20 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan 1. Kondisi Umum Panti Asuhan Darunajah terletak di Kota Semarang, lebih tepatnya di daerah Semarang Timur. Berada di daerah dusun kampung Juwono Panti Asuhan Darunajah memiliki bangunan yang tepat bersebelahan dengan masjid dimana anak-anak yang tinggal di Panti Asuhan Darunajah sering melakukan kegiatan agama didalamnya. Panti Asuhan Darunajah memang sebuah panti yang cenderung pada keagamaan yaitu agama Islam. Terdapat 53 orang anak asuh yang tinggal di Panti Asuhan Darunajah Semarang dengan sepasang suami istri yang menjadi orang tua asuh selama mereka tinggal di Panti Asuhan. Sedangkan ketua yayasan panti asuhan biasanya datang seminggu sekali untuk melihat keadaan anak-anak asuhnya. 2. Kegiatan anak-anak panti Anak-anak di Panti Asuhan Darunajah sebagian besar masih sekolah seperti anak-anak pada umumnya. Anak-anak asuh di Panti Asuhan ini sekolah di sekolahan yang cenderung mengajarkan agama seperti di Madrasah Tsanawiyah (MTS) dan Madrasah Aliyah (MA). Selain mendapat pelajaran tentang keagamaan di sekolah mereka juga mendapatkan pendidikan tentang keagamaan di Panti Asuhan, karena Panti Asuhan selalu mengadakan kegiatan keagamaan setiap harinya di masjid. 3. Dana Operasional Dana operasional termasuk didalamnya biaya sekolah, makan dan kegiatan lain didapatkan dari bantuan donatur dan zakat. Banyak donatur yang terus berdatangan untuk membantu anak-anak di Panti Asuhan
21 Darunajah Semarang. Bantuan yang diberikan bukan hanya berupa uang, tetapi banyak juga yang memberikan bantuan dalam bentuk bahan makanan dan barang. 4. Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makan di Panti Asuhan Darunajah Semarang tidak memiliki siklus menu yang tetap, anak-anak di panti asuhan makan sehari 3 kali yaitu pada waktu pagi sebelum berangkat ke sekolah, siang setelah pulang sekolah, dan malam sesudah sholat isya. Dalam pembagian makanan anak-anak dibebaskan untuk mengambil porsi makanan sesuai dengan selera dan keinginan. Pada penelitian ini makanan yang diberikan kepada anak-anak di panti asuhan saat makan pagi dan siang sudah baik yaitu meliputi karbohidrat, protein hewani, protein nabati dan sayur. Pada saat makan malam menu makanan yang diberikan kepada anak-anak belum sesuai dengan gizi seimbang. Menurut hasil wawancara terhadap anak panti dan pengelola panti, makanan instan seperti mie sering digunakan setiap harinya. a. Penyelenggaraan makanan 1 Tabel 3.1 Waktu Jenis Makanan 06.00 WIB Nasi, ikan asin, tempe goreng, sayur bayam, sambal. 14.30 WIB Nasi, ikan asin, tempe goreng, sayur pepaya, sambal. 19.30 WIB Mie instan rebus, kol, telur, kerupuk.
22 b. Penyelenggaraan makanan 2 Tabel 3.2 Waktu Jenis Makanan 06.00 WIB Nasi, tumis sayur kangkung, telur, tahu. 14.30 WIB Nasi, tumis sayur pepaya, martabak telur, sambal. 19.30 WIB Nasi goreng, kerupuk. c. Penyelenggaraan makanan 3 Tabel 3.3 Waktu Jenis Makanan 06.00 WIB Nasi, telur balado, kerupuk. 14.30 WIB Nasi, sayur bening, ikan asin, tahu, sambal. 19.30 WIB Mie instan rebus, kerupuk. B. Karakteristik Sampel 1. Umur Sampel Tabel 4. Distribusi Umur Sampel Umur N % 6-12 tahun 10 28,6% 13-17 tahun 17 48,6% 18-22 tahun 8 22,9% Jumlah 35 100% Sumber : data primer terolah, 2014 Tabel 4 menunjukkan bahwa bagian terbesar sampel (48,6%) berumur 13-17 tahun. Usia termuda adalah 6 tahun dan tertua 22 tahun. Dari distribusi umur sampel dapat dilihat hampir seluruh sampel berada pada fase pertumbuhan, jadi membutuhkan asupan gizi yang cukup dan baik dalam mutunya. Makin bertambah usia anak maka makin bertambah pula kebutuhan gizinya. Masa anak-anak merupakan periode
23 perkembangan yang cepat dan terjadi perubahan dalam berbagai aspek perkembangan (Yusuf, 2002). Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan. Apabila nutrisi seseorang tidak atau kurang terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan (Hidayat, 2008). 2. Jenis Kelamin Sampel Tabel 5. Distribusi Jenis Kelamin Sampel Jenis Kelamin N % Laki-laki 16 45,7% Perempuan 19 54,3% Jumlah 35 100% Sumber : data primer terolah, 2014 Tabel 5 menunjukkan bahwa sampel perempuan lebih banyak dibandingkan dengan sampel berjenis kelamin laki-laki. Perempuan membutuhkan banyak zat gizi karena perempuan diusia remaja banyak yang mengalami anemia, untuk mencegah adanya anemia pada perempuan maka konsumsi makan perempuan harus lebih baik dan bervariasi dibandingkan dengan laki-laki. Namun pada umumnya remaja putri mempunyai pola dan kebiasaaan makan yang homogen dimana asupan energi dan zat gizi kurang dari angka kecukupan gizi (AKG) yang sudah dianjurkan. Hal ini juga terlihat bahwa hampir separuh remaja putri menunjukkan adanya hambatan pertumbuhan (Sayogo, 2011). Ditambah lagi dengan adanya siklus haid pada perempuan mengakibatkan efek penekanan atau penurunan terhadap nafsu makan (Krummel, 1996).
24 3. Daya Terima Makanan Sampel Tabel 6. Distribusi Daya Terima Makanan Sampel Daya Terima N % Makanan Baik (75% - 100%) Sedang (50% - 74%) Kurang (< 50%) 30 5 0 85,7% 14,3% 0% Jumlah 35 100% Sumber : data primer terolah, 2014 Tabel 6 menunjukkan bahwa bagian besar sampel (85,7%) memiliki daya terima makanan yang baik. Rata-rata penerimaan makanan anak adalah 85,25 dengan standar devisiasi 0,35. Tingkat penerimaan makanan anak terendah 1,00 dan tertinggi 2,00. Daya terima makanan terendah yaitu 51,0% dan tertinggi 100,0%. Untuk menghitung daya terima makanan diukur dengan sisa makanan yang dikonsumsi, menimbang makanan sebelum dimakan dan sedudah dimakan kemudian angka yang didapatkan dijadikan kedalam bentuk persen.sisa makanan ini harus diperhatikan karena menentukan apakah makanan disukai atau tidak (Sediaoetama, 1996). 4. Status Gizi Sampel Tabel 7. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Gizi Status Gizi N % Kurus Normal 0 32 0% 91,4% Gemuk 3 8,6% Jumlah 35 100% Sumber : data primer terolah, 2014
25 Tabel 7 menunjukkan tidak adanya sampel dengan kategori status gizi kurang atau buruk, bagian besar sampel (91,4%) termasuk dalam kategori status gizi normal, bahkan terdapat (8,6%) sampel dalam kategori status gizi gemuk. Rata-rata status gizi anak 5,88 dengan standar devisiasi 9,24. Status gizi anak terendah 0,82 dan tertinggi 24,30. Disini dapat dibandingkan dengan daya terima makanan sampel yang baik mempengaruhi status gizi, sampel yang terpilih sebagian besar berada pada fase pertumbuhan maka hal ini juga yang mempengaruhi konsumsi makan mereka yang banyak pada fase ini. Menghitung status gizi sampel ini yang digunakan adalah dengan cara menghitung indeks masa tubuh (IMT) melalui data antropometri yang didapat dari menghitung tinggi badan dan berat badan sampel. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000). Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier, S. 2001).
26 5. Hubungan Daya Terima Makanan dengan Status Gizi Tabel 8. Distribusi Hubungan Daya Terima Makanan dengan Status Gizi Kategori IMT Kategori Daya Terima Makanan Total Baik Sedang Normal 27 5 32 Gemuk 3 0 3 Total 30 5 35 Berdasarkan hasil uji kolmogorov-smirnov didapatkan bahwa variabel daya terima makanan berdistribusi tidak normal dengan didapatkan nilai p sebesar 0,200 dan variabel status gizi berdistribusi tidak normal dengan didapatkan nilai p sebesar 0,000 sehingga analisis korelasi yang digunakan adalah uji korelasi Rank-Spearmen. Hasil uji statistik menggunakan uji korelasi Rank-Spearmen didapatkan p-value = 0,004 (p < 0,05)artinya ada hubungan bermakna antara daya terima makanan dengan status gizi. Semakin tinggi daya terima makanan pada sampel maka akan semakin baik status gizinya. Kebiasaan makan yang baik pada anak terlihat dari status gizi yang diukur melalui data antropometri yaitu berat badan dan tinggi badan. Daya terima makanan yang baik maka status gizi baik sehingga ada hubungan yang bermakna. Mengkonsumsi pangan berarti juga mengkonsumsi zat gizinya. Salah satu faktor penyebab terjadinya kurang gizi adalah kurangnya intake essensial (Suharjo, 1989).
Gambar Hubungan Daya Terima Makanan dengan Status Gizi 27