BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja dan memberikan kesempatan membuka peluang berusaha hingga

V. GAMBARAN UMUM PERUM PERHUTANI

BAB I PENDAHULUAN. melampaui dua tahapan, yaitu ekstraksi kayu dan pengelolaan hutan tanaman. mengikuti paradigma baru, yaitu kehutanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber mata pencahariannya. Mereka memanfaatkan hasil hutan baik hasil hutan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat, baik. generasi sekarang maupun yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya, baik dari aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Wiersum (1990)

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI NOMOR : 682/KPTS/DIR/2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan oleh negara Indonesia. Menurut pasal Pasal 33 ayat (3) disebutkan

KEMITRAAN ANTARA USAHA KECIL MENENGAH (UKM) KERAJINAN KAYU DAN KULIT KAYU DENGAN PERUM PERHUTANI KPH BOGOR DIAJENG WIANGGA PUTRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Struktur Organisasi Perum Perhutani KPH Bogor

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Madura pada tahun 2012 mencapai ,71 km 2. Hutan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. lainnya memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan mahkluk hidup di bumi. Kekayaan alam bermanfaat

BAB IV PENUTUP. Pada Bab IV ini peneliti akan menyajikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan

.VI. KARAKTERISTIK USAHA DAN RANTAI PEMASARAN. Usaha pengolahan limbah tunggak pohon jati di Kecamatan Jiken

KEPUTUSAN DEWAN PENGAWAS PERUM PERHUTANI (Selaku Pengurus Perusahaan) NOMOR : 136/KPTS/DIR/2001 PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT

I. PENDAHULUAN. Indonesia berorientasi pada konglomerasi dan bersifat sentralistik. Dalam situasi

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumberdaya yang melimpah di Indonesia adalah sumberdaya hutan.

Majalah INFO ISSN : Edisi XV, Nomor 3, Oktober IbM KELOMPOK PRODUSEN SANGKAR BURUNG DESA BANDENGAN, KECAMATAN JEPARA, KABUPATEN JEPARA

GUBERNUR JAWA TENGAH

VI. GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT Sejarah Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kesimpulan dari hasil penelitian berikut dengan beberapa rekomendasi yang

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI NOMOR : 436/KPTS/DIR/2011 TENTANG PEDOMAN BERBAGI HASIL HUTAN KAYU DIREKTUR UTAMA PERUM PERHUTANI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Konflik yang terjadi di kawasan hutan sering kali terjadi akibat adanya

PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DALAM SISTEM AGROFORESTRY

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS

KARAKTERISTIK LINGKUNGAN, KARAKTERISTIK PETANI PESANGGEM, DAN PERAN MASYARAKAT LOKAL DALAM PHBM KPH KENDAL TUGAS AKHIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENERTIBAN PENEBANGAN POHON DAN BAMBU DI LUAR KAWASAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan

PROGRAM PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT (PHBM)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan apa yang tertera dalam Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia. Pengelolaan hutan merupakan sebuah usaha yang

Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara 2008

Kajian Tinjauan Kritis Pengelolaan Hutan di Pulau Jawa

PEDOMAN PENGUMPULAN DATA (WAWANCARA) Pertanyaan untuk Perum Perhutani KPH Kedu Utara di RPH Temanggal

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PENGUSAHA INDUSTRI KECIL MEBEL DI KOTA SURAKARTA

BAB III OBYEK PENELITIAN. beberapa kali perubahan dasar hukum. Di awal pendirian, wilayah kerja Perum

PERAN CSR SUCOFINDO DALAM PENINGKATAN MUTU SUMBERDAYA MANUSIA. Hotel Horison, Bandung 15 November 2010

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Seperti yang dihasilkan oleh pengerajin karya Saf Handycraft yang ada

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

EVALUASI IMPLEMENTASI PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) DI KPH RANDUBLATUNG BLORA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IMPLEMENTASI PASAL 18 PERDA KOTA MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2009 TERHADAP PERLINDUNGAN USAHA DI KOTA MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. diberi mandat oleh negara untuk mengelola sebagian besar hutan negara di Pulau

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERAN KELEMBAGAAN PENGRAJIN KECIL DALAM MENINGKATKAN DISTRIBUSI NILAI TAMBAH INDUSTRI MEBEL. Oleh : MARGONO KETUA APKJ. Team penyusun : Legiman Arya

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

I. PENDAHULUAN. maupun sebagai sumber mata pencaharian sementara penduduk Indonesia.

Latar Belakang. Furnitur kayu Furnitur rotan dan bambu 220 Furnitur plastik 17 Furnitur logam 122 Furnitur lainnya 82 Sumber: Kemenperin 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (local wisdom). Kearifan lokal (local wisdom) dipahami sebagai gagasangagasan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

hutan secara lestari.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI NOMOR : 268/KPTS/DIR/2007 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT PLUS (PHBM PLUS)

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 407 /KPTS/013/2015 TENTANG TIM PENILAI LOMBA WANA LESTARI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (SK) perhutani No. 136/KPTS/DIR/2001. berkurangnya akses masyarakat terhadap hutan dan berdampak pula pada

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

IbM PENERAPAN TEKNIK UKIR MOTIF PRING SEDAPUR PADA SANGKAR BURUNG UNTUK MENINGKATKAN NILAI JUAL PRODUK PENGRAJIN SANGKAR DI KABUPATEN MAGETAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kebijaksanaan pembangunan kepariwisataan yang digariskan dalam PJP II mengarahkan agar pariwisata mampu

B. Latar Belakang Penyusunan Pedoman Perilaku Perusahaan (Code of Conduct)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hutan tidak hanya mempunyai peranan dalam segi ekologi, tetapi sebagai

Perum Perhutani yang merupakan Badan Usaha Milik. Negara (BUMN) berbentuk perusahaan umum bertugas menyelenggarakan

Kemitraan Kehutanan di Hutan Lindung Jawa Tengah

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan. Menurut Dangler (1930) dalam Hardiwinoto (2005), hutan adalah suatu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kabupaten/kota dapat menata kembali perencanaan pembangunan yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. pengembangan ekonomi masyarakat. Usaha mikro selama ini terbukti dapat

PROGRAM/KEGIATAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DIY KHUSUS URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. hutan negara, dimana kawasannya sudah dikepung kurang lebih 6000 desa

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkeadilan melalui peningkatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Transkripsi:

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Profil Perum Perhutani 4.1.1 Visi Misi Perum Perhutani Perum Perhutani adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi tugas dan wewenang untuk penyelenggaraan perencanaan, pengurusan, pengusahaan dan perlindungan hutan di wilayah kerjanya di Pulau Jawa. Visi perusahaan yaitu menjadi Pengelola Hutan Lestari untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Adapun misi perusahaan, sebagai berikut : 1. Mengelola sumberdaya hutan dengan prinsip Pengelolaan Hutan Lestari bedasarkan karakteristik wilayah dan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) serta meningkatkan manfaat hasil hutan kayu dan bukan kayu, ekowisata, jasa lingkungan, agroforestri, serta potensi usaha berbasis kehutanan lainnya guna menghasilkan keuntungan untuk menjamin pertumbuhan perusahaan secara berkelanjutan. 2. Membangun dan mengembangkan perusahaan, organisasi serta sumberdaya manusia perusahaan yang modern, profesional, dan handal, serta memberdayakan masyarakat desa hutan melalui pengembangan lembaga perekonomian koperasi masyarakat desa hutan atau koperasi petani hutan. 3. Mendukung dan turut berperan serta dalam pengembangan wilayah secara regional dan nasional, serta memberikan kontribusi secara aktif dalam penyelesaian masalah lingkungan regional, nasional dan internasional. (SK Nomor:17/Kpts/Dir/2009 tanggal 9 Januari 2009). 4.1.2 Maksud dan Tujuan Perum Perhutani Maksud adanya Perum Perhutani adalah, sebagai berikut : 1. Menyelenggarakan usaha di bidang kehutanan yang menghasilkan barang dan jasa bermutu tinggi dan memadai guna memenuhi hajat hidup orang banyak dan memupuk keuntungan. 2. Menyelenggarakan pengelolaan hutan sebagai ekosistem sesuai dengan karakteristik wilayah untuk mendapatkan manfaat yang optimal dari aspek

ekologi, sosial, budaya dan ekonomi, bagi perusahaan dan masyarakat. Sejalan dengan tujuan pembangunan nasional dengan berpedoman kepada rencana pengelolaan hutan yang disusun bedasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang kehutanan. Adapun tujuan Perum Perhutani adalah turut serta membangun ekonomi nasional. Khususnya dalam rangka pelaksanaan program pembangunan nasional dibidang kehutanan (Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Perum Perhutani, 2010). 4.2 Profil Perum Perhutani KPH Bogor Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor merupakan salah satu pengelola hutan di Pulau Jawa yang berada dalam lingkup Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani) Unit III Jawa Barat, dengan kantor pusat berkedudukan di Jakarta. Sedangkan kantor KPH Bogor berada di kompleks perkantoran Pemda Cibinong Bogor. Perum Perhutani KPH Bogor sebagai suatu unit manajemen memiliki tugas untuk melakukan pengusahaan hutan di wilayah kerjanya. Tugas pengusahaan hutan tersebut dilakukan dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang diarahkan untuk memperoleh manfaat sumber daya hutan dengan memperhatikan aspek kelestariannya, yaitu : kelola produksi, kelola sosial, dan kelola lingkungan. Adapun wilayah kerja Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) pada KPH Bogor meliputi lima wilayah BKPH yang terbagi kedalam 17 Resort Pemangkuan Hutan (RPH). BKPH tersebut, yaitu : BKPH Bogor, BKPH Jasinga-Leuwiliang, BKPH Jonggol, BKPH Parung Panjang dan BKPH Ujung Karawang. Kegiatan pengusahaan hutan di KPH Bogor, meliputi : kegiatan penataan hutan, silvikultur, perlindungan dan pengamanan hutan, teresan, pembuatan dan pemeliharaan sarana jalan, pemanenan hasil hutan, kemitraan dan pemberdayaan masyarakat, serta penelitian dan pengembangan. Kantor Perum Perhutani KPH Bogor dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kantor Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor. 4.2.1 Maksud dan Tujuan KPH Bogor Maksud dan tujuan perusahaan adalah melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, dan dibidang kehutanan pada khususnya, sehingga memberikan manfaat yang optimal dengan fungsi hutannya, meliputi : fungsi konservasi, fungsi perlindungan dan fungsi produksi untuk mencapai keseimbangan dan kelestarian antatra manfaat ekologis, produksi, dan ekonomis maupun lingkungan sosial budaya. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, maka perusahaan melaksanakan kegiatan usaha, sebagai berikut : 1. Mengelola hutan sebagai ekosistem sesuai dengan karakteristik wilayah untuk mendapatkan manfaat yang optimal bagi perusahaan dan masyarakat sejalan dengan tujuan pengembangan wilayah 2. Melestarikan dan meningkatkan mutu sumberdaya hutan dan mutu lingkungan hidup 3. Menyelenggarakan usaha dibidang kehutanan yang menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi dan memadai guna memenuhi hajat hidup orang banyak dan meningkatkan keuntungan 4. Usaha-usaha lainnya yang dapat menunjang tercapainya maksud dan tujuan perusahaaan (Laporan Triwulan Perum Perhutani KPH Bogor, 2010).

4.2.2 Struktur Organisasi KPH Bogor Sebagai suatu perusahaan, Perum Perhutani KPH Bogor memiliki struktur organisasi yang dikepalai oleh administratur serta wakil administratur yang membawahi bagian-bagian atau seksi-seksi dan subseksi. Program kemitraan terdapat bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada seksi Pengelolaan SDHL dengan subseksi Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Dapat dilihat struktur organisasi Perum Perhutani KPH Bogor pada Lampiran 1. 4.2.3 Program Kemitraan Perum Perhutani KPH Bogor Program kemitraan yang dijalankan oleh Perum Perhutani KPH Bogor berada dalam lingkup Pengelolaan Sumber Daya Hutan dan Lahan bagian kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Berdasarkan Ketentuan Umum Keputusan Ketua Dewan Pengawas Perum Perhutani Nomor 136/KPTS/DIR/2001 yang dimaksud dengan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) adalah suatu sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang dilakukan bersama oleh Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan atau Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan dengan pihak yang berkepentingan (stakeholders) dengan jiwa berbagi, sehingga kepentingan bersama untuk mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan dapat diwujudkan secara optimal dan proporsional. PHBM merupakan kebijakan perusahaan yang menjiwai strategi, struktur, dan budaya perusahaan dalam pengelolaan sumberdaya hutan. Jiwa yang terkandung dalam PHBM, yaitu : kesediaan perusahaan, masyarakat desa hutan, dan pihak yang berkepentingan untuk berbagi dalam pengelolaan sumberdaya hutan sesuai kaidah-kaidah keseimbangan, keberlanjutan, kesesuaian, dan keselarasan. PHBM dimaksudkan untuk memberikan arah pengelolaan sumberdaya hutan dengan memadukan aspek-aspek ekonomi, ekologi, dan sosial secara proporsional guna mencapai visi dan misi perusahaan. Guna mendorong proses optimalisasi dan pengembangan PHBM, maka Perum Perhutani menjalin kemitraan dengan masyarakat desa hutan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat serta bertujuan agar masyarakat

berperan lebih aktif dalam membangun hutan. Untuk menjembatani komunikasi tersebut dengan masyarakat luas melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) guna mempercepat pemahaman implementasi PHBM KPH Bogor. Kerjasama yang dilakukan oleh KPH Bogor dengan LSM membantu pula dalam kegiatan pendampingan masyarakat desa hutan, diantaranya dengan LSM Bina Mitra yang ditempatkan di BKPH Leuwiliang dan BKPH Bogor. Sedangkan pada BKPH Ujung Karawang terdapat LSM Bismi dan LSM Kafera. Selain itu dibentuk suatu wadah yang dapat mewakili aspirasi yaitu suatu kelompok masyarakat Tani Hutan (KTH) dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) sebagai mitra kerja dan mitra usaha yang sangat penting dalam kelembagaan PHBM. Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) merupakan salah satu program dari kegiatan PHBM untuk membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat desa hutan berupa pinjaman untuk usaha kecil dan koperasi yang diperuntukan masyarakat desa hutan dengan bunga relatif kecil guna meningkatkan perekonomian. Program PUKK ini disalurkan dengan cara memberikan bantuan modal bagi masyarakat desa hutan. PUKK di KPH Bogor telah dilaksanakan dari tahun 1991 sampai dengan saat ini dengan membina suatu bentuk usaha, yaitu : koperasi, badan usaha, usaha perorangan dan lembaga ekonomi masyarakat. Pada tahun 2006, bedasarkan SK Kementrian BUMN Nomor 236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan Program Bina Lingkungan, program PUKK berganti menjadi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang disingkat PKBL. PKBL adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri serta pemberdayaan kondisi sosial ekonomi masyarakat melalui pemanfaatan dana dari bagian laba Perum Perhutani. Adapun maksud dan tujuan dari Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan Perum Perhutani adalah untuk memberdayakan dan meningkatkan usaha kecil masyarakat, Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dan usaha kecil milik pihak yang berkepentingan (stakeholder) perhutanan agar lebih tangguh dan mandiri.

4.3 Profil UKM Kerajinan Kayu Cheklie Art Usaha Kecil Menengah (UKM) Cheklie Art merupakan UKM yang menjadi mitra binaan Perum Perhutani KPH Bogor yang berjalan sampai dengan saat ini. Cheklie Art yang dulu bernama CV. Marga Yasa Arta ialah sebuah Usaha Kecil Menengah yang bergerak dalam bidang kerajinan dengan menggunakan kayu sebagai bahan bakunya. Bidang kerajinan yang dimaksud yaitu kerajinan yang menghasilkan produk-produk souvenir, barang seni (pajangan) atau handycraft. UKM ini didirikan sejak tahun 1991 yang saat ini berlokasi di komplek perumahan Villa Bogor Indah Cibinong Bogor. Usaha ini dimulai dan didirikan oleh Bapak Budi Prasetyo selaku pemilik. Berawal dengan modal sebesar satu juta rupiah, pemilik UKM ini mendirikan usahanya dimulai dengan membuat lampu hias berbahan baku kayu. Pemilik usaha ini merasa bahwa usaha kerajinan kayu memiliki daya tarik sendiri dan dinilai cukup menguntungkan, khususnya melihat kebutuhan pasar dan selera pasar akan kerajinan kayu yang cukup besar. Sehingga dengan ketekunan dan kreativitas yang dijalani untuk usahanya, dengan mengumpulkan berbagai informasi akan selera pasar serta rajin mengikutsertakan usahanya dalam pameran-pameran kerajinan, usahanya semakin berkembang. Saat ini UKM Cheklie Art memperkerjakan 13 orang pegawai, dengan 4 orang tenaga ahli dan 9 tenaga pembantu. Empat pegawai diantaranya ialah orang-orang yang memiliki cacat fisik. Sejalan dengan tujuan mendirikan usaha ini yang bersifat sosial, yaitu membuka lapangan kerja serta ikut memperbaiki ekonomi masyarakat kecil, maka pemilik UKM ini bekerjasama pula dengan Dinas Sosial (Dinsos) dengan memperkerjakan orang-orang cacat tersebut. Dilihat dari sisi fungsi produk kerajinan kayu, produk UKM ini dibedakan menjadi barang seni (pajangan) dan barang seni fungsional untuk perabotan rumah tangga. Adapun macam bentuk produk kerajinan kayu yang dihasilkan, antara lain : tempat pulpen, tatakan gelas, baki, asbak, cermin gantung, frame kayu, lampu kayu, tempat tisu, tempat perhiasan, tempat surat, dan lain sebagainya (Lampiran 11). Berikut ini Gambar 2 yang menunjukkan produk yang dihasilkan di tempat UKM Cheklie Art.

Gambar 2 Produk kerajinan kayu UKM Cheklie Art. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan berbagai macam jenis produk kerajinan kayu usaha ini adalah kayu jati dan mahoni. Sumber bahan baku tersebut didapatkan dengan bekerjasama dengan Perum Perhutani KPH Kendal, Jawa Tengah yang bahan bakunya berasal dari daerah Pekalongan dan Batang. Adapun bahan pembantu dan alat pendukung lainnya, yaitu : semir, pewarna, bor duduk, paku tembak, kompresor, chainsaw, mesin amplas, planner, planner siku, gergaji, rotter dan spragan. Pembuatan kerajinan kayu merupakan hasil kerajinan yang mempunyai kandungan seni dan fungsional karena gabungan dari proses mekanik (pemotongan dan pemolaan kayu) dan pengerjaan seni (pembentukan produk jadi secara manual maupun dengan mesin). Dalam proses pembuatannya dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu : pemotongan kayu gelondongan, pemotongan kayu sesuai dengan ukuran model produk dengan alat planner, pembentukan model-model produk dengan alat rotter, perakitan dengan paku tembak, pengukiran (pembentukan produk jadi), pengamplasan, pewarnaan, dan finishing. Produk yang dihasilkan bedasarkan target bulanan dan disesuaikan juga bedasarkan pesanan. UKM ini memproduksi sebanyak 700 unit produk per bulan. Apabila ada pesanan, maka penetapan harga disesuaikan dengan tingkat kesulitan yang akan dikerjakan serta bahan baku kayu yang dipesan oleh para konsumen. Harga produk berkisar antara Rp. 50.000 sampai dengan Rp. 1.000.000. Produk

tersebut dipasarkan ke berbagai kota besar, antara lain : Bogor, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Makassar, dan Pulau Bali. Saat ini UKM Cheklie Art semakin berkembang karena selain telah dapat mengekspor produknya ke beberapa negara, UKM ini pun telah banyak menjalin kemitraan dengan perusahaan-perusahaan selain Perum Perhutani, seperti Ovalindo, Mirota, Batik Keris, dan Sarinah. 4.4 Profil UKM Kerajinan Kulit Kayu Barokah Usaha Kecil Menengah kerajinan kulit kayu Barokah merupakan UKM yang menjadi Mitra Binaan Perum Perhutani KPH Bogor yang menggunakan kulit kayu akasia sebagai bahan baku untuk produknya. Usaha ini didirikan sejak tahun 1999 sampai dengan saat ini yang berlokasi di Kecamatan Tenjo, Desa Babakan Parung Panjang Bogor. UKM Barokah ini masuk ke dalam wilayah BKPH Parung Panjang KPH Bogor. Usaha ini dimulai dan didirikan oleh Bapak Supriyadi selaku pemilik. Pada awalnya usaha ini berdiri, pemilik UKM ini bekerja pada suatu usaha kerajinan bambu yang memproduksi barang-barang kerajinan berupa pot-pot bunga. Karena usaha tersebut dirasa memiliki prospek yang cukup baik, maka pemilk UKM mencoba untuk memproduksi sendiri barang-barang kerajinan tetapi dengan berbahan baku kulit kayu. Dengan modal awal sebesar satu juta rupiah, pengrajin ini memulai menjalankan usahanya tersebut dan tidak lagi menjadi pegawai, tetapi pemilik usaha kerajinan. UKM ini semakin berkembang setelah menjadi Mitra Binaan dari Perum Perhutani KPH Bogor. Tujuan didirikannya UKM ini, selain untuk memenuhi kebutuhan hidup, juga dapat membantu perekonomian masyarakat desa sekitar untuk mengurangi pengangguran dengan membuka lahan kerja. Saat ini terdapat 15 pegawai yang dipekerjakan. Produk yang dihasilkan berupa pot-pot untuk bunga kering, keranjang-keranjang dan tempat tisu (Lampiran 11). Contoh produk yang dihasilkan UKM kerajinan kulit kayu Barokah dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Produk kerajinan kulit kayu UKM Barokah. Usaha ini setiap bulan dapat memproduksi sampai 3000 unit produk. Produk yang dihasilkan ini bedasarkan target maupun pesanan. Penetapan harga produk berkisar mulai dari Rp. 2000 sampai dengan Rp. 15000. Apabila terdapat pesanan dari toko, penetapan harga tergantung dari negosiasi. Produk kerajinan kulit kayu ini dipasarkan ke berbagai kota, yaitu : Jakarta, Surabaya, Semarang, Jambi dan Padang. Bahan baku kayu yang digunakan adalah kulit kayu akasia. Sumber bahan baku didapatkan dari kayu-kayu produksi Perum Perhutani KPH Bogor pada wilayah BKPH Parung Panjang. Dengan mengolah limbah kayu berupa kulit kayu dari kegiatan ekonomi masyarakat yang belum dimanfaatkan, pengrajin UKM Barokah ini dapat menjadikan sumberdaya yang tidak produktif menjadi produktif dan dapat bernilai jual lebih tinggi. Adapun bahan dan alat pendukung untuk memproduksi barang kerajinan tersebut, antara lain : palu, golok, pisau, gergaji, paku tembak, mesin blower, dan mesin gergaji. Dalam pembuatannya termasuk pengerjaan seni tradisional, yaitu : pembentukan produk jadi secara manual yang juga merupakan hasil kerajinan yang mempunyai kandungan seni dan fungsional.