Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI HUJAN LEBAT DAN ANGIN KENCANG DI ALUN-ALUN KOTA BANJARNEGARA (Studi Kasus Tanggal 08 Nopember 2017)

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN EKSTREM SURABAYA DI SURABAYA TANGGAL 24 NOVEMBER 2017

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI PUTING BELIUNG DI DESA BRAJAASRI KEC.WAY JEPARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (Studi Kasus Tanggal 14 Nopember 2017)

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI PUTING BELIUNG(WATERSPOUT) DI KABUPATEN KEPULAUAN SERIBU (Studi Kasus Tanggal 23 Oktober 2017)

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN ANGIN KENCANG DI PRAMBON SIDOARJO TANGGAL 02 APRIL 2018

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN ANGIN PUTING BELIUNG DI ARJASA SUMENEP TANGGAL 03 APRIL mm Nihil

Analisis Hujan Lebat pada tanggal 7 Mei 2016 di Pekanbaru

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

KAJIAN METEOROLOGI TERKAIT HUJAN LEBAT MENGGUNAKAN SATELIT TRMM, SATELIT MT-SAT DAN DATA REANALISIS (Studi Kasus Banjir di Tanjungpandan)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI PUTING BELIUNG DI DESA PURWOSARI KEC.METRO UTARA KOTA METRO (Studi Kasus Tanggal 04 Januari 2018)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI NABIRE

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI KECAMATAN PALAS LAMPUNG SELATAN (Studi Kasus Tanggal 27 September 2017)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MALI - ALOR

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS I JUANDA SURABAYA

ANALISIS KEJADIAN CUACA EKSTRIM DI KECAMATAN KRUI SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT LAMPUNG (Studi Kasus Tanggal 11 Oktober 2017)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS KONDISI ATMOSFER PADA KEJADIAN HUJAN LEBAT DI AMBON TANGGAL 29 JULI 2016

LAPORAN KEJADIAN CUACA EKSTRIM DI WILAYAH DKI DAN TANGERANG TANGGAL 15 MARET 2009

STASIUN METEOROLOGI NABIRE

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS EKSTRIM DI KECAMATAN ASAKOTA ( TANGGAL 4 dan 5 DESEMBER 2016 )

ANALISIS KEJADIAN HUJAN LEBAT TANGGAL 02 NOVEMBER 2017 DI MEDAN DAN SEKITARNYA

ANALISIS KONDISI CUACA EKSTRIM ANGIN PUTING BELIUNG DI PEMALANG TANGGAL 01 JUNI Stasiun Meteorologi Nabire

Frekuensi Sebaran Petir pada Kejadian Hujan Ekstrem di Stasiun Meteorologi Citeko... (Masruri dan Rahmadini)

PREDIKSI AWAN CUMULONIMBUS MENGGUNAKAN INDEKS STABILITAS KELUARAN MODEL WRF ARW DI BIMA

ANALISIS KEJADIAN CUACA EKSTRIM (BANJIR) DI KEC.NGARAS KABUPATEN PESISIR BARAT (study kasus tgl 09 Nopember 2017)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PMG Pelaksana Lanjutan Stasiun Meteorologi Nabire

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

STASIUN METEOROLOGI TANJUNGPANDAN

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN ES DI PACET MOJOKERTO TANGGAL 19 FEBRUARI 2018

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

ANALISIS KEJADIAN HUJAN ES DI DUSUN SORIUTU KECAMATAN MANGGALEWA KABUPATEN DOMPU ( TANGGAL 14 NOVEMBER 2016 )

ANALISIS CUACA EKSTRIM NTB HUJAN LEBAT TANGGAL 31 JANUARI 2018 LOMBOK BARAT, LOMBOK UTARA, DAN LOMBOK TENGAH Oleh : Joko Raharjo, dkk

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun Stasiun Meteorologi kelas III Nangapinoh-Melawi,Kalimantan Barat 2

KEJADIAN POHON TUMBANG DI PANGKALAN BUN TANGGAL 5 APRIL 2017

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MALI - ALOR

ANALISIS CUACA TERKAIT KEJADIAN ANGIN KENCANG DI KENDARI

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

KAJIAN INDEKS STABILITAS ATMOSFER TERHADAP KEJADIAN HUJAN LEBAT DI WILAYAH MAKASSAR (STUDI KASUS BULAN DESEMBER )

ANALISA KEJADIAN HUJAN EKSTRIM DI MUSIM KEMARAU DI WILAYAH SIDOARJO DAN SEKITARNYA.

ANALISIS HUJAN LEBAT KEJADIAN BANJIR BOJONEGORO 9 FEBRUARI 2016 MENGGUNAKAN CITRA SATELIT HIMAWARI 8

ANALISIS KONDISI ATMOSFER TERKAIT HUJAN LEBAT DI WILAYAH PALANGKA RAYA (Studi Kasus Tanggal 11 November 2015)

IDENTIFIKASI CUACA EKSTRIM HUJAN ES & ANGIN PUTING BELIUNG DI SURABAYA TANGGAL 07 MARET Stasiun Meteorologi Nabire

TINJAUAN SECARA METEOROLOGI TERKAIT BENCANA BANJIR BANDANG SIBOLANGIT TANGGAL 15 MEI 2016

ANALISIS KEJADIAN KABUPATEN SEKADAU, KALIMANTAN BARAT TANGGAL 19 FEBRUARI 2017

ANALISIS HUJAN LEBAT DAN ANGIN KENCANG DI WILAYAH AMAHAI, KABUPATEN MALUKU TENGAH (7 FEBRUARY 2017)

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS PEMBENTUKAN AWAN CB TUNGGAL PADA KEJADIAN HUJAN EKSTREM DI KEDIRI LOMBOK (Studi Kasus Tanggal 16 Januari 2016)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

ANALISIS KEJADIAN HUJAN SANGAT LEBAT DI CURUG (Studi Kasus Tanggal 9 Februari 2015)

ANALISIS CUACA EKSTRIM DI BANDAR LAMPUNG (Studi Kasus Tanggal Maret 2018)

LAPORAN KEJADIAN ANGIN KENCANG DI WILAYAH DKI JAKARTA TANGGAL 22 APRIL 2009

IDENTIFIKASI POLA SAMBARAN PETIR CLOUD TO GROUND (CG) TAHUN 2014 DI WILAYAH PROVINSI ACEH

ANALISIS CUACA EKSTREM NTB HUJAN LEBAT DI SAMBELIA LOMBOK TIMUR TANGGAL 08 FEBRUARI 2017

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI DUSUN WAYARENG DESA MULYOSARI KEC.BUMI AGUNG KAB. LAMPUNG TIMUR (Studi Kasus Tanggal 18 Februari 2018)

ANALISIS KEJADIAN HUJAN LEBAT DI KOTA BALIKPAPAN TANGGAL 29 NOVEMBER

ANALISIS CUACA KEJADIAN BANJIR TANGGAL 26 OKTOBER 2017 DI BANDARA PONGTIKU KABUPATEN TANA TORAJA

PENENTUAN NILAI AMBANG BATAS AWAN KONVEKTIF PADA PRODUK SWWI MENGGUNAKAN DATA RADAR CUACA DI WILAYAH JAKARTA DAN SEKITARNYA

ANALISIS CUACA EKSTRIM DI KECAMATAN SAPE ( TANGGAL 02 JANUARI 2017 )

ANALISIS CUACA EKSTREM LOMBOK NTB HUJAN LEBAT (CH mm) DI LOMBOK TENGAH 15 SEPTEMBER 2016

ANALISIS CUACA TERKAIT ANGIN KENCANG DI RANTEPAO TANA TORAJA TANGGAL 16 MARET Stasiun Meteorologi Nabire

ANALISIS KEJADIAN ANGIN KENCANG DAN HUJAN LEBAT DI KAB. MEMPAWAH KALIMANTAN BARAT TANGGAL 09 AGUSTUS 2017

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

STASIUN METEOROLOGI GAMAR MALAMO GALELA

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

ANALISIS KONDISI CUACA EKSTRIM ANGIN PUTING BELIUNG DI SUKABUMI TANGGAL 03 JUNI Stasiun Meteorologi Nabire

Analisis Kondisi Atmosfer Pada Saat Kejadian Banjir Bandang Tanggal 2 Mei 2015 Di Wilayah Kediri Nusa Tenggara Barat

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN PUTING BELIUNG DI DESA KEDUNGRINGIN DAN DESA TAPANREJO KEC.MUNCAR KAB.BANYUWANGI TANGGAL 19 FEBRUARI 2018

STASIUN METEOROLOGI PATTIMURA AMBON

ANALISIS CUACA TERKAIT ANGIN PUTING BELIUNG DI KABUPATEN BANGKALAN TANGGAL 14 MARET Stasiun Meteorologi Nabire

ANALISIS CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI WILAYAH KAB. SUMBAWA TANGGAL 11 FEBRUARI 2017

ANALISIS FENOMENA HUJAN ES (HAIL) DUSUN PAUH AGUNG, LUBUK MENGKUANG, KAB. BUNGO, PROVINSI JAMBI TANGGAL 2 FEBRUARI 2017

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS CUACA EKSTREM NTB HUJAN LEBAT DI STASIUN METEOROLOGI BANDARA INTERNASIONAL LOMBOK TANGGAL 11 FEBRUARI 2017

ANALISIS HUJAN LEBAT DI WILAYAH AMAHAI, KABUPATEN MALUKU TENGAH (21 APRIL 2017)

ANALISA PERGERAKAN SIKLON TROPIS STAN DAN SIKLON TROPIS YVETTE DAN DAMPAKNYA TERHADAP CURAH HUJAN DI SUMBAWA BESAR

ANALISIS HUJAN LEBAT MENGGUNAKAN RADAR CUACA DI JAMBI (Studi Kasus 25 Januari 2015)

Pendidikan Indonesia (UPI), Jl. Dr. Setiabudhi 229, Bandung 40154, Indonesia Bandung (40161) Telp. (022) , Fax. (022)

Analisa Data Radiosonde untuk Mengetahui Potensi Kejadian Badai Guntur di Bandar Udara El Tari Kupang

Pembentukan Hujan 1 KLIMATOLOGI

Stasiun Meteorologi Klas I Sultan Iskandar Muda Banda Aceh

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA (Studi Kasus Tanggal 29 Desember 2017)

ANALISIS ANGIN KENCANG DI KOTA BIMA TANGGAL 08 NOVEMBER 2016

Keywords : tropical cyclone, rainfall distribution, atmospheric conditions. Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

ANALISIS KLIMATOLOGI BANJIR BANDANG BULAN NOVEMBER DI KAB. LANGKAT, SUMATERA UTARA (Studi Kasus 26 November 2017) (Sumber : Waspada.co.

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS KEJADIAN CUACA EKSTREM HUJAN ES DI KOTA MEDAN (STUDI KASUS TANGGAL 26 JULI 2015 DAN 12 SEPTEMBER 2016)

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA S STASIUN METEOROLOGI MARITIM KENDARI

ANALISIS KEJADIAN HUJAN SANGAT LEBAT DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KAPUAS HULU, KALIMANTAN BARAT TANGGAL 15 FEBRUARI 2017

KAJIAN DAMPAK GELOMBANG PLANETER EKUATORIAL TERHADAP POLA KONVEKTIFITAS DAN CURAH HUJAN DI KALIMANTAN TENGAH.

Transkripsi:

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AWAN CUMULONIMBUS DENGAN MENGGUNAKAN SATELIT (STUDI KASUS PUTING BELIUNG JUANDA, SIDOARJO 04 FEBRUARI 2016) Muhammad Janwar 1, Muhammad Arf Munandar 2 1, Jakarta 2 Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta Email : janwar1301@gmail.com Abstrak Fenomena keberadaan awan Cumulonimbus sangat berbahaya untuk aktifitas manusia karena awan ini menimbulkan cuaca buruk seperti puting beliung. Keberadaan awan-awan seperti ini penting untuk dipelajari sehingga Kajian mengenai identifikasi awan Cb pada kejadian Puting Beliung di Juanda, Sidoarjo pada tanggal 04 Februari 2016 sangat dibutuhkan untuk mengetahui karakteristik awan tersebut. Dengan menganlisis data satelit kita dapat mengetahui karakterisrik dari awan cumulonimbus. Awan Cumulonimbus pemicu terjadinya puting beliung di Juanda, Sidoarjo mempunyai masa hidup 7 jam 20 menit dengan Tahap Tumbuh terjadi pada pukul 07.30-08.50 UTC dengan nilai kanal IR1-30 C sampai -50 C, IR2-40 C sampai -50 C, dan WV -50 C sampai -55 C. Sedangkan kanal visible 0,45 sampai 0,7. Tahap Dewasa / Matang dari terjadi pukul 09.00-13.50 UTC dengan nilai suhu puncak awan IR1 yaitu -60 C sampai -80 C, IR2-60 C sampai - 85 C, dan WV -60 C sampai -85 C dan nilai kanal VS sebesar 0.45. Tahap Musnah terjadi pada pukul 13.50-14.00 UTC yang ditandai dari nilai kanal (IR1-IR2) yang menunjukan nilai 2 Kelvin sedangkan (IR1-WV) 4 Kelvin, dan kanal IR1 sebesar -50 C sampai -55 C, IR2 sebesar -50 C sampai 55 C, dan WV sebesar 55 C. Kata kunci : Cumulonimbu, puting beliung, satelit Abstract Cumulonimbus cloud phenomena where very dangerous to human activity because it raises a cloud of bad weather such as Whirlwind. The existence of such clouds is important to learn that studies on the identification of Cb cloud in the event of Whirlwind in Juanda, Sidoarjo on February 4, 2016 is needed to determine the characteristics of the cloud. By analyzing the satellite data we can know the characteristics of a cumulonimbus cloud. Cumulonimbus clouds trigger Whirlwind in Juanda, Sidoarjo has a life span of 7 hours and 20 minutes with the Growing Stage occurred at 7:30 to 8:50 UTC value IR1 channels - 30 C to -50 C, IR2-40 C to -50 C, and WV -50 C to -55 C. While the visible channels of 0.45 to 0.7. Stage Adult / Mature than occurred at 9:00 to 13:50 UTC the cloud tops IR1 temperature value is -60 C to -80 C, IR2-60 C to -85 C, and WV -60 C to -85 C and VS channel value of 0:45. Destroyed stage occurred at 1:50 p.m. to 14:00 UTC marked on the value of the channel (IR1-IR2) which indicates the value of 2 Kelvin while (IR1-WV) 4 Kelvin, and IR1 channels of -50 C to -55 C, IR2 by - 50 C to 55 C, and WV at 55 C. Keywords: Cumulonimbu, Whirlwind, satellite 1

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Awan Cumulonimbus (Cb) adalah awan yang sangat berbahaya bagi aktivitas manusia terutama bagi penerbangan, karena merupakan jalur maut bagi penerbangan. Awan ini menimbulkan cuaca buruk seperti hujan deras, kilat dan petir, puting beliung, turbulensi, icing (pembekuan) pada pesawat, squall atau gusty, bahkan hail (hujan es). Keberadaan awan-awan seperti ini penting untuk dipelajari sehingga studi mengenai pertumbuhan awan Cb dibutuhkan untuk mengetahui karakteristik awan tersebut. Keberadaan awan Cb diperlukan forecaster dalam pembuatan prakiraan khususnya prakiraan cuaca jangka pendek (2-6 jam ke depan) seperti melihat pertumbuhan dan pergerakan awan (Tjasyono, 2008). Pada Kamis, 4 Februari 2016 angin puting beliung terjadi di kantor Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Juanda, Sidoarjo. Angin puting beliung merusak ruang kantor. Angin puting beliung terjadi sekitar pukul 16.14 WIB (Jajelis, R., 2016). Dalam mengamati cuaca ekstrem yang dihasilkan oleh awan Cb maka perlu untuk memahami secara mendalam mengenai tahapan-tahapan pembentukan awan Cb. Tahapan pembentukan awan Cb terdiri atas fase tumbuh, matang, hingga akhinya punah yang mana umumnya terjadi hanya dalam hitungan jam. Menurut Riehl (1954), pada wilayah tropis awan Cb tidak selalu sama setiap harinya. Variasi ini menunjukkan bahwa Cb memiliki daur hidup yang tidak seragam pada ketinggian dan proses pertumbuhannya. Awan Cb membutuhkan periode waktu sekitar ½ jam hanya dalam proses pertumbuhan, sedang waktu bertahan awan ini sekitar 60-90 menit atau bahkan dapat lebih panjang hingga beberapa jam. Dengan waktu yang cukup panjang tersebut, Cb tidak pernah berada pada posisi yang stabil, sebab awan ini selalu berfluktuasi. Tahapan-tahapan dalam pertumbuhan awan Cumulonimbus adalah sebagai berikut : 1. Tahap Pertumbuhan (Developing / Cumulus Stage) Pada tahap pertumbuhan terdapat arus udara ke atas secara vertikal yang disebabkan oleh kondisi atmosfer yang memungkinkan seperti adanya konveksi, konvergensi, dan lain-lain, membuat massa udara hangat dan lembab naik dan pada ketinggian tertentu akan menjadi jenuh akibat berkondensasi sehingga terbentuk awan. 2. Tahap Dewasa / Matang (Mature Stage) Pada tahap dewasa awan yang semakin tumbuh akan mencapai ketinggian dimana suhunya di bawah freezing level sehingga butir-butir hujan yang cukup besar serta es mulai terbentuk. Semakin banyak butir air dan es yang terbentuk membuatnya cukup berat untuk dapat jatuh sebagai presipitasi. Partikel-partikel yang jatuh tersebut beberapa akan menguap dan mendinginkan udara di sekitar batas-batas awan sehingga menimbulkan adanya downdraft (udara turun). Di dalam awan selain terjadi updraft (udara naik) juga terjadi downdraft (udara turun). 3. Tahap Musnah (Dissipating Stage) Pada tahap musnah ini updraft mulai melemah dan semakin lama sudah tidak ada lagi. Dengan tidak adanya updraft yang membawa pasokan massa udara lembab dan panas menyebabkan awan tidak dapat tumbuh lagi. 1.2 Tujuan Tujuan dari tulisan ilmiah ini, yatui : Penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik awan cumulunimbus pada saat terjadi puting beliung. 1.3 Daerah Studi Lokasi penelitian adalah di Stasiun Meteorologi Juanda Sidoarjo, Surabaya (112,748 BT dan 7,384 LS). Daerah tersebut 2

dipilih menjadi lokasi penelitian karena merupakan tempat dilaporkan terjadi puting beliung. 2. DATA DAN METODOLOGI Data yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Data sinop Stasiun Meteorologi Juanda pada tanggal 4 Februari 2016. 2. Data puting beliung 04 Februari 2016. 3. Data satelit Himawari-8 kanal Infra Red (IR1, IR2, Wv, VS) tiap 10 menit tanggal 04 Februari 2016 jam 07.30 UTC sampai 14 UTC. Dalam bentuk NetCdf. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus dengan menggunakan pendekatan secara deskriptif. Pendekatan deskriptif dilakukan dengan menjabarkan secara terperinci dan mendalam dalam mengamati pola dan karakteristik dari awan yang terdapat pada citra satelit. Data satelit kemudian diolah dengan menggunakan GrADS. diagram alir 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Cuaca Saat Kejadian Tabel 3.1 Kondisi Cuaca Stasiun Meteorologi Juanda Pada tanggal 04 Februari 2016 terjadi puting beliung diikuti dengan hujan sedang dan badai guntur di wilayah Juanda Surabaya. Dari data kondisi cuaca Stasiun Meteorologi Juanda (Tabel 3.1.) tercatat bahwa awan Cb terlihat petama kali pada pukul 07.30 UTC, jumlah awan 1 2 oktas, angin dari arah Barat Daya dengan kecepatan 8 knot, jarak pandang 8 km dan tekanan 1006.0 mb. Awan Cb terlihat sampai pada pukul 14.00 UTC. Badai guntur pertama kali terjadi pada pukul 09.01 UTC dan hujan pertama kali terjadi pada pukul 09.30 UTC. Hujan tercatat 50,2 mm pada jam 12.00 UTC (akumulasi hujan dari pukul 09.00 12.00 UTC). Terjadi penurunan tekanan dari pukul 07.00 UTC sampai dengan 09.01 UTC berkisar 1,0 mb. Kecepatan angin mengalami peningkatan menjadi 12 Knot dan jarak pandang mengalami penurunan menjadi 7 km. Pada pukul 09.14 UTC terjadi puting beliung dengan kecepatan angin 33 knot dari Barat, dengan jarak pandang 3 km, jumlah awan Cb 3 4 oktas dan tekanan 1006.0 mb. Untuk mengetahui karakteristik dari awan Cb diperlukan analisis satelit cuaca lebih lanjut. 3.1 Analisis Satelit Cuaca Himawari-8 Gambar 2.1. Diagram alir Pada data metar dilaporkan awan Cb mulai teramati pada pukul 07.30 UTC. Untuk menentukan awan tersebut merupakan awan 3

Cb atau bukan dapat digunakan prersyaratan penentuan awan Cb yaitu IR1-IR2 Threshold 1 (2K) artinya nilai dari IR1-IR2 apabila lebih kecil atau sama dengan 2 Kelvin maka awan tersebut merupakan awan Cb. Begitu juga untuk IR1-WV Threshold 2 (3K) (JMA, 2007). telah terjadi puting beliung, sehingga untuk melihat kondisi awan pada saat sebelum terjadinya puting beliung maka perlu dianaisis keadaan awan pada pukul 09.10 UTC. Gambar 3.1. Identifikasi Cb Menggunakan Satelit Cuaca Himawari-8 (a). Kanal (IR1- IR2), (b). Kanal (IR1-WV), (c). Kanal IR1, (d). Kanal IR2, (e). Kanal WV, (f). Kanal VS Pukul 07.30 UTC Gambar 3.1 menunjukkan Awan Cb mengalami perkembangan yang signifikan pada pukul 09.00 UTC dengan nilai suhu puncak awan IR1 yaitu -70 C (c), IR2-75 C (d), dan WV -75 C (e) yang ditandai dengan tanda panah. Nilai kanal VS sebesar 0.6 (f) yang menandakan adanya tutupan awan. Pada pukul 09.00 UTC juga mulai terlihat adanya sel awan konvektif di wilayah Juanda yang ditandai dengan tanda panah tebal dengan nilai IR1-55 C, IR2-55 C, WV -65 C dan VS 0.5. Dari Kanal IR1-IR2 (a) menunjukan nilai 1 Kelvin tetapi pada kanal IR1-WV (b) menunjukan nilai 4 Kelvin yang artinya awan tersebut bukan awan Cb. Data kondisi cuaca menyebutkan bahwa terjadi badai guntur pada pukul 09.01 UTC. Badai guntur merupakan salah satu ciri dimana Cb telah mencapai puncak dari tahap tumbuh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Cb telah memasuki tahap dewasa atau matang. Data kondisi cuaca melaporkan bahwa pada pukul 09.14 UTC Gambar 3.2. Identifikasi Cb Menggunakan Satelit Cuaca Himawari-8 (a). Kanal (IR1- IR2), (b). Kanal (IR1-WV), (c). Kanal IR1, (d). Kanal IR2, (e). Kanal WV, (f). Kanal VS Pukul 09.00 UTC Gambar 4.2 menunjukkan Awan Cb mengalami perkembangan yang signifikan pada pukul 09.00 UTC dengan nilai suhu puncak awan IR1 yaitu -70 C (c), IR2-75 C (d), dan WV -75 C (e) yang ditandai dengan tanda panah. Nilai kanal VS sebesar 0.6 (f) yang menandakan adanya tutupan awan. Pada pukul 09.00 UTC juga mulai terlihat adanya sel awan konvektif di wilayah Juanda yang ditandai dengan tanda panah tebal dengan nilai IR1-55 C, IR2-55 C, WV -65 C dan VS 0.5. Dari Kanal IR1-IR2 (a) menunjukan nilai 1 Kelvin tetapi pada kanal IR1-WV (b) menunjukan nilai 4 Kelvin yang artinya awan tersebut bukan awan Cb. Data kondisi cuaca menyebutkan bahwa terjadi badai guntur pada pukul 09.01 UTC. Badai guntur merupakan salah satu ciri dimana Cb telah mencapai puncak dari tahap tumbuh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Cb telah memasuki tahap dewasa atau matang. Data kondisi cuaca melaporkan bahwa pada pukul 09.14 UTC telah terjadi puting beliung, sehingga untuk melihat kondisi awan pada saat sebelum terjadinya puting beliung maka perlu dianaisis keadaan awan pada pukul 09.10 UTC. 4

Gambar 3.3. Identifikasi Cb Menggunakan Satelit Cuaca Himawari-8 (a). Kanal (IR1- IR2), (b). Kanal (IR1-WV), (c). Kanal IR1, (d). Kanal IR2, (e). Kanal WV, (f). Kanal VS Pukul 09.10 UTC Awan Cb mulai meluas dan hampir menutupi wilayah Juanda pada pukul 09.10 UTC yang ditandai dengan terlihatnya tutupan awan yang berwarna biru dan ungu (Gambar 4.3 a dan b) dengan nilai suhu puncak awan IR1 yaitu -80 C (c), IR2-80 C (d) dan WV - 75 C (e )yang ditandai dengan tanda panah. Nilai kanal VS sebesar 0.5 (f ) yang menandakan adanya tutupan awan. 3.1 Analisis Time Series 3.1.2. Analisis Time Series Infra Red (IR1- IR2 dan IR1-WV) dan IR1,IR2 dan WV Gambar 3.4. Time Series Citra Satelit Kanal (a). (IR1-IR2) dan (IR1-WV), (b). IR1,IR2 dan WV. Pada (Gambar 3.4. a) dapat dilihat adanya penurunan nilai suhu pada kedua kanal yaitu pada kanal (IR1-IR2) terjadi penurunan suhu pada pukul 07.30 UTC sedangkan pada kanal (IR1-WV) terjadi penurunan suhu pada pukul 08.30 UTC. Penurunan suhu ini menandakan pertumbuhan dari awan-awan konvektif. Dengan melihat trendnya maka dapat dikatakan bahwa terjadi petumbuhan awan konvektif dimulai dari pukul 07.30 sampai dengan pukul 08.50 UTC. Gambar 3.4. b menunjukan perkembangan awan konvektif dari Pukul 07.30 09.00 UTC yang sangat signifikat karena terjadi penurunan suhu (IR1,IR2, dan WV) yang drastis berkisar 40 C. Awan convektif mencapai tahap matang pada pukul 09.00 UTC dengan nilai suhu (IR1,IR2, dan WV) berkisar -70 C dan cenderung stabil sampai pukul 12.00 UTC. Hal ini menandakan pada pukul 09.00 12.00 UTC telah terjadi fenomena cuaca buruk di juanda yaitu terjadi puting beliung pada pukul 09.14 UTC dan Badai Guntur diserati Hujan yang terjadi pada pukul 09.30 12.00 UTC. Tahap matang diperkirakan terjadi Berdasarkan Data kondisi cuaca Stasiun Meteorologi Juanda awan Cb telihat sampai pukul 14.00 UTC dan badai guntur tercatat terakhir kali terjadi pada pukul 13.00 UTC. Dengan melihat grafik diatas terjadi peningkatan suhu (IR1,IR2, dan WV) dari pukul 13.00 14.00 UTC berkisar 10 C yang artinya terjadi penurunan aktifitas dari awan Cb. Pada pukul 13.50 UTC kanal (IR1-IR2) menunjukan nilai 2 Kelvin sedangkan (IR1- WV) menunjukan nilai 4 Kelvin (Gambar 4.4. a) sehingga pada saat itu diindikasikan awan Cb sudah tidak terlihat dan dapat disimpulkan bahwa pada pukul 13.30 sampai 14.00 UTC awan Cb sudah memasuki tahap Musnah yang ditandai dengan terjadinya Hujan Ringan yang merupakan salah satu ciri dari musnahnya awan Cb. 4.KESIMPULAN a. Awan Cumulonimbus pemicu terjadinya puting beliung di Juanda, Sidoarjo mempunyai masa hidup 7 jam 20 menit yaitu dari mulai terlihat pada pukul 07.30 sampai dengan pukul 13.50 UTC. b. Tahap Tumbuh (Cumulus Stage) awan cumulonimbus terjadi pada pukul 07.30 sampai dengan 08.50 UTC dengan nilai 5

kanal IR1 suhu awan terpantau -30 C sampai -50 C, IR2-40 C sampai -50 C, dan WV -50 C sampai -55 C. Sedangkan kanal visible terpantau nilai 0,45 sampai 0,7. c. Tahap Dewasa / Matang (Mature Stage) dari awan Cumulonimbus terjadi pukul 09.00 sampai dengan 13.50 UTC dengan nilai suhu puncak awan IR1 yaitu -60 C sampai -80 C, IR2-60 C sampai -85 C, dan WV -60 C sampai -85 C dan nilai kanal VS sebesar 0.45 d. Tahap Musnah (Dissipating Stage) terjadi pada pukul 13.50 sampai dengan 14.00 UTC yang ditandai dari nilai kanal (IR1- IR2) yang menunjukan nilai 2 Kelvin sedangkan (IR1-WV) menunjukan nilai 4 Kelvin, dan kanal IR1 menunjukan nilai - 50 C sampai 55 C, IR2 sebesar -50 C sampai 55 C, dan WV sebesar 55 C sehingga pada saat itu diindikasikan awan Cumulonimbus sudah tidak terlihat. Daftar Pustaka Ahrens, C. Donald, 2007, Essential of Meteorology An Invitation to The Atmophere 3th edition. USA : Thomson Brooks/Cole. BMKG, 2011, Pedoman Operasional Pengelolaan Citra Satelit Cuaca (BMKG Pusat) Nomor : 01/PCI/XII/DEP-1/BMKG-2011 Byers, H.R., 1974, General Meteorology, New York, McGraw-Hill Book Company Inc, London. Forbes, G. S,. dan Wakimot R. M, 1983, A concetrated Outbreak of Tornadoes, Downburts dan Microbusrt dan Implicatons Regarding Vortex Classification. Monthly Weather Review., 111, pp 220-235 Jajelis, R., 2016, Angin Puting Beliung Terjang Kantor BMKG Juanda Sidoarjo [online], http://news.detik.com/berita-jawatimur/3135288/angin-putingbeliung-terjang-kantor-bmkg- juanda-sidoarjo di akses pada tanggal 17 Februari 2016 Kristiantri, E., 2015, Analisa Pertumbuhan Awan Konvektif dengan Satelit Himawari 8 (Studi Kasus Hujan Lebat di Timika 25 November 2015). Prosiding Workshop Operasional Satelit Cuaca Vol : 2 Des 2015 Hal 64-67. Matondang, C, A., 2015, Analisis Data Pengindraan Jauh Dalam Identifikasi Karakteristik Awan Cumulonimbus (Studi Kasus Hujan Es, 26 Juli 2015 di Medan). Prosiding Workshop Operasional Satelit Cuaca Vol : 2 Des 2015 Hal 34-42. Tjasyono, Bayong H.K, 2004. Klimatologi. ITB, Bandung Tjasyono, Bayong H.K, 2006. Meteorologi Indonesia I :Karakteristik dan Sirkulasi Atmosfer. BMG, Jakarta Tjasyono, Bayong H.K dan Harijono, Sri Woro B. 2007. Meteorologi Indonesia 2: Awan dan Hujan Monsun. BMKG, Jakarta. Tjasyono, Bayong H.K, 2008. Meteorologi Terapan. ITB, Bandung Zakir, A., Sulistya, W., dan Khotimah, M, K., 2010, Perspektif Operasional Cuaca Tropis, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta. JMA, 2007, Information about the use of the northwestern Pacific Ocean cloud cover grid point (in Japanese). Japan Meteorological Agency 6

.. 7