BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah lanjut usia (Lansia) menyebabkan kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan lansia meningkat. Peningkatan jenis dan kualitas pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh lansia itu sendiri maupun keluarga atau lembaga lain seperti posyandu lansia guna untuk menurunkan jumlah dan angka kesakitan lansia. World Health Organization (WHO) dalam laporan data kependudukan Persyarikatan Bangsa-Bangsa (PBB) disebut bahwa dunia harus bersiap menghadapi peningkatan cepat lansia. Saat ini di seluruh dunia jumlah lansia berjumlah mencapai satu milyar dengan usia rata-rata 60 tahun. Indonesia merupakan urutan kelima dengan jumlah penduduk lansia terbanyak di dunia setelah Cina sebanyak 110 juta jiwa, India sebanyak 100 juta jiwa, Amerika serikat sebanyak 39,6 juta jiwa, serta Jepang sebanyak 20 juta jiwa. 1 Orang lanjut usia di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 19,5 juta jiwa dengan mayoritas perempuan (8,2 % dari total penduduk) makin bertambahnya usia harapan hidup di Indonesia yaitu 72 tahun, maka jumlah lansia juga semakin besar angkanya. 2 Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa 1
2 perubahan penampilan pada bagian wajah, tangan, kulit, bagian dalam tubuh seperti sistem saraf, organ penting dalam tubuh serta panca indera dari segi penglihatan, pendengaran, penerima, perasa. Perubahan tersebut yang menjadi permasalahan khusus pada lansia. Berlangsung proses menua yang berakibat timbulnya masalah fisik, mental, ekonomi maupun sosial, Oleh karena itu masa lansia harus mendapatkan perhatian. Hal ini dibutuhkan pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat. 3 Pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lansia menunjukkan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya salah satunya dalam bentuk program Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia (posyandu lansia). 2,3 Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia (Posyandu Lansia) adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana lansia bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. 3,4 Dampak dari posyandu tidak aktif peningkatan angka kesakitan lansia semakin bertambah dan kesakita lansia tidak dapat dideteksi lebih awal. Manfaat Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia (Posyandu Lansia) adalah kesehatan fisik lansia tetap terjaga. Fungsi posyandu lansia berjalan seperti yang diharapkan dengan adanya kader yang bekerja sehingga memaksimalkan fungsi posyandu dengan
3 menghimpun kekuatan dari masyarakat dalam berperan baik sebagai pelaksana maupun Pembina di wilayah masing-masing. 4 Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia antara lain umur, status, pendidikan, pengetahua, sikap, dukungan social, peran kader, peran tenaga kesehatan dan ketersediaan fasilitas. 5 Kader adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat. Tenaga kader dalam menjalankan pelayanan kesehatan di posyandu merupakan sumber daya yang penting dan sangat dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang optimal. Keaktifan kader adalah tindakan nyata yang dilakukan oleh kader posyandu baik kegiatan sebelum posyandu, selama kegiatan posyandu maupun setelah kegiatan posyandu. Peran kader dalam pelayanan posyandu lansia yaitu melakukan pendaftaran lansia, menimbang lansia, mencatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS), membantu pemeriksaan laboratotium, melakukan penyuluhan serta membuat laporan setelah pelayanan posyandu selesai. 6 Pentingnya peran kader dalam posyandu lansia juga tergambar dalam sebuah hasil penelitian yang dilakukan Vensi di daerah Kediri pada tahun 2012, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara kinerja kader terhadap kemandirian posyandu sehingga dapat meningkatkan strata posyandu, kinerja kader yang baik sesuai dengan mekanisme pelayanan dapat memberikan strata posyandu meningkat. Kinerja kader sangat mempengaruhi kualitas serta eksitensi dari posyandu lansia itu sendiri. 7 Penelitian lain yang menjelaskan pentingnya kinerja kader dalam
4 posyandu lansia yaitu penelitian yang dilakukan Arminati di Kutai tahun 2010 menjelaskan bahwa kinerja kader dalam menggerakkan masyarakat dapat mempengaruhi kualitas pelayanan posyandu. 8 Hal tersebut juga didukung dari hasil studi pendahuluan di Dinas Kesehatan Propinsi dan Puskesmas Godean II pada bulan Mei 2015, cakupan posyandu di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tertinggi di wilayah Sleman dan cakupan tertinggi di wilayah Sleman adalah Puskesmas Godean II dengan presentase cakupan posyandu 90% sedangkan pada cakupan terendah di Puskemas Moyudan dengan presentase cakupan posyandu 44%. Puskesmas Godean II adalah puskesmas yang terletak di Nogosari Desa Sidokarto Kecamatan Godean. Puskesmas ini merupakan salah satu puskesmas yang ada di Sleman yang sudah berstandar International Organizatition for Standardization (ISO). Puskesmas Godean II dengan wilayah kerja terdiri atas Desa Sidokarto, Sidoarum, dan Sidorejo. Berdasarkan data laporan cakupan kunjungan lansia yang hadir terdapat 40% dan presentase kesakitan lansia 27% dari lansia yang hadir di posyandu, jumlah posyandu lansia yang aktif 31 dusun dari 44 dusun dengan jumlah kader 186 orang hanya 50% kader yang aktif. Keberadaan posyandu yang memiliki cakupan keaktifan posyandu tertinggi dan kunjungan lansia yang di posyandu belum mencapai keaktifan secara optimal.
5 Berdasarkan uraian di atas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Peran Kader dengan Keaktifan Kunjungan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Godean II. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan permasalahan pada penelitian adalah Apakah terdapat hubungan peran kader terhadap keaktifan kunjungan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Godean II? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan peran kader terhadap keaktifan kunjungan posyandu lansia di wilayah kerja puskesmas godean II. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi peran kader posyandu di wilayah kerja puskesmas godean II. b. Mengidentifikasi keaktifan kunjungan posyandu lansia di wilayah kerja puskesmas godean II. c. Menganalisa hubungan dan kekuatan korelasi antara peran kader dengan keaktifan kunjungan posyandu lansia di wilayah kerja puskesmas godean II.
6 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan yang berharga mengenai asuhan kebidanan komunitas bagi peneliti, dan mampu menerapkan asuhan kebidanan komunitas yang telah diperoleh. 2. Bagi Posyandu Lansia dan Kader Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan dampak positif untuk lebih meningkatkan pelayanan terutama dalam kinerja kader posyandu itu sendiri. Kader diharapkan agar lebih meningkatkan kinerja dan memahami tugas dan tanggungjawab sebagai kader dalam melaksanakan posyandu lansia. 3. Bagi Tenaga Kesehatan Penelitia ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada tenaga kesehatan di wilayah kerjanya sehingga dapat meningkatkan pelayanan di posyandu lansia. E. Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya yang dilakukan pada tahun 2010 oleh saudari Hesthi Wahono dengan judul Analisi Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia di Gantungan Makam haji. Hasil penelitian tersebut adalah menunjukkan faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan lansia antara lain sikap lansia dan peran kader posyandu. 9
7 Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel penelitian, peneliti menggunakan variabel bebas ialah peran kader dan varibel terikatnya adalah keaktifan kunjungan posyandu lansia. Dengan demikian diharapkan peneliti dapat menemukan jawaban secara objektif terhadap pembuktian teori.