, terbukti Termohon memiliki pada Pemohon yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih sebesar USD 1.917.450,16 (satu juta sembilan ratus tujuh belas ribu empat ratus lima puluh koma enam belas dollar Amerika), atau dihitung dengan nilai tukar saat ini USD 1= Rp.11.540 (sebelas ribu lima ratus empat puluh rupiah), berjumlah Rp. 22.127.374.846,4 (dua puluh dua miliyar seratus dua puluh tujuh juta tiga ratus tujuh puluh empat ribu delapan ratus empat puluh enam koma empat rupiah),ditambah kerugian (keuntungan yang bisa diperoleh) periode Tahun 2011/2012 dan Tahun 2012/2013 masing-masing sebesar 7,25% (tujuh koma dua puluh lima persen)/pertahun. Sehingga USD1.917.450,16 x 7,25%=USD 139.015,14 (seratus tiga puluh sembilan ribu lima belas koma empat belas dollar Amerika) x 2 (dua) tahun, periode (2011/2012 dan 2012/2013) = USD 278.030,28 (dua ratus tujuh puluh delapan ribu tiga puluh koma dua puluh delapan dollar Amerika), dengan nilai tukar rupiah saat ini USD 1 = Rp.11.540 (sebelas ribu lima ratus empat puluh rupiah), maka berjumlah Rp. 3.208.469.431,2 (tiga miliyar dua ratus delapan juta empat ratus enam puluh sembilan ribu empat ratus tiga puluh satu koma dua rupiah).maka seluruhnya berjumlah Rp. 25.335.844.277,6 (dua puluh lima miliyar tiga ratus tiga puluh lima juta delapan ratus empat puluh empat ribu dua ratus tujuh puluh tujuh koma enam rupiah). Namun, berdasarkan ketentuan yang ada bahwa permohonan pailit dapat dikabulkan jika dilakukan pembuktian secara sederhana dalam persidangan dan

juga dapat membuktikan debitur memiliki 2 kreditur yang belum dibayar hutangnya. Namun, dikarenakan dalam perkara ini pembuktian begitu rumit dan tidak terbukti debitur memiliki dua kreditur yang tidak dibayar hutangnya maka Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri Medan memutuskan untuk menolak permohonan pailit oleh Pemohon. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini akan mengambil judul Tinjauan Hukum Terhadap Tidak Dipenuhinya Kewajiban Debitur dan Penolakan Pailit Oleh Pengadilan (Studi Kasus Putusan No. 08/Pailit/2013/PN.Niaga/Mdn). A. Pengertian dan Penegasan Judul Dalam penulisan skripsi ini adapun judul yang diajukan penulis adalah Tinjauan Hukum Terhadap Tidak Dipenuhinya Kewajiban Debitur dan Penolakan Pailit Oleh Pengadilan (Studi Kasus Putusan No: 08/Pailit/2013/PN.Niaga/Mdn). Agar tidak menimbulkan penafsiran dan pengertian yang berbeda-beda terhadap judul skripsi ini maka penulis akan menguraikan pengertian dari judul skripsi yang dimaksud secara etimologi (kata per kata), yaitu : - Tinjauan adalah Pendapat meninjau, pandangan, pendapat, perbuatan meninjau. 6 - Hukum adalah peraturan yang dibuat oleh penguasa (pemerintah) atau adat yang berlaku bagi semua orang di suatu masyarakat (negara). 7 - Terhadap adalah tentang berkenaan dengan. 8 6 W.J.S Poerwadarminta, 2004. Kamus Umum Bahasa Indonesia,Balai Pustaka, Jakarta. Hal. 1078 7 Sudarsono, 2007, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta. Hal.167 8 W.J.S Poerwadarminta, Op Cit. Hal. 1037

- Tidak Dipenuhinya Kewajiban adalah lalai melakukan apa yang menjadi keharusan untuk dilakukan dalam sebuah ikatan perjanjian. - Debitur adalah orang atau lembaga yang berutang kepada orang atau lembaga lain. 9 - Dan adalah penghubung satuan bahasa. 10 - Penolakan adalah proses, cara, perbuatan menolak 11 - Pailit adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mampu lagi untuk membayar utang-utangnya, berdasarkan putusan hakim. 12 - Oleh adalah kata penghubung untuk menandai pelaku - Pengadilan adalah proses mengadili, keputusan hakim, dewan atau majelis yang mengadili perkara, sidang hakim ketika mengadili perkara. 13 - Studi Kasus Putusan adalah No. 08/Pailit/2013/PN.Niaga/Mdn tentang penolakan permohonan pailit yang diputuskan oleh pengadilan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini. Dengan demikian maka dapatlah jelas tentang makna dan pengertian dari judul skripsi penulis dan dikatakan bahwa pembahasan skripsi penulis ini sekitar masalah kepailitan dikarenakan debitur tidak memenuhi kewajibannya membayar hutang, namun ada cara dengan pembuktian sederhana pada pengadilan apakah debitur dapat dinyatakan pailit atau tidak, maka judul penulisan skripsi tentang tinjauan hukum terhadap tidak dipenuhinya kewajiban debitur dan penolakan pailit oleh pengadilan (studi kasus putusan No. 08/Pailit/2013/ PN.Niaga/Mdn). 9 Ibid. Hal. 90 10 www. Kamus bahasa Indonesia online. Diakses 14 April 2014 11 Ibid 12 Sudarsono Op Cit. Hal. 336 13 Ibid. Hal. 349

B. Alasan Pemilihan Judul Pada saat sekarang ini sering kali masyarakat melakukan perjanjian sewa beli pada pihak perusahaan, dalam ini maka alasan penulis melakukan pemilihan dari judul tersebut adalah: 1. Untuk mengetahui Faktor-Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya pailit. 2. Untuk mengetahui alasan apa saja yang menjadi dasar penolakan permohonan pailit pada pengadilan 3. Untuk mengetahui akibat hukum jika terjadi kepailitan. C. Permasalahan Dalam suatu penulisan suatu karya ilmiah pasti akan ada permasalahan yang akan dibahas dalam pemaparan dan pemahaman isi penulisan. Adapun permasalahan dalam penulisan ini adalah: 1. Faktor-Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya pailit? 2. Apa yang menjadi alasan penolakan permohonan pailit pada pengadilan? 3. Bagaimana akibat hukum jika terjadi kepailitan? D. Hipotesa Hipotesa dapat diartikan suatu yang berupa dugaan-dugaan atau perkiraanperkiraan yang masih harus dibuktikan kebenaran atau kesalahannya, atau berupa pemecahan masalah untuk sementara waktu. 14 Dalam hal ini penulis juga akan 14 Samsul Arifin, 2012. Metode Penulisan Karya Ilmiah dan Penelitian Hukum, Medan Area University Press. Hal.38

membuat hipotesa. Adapun hipotesa penulis dalam permasalah yang dibahas adalah sebagai berikut : 1. Faktor-faktor penyebab terjadinya pailit adalah adalah karena perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik, tidak mampu membayar hutanghutangnya kepada kreditur. 2. Bahwa sebagaimana ditegaskan oleh Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang Nomor : 37 Tahun 2004, bahwa salah satu syarat untuk dapat dikabulkannya permohonan pernyataan pailit adalah pembuktian atas fakta dan keadaan dalam perkara kepailitan harus dapat dilakukan dengan sederhana, dan juga harus dapat membuktikan Termohon Pailit memiliki dua atau lebih Kreditur. 3. Dalam hal terjadinya Pailit maka dapat mengakibatkan seluruh harta kekayaan debitur serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan berada dalam sitaan umum sejak saat putusan pailit diucapkan. E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulisan yang dilakukan adalah: 1. Sebagai penambah pengetahuan penulis sendiri dibidang ilmu hukum keperdataan tentang Pailit. 2. Sebagai salah satu bentuk sumbangsih pemikiran bagi masyarakat umum agar berhati-hati dalam membuat suatu perusahaan dan membuat kerja sama antar perusahaan agar tidak terjadi kepailitan. 3. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Medan Area.

F. Metode Penelitian Untuk baiknya suatu karya ilmiah seharusnyalah didukung oleh data-data, demikian juga dengan penulisan skripsi ini penulis berusaha untuk memperoleh data-data maupun bahan-bahan yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini setidak-tidaknya dapat lebih dekat kepada golongan karya ilmiah yang baik. Untuk mengetahui data yang dipergunakan dalam penulisan ini maka penulis mempergunakan 2 (Dua) metode: 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu dengan melakukan penelitian terhadap berbagai sumber bacaan yaitu buku-buku, majalah hukum, pendapat para sarjana dan juga bahan-bahan kuliah. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu dengan melakukan kelapangan dalam hal ini penulis langsung melakukan studi pada Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri Medan dengan mengambil Kasus yang berhubungan dengan judul yaitu tentang Pailit yang ditolak oleh Pengadilan yaitu Putusan No: 08/Pailit/2013/ PN.Niaga/Mdn. G. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penyusunan dan pembahasan skripsi ini, penulis membuat suatu sistematika penulisan secara teratur yang terdiri dari beberapa bagian yang mempunyai hubungan yang erat antara yang satu dengan yang lainnya. Sistematika penulisan atau gambaran isi tersebut dibagi dalam beberapa bab, dan diantara bab-bab itu terdiri pula atas beberapa sub bab. Adapun susunannya sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN

Didalam bab ini diuraikan mengenai pendahuluan pengantar yang mengantarkan kita menuju uraian-uraian selanjutnya. Pendahuluan ini Pengertian dan Penegasan Judul, Alasan Pemilihan Judul, Permasalahan, Hipotesa, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II :TINJAUAN UMUM TENTANG KREDITUR DAN DEBITUR Bab ini merupakan bab kelanjutan dari bab sebelumnya. Bab ini pada dasarnya hanya membahas pokok sebagaimana judul babnya. Bab ini secara teoritis akan membahas hal-hal yang berhubungan Pengertian Kreditur dan Debitur, Hak dan Kewajiban Kreditur, dan Hak dan Kewajiban Debitur. BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG KEPAILITAN Bab ini merupakan bab kelanjutan dari bab sebelumnya. Bab ini pada dasarnya hanya membahas pokok sebagaimana judul babnya. Dalam Bab ini akan diuraikan tentang : Sejarah Hukum Kepailitan, Syarat-Syarat Permohonan Pernyataan Pailit, Proses Permohonan dan Putusan Pernyataan Pailit dan Pihak-Pihak Yang Dapat Mengajukan Pailit. BAB IV :TIDAK DIPENUHINYA KEWAJIBAN DAN PENOLAKAN PAILIT OLEH PENGADILAN Bab ini merupakan bab kelanjutan dari bab sebelumnya. Bab ini pada dasarnya hanya membahas pokok sebagaimana judul babnya. Dalam Bab ini akan diuraikan tentang : Faktor-Faktor Terjadinya

Kepailitan, Penolakan Pailit Oleh Pengadilan, Akibat Hukum Kepailitan, serta Kasus dan tanggapan Kasus. BAB V : PENUTUP Berisikan dari rangkuman yang merupakan kesimpulan dari seluruh pembahasan yang dilakukan. Juga saran-saran yang merupakan sumbangsih pemikiran penulis. DAFTAR PUSTAKA