BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN-LAMPIRA. Transkrip Wawancara Pra Penelitian :

BAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kota Salatiga merupakan kota kecil dengan luas wilayah km 2

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bantuan dari sesama di sekitarnya, dan untuk memudahkan proses interaksi manusia

BAB I PENDAHULUAN. makna bagi dunianya melalui adaptasi ataupun interaksi. Pola interaksi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Awal terjadinya konflik antar Etnis Sumba dan Etnis Maluku

BAB IV GAMBARAN UMUM Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi antarpersonalnya menjadi berbeda satu dengan yang lainnya.

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam keluarga maupun di lingkungan sekitar. Tujuannya untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.

6.1. Pengaruh Etnosentrisme Terhadap Pernyataan Diri dalam Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa UKSW di Kegiatan PSBI 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan ini dapat dilihat dalam kehidupan kita sehari hari yang. dengan orang lain akan melahirkan sebuah kegiatan interaksi.

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL

BAB I PENDAHULUAN. sosial sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia tidak mampu

Wawancara 03 Januari : Bpk Elly Doirebo. (Senior HIMPPAR)

I. PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Setiap suku

BAB V. 5.I. Pengaruh Etnosentrisme Terhadap Pertukaran Pesan dalam Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa UKSW di Kegiatan PSBI tahun

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,

BAB I PENDAHULUAN. mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan. (Huvigurst dalam Hurlock, 2000).

PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Keragaman memang indah dan menjadi kekayaan bangsa yang. dari pada modal bangsa Indonesia (Hanifah, 2010:2).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajemukan yang ada di Indonesia merupakan suatu kekayaan bangsa.

I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya

BAB VII PENUTUP. 7.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial. Sebuah. pernyataan yang sekaligus menunjukkan identitas manusia,

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UMB IRA PURWITASARI S.SOS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan mahasiswa harus ikut bermigrasi ke berbagai daerah. Kadang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. 1 Agus Salim:2008, Hal:21 2 Sutaryo; 2005, Hal; 27 3 Agus Salim:2008, Hal:35

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN. Setiap organisasi atau perusahaan baik skala kecil maupun besar terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Manusia adalah makhluk hidup yang dapat dilihat dari dua sisi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam masyarakat majemuk seperti di Indonesia dimana perbedaan

Sebagai ilustrasi, orang Batak dan Sunda beranggapan bahwa mereka halus dan. sopan sedangkan orang Batak kasar, nekad, suka berbicara keras, pemberang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial, dimana kehidupan manusia ditandai dengan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

PENGARUH ETNOSENTRISME TERHADAP KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MAHASISWA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA. Oleh. Robby Juanphilibert Anggajaya SKRIPSI

04Ilmu. Komunikasi Antar Budaya. Fungsi Komunikasi Antar Budaya. Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si. Komunikasi. Modul ke: Fakultas

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada

BAB I PENDAHULUAN. antarbudaya yang tidak terselesaikan. Dan lanjutnya, Umumnya orang menaruh

BAB IV ANALISIS PROSES KOMUNIKASI ANTAR AGAMA ETNIS TIONGHOA DAN ETNIS JAWA DI PECINAN DESA WELAHAN KEC. WELAHAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehariannya manusia saling membutuhkan interaksi dengan sesama untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si.

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima. Komunikasi terbagi ke

BAB I PENDAHULUAN. ini merupakan kekayaan bangsa yang sangat bernilai, namun pada sisi yang lain,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISIS DATA.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

Kecakapan Antar Personal. Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebagai berikut: Aceh, Gayo-Alas dan Batak, Nias dan Batu, Minangkabau,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara

1. BAB I PENDAHULUAN

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 25 Juli 2016 s/d 29 Juli 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 25 Juli 2016

POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN. (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid dengan Preman di Daerah Kandangan Surabaya)

05FIKOM. Pengantar Ilmu Komunikasi. Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu

BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS LAMPUNG DAN BALI DALAM MEMELIHARA KERUKUNAN HIDUP BERMASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa sebagai pendatang di tengah-tengah kehidupan masyarakat

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 31 Juli 2016 s/d 04 Agustus 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 31 Juli 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan meningkatnya ketergantungan ekonomi,

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 7 HARI KEDEPAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa,etnis/suku, dan keyakinan agama. Pada satu sisi, kemajemukan budaya ini merupakan kekayaan bangsa yang sangat bernilai, namun pluralitas kultural yang ada memiliki potensi terjadinya disintegrasi atau perpecahan ataupun konflik. Pluralitas seringkali dijadikan alat untuk memicu munculnya konflik suku, agama,ras,dan antargolongan (Turnamo Raharjo: 2005: 1). Saundra, Hybels dan Weafer (dalam Liliweri;2003) mengatakan bahwa komunikasi merupakan setiap proses pertukaran informasi,gagasan,dan perasaan. Proses ini meliputi informasi yang disampaikan tidak hanya secara lisan dan tulisan, melainkan dengan bahasa tubuh,gaya maupun penampilan diri,atau menggunakan alat bantu di sekeliling kita untuk memperkaya sebuah pesan. Dalam kehidupan manusia, sebagai makhluk sosial pasti melakukan interaksi dengan sesamanya. Didalam berinteraksi setiap orang memiliki masalah atau hambatan yang dialami. Hal ini disebabkan dengan adanya komunikasi yang dilakukan oleh para pelaku memiliki latarbelakang budaya yang berbeda. Dalam komunikasi, komunikasi bisa dibedakan menjadi beberapa jenis; komunikasi massa, komunikasi kelompok, komunikasi antarindividu dan juga komunikasi antarbudaya. Komunikasi antarbudaya misalnya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki latarbelakang budaya adat istiadat norma dan nilai yang berbeda. Porter & Samovar (dalam Sihabudin:2011) menyatakan bahwa hampir setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang lain, dan semuanya terjadi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia yang tanpa berkomunikasi akan terisolir. Di Salatiga ada beberapa Perguruan Tinggi diantaranya, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (UKSW), Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ( STIE AMA), dan juga Sekolah Tinggi Agama Islam Nasional (STAIN). Dari antara beberapa perguruan tinggi yang ada, UKSW merupakan salah satu yang sangat terkenal dengan julukan Indonesia 1

Mini, hal ini dikarenakan mahasiswa mahasiswinya berasal dari beranekaragam daerah suku etnis yang ada di Indonesia. Seperti Papua, Timor, Sumba, Palu, Maluku, Minahasa, Tapanuli, Batak, Dayak, Jawa, Sunda, semuanya ada di UKSW. Dalam perkembangannya UKSW, dengan mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, di sana kerap kali terjadi konflik antar kelompok etnis. Dengan perbedaan budaya dan latarbelakang adat, istiadat serta nilai dan norma yang dimiliki oleh mahasiswa dari masing-masing etnis mengharuskan mereka untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan yang lain dalam menjalin hubungan yang baik. Tetapi dalam menjalin hubungan komunikasi antar etnis untuk mencapai hubungan yang baik sering ditemui peristiwa dimana kita mengalami kesulitan berkomunikasi dengan orang lain yang memiliki latarbelakang budaya yang berbeda dengan kita, sehingga timbul kesalahpahamaman 1. Menurut Sukmono kesalahpahaman terjadi antara orang-orang yang berbeda latarbelakang budaya dikarenakan adanya sifat Etnosentrisme dimana mengganggap kebudayaan milik sendiri lebih baik daripada semua budaya lain. Seperti beberapa kasus berikut yang menyebabkan terjadinya konflik antarbudaya satu dengan budaya yang lain atau konflik antar etnis berdasarkan wawancara dengan beberapa mahasiswa UKSW dari beberapa etnis yang ada seperti; Maluku, Sumba,Kupang, Papua,Batak, Halmahera,Talaut, dan Kalimantan. Pada tahun 2007-2008 konflik antara Mahasiswa Maluku dengan mahasiswa Kupang dan Sumba dikarenakan mengkonsumsi minuman keras yang berujung pada mabuk,tidak sadarkan diri,mengeluarkan kata-kata atau bahasa yang yang tidak sepantasnya dan terjadi pertikaian, adu kekuatan,dan memendam rasa ketidaksukaan yang berkepanjangan, tahun 2009 terjadi penusukan yang dilakukan oleh beberapa anggota dari kelompok mahasiswa asal Kupang kepada mahasiswa asal Maluku dikarenakan mabuk, dengan keadaaan tidak sadar mengeluarkan kata-kata yang tidak sepantasnya dan muncul kesalahpahaman. 2 pada Bulan Juli 2014 terjadi konflik antara mahasiswa asal Sumba dan Papua dikarenakan mabuk 3. tanggal 23 Agustus 2014 terjadi konflik antara Maluku dan Sumba dikarenakan juga mengkonsumsi minuman keras yang berakibatkan muncul kesalah pahaman yang berujung pada perkelahian 4. 1 Jurnalilkom. Juanphilibert Anggajaya, Robby. Pengaruh Etnosentrisme terhadap Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana, Diunduh pada Kamis 8 Oktober 2014, Pukul 15.45 WIB. 2 Wawancara mahasiswa asal Maluku Rifort Pormes, salah satu mahasiswa senior,kamis 25 September 2014 di Cafetaria UKSW 3 Wawancara dengan Mahasiswa asal Papua Yobo,salah satu senior dan pengurus perkumpulan HIMPAR sejak 2005-2013, Jumat 19 September 2014 di Cafetaria UKSW 4 Wawancara dengan Mahasiswa asal Maluku,Rio Tamogola Ketua HIPMA Periode 2013-2014, Selasa 22 September 2014 di Taman UKSW 2

Pelaku dari konflik yang terjadi pada umumnya adalah perseorangan atau individu. Dari pelaku individu terus bereskalasi atau meningkat menjadi perilaku kelompok. Dengan alasan solidaritas antar sesama kelompok, dimana kelompok bertanggung jawab membela,membantu, menyelesaikan masalah yang dihadapi anggota kelompoknya dengan cara apapun itu sekalipun itu adalah adu kekuatan fisik. Etnis yang sering berkonflik yang sering ditangani bagian Intelkam Polres adalah konflik antar Mahasiswa Maluku (Ambon dan Halmahera) dan Etnis Sumba, penyebab dari konflik ini dikarenakan mabuk akibat dari mengkonsumsi minuman keras dan juga adanya rasa tidak saling suka antar etnis, karena mengganggap asal daerah mereka lebih kuat dan etnis lain hanya orang-orang biasa jadi ketika ada yang melakukan kesalahan mereka akan langsung melakukan kontak fisik, selain itu ego dari masing-masing individu yang sama-sama keras yang tidak bisa dikontrol, sehingga gampang untuk memicu konflik 5. Tabel.1 Data konflik antar Etnis yang ditangani INTELKAM POLRES Salatiga No Tahun Konflik Antar Etnis Penyebab 1. 2012 Masyarakat RT 03/08 Domas mengkonsumsi minuman keras Salatiga dan Etnis Sumba dan menggangu ketenangan masyarakat 2. 2013 1. Etnis Sumba Etnis Mabuk saling berkelahi dan Ternate / Halmahera akhirnya saling balas dendam 2. EtnisTernate/Halmahera Etnis Sumba 3. 2014 Masyarakat Domas Kec. Sidorejo Pembangunan Asrama Papua Etnis Papua 4. 2014 Etnis Ambon - Etnis Sumba Salah Paham 5. 2014 Etnis Papua Etnis Sumba Mabuk dan berakhir pengroyokan 5 Wawancara Aiptu.Y.Agung Bayu Sn, Bag. Fungsi INTELKAM Polres Salatiga 17 Oktober 2014 di Gedung INTELKAM Polres Salatiga 3

Tabel. 2 Data Konflik antar Etnis di tangani RESKRIM POLRES Salatiga No Tahun Konflik Antar Etnis Penyebab 1. 2013 Sumba - Halmahera/Ternate Saling Balas Dendam 2. 2014 Halmahera- Warga Cungkup Saling tidak suka Tabel.3 Data Konflik antar Etnis dari Bagian Keamanan UKSW Salatiga No Tahun Konflik Antar Etnis Penyebab 1. 2009 Kupang - Ambon Saling iri dalam acara Ekspobudaya di kampus 2. 2012 Ambon - Sumba Miras 3. 2012 Sumba- Ternate Miras dan saling tidak suka dan juga saling balas dendam 4. 2012 Sumba- Warga Kemiri Kumpul-kumpul, teriak, ketawa mengganggu ketenangan 5. 2012 Ambon- Warga Kemiri Miras 6. 2014 Halmahera- Warga Cungkup Saling tidak suka Dari Tabel. 3 data di peroleh dari Bagian Keamanan kampus UKSW. Konflik yang terjadi di kampus biasanya konflik yang terjadi sebelumnya di luar daerah kampus tapi karena ada hubungan ikatan dengan kampus kemudian masalah dibawa ke kampus, dan kalau bisa diselesaikan saat itu mediasi dilakukan langsung oleh Pembantu Rektor 3. Etnis yang sering konflik selama beberapa tahun ini Etnis Sumba, Ambon dan Halmahera. 6 konflik yang sering terjadi biasanya oleh mahasiswa dari Indonesia Timur, bukan untuk menjelekan dan tetapi pada kenyataannya merekalah yang sering berkonflik. Masalahnya 6 Wawancara dengan Kepala Bagian Keamanan kampus UKSW, Ekayoga, di Gedung Administrasi Pusat UKSW 7 November 2014, Pukul 10.45 WIB 4

hanya masalah sepele, dikarenakan mengkonsumsi minuman keras, dan berujung pada saling adu kekuatan. Selain itu juga emosi yang tinggi yang tidak bisa diatur juga sebagai penyebab terjadinya konflik. 7 Dari data konflik yang didapat dari beberapa sumber, konflik yang terjadi lebih sering terjadi antara mahasiswa yang berasal dari Indonesia bagian timur. Sebagai mahasiswa yang sama-sama merantau, haruslah saling menjaga, melindungi, dan juga saling membantu satu dengan yang lain. Tetapi pada kenyataannya mahasiswa-mahasiswa yang merantau ini tidak menjalin hubungan dengan baik satu dengan yang lain melainkan merusak komunikasi antarbudaya yang semestinya berjalan dengan baik. Komunikasi antarbudaya sendiri adalah komunikasi yang terjadi antara orang-orang yang mempunyai latarbelakang budaya yang berbeda. Jika dilihat dari etnis-etnis yang berkonflik yaitu Etnis Sumba dan Etnis Maluku memang pada dasarnya memiliki latarbelakang budaya yang berbeda, namun pada kenyataannya komunikasi yang terjadi antara mahasiswa-mahasiswa indonesia timur biasanya tidak mengalami hambatan karena ada kemiripan budaya seperti bahasa yang digunakan. Tetapi pada kenyataannya komunikasi yang seharusnya berjalan dengan baik tidak berjalan dengan baik dikarenakan latarbelakang budaya yang berbeda mengakibatkan sudut pandang mereka dalam mengambil keputusan dalam bertindakpun juga kadang tidak sesuai semana mestinya. Dimana keputusan yang harusnya tidak menggunakan kekuatan adu fisik berujung pada adu fisik. Hal seperti inilah yang mengakibatkkan muncul konflik-konflik yang terjadi antar etnis. Kesulitan komunikasi dengan orang lain pada Etnis Sumba dan Etnis Maluku, khususnya yang berbeda budaya, bukan saja merupakan kesulitan memahami bahasa mereka yang tidak dikuasai, melainkan juga sistem nilai mereka dan bahasa nonverbal atau interaksi simbolik. Etnis yang dianggap kuat dipercayai memiliki kekuatan atau kemampuan yang lebih karena baik dibandingkan dengan etnis lain yang dianggap lemah. Cara seperti ini memimbulkan stereotype dalam konteks etnisitas. Stereotype adalah konsep yang secara tetap (fixed) melekat pada kelompok tertentu (Sukmono & Junaedi; 2014). Ketika kita melakukan stereotype pada seseorang, maka yang kita lakukan pertama adalah mengidentifikasi orang tersebut sebagai anggota bagian dari kelompok tertentu, baru 7 Wawancara dengan Keamanan Parkir kampus UKSW, Budi Juandi, di Gedung Administrasi Pusat UKSW 7 November 2014, Pukul 10.45 WIB 5

setetalah itu memberikan penilaian atas dasar individu yang bersangkutan. Jadi ketika berinteraksi dengan orang lain, persepsi pertama yang muncul adalah melihat latarbelakang orang tersebut baru kemudian berpersepsi. Di dalam komunikasi antarbudaya, masingmasing pelaku komunikasi akan mulai membangun pemikiran-pemikiran, imajinasi tentang apa yang dilihatnya dan akan membangun suatu pendapat sesuai yang dilihat dan dialaminya. Biasanya pemikiran-pemikiran ini akan mempengaruhi seseorang dalam menilai dan memperlakukan seseorang ataupun suatu kelompok etnis. Etnosentrisme dan stereotype merupakan salah satu bentuk yang sering sekali di lakukan. Hal inilah yang memacu timbulnya konflik antar budaya atau konflik antar etnis sehingga komunikasi antarbudaya tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya. Dalam komunikasi antarbudaya interaksi simbolik juga sangat mempengaruhi suatu proses komunikasi. Dimana komunikasi verbal dan non-verbal diterapkan untuk menyampaikan dan menerima pesan. Biasanya interaksi simbolik yang terjadi dalam proses komunikasi antara komunikan dan komunikator harus sama-sama dalam keadaan sadar dan saling memberikan harapan. Dalam pengertian ini pelaku komunikasi harus dalam keadaan sadar dan berharap apa yang ingin disampaikan dapat diterima dengan baik oleh pelaku komunikasi lainnya. Selain itu orang yang menerima pesan juga menaruh harapan pada yang memberikan pesan sehingga mencapai tujuan yang diinginkan bersama dengan baik. Dalam konteks ini interaksi simbolik yang terjadi berjalan semana mestinya sesuai dengan harapan yang diinginkan. Agar harapan dari masing-masing pihak bisa saling dipahami dibutuhkan adanya rasa peduli antar sesama pelaku komunikasi. Dimana mereka saling bisa menerima segala kelebihan,kekurangan, dan juga masukan-masukan yang baik yang menjadikan mereka menjadi pribadi yang dewasa dan berpengetahuan yang baik. Peran simbolik dalam komunikasi antarabudaya ini adalah membantu memudahkan kita dalam mengartikan suatu pesan atau makna yang ingin disampaikan. Apalagi dalam komunikasi antarbudaya pelaku komunikasi merupakan orang-orang yang memiliki latarbelakang budaya yang berbeda, sehingga dalam mengartikan suatu pesan atau makna tertentu tidak harus terpaut pada kegiatan verbal seperti berbicara menggunakan bahasa yang formal melainkan bisa melakukan kegiatan non-verbal juga seperti gerak tubuh, gaya bicara yang santai dan juga bahasa-bahasa yang informal yang bisa dipahami bersama antara pelaku komunikasi tersebut. 6

Weber menjelaskan bahwa (dalam Mulyana; 2010) Interaksi simbolik mempelajari tentang sifat interaksi yang merupakan kegiatan sosial dinamis manusia. Dimana manusia bersifat aktif, kreatif, dalam menafsirkan perilaku yang rumit dan sulit untuk diramalkan atau ditafsirkan. Hal seperti inilah yang sangat mudah memicu terjadinya konflik antar etnis dimana simbol yang ingin disampaikan tidak diartikan dan ditafsirkan dengan benar sehingga menimbulkan kesalahpahaman yang akan memicu konflik antar satu etnis dengan etnis yang lain. Setiap kebudayaan menjadikan bahasa sebagai media untuk menyatakan prinsip-prinsip ajaran dan nilai dan norma budaya. Liliweri (2001) mengatakan bahwa bahasa merupakan mediasi pikiran, perkataan dan perbuatan. Komunikasi manusia terikat oleh budaya, sebagaimaa budaya berbeda antara satu dengan yang lainnya maka praktek dan perilaku komunikasi individu-individu tersebut pun akan berbeda Dari wacana diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1.2. Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimanakah konflik mahasiswa Etnis Sumba dengan mahasiswa Etnis Maluku berlangsung diteropong dengan teoriteori komunikasi atarbudaya dan interaksi simbolik 1.3. Tujuan 1.3.1 Memahami berlangsungnya konflik mahasiswa Etnis Sumba dan dengan mahasiswa Etnis Maluku dalam teropong teori-teori komunikasi antarabudaya dan interaksi simbolik. 1.4. Manfaat 1.4.1 Manfaat Teoritis Dapat memberikan sumbangan pemikiran ilmiah terhadap pengembangan Teori Interaksi Simbolik dalam Komunikasi Antarbudaya pada Etnis yang berkonflik di UKSW Salatiga. 1.4.2 Manfaat Praktis Dapat menjadi acuan bagi para mahasiwa khususnya di UKSW Salatiga dalam menjalin hubungan baik dengan mahasiswa yang berbeda latarbelakang atau budaya. 7