PENUNTUN PRAKTIKUM PEMBIBITAN DAN PENETASAN DISUSUN OLEH : TIM PENGAJAR LABORATORIUM JURUSAN ILMU PETERNAKAN FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR 2015
PENDAHULUAN Latar Belakang Industri perunggasan di Indonesia berkembang sesuai dengan kemajuan perunggasan global yang mengarah kepada sasaran mencapai tingkat efisiensi usaha yang optimal, sehingga mampu bersaing dengan produk dari produk-produk unggas luar negeri.produk unggas, yakni daging ayam dan telur, dapat menjadi lebih murah sehingga dapat menjangkau lebih luas masyarakat di Indonesia.Pembangunan industri perunggasan menghadapi tantangan yang cukup berat baik secara global maupun lokal karena dinamika lingkungan strategis di dalam negeri. Tantangan global ini mencakup kesiapan daya saing produk perunggasan, utamanya bila dikaitkan dengan lemahnya kinerja penyediaan bahan baku pakan, yang merupakan 60-70 % dari biaya produksi karena sebagian besar masih sangat tergantung dari impor. Telur merupakan makanan yang disediakan unggas untuk pertumbuhan embrionya, dari embrio awal ssampai terbentuk anak ayam yang siap menetas. Pada perkembangan akhir isi telur akan semakin habis, yang tersisa hanya sedikit kuning telur yang akan dimanfaatkan oleh anak ayam selama sekitar 2 hari. Itulah sebabnya telur pada mamalia berbeda dengan telur pada unggas. Menetaskan telur ayam berarti mengeramkan telur agar menetas dengan tanda kerabang telur terbuka atau pecah sehingga anak ayam dapat keluar dan dapat hidup. Penetasan telur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penetasan telur pada induk dan mempergunakan mesin penetas atau incubator. Oleh karena itu, penetasan telur bertujuan untuk mendorong industri perunggasan dalan penyediaan bibit unggul dalam jumlah besar. Mesin tetas merupakan mesin penetasan yang mempunyai prinsip kerja seperti pada induk ayam pada saat mengerami telur.mesin tetas diusahakan memenuhi berbagai syarat yang sesuai untuk perkembangan struktural dan fisiologi dari embrio anak ayam.dalam pembuatan alat tetas perlu dipertimbangkan beberapa solusi dalam pengaturan parameter biologi yang meliputi temperatur, kelembaban udara dan sirkulasi udara.pada alat penetasan semua faktor-faktor tersebut dapat diatur dengan baik sesuai dengan kondisi yang diinginkan dan sesuai dengan kondisi proses biologi penetasan (Nesheim et al., 1979). Sebelum digunakan peralatan penetasan disucihamakan dahulu. Semua alat dicuci bersih dan disemprot dengan obat pembasmi hama. Juga bisa digunakan alkohol 70% untuk bahan penyemprot. Selanjutnya alat dikeringkan dan dimasukkan dalam ruang penetasan (Chan dan Zamrowi, 19943). Alat pemanas dihidupkan dan diatur jarak penyetekan antara temperatur 99-102 o F dengan cara mengatur jarak dengan memutar gagang pelatuk pada switch diantara regulator dengan switch. Setelah temperatur yang diinginkan tercapai (temperatur konstan), dibiarkan sampai satu jam sambil dikontrol (Soedjarwo, 1999). Begitu juga untuk kelembaban udara. Bak air diisi dengan air jangan sampai penuh dan dimasukkan ke dalam alat penetas. Diatur kelembabannya antara 55-60%. Pengaturan dilakukan dengan menambah atau mengurangi air dalam bak. Untuk lebih mudahnya biasanya bak diisi air 2/3 bagian dan dibiarkan sampai kelembaban konstan (Nuryati et al., 1998). 2
Telur biasanya tidak bisa langsung dapat dimasukkan ke dalam alat penetasan, mengingat ada periode tertentu untuk persiapan penetasan telur. Untuk itu diperlukan waktu penyimpanan sebelum penetasan. Masa penyimpanan sebaiknya tidak lebih dari 7 hari, karena penyimpanan yang melebihi waktu tersebut akan menurunkan prosentase penetasan telur tetas (Nesheim et al., 1979). Kelembaban udara sangat penting mengingat untuk mempertahankan laju penguapan air di dalam telur. Akibat penguapan udara ini akan membesar kantung udara. Kelembaban udara dapat dilihat pada higrometer dan mengaturnya dengan cara menambah atau mengurangi air di dalam bak air. Pada kerabang telur terdapat ribuan pori-pori mikro untuk pertukaran gas. Oleh karena itu untuk menjaga agar tidak terjadi penguapan yang berlebihan perlu diatur kelembaban pada 65-70%. Mulai hari ke-20, kelembaban dinaikkan menjadi lebih dari 70% (Shanawany, 1994). Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip dasar dari pembibitan dan penetasan. 2. Mahasiswa dapat mengetahui cara membuat mesin tetas sederhana. 3. Mahasiswa mampu mengetahui cara atau tata laksana sebelum penetasan. 4. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan mengaplikasikan tata cara atau proses-proses dari awal sampai akhirpenetasan. 5. Mahasiswa dapat menghitung atau mengevaluasi hasil penetasan. MATERI DAN METODE PRAKTIKUM A. Prinsip Dasar Pembibitan dan Penetasan Penetasan merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur sampai telur pecah menghasilkan anak ayam. Penetasan dapat dilakukan secara alami oleh induk ayam atau secara buatan (artifisial) menggunakan mesin tetas.telur yang digunakan adalah telur tetas, yang merupakan telur fertil atau telur yang telah dibuahi oleh sperma, dihasilkan dari peternakan ayam pembibit, bukan dari peternakan ayam petelur komersil (Suprijatna et al., 2005). Pada prinsipnya penetasan telur dengan mesin tetas adalah mengkondisikan telur sama seperti telur yang dierami oleh induknya. Baik itu suhu, kelembaban dan juga posisi telur. Dalam proses penetasan dengan menggunakan mesin tetas memiliki kelebihan di banding dengan penetasan secara alami, yaitu : dapat dilakukan sewaktu-waktu, dapat dilakukan dengan jumlah telur yang banyak, menghasilkan anak dalam jumlah banyak dalam waktu bersamaan, dapat dilakukan pengawasan dan seleksi pada telur (Yuwanta, 1983). Penetas ( pemanas dari listrik ) yang menggunakan tenaga listrik dilengkapi dengan lampu pijar dan seperangkat alat yang disebut termostat (termoregulator). Alat ini dapat mengatur suhu di dalam ruangan penetasan secara otomatis. Jika panasnya melebihi batas yang kita tentukan, maka termoregulator akan bekerja memutus arus listrik, akibatnya lampu pijar menjadi mati. Demikian suhu udara di dalam mesin tetas tetap stabil. Apabila dengan waktu tertentu ruangan atau kotak 3
itu suhunya rendah, maka termostat bekerja kembali untuk menyambung arus dan lampu pijar menyala pula ( Marhiyanto, 2000 ). Menurut Shanawany (1994), untuk menjaga agar tidak terjadi penguapan yang berlebihan perlu diatur kelembaban pada 65 70 %. Mulai hari ke-20, kelembaban dinaikkan menjadi lebih dari 70 %. Cara lain dengan melihat pada kaca ventilasi masin tetas. Bila pada kaca terdapat butir-butir air berarti kelembaban terlalu tinggi. Dalam kondisi tersebut, kaca segera dilap sampai kering, ventilasi dibuka dan bak air dikeluarkan. B. Cara membuat mesin tetas sederhana Alat : - Gergaji - Palu - Alat ukur (meteran/penggaris) - Thermometer - Thermostat - Baki untuk tempat air Bahan : - Triplek 3 mm ukuran 100 cm x 60cm - Kayu reng ukuran 3 cm x 4 cm - Kawat ram 1,5 meter - Kaca 2 mm (34 cm x 12 cm) - Paku 5 cm, paku triplek - 8 buah bohlam 5 watt - Engsel, kabel, dan Steker. Pertama potong kayu reng dengan panjang masing-masing 60 cm = 8 buah, 100 cm = 4 buah untuk kerangka. Kira-kira seperti ini bentuknya. Lalu tutup sisinya menggunakan triplek. 4
Buat juga rangka untuk rak tempat telur dengan ukuran sebagai berikut : Rangkaikan dengan body sehingga hasilnya seperti ini: Jangan lupa pada sisi samping kotak di beri ventilasi. Ada juga yang menempatkannya di atas kotak. Fungsinya sama, supaya terjadi pergantian udara agar tidak pengap di dalam. Sekarang tinggal membuat pintunya.simak gambar berikut ini. 5
Pasang fiting untuk tempat bohlam dan Thermostat.Lihat posisinya di bawah ini. Dan inilah hasil akhirnya... Setelah selesai, tinggal perakitan instalasi listriknya.rangkain yang digunakan adalah rangkaina seri dengan letak termhostate berada setelah stacker.rangkaikan dengan Thermostat yang berfungsi sebagai sakelar otomatis. 6
Pada tahap awal, yaitu pengesetan suhu.nyalakan lampu bohlam dan letakkan Thermometer di dalam mesin tetas. Tutup pintu pada mesin tetas, amati Thermometernya. Setelah suhu ruangan dalam mesin tetas sudah mencapai 100 F atau 38 C, buka pintu, kemudian putar ulir pada Thermostat sampai bagian atas Thermostat menyentuh tombol kecil yang akan mebuat lampu padam. Lampu akan menyala kembali apabila suhu di dalam mesin menurun, dan akan kembali padam ketika suhu mencapai batas yang sudah kita tentukan tadi. Hal itu akan terjadi berulang-ulang secara otomatis. Jangan lupa, masukkuan baki yang sudah diberi air dan letakkan di bawah rak telur.kapasitas rak telur antara 330-350 butir telur burung Puyuh, atau 150 butir telur ayam. C. Tahap Persiapan Penetasan Persiapan telur Memilih atau menyeleksi telur tetas sesuai dengan kriteria telur tetas yang baik. Tidak terlalu bulat dan tidak terlalu lonjong/runcing. Telur yang kulitnya terlalu kotor perlu dibersihkan, akan tetapi perlu ke hatihatian dalam membersihkan kulit telur jangan sampai lapisan kulit ikut hilang. Gunakan air hangat dan lap yang halus. Pisahkan telur retak, kerabang tebal/tipis Persiapan mesin tetas Fumigasi mesin tetas telah dilakukan satu hari sebelum mesin dipakai meskipun mesin tersebut baru dibeli Hubungkan mesin tetas dengan catu daya listrik dan tunggu sampai suhu mencapai kestabilan pada suhu 37-38 C. Pemanasan mesin tetas dilakukan minimal 24 jam sebelum telur dimasukkan ke dalam mesin tetas Cek dengan seksama cara kerja thermostat, pitingan lampu dan yang lainnya Sediakan cadangan bola lampu (dop). Setelah segala sesuatunya telah siap maka saatlah kita masuk ke tahap proses penetasan telur yang sebenarnya. D. Proses atau Tata Cara Penetasan Adapun urutan kerja selama proses penetasan telur adalah sebagai berikut : Hari ke-1 Masukkan telur ke dalam mesin tetas dengan posisi miring atau tegak (bagian tumpul di atas). Telur bisa langsung begitu saja dimasukkan ke dalam mesin atau melalui proses prewarming terlebih dahulu yaitu dibilas secra merata dengan air hangat. Ventilasi ditutup rapat Kontrol suhu (38 C) Hari ke-2 Ventilasi dibiarkan tertutup sampai hari ke-3 7
Kontrol suhu (38 C) Hari ke-3 Pembalikan telur harian bisa dimulai pada hari ini atau masuk hari hari ke-4. Disarankan pembalikan telur minimal 3x dalam sehari-semalam (jika memungkinkan dipakai rentang waktu setiap 8 jam. Misalkan pagi pukul 06.00, siang pukul 14.00, dan malam pukul 22.00. Bersamaan dengan itu bisa dilakukan peneropongan telur kalau sudah memungkinkan karena ketelitian seseorang berbeda-beda. Telur yang berembrio ditandakan dengan bintik hitam seperti mata yang ikut bergoyang ketika telur digerakkan dan disekitarnya ada serabut-serabut kecil. Kalau telur tidak menandakan tersebut dikeluarkan saja dam masih layak untuk dikonsumsi. Peneropongan telur dilaukan ditempat yang gelap argar bayangan telur nampak lebih jelas. Kontrol suhu (38 C) dan lakukan penambahan air pada bak jika jumlah air dalam bak tersebut berkurang. Hari ke-4 Pembalikan telur harian sesuai jadwal hari ke-3 Lubang ventilasi mulai dibuka ¼ bagian Kontrol suhu (38 C) Hari ke-5 Pembalikan telur harian Ventilasi dibuka ½ bagian Kontrol suhu (38 C) Hari ke-6 Pembalikan telur harian Ventilasi dibuka ¾ bagian Kontrol suhu (38 C) dan lakukan penambahan air pada bak jika jumlah air dalam bak tersebut berkurang. Hari ke-7 Pembalikan telur harian Lakukan peneropongan telur untuk mengetahui perkembangan embrio (hidup atau mati). Embrio mati mati ditandakan dengan bercak darah atau lapisan darah pada salah satu sisi kerabang telur sedang embrio yang berkembang serabut yang menyerupai sarang laba-laba semakin jelas Ventilasi dibuka seluruhnya Hari ke-8 sampai ke-13 Pembalikan telur harian Kontrol suhu (38 C) dan lakukan penambahan air pada bak jika jumlah air dalam bak tersebut berkurang. Telur diistarahatkan selama 15 menit sampai hari 18 (Pintu dibuka seluruhnya dan lampu dimatikan 8
Hari ke-14 hari ke- 17 Pembalikan telur harian Kontrol suhu (38 C) dan lakukan penambahan air pada bak jika jumlah air dalam bak tersebut berkurang. Lakukan peneropongan telur untuk mengetahui embrio yang tetap hidup atau sudah mati. Telur fertile membentuk gambaran mulai gelap dengan rongga udara yang terlihat jelas Hari ke-18 Pembalikan terakhir relur pada pagi hari. Kontrol suhu dinaikkan sedikit (38,5-39 C) dan lakukan penambahan air pada bak jika jumlah air dalam bak tersebut berkurang. Kontrol kelembaban, lakukan penyemprotan jika diperlukan (dengan semburan yang paling halus) Hari ke 19 sampai ke-20 Pembalikan telur dihentikan Kontrol suhu (38,5-39 C). Biasanya ada telur yang sudah mulai menetas di malam hari Hari ke-21 Telur-telur sudah banyak yang menetas Keluarkan cangkang telur dari rak agar space atau ruangan lebih longgar Keluarkan anak itik yang baru menetas setelah bulunya setengah kering atau kering seluruhnya Proses menetas biasanya berlangsung hingga hari ke-22 Dan setelah semuanya selesai mesin tetas bisa dibersihkan dan difumigasi kembali untuk persiapan proses penetasan berikutnya. Tabel 1. Contoh Tabel Hasil Pengamatan Penetasan Telur Parameter No yang Diamati 1 Fertilitas 2 Perkembangan Embrio 3 Posisi Embrio 4 Bentuk Embrio Pengamatan Hari Ke - 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Keterangan : 1. Fertilitas : Hidup / Mati 2. Perkembangan Embrio : Berkembang / Tidak Berkembang 3. Posisi Embrio : Normal / Tidak Normal 4. Bentuk Embrio : Deskripsi bentuk dan ukuran (cm) 9
E. Evaluasi Hasil Penetasan Adapun peubah yang diamati dalam praktikum ini yaitu : 1. Fertilitas adalah persentase telur-telur yang bertunas dari sejumlah telur yang dieramkan, tanpa memperhatikan apakah telur-telur tersebut menetas atau tidak. Fertilitas diamati pada umur penetasan 3 hari yang dihitung dengan rumus : Fertilitas = Jumlah telur fertile x 100% Jumlah telur yang ditetaskan 2. Daya hidup embrio adalah persentase telur-telur yang fertil dari umur 7 hari penetasan sampai pada umur 14 hari penetasan. Daya hidup embrio diamati pada umur penetasan 14 hari yang dihitung dengan rumus : Jumlah embrio hidup hari ke-14 = Daya hidup embrio x 100% Jumlah telur fertil yang ditetaskan 3. Daya tetas adalah persentase telur-telur yang menetas dari jumlah telur yang fertil dapat dihitung dengan rumus : Jumlah telur menetas = Daya tetas x 100% Jumlah telur fertile 4. Bobot tetas (g) adalah bobot badan anakan (DOC/DOD) setelah menetas yang ditimbang setelah 95% bulunya kering. 10
DAFTAR PUSTAKA Chan, H. dan M. Zamrowi. 1993. Pemeliharaan dan Cara Pembibitan Ayam Petelur. Penerbit Andes Utama. Jakarta. Hardini, S. Y. P. K. 2000. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Telur Konsumsi dan Telur Biologis terhadap Kualitas Interior Telur Ayam Kampung. Laporan Hasil Penelitian. Jayasamudera, Dede Juanda dan Cahyono Bambang. 2005. Pembibitan Itik. Penebar Swadaya. Jakarta. Nesheim, M. C., R. E. Austic dan L. E. Card. 1979. Poultry Production.Lea and Febiger, Philadelphia. Nuryati, T. N., Sutarto, M. Khamin dan P. S. Hardjosworo. 1998. Sukses Menetaskan Telur. Penebar Swadaya. Jakarta. Rasyaf, M., 1990. Pengelolaan Penetasan. Kanisius. Yogyakarta.., 2002. Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya. Jakarta. Rukmana Rahmat. 2003. Ayam Buras: Intensifikasi dan Kiat Pengembangan. Kainisius. Jakarta. Setiawan, Iwan. 2010. Tipe DOC (Day Old Chick). http://centralunggas.blogspot.com/2010/01/tipe-doc-day-old-chick.html. Di download pada tanggal 12 Juni 2011. Shanawany. 1994. Quail Production Systems. FAO of The United Nations. Rome. Soedjarwo, E. 1999.Membuat Mesin Tetas Sederhana. Penebar Swadaya. Jakarta. Sudaryani, T. dan H. Santosa. 2000. Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya. Jakarta. Sudrajad.2001. Beternak Ayam Vietnam untuk Aduan. Penebar Swadaya. Jakarta. Suprijatna, E., Umiyati, a., dan Ruhyat, K., 2005.Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta. Tri-Yuwanta. 1983. Beberapa Metode Praktis Penetasan Telur. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta. Marhiyanto, B. 2000. Suksses Beternak Ayam Arab. Difa Publiser. Jakarta. http://www.wismakreatif.com/2013/05/cara-membuat-mesin-tetas-sendirimudah.html 11
12