RUMAH SUSUN PADA KAWASAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TONDANO DI MANADO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian masih tetap. penggunaan tanah sebagai pertimbangan utama, juga harus

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM...

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

Bab V Konsep Perancangan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.2 Latar Belakang Permasalahan Perancangan

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

Gambar 5.1. Zoning Ruang (sumber:konsep perancangan.2012)

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

RUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI YOGYAKARTA

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. ini dilakukan sebagai pendekatan dalam desain Rumah Susun yang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Kembali Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong di

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KONSEP RANCANGAN

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH ALAM

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep

ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YANG UNGGUL, INKLUSIF, DAN HUMANIS

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dalam perancangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tata Boga.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HABITAT SOSIAL

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

TERMINAL PENUMPANG ANGKUTAN LAUT DI TAHUNA (Arsitektur Perilaku)

BAB III PROGRAM PERANCANGAN

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

STADION RENANG DI KAWASAN GEDEBAGE LAPORAN PERANCANGAN AR-40Z0 TUGAS AKHIR PERANCANGAN SEMESTER II TAHUN 2006/2007

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

SMK PERTANIAN DI TAWANGMANGU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

Transkripsi:

RUMAH SUSUN PADA KAWASAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TONDANO DI MANADO (Behavior Modifier) Elza Yustin Landimuru, Mahasiswa S1 Arsitektur UNSRAT Pierre H Gosal, Staf Dosen Pengajar Arsitektur UNSRAT Fela Warouw, Staf Dosen Pengajar Arsitektur UNSRAT ABSTRAK Menurut UU No. 38 tahun 2011, Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Kawasan daerah bantaran sungai seringkali luput dari perhatian pemerintah. Sungai hanya menjadi halaman belakang kota, terabaikan, dan jarang tersentuh. Akibatnya permukiman kumuh tumbuh berkembang secara liar di pinggir sungai yang mengakibatkan terjadinya banjir. Kota Manado memiliki permukiman kumuh dan rawan banjir. Pada Kawasan bantaran sungai Tondano menjadi yang paling dominan. Sehingga perlu dilakukan penataan ulang salah satunya yaitu dengan menyediakan rumah susun. Dengan melakukan metodologi penelitian langsung pada kawasan daerah aliran sungai Tondano di Manado dan studi literatur maka ditemukan site yang sesuai yaitu berada pada lingkungan II. III, IV dan V, kelurahan karame. Dan tema yang sesuai untuk perancangan rumah susun pada kawasan daerah aliran sungai Tondano di Manado yaitu behavior modifier. Dari hasil perancangan dapat disimpulkan bahwa rumah susun berada di luar kawasan daerah aliran sungai Tondano, terdapat dua tipe unit hunian yaitu tipe 42 untuk masyarakat menengah kebawah dengan jumlah 430 unit hunian dan tipe 84 untuk masyarakat menengah keatas dengan jumlah 183 unit hunian. Rumah susun milik digunakan oleh masyarakat yang berada pada lingkungan II, III, IV dan V Kelurahan Karame dan rumah susun sewa digunakan oleh masyarakat di luar lingkungan II, III, IV dan V Kelurahan Karame. Tema behavior modifier diterapkan pada desain ruang dalam unit hunian dan desain ruang luar bangunan berdasarkan perilaku yang didapat pada survey lapangan. Kata kunci: Rumah susun, Kawasan bantaran sungai Tondano, permukiman kumuh, behavior modifier I. PENDAHULUAN Kawasan daerah bantaran sungai adalah hal yang seringkali luput dari perhatian pemerintah. Sungai hanya menjadi halaman belakang kota, terabaikan, dan jarang tersentuh. Akibatnya permukiman kumuh tumbuh berkembang secara liar di pinggir sungai. Penduduknya merupakan kaum pendatang ataupun penduduk asli kota yang tak mampu membeli rumah secara layak. Permukiman ini tidak tertata, sanitasinya di bawah standar, dan akses yang ala kadarnya. Keberadaan lingkungan kawasan permukiman kumuh pun membawa permasalahan baru, seperti perkembangan fisik kota yang tidak baik, memberikan efek visual yang jelek, tingkat kesehatan masyarakat yang semakin rendah sebagai akibat dari kondisi permukiman yang tidak sesuai dengan standar kesehatan dan memberikan dampak sosial dan ekonomi masyarakat yang buruk. Kota Manado, memiliki pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah tiap tahunnya. Seiring dengan perkembangannya, Kota Manado memiliki kawasan permukiman kumuh yang masuk dalam klasifikasi kumuh ringan, sedang dan berat. Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan (Bappeda) Kota Manado mengatakan bahwa tahun 2016 ada sekitar 157,33 hektar (ha) yang saat ini terdaftar sebagai wilayah kumuh atau (1%) dari luas Kota Manado. daerah kumuh tersebut, tersebar di 26 titik. Kawasan bantaran sungai Tondano menjadi yang paling dominan. permukiman kumuh yang muncul mengakibatkan area tersebut pernah mengalami luapan banjir bandang. 183

Perilaku yang muncul pada aktifitas permukiman kumuh di bantaran sungai yaitu masyarakat yang memanfaatkan lahan sebagai tempat memelihara ternak, tempat bermain anak- anak, melakukan interaksi sosial, sebagai aktivitas ekonomi (berjualan), mencuci di luar unit hunian, serta pembuangan limbah yang dilakukan di sungai. Akibatnya, pola kehidupan mereka terlihat semerawut, mulai dari pola penataan hunian atau rumah tinggal, sistem drainase (air bersih- air kotor), sistem penghawaan dalam ruang hunian, sistem buangan limbah, sampai pada sistem utilitas dan sarana dan prasarana lingkungan yang tidak sedap dipandang mata. Kalau tidak segera dilakukan penataan permukiman, maka dampak buruknya selain fungsi sungai yang hilang dan citra kota menjadi buruk, juga jiwa masyarakat bantaran sungai dapat terancam ketika suatu waktu terjadi banjir. Sehingga dari latar belakang permasalahan yang muncul maka dibuatlah perencanaan untuk perancangan Rumah susun pada kawasan daerah aliran sungai Tondano di Manado Dengan menerapkan tema behavior modifier pada desain. II. METODOLOGI Adapun metode perancangan yang digunakan dalam perencanaan ini adalah : Studi Literatur, yakni mempelajari atau mengkaji bahan- bahan literatur yang berhubungan dengan objek, atau teori- teori yang bias digunakan untuk dijadikan konsep perancangan. Survey Lapangan, pengamatan langsung tentang situasi dan kondisi lapangan. Data Sekunder, yakni mengumpulkan data- data dari instansi- instansi terkait, seperti Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Manado Mengikuti acuan proses desain John Zeisel yang melihat proses perancangan sebagai tahapan spiralistik yang berulang- ulang menuju kepada satu penajaman sebagai metode perancangan arsitektur. III. KAJIAN PERANCANGAN Definisi Objek Perancangan Rumah susun pada kawasan daerah aliran sungai Tondano di Manado secara etimologis dapat diartikan sebagai bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu kawasan wilayah daratan lingkungan di luar dari daerah aliran sungai yang masing- masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah untuk masyarakat yang memiliki permukiman kumuh dan rawan banjir pada kawasan daerah aliran sungai Tondano di Manado. Tema Behavior modifier atau fungsi pembentuk perilaku merupakan kajian perilaku arsitektur atau bangunan yang di dalamnya harus berfungsi sebagai pembentuk perilaku. Kajian perilaku digunakan sebagai acuan dalam perancangan rumah susun. Tabel 1. Perilaku manusia pada ruang terbuka dan pada rumah susun Perilaku Manusia Pada Perilaku Penghuni Pada Ruang Rumah Susun Ruang Terbuka Bermain, berolahraga dan jalan- jalan. komunikasi social. menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian, dan keindahan lingkungan. tempat peralihan dan menunggu tempat untuk mendapatkan udara segar. sarana penghubung satu tempat dengan tempat lainnya. Aktivitas cuci sepenuhnya dilakukan di dalam unit hunian. Aktivitas memasak sepenuhnya dilakukan di dalam unit hunian. Aktivitas mandi dan buang air sepenuhnya dilakukan di dalam unit hunian. penghuni rumah susun melakukan aktivitas jemur pada area balkon penghuni rumah susun adalah memanfaatkan fasilitas bersama sebagai sarana untuk mengakomodasi aktivitas berdagangnya. memanfaatkan area bersama sebagai sarana aktivitas ekonominya. perilaku menyimpan barang, di rumah susun dilakukan di luar unit hunian. penghuni rumah susun memanfaatkan area bersama di rumah susun sebagai bengkel kerjanya. penghuni rumah susun melakukan aktivitas memelihara ternak pada area bersama rumah susun. Sumber: Hasil Rangkuman Penulis 184

Kajian Tapak Lokasi makro berada pada Kecamatan Singkil, Kota Manado. Sesuai dengan RTRWK Manado sebagai daerah kawasan permukiman penduduk, industri kecil, menengah dan perdagangan. Lokasi dekat dengan jarak pusat- pusat kegiatan kota. Pada lokasi terdapat permukiman kumuh dan merupakan area rawan banjir dengan intensitas cukup tinggi, memiliki infrastruktur yang baik dan lokasi dapat dilalui kendaraan umum. Lokasi mikro terdapat pada Kel. Karame, Kecamatan Singkil, Kelurahan Karame memiliki luas lahan sebesar 12,3 Ha dengan jumlah penduduk 4.660 Jiwa yang terdiri dari 6 lingkungan. Kelurahan Karame memiliki luas lahan sebesar 12,3 Ha dengan jumlah penduduk 4.660 Jiwa yang terdiri dari 6 lingkungan. Luasan site yang akan dikelola ditentukan atas dasar pertimbangan yang merupakan daerah lingkungan yang masuk dalam kategori sebagai area permukiman kumuh dan rawan banjir. pada kelurahan Karame, daerah yang sesuai yaitu permukiman yang termasuk lingkungan II, III, IV dan V. Land Capibility No. Analisis Kondisi Site Tanggapan Rancangan 1. View site Pada arah Timur dan Utara Arah massa bangunan yang dapat terdapat view permukiman penduduk. Pada arah Barat dan Selatan terdapat view sungai Tondano dijadikan best view adalah daerah yang mengarah ke sungai. Massa bangunan juga dapat berorientasi ke arah timur. Karena jalan utama 2. Kebisingan SITE Gambar 3. Site terpilih Sumber: Analisis penulis, 2017 Tabel 2. Analisis tapak : Kebisingan timbul pada permukiman itu sendiri beberapa hal diantaranya yaitu tetangga yang memutar musik dengan tekanan suara tinggi, anak- anak yang bermain di luar rumah yang 185 Gambar 1. Peta Kota Manado (kiri) dan peta kecamatan Singkil (kanan) Sumber: Hasil Intervretasi Citra Google Earth Oleh Penulis Gambar 2. Peta Kelurahan Karame Sumber: Hasil Intervretasi Citra Google Earth Oleh Penulis Luas lahan = 7,272 Ha. Total luas lahan efektif = Luas site- sempadan sungai = 72.720 m 2 6.582 m 2 = 66.138 m 2 Total luas lantai maksimal = FAR x TLS E = 300% x 66.138 m 2 = 198.414 m 2 Luas lantai dasar maksimal = KDB x TLS E = 40% x 66.138 m 2 = 26.445.2 m 2 RTH dan RTNH = 60% dari Total luas lahan efektif = 39.692,8 m 2 menuju site berada pada arah timur site. Untuk mengatasi kebisingan yang terjadi pada ruang unit hunian maka penggunaan material kedap suara sangat berperan penting agar aktifitas dalam ruang unit hunian tidak mengganggu kenyamanan tetangga yang tinggal bersama dalam

3. Klimatologi Curah hujan 4. Vegetasi 5. Eksisting sekitar site` menimbulkan suara kegaduhan. Hujan deras yang disertai angin kencang yang turun dengan rentang waktu 4 hari ke atas, dapat menyebabkan banjir pada site dengan ketinggian 3-4 meter. Banjir besar ini terakhir terjadi pada tahun 2014. Hujan yang turun dengan rentang waktu kurang dari 3 hari, dapat menyebabkan banjir pada site dengan ketinggian sekitar 20-30 cm. banjir skala rendah ini yang sering terjadi ketika hujan datang. Terakhir banjir ini terjadi bulan mei 2017 lalu. Masyarakat memiliki kebiasaan memelihara tanaman hias pada permukiman tapak mereka. Pada permukiman bantaran sungai sangat kurang vegetasi yang berfungsi sebagai penyerap air. Pos kamling TK. ABA V Gereja Masjid rumah susun. Bangunan yang akan didesain merupakan unit hunian yang berdiri secara vertikal. untuk itu, unit hunian akan ditempatkan di lantai satu hingga ke lantai selanjutnya dan lantai dasar dijadikan sebagai ruang fasilitas unit hunian dengan ketinggian lantai dasar 5 meter. Pada site dibuat drainase sebagai penampung air hujan yang kemudian dialirkan ke sungai. Pada unit ruang hunian rumah susun yang akan didesain diberikan ruang untuk tanaman hias. Bantaran sungai pada site ditata dengan memberikan area hijau sepanjang bantaran sungai sebagai fungsi resapan air hujan. Pos kamling di ganti dengan pos jaga yang ditempatkan pada jalur masuk kawasan rumah susun. Sekolah TK diletakkan di dalam massa bangunan rumah susun. Bangunan yang berfungsi sebagai sarana tempat melakukan ibadah akan diatur eksistingnya pada kawasan rumah susun. 6. Klimatologi Matahari Masyarakat yang bermukim pada site memanfaatkan matahari dengan menjemur pakaian di halaman depan rumah mereka. 7. Parkir Masyarakat pada kawasan aliran sungai memarkirkan kendaraan mereka pada garasi dan di depan rumah mereka Pada bangunan rumah susun yang akan didesain akan diberikan ruang tempat untuk menjemur. Tempat menjemur harus dapat menangkap cahaya matahari sehingga benar- benar dapat dimanfaatkan dengan baik dan menghindari perilaku menjemur pakaian disembarang tempat. Sistem parkir pada bangunan rumah susun yang akan didesain akan ditempatkan pada lantai dasar bangunan hal ini bertujuan agar tetap dekat dengan keberadaan penghuni dan mereka tetap merasa aman dengan kendaraan pribadi milik mereka. Parkir khusus bagi pengunjung dibuat terpisah dengan parkir penghuni. 186

8. Fungsi bangunan 9. Kegiatan sosial Sebagian masyarakat pada kawasan aliran sungai memanfaatkan lahan mereka dengan memelihara ternak berupa unggas. Sebagian masyarakat pada kawasan aliran sungai menjadikan rumah mereka sebagai tempat berjualan. Masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan, menjual dagangan mereka di pinggir jalan dengan menggunakan gerobak. Pada site, jalan yang berfungsi sebagai jalur untuk kendaraan digunakan sebagai area bermain anak dimana hal seperti ini sangat berbahaya bagi mereka. Masyarakat pada kawasan aliran sungai melakukan kegiatan bersosialisasi dengan memanfaatkan area tempat mereka melakukan kegiatan aktivitas ekonomi. Sumber: Analisis penulis, 2017 Untuk memfasilitasi kegiatan berjualbeli masyarakat, maka pada rumah susun disediakan area jual- beli pada lantai dasar bangunan. Pada unit hunian rumah susun diberikan ruang sebagai fungsi serbaguna yang dapat digunakan sebagai warung, salon dan fungsi lainnya. Untuk masyarakat yang memiliki kebiasaan memelihara ternak diberikan ruang untuk memelihara ternak pada massa bangunan. Untuk memfasilitasi kegiatan bersosialisasi masyarakat, maka pada hunian rumah susun disediakan ruang yang berfungsi sebagai tempat mengobrol. Pada ruang luar unit hunian disediakan ruang terbuka hijau sebagai fungsi untuk mewadahi kegiatan olahraga dan lainnya. Untuk memfasilitasi aktifitas bermain anak maka disediakan area bermain anak berupa playground. Program Pelaku dan Aktifitas Tabel 3. Jumlah penduduk No. Lingkungan Jumlah Penduduk Kepala Tanggapan rancangan (Jiwa) Keluarga 1. II 506 148 jumlah rumah tinggal pada site tidak berdasarkan dengan jumlah kepala 2. III 1.157 337 keluarganya, maka untuk jumlah unit 3. IV 988 280 hunian pada rumah susun ditentukan dengan perhitungan: 4. V 922 256 - Jumlah total KK x 60% Jumlah total 1.021-1.021 x 0.6 = 612.6 atau 613 unit hunian. Dari 613 unit hunian, 70% untuk tipe rumah susun sederhana dan 30% untuk tipe rumah susun menengah ke atas. 430 unit rumah susun milik sederhana dan 183 unit rumah susun milik menengah ke atas Untuk unit hunian yang disewakan, 109 unit untuk tipe sederhana dan 69 unit tipe menengah ke atas. Sumber: Data pemerintah Kelurahan Karame 187

IV. KONSEP PERANCANGAN Konsep Gubahan Massa Aliran air sungai yang melewati pada kawasan membuat bentuk site menjadi melengkung. Untuk itu, rumah susun yang akan didesain pada daerah A menyesuaikan dengan bentuk lengkung sungai yaitu bentukan radial dengan luasan unit hunian tipe 84 dengan jumlah 10 lantai. Pada area B bentukan massa A B menggunakan pola grid. Dengan unit Gambar 4. Konsep gubahan massa hunian khusus tipe 42 dengan jumlah Sumber: Analisis penulis, 2017 5 lantai. Hal ini sesuai dengan rata- rata luasan unit hunian masyarakat menengah ke bawah pada kawasan permukiman daerah aliran sungai Tondano. Konsep Struktur Struktur atas bangunan menggunakan konstruksi beton, baik itu konstruksi beton dan struktur dinding bertulang. Struktur Bawah Bangunan, terdiri atas : Gambar 5. Struktur beton bertulang (kanan), pondasi sumuran (tengah), rangka atap kayu 1. Pondasi langsung untuk Sumber: Hasil Intervretasi Citra Google Oleh Penulis menyangga komponen non struktural atau dinding-dinding pengisi bukan struktur bangunan utama menggunakan konstruksi beton bertulang. 2. Pondasi dalam menggunakan pondasi sumuran yang untuk kedalaman tanah keras 2-6 dibawah permukaan tanah Rangka atap pada rumah susun tipe 42 menggunakan atap rangka kayu dan plat. Dan pada rumah susun tipe 84 menggunakan atap plat. pada unit hunian bentuk kotak setiap jarak 50 meter diberikan jarak dilatasi. Konsep Ruang Luar Keterangan : Gambar 6. Konsep ruang luar Sumber: Analisis penulis, 2017 188

Konsep ruang dalam Gambar 7. Lantai 1 Gambar 8. Lantai tipikal Tipe 42 Tipe 84 Gambar 9. Unit hunian tipe 42 (kiri) dan unit hunian tipe 84 (kanan) 189

Konsep Utilitas Sistem penghawaan Sistem pencahayaan Gambar 10. Sistem penghawaan tipe 42 (kiri) dan sistem penghawaan tipe 84 (kanan) Pada siang hari bangunan memanfaatkan cahaya matahari yang masuk melalui jendela dan ventilasi disetiap unit hunian. Dan pada malam hari menggunakan pencahayaan yang bersumber dari listrik Gambar 11. Sistem pencahayaan tipe 42 (kiri) dan sistem pencahayaan tipe 84 (kanan) Sistem sanitasi Tipe 42 Tipe 84 Gambar 12. Sanitasi tipe 42 (kiri) dan sanitasi tipe 84 (kanan) Air bersih yang digunakan berasal dari PDAM yang disalurkan pada kamar mandi dan pada dapur, Air kotor yang berasal dari kamar mandi dan dapur di salurkan pada tempat resapan air kotor sebelum dimanfaatkan kembali sebagai fungsi untuk menyiram tanaman, Faeces yang berasal dari WC disalurkan pada septictank. 190

Sistem instalasi listrik dan lampu Tipe 42 Tipe 84 Jaringan listrik berasal dari PLN yang di salurkan pada bangunan. lampu pada bangunan menggunakan 20 watt dan 15 watt. Sistem fire protection Gambar 13. Instalasi listrik tipe 42 (kiri) dan instalasi listrik tipe 84 (kanan) Tipe 42 Tipe 84 Smoke detector berada pada bagian tengah ruangan untuk dapat mendeteksi asap dari berbagai sudut. Sprinkle ditempatkan pada dapur unit hunian. Jarak antar fire hose pada bangunan yaitu 20 M. V. HASIL PERANCANGAN Gambar 14. Fire protection tipe 42 (kiri) dan fire protection tipe 84 (kanan) Gambar 15. Lay out (kiri) dan site plan (kanan) Sumber: Perancangan penulis, 2017 Gambar 16. Denah lantai 1 (kiri), denah lantai 2-5 tipikal (tengah) dan denah lantai 6-10 tipikal (kanan) Sumber: Perancangan penulis, 2017 191

Gambar 17. Tampak kawasan Sumber: Perancangan penulis, 2017 Gambar 18. Eksterior (kanan atas), interior (kiri atas) dan isometri struktur (bawah) Sumber: Perancangan penulis, 2017 VI. KESIMPULAN Dari hasil perancangan dapat disimpulkan bahwa rumah susun berada di luar kawasan daerah aliran sungai Tondano, terdapat dua tipe unit hunian yaitu tipe 42 untuk masyarakat menengah kebawah dengan jumlah 430 unit hunian dan tipe 84 untuk masyarakat menengah keatas dengan jumlah 183 unit hunian. Rumah susun milik digunakan oleh masyarakat yang berada pada lingkungan II, III, IV dan V Kelurahan Karame dan rumah susun sewa digunakan oleh masyarakat di luar lingkungan II, III, IV dan V Kelurahan Karame. Tema behavior modifier diterapkan pada desain ruang dalam unit hunian dan desain ruang luar bangunan berdasarkan perilaku yang didapat pada survey lapangan. VII. DAFTAR PUSTAKA 1. Duerk, D. P. 1993. Architectural Programing : Information Management for Design. ISBN: 978-0471-28468-0. 2. Laurens dan Marcella, J. 2004. Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: Grasindo. 3. Sommer dan Robert. 1969. Personal Space: The Behavioral Basis Of Design, Pretince Hall Inc New Jersey. 4. Kuswartojo, T. Dkk. 2005. Perumahan dan Permukiman di Indonesia. ITB. 5. Mangunwijaya, Y.B. 2013. Wastu Citra. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum. Peraturan : 1. Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Undang- undang Republik Indonesia. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38 tahun 2011 Tentang Sungai. 3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umun No. 60/PRT/1992 Tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun. 4. Undang- undang Republik Indonesia No. 01 tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. 5. Undang - undang Republik Indonesia. No. 20 tahun 2011 Tentang Rumah Susun. 6. Undang- undang Republik Indonesia No. 26 tahun 2007 Tentang Penaatan Ruang. 192