BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persyaratan Biologis Untuk Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut. Seperti yang telah kita ketahui bahwa penyakit perut adalah penyakit yang paling banyak terjadi di Indonesia (Sutrisno, 2010). Ditentukan baik oleh kehadiran mikroorganisme yang patogen, maupun juga yang nonpatogen. Mikroorganisme nonpatogen secara relatif tidak berbahaya bagi kepentingan kesehatan, namun karena golongan ini sering dalam jumlah berlebihan dapat mempengaruhi rasa, bau esthetis dan lain-lain (Ryadi, 1984). Hadirnya mikroorganisme koli sekalipun tidak patogen saat ini masih tetap bertahan dapat digunakan sebagai indikator untuk mengetahui sejauh mana air telah dikontaminasi oleh bahan buangan organik, khususnya bahan-bahan faecal. Dasar penggunaan indikator koli ini adalah bahwa secara karakteristik kuman ini adalah merupakan penghuni tetap dari faeces. Sebaliknya faeces manusia adalah merupakan media penyebaran dari beberapa jenis kuman patogen (Ryadi, 1984). Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) sama sekali dan tak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi batas-batas yang telah ditentukan yaitu 1 Coli/100 ml air (Sutrisno, 2010).
Bakteri golongan Coli ini berasal dari usus besar (faeces) dan tanah. Bakteri patogen yang mungkin ada didalam air antara lain adalah: - Bakteri tipsum - Vibrio colerae - Bakteri dysentriae - Entamoeba hystolotica - Bakteri enteritis (penyakit perut) (Sutrisno, 2010). Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah berkontaminasi (berhubungan) dengan kotoran manusia (Sutrisno, 2010). Dengan demikian dalam pemeriksaan bakteriologik, tidak langsung diperiksa apakah air itu mengandung bakteri patogen, tetapi diperiksa dengan indikator bakteri golongan Coli (Sutrisno, 2010). 2.2 Aspek Biologis Dalam Air Untuk persyaratan higienis kadar koli yang diperkenankan tergantung pada media cairan. Golongan koliform ini pada umumnya aerob, dan hanya sedikit secara fakultatif anaerob. Merupakan gram negatif, serta tidak membentuk spora. Berbentuk lonjong, dan mengadakan fermentasi dengan laktosa dalam waktu 48 jam pada temperatur 35 derajat (Ryadi, 1984). Standarisasi bakteriologis air ditentukan dengan Perkiraan Terdekat Jumlah Kuman Golongan Koli dalam setiap 100 cc contoh air, yaitu yang disebut dengan istilah Most Probable Number of Coliform Organisme (MPN) (Ryadi, 1984).
Most Probable Number (MPN) ini diperoleh dari tes pendahuluan (presumptive test), dan tes penegasan (confirmatory test). Untuk Indonesia penilaian bakteriologis ditetapkan dalam standar nasional melalui suatu Peraturan Menteri Kesehatan (Ryadi, 1984). 2.3 Mata Air Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas/ kualitasnya sama dengan keadaan air dalam (Purwantoyo, 2002). Berdasarkan keluarnya (munculnya permukaan tanah) terbagi atas: - Rembesan, dimana air ke luar dari lereng-lereng. - Umbul, dimana air keluar ke permukaan pada suatu dataran (Purwantoyo, 2002). Air tanah adalah air permukaan tanah yang meresap ke dalam tanah, jadi telah mengalami penyaringan oleh pasir ataupun batu-batuan. Air dalam tanah ini sekali waktu juga akan menjadi air permukaan, yakni dengan mengalirnya air tersebut menuju laut (Azwar, 1983). 2.4 Air Minum Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Hal inilah yang secara prinsip membedakan kualitas yang harus dimiliki antara air bersih dan air minum. Kualitas air minum setingkat lebih tinggi daripada kualitas air bersih ditinjau dari beberapa komponen
pendukungnya. Agar air dapat terkategorikan sebagai air minum maka dipersyaratkan harus memenuhi ketentuan pemerintah berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 416/MENKES/PER/IX/1990 (Purwantoyo, 2002). 2.5 Kebutuhan dan Kegunaan Air Minum Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air dan selebihnya terdiri dari komponen padat antara lain berupa daging dan tulang. Air merupakan kebutuhan dasar dan bagian dari kehidupan, yang fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa yang lain. Proporsi air didalam badan mencapai sekitar 70% dari berat badan, dan berada dibagian tubuh yang sangat vital. Apabila badan manusia dianalisis maka akan diketahui bahwa kandungan airnya sekitar 47 liter pada orang dewasa (Winarno, 1991). Air dibutuhkan oleh organ tubuh agar dapat melangsungkan metabolisme, sistem asimilasi, menjaga keseimbangan, memperlancar proses pencernaan, melarutkan dan membuang racun dari ginjal, melarutkan sisa zat kimia dari tubuh, serta memperingan kerja ginjal. Kecukupaan air serta kelayakan air yang masuk kedalam tubuh akan membantu berlangsungnya fungsi tersebut dengan sempurna. Konsumsi air rata-rata setiap orang adalah 2,8 13 liter setiap hari. Angka tersebut tentunya akan bervariasi dari daerah satu dengan yang lain, dipengaruhi oleh situasi iklim dan temperatur setempat. Air masuk ke dalam tubuh kurang dari separuh kebutuhan melalui bahan pangan, dan lebih dari separuhnya adalah
berasal dari minum. Air keluar dari tubuh bersama udara dan napas yang berupa keringat, faeces dan urine (Purwantoyo, 2002). 2.6 Air Minum Kemasan Kehadiran air minum kemasan memang membawa angin baru di dalam kehidupan dan gaya hidup masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia dewasa ini (Suriawiria, 1996). Langkah awal untuk menilai air minum kemasan yang akan dibeli adalah air mineral diproses secara tersendiri kalau dibandingkan dengan air minum lainnya, harus tetap merupakan air alami yang bersih, jernih, aman dan sehat. Artinya air tersebut tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau, dan cara selanjutnya untuk menguji merek air minum kemasan yang akan dipilih adalah begitu kemasannya dibuka, secepatnya dicium baunya. Untuk air minum kemasan yang baik maka bau-bau yang aneh atau asing, apalagi bau sisa klor seperti misalnya dari air PAM atau PDAM, tidak boleh ada. Pendeknya bau pada air minum kemasan hanya berupa air segar yang didapat pada kawasan bersih, sehat dan bebas pencemaran (Suriawiria, 1996). Agar air minum tidak menyebabkan gangguan kesehatan, maka air tersebut haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan. Di Indonesia, standar air minum yang berlaku dapat dilihat pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 (Mulia, 2005). Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/ 1990, persyaratan air minum dapat ditinjau dari parameter fisika, parameter kima,
parameter mikrobiologi dan parameter radioaktivitas yang terdapat di dalam air minum tersebut (Mulia, 2005). 2.7 Pencemar Air Minum Berupa Bakteri Bakteri dapat bertahan hidup dan berkembang biak dengan cara memanfaatkan makanan terlarut dalam air. Bakteri tersebut berperan dalam dekomposisi unsur organik di alam dan menstabilkan buangan organik. Bakteri yang mendapatkan perhatian dalam air minum terutama adalah Escherichia coli yaitu coliform yang dijadikan sebagai indikator dalam penentuan kualitas air minum (Purwantoyo, 2002). 2.8 Escherichia coli Escherichia coli adalah suatu bakteri gram negatif berbentuk batang, bersifat anaerob fakultatif, dan mempunyai flagella peritrikat (Dwidjoseputro, 1978). Escherichia coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan maupun manusia atau dari badan hewan dan manusia yang mati karena penyakit infeksi (Fardiaz, 1993). Didalam usus, umumnya bakteri ini tidak menimbulkan penyakit dan dapat membantu fungsi normal usus, dapat membuat sintesa vitamin K. Tetapi pada kondisi tertentu dapat berubah menjadi patogen bila mencapai: permukaan
sel-sel epitel usus halus, saluran kemih, saluran empedu, paru-paru dan selaput otak yang menyebabkan peradangan pada tempat tersebut (Bonang, 1986). Escherichia coli adalah kuman oportunis yang banyak ditemukan di dalam usus besar manusia sebagai flora normal. Bakteri ini bersifat unik karena dapat menyebabkan infeksi primer pada usus, misalnya diare pada anak, seperti juga kemampuannya menimbulkan infeksi pada jaringan tubuh lain di luar usus. Escherichia coli terdiri dari 2 species yaitu: Escherichia coli dan Escherichia hermanis (Zuhri, 2009). Escherichia coli sebagai salah satu contoh terkenal mempunyai beberapa spesies hidup di dalam saluran pencernaan makanan manusia dan hewan berdarah panas. Escherichia coli mula-mula diisolasi oleh Escherich pada tahun 1885 dari tinja bayi (Suriawiria, 1996). Bakteri coli adalah organisme yang biasa hidup didalam pencernaan manusia atau hewan yang berdarah panas. Bakteri coli dipakai sebagai indikator organisme karena mudah ditemukan dengan cara sederhana, tidak berbahaya, sulit hidup lebih lama dari pada patogen yang lainnya (Sutrisno, 2010). Ditemukannya bakteri coli tidak berarti adanya patogen di dalam air, tetapi hanya kemungkinan ada organisme patogen di dalam air. Ada beberapa cara menentukan bakteri coli antara lain menggunakan membrane filter technique, multiple tube fermentation, dan procedure presend-absent. Membrane filter teknik (mf) merupakan cara sederhana. Sampel disaring melalui filter yang dapat menahan semua bakteri coli. Filter ditempatkan pada petridish berisi, agar dapat melarutkan filter dan membantu pertumbuhan bakteri coli tetapi menghambat
pertumbuhan organisme lain. Sesudah 24-48 jam timbul koloni hitam dari bakteri coli yang dapat dihitung. Apabila volume sampel air yang dituang melalui filter diketahui, maka konsentrasi bakteri coli dapat dinyatakan per 100 ml (Sutrisno, 2010). 2.9 Uji Kualitatif Koliform Uji kualitatif koliform secara lengkap terdiri dari 3 tahap yaitu: (1) Uji Penduga (Presumptive Test), (2) Uji Penguat (Confirmed Test) dan Uji Pelengkap (Completed Test) (Widianti, 2004). 2.9.1 Uji Perkiraan (Presumptive Test) Uji perkiraan merupakan uji kualitatif koliform menggunakan metode Most Probable Number (MPN). Tes pendahuluan dapat menunjukkan adanya bakteri koliform berdasarkan dari terbentuknya asam dan gas yang disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan koli. Tingkat kekeruhan pada media laktosa menandakan adanya zat asam. Gelembung udara pada tabung durham menandakan adanya gas yang dihasilkan bakteri. Tabung dinyatakan positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung durham. Kandungan bakteri Escherichia coli dapat dilihat dengan menghitung tabung yang menunjukkan reaksi positif terbentuk asam dan gas dan dibandingkan dengan tabel MPN. Metode Most Probable Number (MPN) dilakukan untuk
menghitung jumlah mikroba di dalam sampel yang berbentuk cair. Inkubasi 1 x 24 jam hasilnya negatif, maka dilanjutkan dengan inkubasi 2 x 24 jam pada suhu 35 0 C. Waktu inkubasi selama 2 x 24 jam tidak terbentuk gas dalam tabung durham menunjukkan hasil negatif. Jumlah tabung yang positif dihitung pada masing-masing seri. MPN penduga dapat dihitung dengan melihat tabel Most Probable Number (MPN) (Widianti, 2004). 2.9.2 Uji Penegasan (Confirmed Test) Hasil uji dugaan dilanjutkan dengan uji ketetapan. Tabung yang positif terbentuk asam dan gas terutama pada masa inkubasi 1 x 24 jam, suspensi ditanamkan pada media Eosin Methylen Blue Agar (EMBA) secara aseptik dengan menggunakan jarum inokulasi. Koloni bakteri Escherichia coli tumbuh berwarna merah kehijauan dengan kilat metalik atau koloni berwarna merah muda dengan lendir untuk kelompok koliform lainnya (Widianti, 2004). 2.9.3 Uji Pelengkap (Completed Test) Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji kelengkapan untuk menentukan bakteri Escherichia coli. Koloni yang berwarna pada uji ketetapan diinokulasikan ke dalam medium kaldu laktosa dan medium agar miring Nutrient Agar (NA), dengan jarum inokulasi secara aseptik. Tahapan selanjutnya adalah diinkubasi pada suhu 37 0 C selama 1 x 24 jam. Hasil yang positif akan terbentuk asam dan gas pada kaldu laktosa, maka sampel positif mengandung bakteri
Escherichia coli. Media agar miring Nutrient Agar (NA) dibuat pewarnaan gram dimana bakteri Escherichia coli menunjukkan gram negatif berbentuk batang pendek. Cara untuk membedakan bakteri golongan koli dari bakteri golongan koli fekal (berasal dari tinja hewan berdarah panas), dilakukan duplo, dimana satu seri diinkubasi pada suhu 37 0 C (untuk golongan koli ) dan satu seri diinkubasi pada suhu 42 0 C (untuk golongan koli fekal). Bakteri golongan koli tidak dapat tumbuh dengan baik pada suhu 42 0 C, sedangkan golongan koli fekal dapat tumbuh dengan baik pada suhu 42 0 C (Widianti, 2004). Cara Multiple Tube Fermentation menggunakan larutan lactose dimana bakteri coli membentuk gas dan larutan keruh. Produksi gas ditentukan dengan menempatkan tabung kecil terbalik (tabung durham) ke dalam tabung besar (tabung reaksi) sehingga tidak timbul gelembung udara. Setelah inkubasi, apabila diproduksi gas sebagian ditangkap oleh tabung durham dan adanya kekeruhan menunjukkan infeksi bakteri coli. Masalahnya ialah dibutuhkan banyak tabung, satu bakteri coli dapat menyebabkan tabung positif seperti halnya 1000 baktericoli, dan sulit memperhitungkan konsentrasi dengan satu tabung (Sutrisno, 2010).