Kodokhitamputih Dkk Tanya 10 Hati Penerbit Kodok Hitam Putih Bekerjasama dengan Nulisbuku.com
Antalogi Cerpen Hati ( Tanya 10 Hati) Oleh: Tuan Kodok Dkk Copyright 2011 by Kodokhitamputih Penerbit Kodok Hitam Putih www.kodokhitamputih.blogspot.com kodokhitamputih@yahoo.com Desain Sampul & Editor : Tuan Kodok Crew Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com Cetakan 1, Desember 2011 Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT) 2
Patah Kata Tuan Kodok: Akhirnya pada waktu yang telah direncanakan buku Tanya 10 Hati selesai juga, banyak kendala berarti yang terjadi selama penyelesaian buku ini. tetapi dengan kesolidan personil Kodok Hitam Putih Publishing, akhirnya kita berhasil menyelesaikan tahap packaging buku ini. Selanjutnya Ini adalah Bentuk Apresiasi terbesar untuk semua penulis yang tulisannya berada dalam buku ini.tidak mudah menjawab sebuah tantangan dalam 48 jam dimana anda harus merubah sebuah gambar menjadi sebuah cerita pendek yang menarik. Kalian yang berhasil mengikuti sayembara ini merupakan penulis penulis siap uji dalam hal deadline, itu hal salah satu hal penting dalam kehidupan Professional seorang manusia. Terimakasih juga kepada semua pihak yang telah membantu tuan kodok dalam penerbitan buku ini dimana dalam hal ini dilakukan oleh pihak Nulisbuku.com. Let s enjoy this book (Kodokhitamputih) 3
DAFTAR ISI Proyek 1 - Hanya di Matamu Aku Bisa Melihat Langit - Senandung Rintik Hujan - Surat Untuk Nisa Proyek 2 - Sebuah asa untuk Tobi - Still Love You Borneo - The True Love - Kekasih Sepanjang Masa Proyek 3 - Awan Penuh Cinta - Antara Semarang, Berlin dan Dublin - My Super Brother Proyek 4 - Aku Harus Pergi - Sebab Ku sayang dia Proyek 5 - Balikin - Cinta Sepenuh Hati 4
Proyek 6 - Senyum Gundahku - Tidak Denganmu Proyek 7 - Mata - mata - Never Give Up - Thanks Gil Proyek 8 - Don t let me go again - Dear Bebi - Pada Sebuah Malam Proyek 9 - Buka Telinga - Malaikat Kecilku Proyek 10 - A Day To Remember 5
#Proyek 1 - Hanya di Matamu Aku Bisa Melihat Langit - Senandung Rintik Hujan - Surat Untuk Nisa 6
Hanya di Matamu Aku Bisa Melihat Langit @Arlanaze Aku akan selalu mencintaimu Nien, dibawah pohon ini aku akan menunggumu?, kalimat terakhir yang diucapkan Linggar padaku sebelum aku pergi ke daratan Eropa, untuk meninggalkan semua asa bersamanya. Berat memang tapi harus aku lakukan. Demi kamu Linggarku. ********* Sudah lebih dari sebulan aku menjejak di negeri arloji ini, namun aku belum bisa melakukan apa-apa. Rasanya nihil hidup disini bersama papa, aku lebih tenang di tanah air bersama Linggarku dan eyang. Keputusanku memang mendadak tapi aku lakukan ini untuk masa depanku. Melupakan semua kenangan bersama Linggar. Kenangan yang selalu membuat telaga di mataku. Sempurna! birunya menggambarkan kebijakan, sedangkan putihnya mengartikan ketulusan. Kamu luar biasa Nien!, hanya dalam hitungan hari kamu bisa melukisnya dengan indah., ucap Linggar padaku. Kau begitu memujiku Nggar! Lukisanmu lebih baik dariku..., jawabku seraya memandangi kanvasnya yang jingga. Aku dan Linggar sama-sama suka melukis, sama-sama suka langit. Berdua kami selalu melukis langit dengan beragam versi. Linggarku adalah langitku, begitu gurauanku padanya. Linggar hanya tersenyum bila aku mengatakan kalimat itu padanya. Dad!, I miss Jogja, I want to come back dad?, Kataku pada Papa. Papa tidak berkata apa-apa, ekpresinya datar lalu tersenyum padaku dan kembali 7
berkutat dengan laptopnya. Dengan langkah berat kutinggalkan ruang kerja papa. Sendiri aku berjalan menyusuri komplek menuju book store, satu-satunya tempat yang bisa menghilangkan penatku, jika aku rindu akan Jogja. Rindu akan Linggarku. Semua rekaman masa lalu langsung bermain dibenakku. Dulu aku bersama Linggar menyusur jalan setapak penuh licak di pematang sawah menuju sekolah. Sekolah dengan seragam putih merah, sepatu selalu kami tenteng agar tidak kotor, kami hanya menjejak tanpa beralaskan apa-apa. Kami selalu bahagia melakukan itu. Tapi kini, semua hanya sepenggal kenangan, sepenggal cerita yang telah terukir dalam catatan masing-masing. Aku dan Linggarku. ********* Nien, apakah kamu pernah berpikir bahwa kamu adalah jodohku?, ucap Linggar pada satu senja. Dia menatapku teduh. Aku hanya tersenyum mendengarnya, lalu kupalingkan wajahku yang bersemu merah. Aku tidak mau menatapnya kala itu, karena aku juga merasakan hal yang sama. Hatiku tidak bisa menolak Linggar. Bahkan aku yakin sekali jodohku adalah Linggar. Pelukis langit hatiku, hanya di matamu aku melihat langit., pekikku dalam hati. Linggar memang tidak pernah menyatakan perasaannya padaku. Namun Linggar selalu memperlakukanku istimewa. Perhatiannya, cara dia memandangku, melindungiku, Linggar selalu tau cara membuatku tertawa dan bahagia. Satu prinsip yang selalu dia tekankan padaku hiduplah dengan caramu sendiri sesulit apapun itu. 8
Nien! ketika pohon ini bertambah lingkaran kambiumnya, berarti lingkaran persahabatan kita semakin kuat, kata Linggar padaku, setelah kami menanam pohon sebagai bentuk rasa persahabatan kami berdua. Kala itu aku dan Linggar baru saja menyelesaikan ujian nasional sekolah dasar. Jika kita tidak satu sekolah lagi, kita bisa bertemu disini Nien!, ucap Linggar penuh harap. Aku hanya mengiyakan apa yang dikatakannya saja, aku masih belum mengerti maksud Linggar melakukan semua ini. Bagiku mananam pohon adalah suatu kesenangan saja, rumah akan menjadi rindang dan udarapun bertambah sejuk. Pikiran sederhana sekali. Namun bagi Linggar apa yang dilakukannya selalu memiliki makna tersendiri. Aku baru mengerti setelah 10 tahun kemudian ketika aku akan meninggalkan Linggarku. Linggar menjadi yang terbaik di sekolah kami dan diterima di Sekolah menengah pertama favorit di Jogja sedangkan aku hanya di sekolah favorit nomor sekian. Kamu memang juaranya Nggar, ndak salah aku milih kamu sebagai sahabatku, pujiku seraya mengulurkan tanganku untuk memberikan selamat kepadanya. Halah, kamu itu Nien..., kamu juga juara koq! Buktinya nilai Bahasa Inggrismu tertinggi di kelas., jawabnya dengan Jawa medok. Inget yo, janji kamu karo aku, kalo kita tetap akan bertemu di bawah pohon persahabatan kita, pintanya padaku. Aku hanya mengangguk dan tersenyum padanya. Pohon itu telah menjadi saksi bisu persahabatan kami. Teruntuk Sahabatku, ********* Apa kabarmu Nien?. Aku harap kamu baik-baik saja. Ndak seperti keadaanku saat menulis surat ini. 9
Bagaimana kuliahmu? Tentu menyenangkan membaur bersama teman-teman dari berbagai negara. Oh iya, aku dapat alamatmu dari Mbah Putri. Jangan marah ya! Aku mengirimkan surat ini hanya ingin bersilaturahmi saja. Semoga kamu berkenan Nien... Sekiranya itu saja yang bisa aku sampaikan, aku ndak tau harus nulis apa lagi. Semoga kamu sukses ya Nien. Seperti janjimu dulu, dibawah pohon persahabatan kita. Sahabatmu, Linggar. ********* Tidak pernah terlintas dalam benakku jika aku akan menerima surat dari Linggar. Sudah tiga tahun aku dan Linggar putus komunikasi dan di tiga tahun terakhir itu pula aku menyibukkan diri dengan kuliah dan kerja part time-ku di sebuah media. Aku tidak ingin mengingat masa laluku lagi bersama Linggar. Namun hari ini aku memegang surat dari Linggar, dalam sekejap semua kenangan masa lalu menari-nari dikepalaku. Nggar, aku berjanji pada diriku sendiri. Kamu dan pohon persahabatan kita yang menjadi saksinya yah?, pintaku pada Linggar. Dengan nada sugguh-sungguh aku berkata dan Linggar mendengarkannya. Aku...mau seperti pohon persahabatan kita yang hidup dan mati hanya di satu tempat saja. Linggar tersenyum padaku, seraya mengangkat tangan dengan jarinya membentuk angka dua (simbol janji), lalu berkata, Biarlah aku yang merawat pohon ini, hingga aku tutup usia. Aku mencintaimu Nggar, lirihku. Tapi kau mengkhianati cinta itu. Hatiku perih, aku terluka karena jebakan cintamu. Aku benci kamu Nggar!. Kenapa harus ada perempuan lain dihatimu?. Aku membatin. Telaga dimataku tidak akan pernah kering jika aku mengingatmu. Oh Tuhan, berikan petunjukmu! Di dalam lubuk hatiku 10