Buletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.1: ISSN : Pebruari Pengetahuan Masyarakat Tentang Rabies Dalam Upaya Bali Bebas Rabies

dokumen-dokumen yang mirip
Perhatian Pemilik Anjing Dalam Mendukung Bali Bebas Rabies

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari genus Lyssavirus, famili Rhabdoviridae (Jallet et al., 1999). Virus rabies

BAB I PENDAHULUAN. Rabies merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang susunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1). Pembangunan bidang kesehatan

PARTISIPASI PEMILIK HPR TERHADAP PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT RABIES DI DESA ABIANSEMAL DAN DESA BONGKASA PERTIWI KECAMATAN ABIANSEMAL KABUPATEN BADUNG

Cakupan Vaksinasi Anti Rabies pada Anjing dan Profil Pemilik Anjing Di Daerah Kecamatan Baturiti, Tabanan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGASAHAN... RIWAYAT HIDUP... ABSTRAK... v. KATA PENGANTAR. vii. DAFTAR ISI. ix. DAFTAR TABEL.

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMELIHARAAN DAN LALU LINTAS HEWAN PENULAR RABIES DI KABUPATEN BADUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. Rabies yang dikenal juga dengan nama Lyssahydrophobia, rage, tollwut,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PENANGGULANGAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

Meike C. Pangemanan John Hein Goni

Hubungan Pengetahuan Masyarakat Pemelihara Anjing Tentang Bahaya Rabies Terhadap Partisipasi Pencegahan

KEBIJAKAN NASIONAL DAN STRATEGI PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT RABIES

Ekologi dan Demografi Anjing di Kecamatan Denpasar Timur

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMELIHARAAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ABSTRAK ABSTRACT. Blank (11pt) Blank (11pt) Blank (11pt) Blank (11pt)

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

ABSTRACT PENDAHULUAN SOSIALISASI FLU BURUNG SERTA PEMERIKSAAN JUMLAH SEL DARAH PUTIH DAN TROMBOSIT PENDUDUK DESA BERABAN KABUPATEN TABANAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. Rabies merupakan suatu penyakit zoonosis yaitu penyakit hewan berdarah panas yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. mamalia dan memiliki tingkat kematian yang sangat tinggi. Sangat sedikit penderita

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM,

BAB 1 PENDAHULUAN. terkena virus rabies kepada manusia yang disebut dengan zoonosis. Penyakit rabies

PENYAKIT RABIES DI KALIMANTAN TIMUR

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 30 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI RIAU

Sebaran Umur Korban Gigitan Anjing Diduga Berpenyakit Rabies pada Manusia di Bali. (The Distribution of Ages on Victims of Rabies in Bali)

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEREDARAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN GAMBARAN DURATION OF IMMUNITY VAKSIN RABIVET 92. Pusat Veterinaria Farma ABSTRAK

SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT RABIES DI KECAMATAN BANJARANGKAN KABUPATEN KLUNGKUNG BALI TAHUN 2015

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

KAJIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN MASYARAKAT DALAM MEWASPADAI GIGITAN ANJING SEBAGAI HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DI KOTA BANDA ACEH

ABSTRAK. Elisabet Risubekti Lestari, 2007.Pembimbing I : Donny Pangemanan, drg., SKM. Pembimbing II : Budi Widyarto, dr.

Modul Komunikasi Informasi dan Edukasi Zoonosis (Rabies) Kata Pengantar

KORELASI RABIES PADA ANJING DENGAN RABIES PADA MANUSIA DAN PENYEBARANNYA DI KABUPATEN TABANAN TAHUN SKRIPSI

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINDAKAN IBU DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA SORIK KECAMATAN BATANG ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penderitaan yang berat dengan gejala saraf yang mengerikan dan hampir selalu

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG DETEKSI DINI TB PARU

KEBIJAKAN PENGENDALIAN ZOONOSIS DI INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG LARANGAN PEMASUKAN HEWAN PENULAR RABIES KE WILAYAH PROVINSI PAPUA GUBERNUR PROVINSI PAPUA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ISSN situasi. diindonesia

RIWAYAT HIDUP. anak pertama dari pasangan drh Nyoman Reli dan Ibu Meigy S Pantouw. Penulis

UNIVERSITAS UDAYANA. Oleh: Ni Putu Dewi Tata Arini NIM : PROGRAM STUDI KESEHATANMASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN RABIES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG OTORITAS VETERINER KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP PEMILIK ANJING DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN RABIES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ONGKAW KABUPATEN MINAHASA SELATAN

DISTRIBUSI KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DAN KASUS RABIES DI KABUPATEN NGADA, PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Bambang Sumiarto1, Heru Susetya1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK,

Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Pencegahan Penyakit Malaria di Desa Tatelu Kecamatan Dimembe

Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXIII, No.78, Juni 2011 ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Rabies merupakan Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) Golongan II

GAMBARAN PERILAKU BERISIKO TERINFEKSI

KEPADATAN POPULASI ANJING SEBAGAI PENULAR RABIES DI DKI JAKARTA, BEKASI, DAN KARAWANG, Salma Maroef *) '4B STRACT

Prof. Dr. Drh. I Gusti Ngurah Mahardika Universitas Udayana Denpasar-Bali HP:

PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT TB PARU

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA SEKAA TERUNA TERUNI DI DESA BENGKALA TAHUN 2015 LUH ANIEK PRAWISANTI

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

tertentu, pengetahuan dapat menjadikan seseorang mampu melakukan perubahan

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

HASIL DAN PEMBAHASAN

REPLIKASI isikhnas DAN SISTEM INFORMASI LABORATORIUM (INFOLAB) TERINTEGRASI isikhnas DI WILAYAH KERJA BALAI BESAR VETERINER DENPASAR

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 2

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PEMASUKAN HEWAN-HEWAN TERTENTU KE WILAYAH PROVINSI PAPUA UNTUK KEPENTINGAN KHUSUS

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Persebaran Wilayah Tertular Rabies dan Hubungan Kejadiannya pada Anjing dan Manusia di Kabupaten Jembrana, Bali Tahun

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ditemukan peningkatan kasus penyakit zoonosis di

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menular pada manusia. Oleh karena itu, rabies dikategorikan sebagai penyakit

KOSALA JIK. Vol. 2 No. 2 September 2014

Indonesia Medicus Veterinus Maret (2):

BUPATI SIJUNJUNG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN RABIES

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Knowledge, attitude, and practice related to rabies incidence in Flores Timur, Sikka, Manggarai, and Ngada District, East Nusa Tenggara Province

Kardiwinata, et.al Vol. 1 No. 1 : 50-54

RIWAYAT HIDUP. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2005 di SDN 1

GAMBARAN PELAKSANAAN RUJUKAN RAWAT JALAN PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PUSKESMAS SE-KABUPATEN TABANAN TAHUN 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SITUASI RABIES DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA TIMUR BERDASARKAN HASIL DIAGNOSA BALAI BESAR VETERINER MAROS

Serosurveilens Pascavaksinasi Rabies Tahun 2014 Di Wilayah Kerja UPT Veteriner Nusa Tenggara Timur

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG MANFAAT BUAH MENGKUDU UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TATA CARA PEMBERIAN VAKSIN ANTI RABIES DAN SERUM ANTI RABIES

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Kata Kunci: Cirebon, kecacingan, Pulasaren

PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT RABIES. Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG

PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR KEASLIAN PENELITIAN... ii. LEMBAR PERSETUJUAN... iii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv. KATA PENGANTAR...

Transkripsi:

Pengetahuan Masyarakat Tentang Rabies Dalam Upaya Bali Bebas Rabies (PUBLIC KNOWLEDGE ABOUT RABIES IN AN EFFORT TO BALI RABIES FREE ) I Nyoman Suartha* 1, Made Suma Anthara 2, IGN Narendra Putra 3, Ni Made Ritha Krisna Dewi 3, IGN Mahardika 3 1) Laboratorium Penyakit Dalam Veteriner 2) Laboratorium Farmakologi Veteriner 3) Laboratorium Virologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan- Unudyana E-mail : suarthafkhunud@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang rabies dalam upaya mempercepat Bali bebas rabies. Penelitian dilakukan di Desa Kukuh Tabanan, Desa Jagapati Badung, dan Desa Seraya Karangasem dengan jumlah responden sebanyak 991 orang. Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan panduan daftar pertanyaan yang ada pada kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Responden yang belum tahu tentang penyakit rabies yang telah berjangkit di Bali, berjumlah 33,3%. Sumber informasi tentang penyakit rabies dari media (TV, Koran, Radio) sebanyak 44%, penyuluhan 31%. Pertolongan pertama yang dilakukan jika digigit anjing yaitu mencuci luka gigitan dengan sabun (80%), Tetapi masih ada juga masyarakat yang tidak peduli terhadap dirinya dengan membiarkan begitu saja jika digigit anjing (4%). Jika digigit anjing penderita rabies sebagian besar (85%) masyarakat pergi ke Puskesmas untuk berobat, tetapi masih ada yang tidak peduli dengan membiarkan atau diam dirumah (7%). Pengetahuan masyarakat tentang gejala klinis anjing menderita rabies masih rendah (53%), dan sebanyak 39% responden tidak tahu tanda-tanda anjing menderita rabies. Pengetahuan tempat melapor jika terjadi atau menemukan anjing penderita rabies yaitu ke kepala dusun (41%), ke Dinas Peternakan (39%). sebanyak 4% membiarkan (tidak melapor). Kesimpulan dari penelitian ini adalah Tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang penyakit rabies cukup baik. Kata Kunci : Pengetahuan masyarakat, Rabies, Bali ABSTRACT This study aims to determine the level of public knowledge about rabies in an effort to Bali rabies-free. The data were collected from three villages namely Kukuh in Tabanan regency, Jagapati in Badung regency, and Seraya in Karangasem regency. The mention total of responden are 991 people. Data were collected using questionnaire. Results showed that respondents who do not know about the news that rabies has been in outbreak in Bali as much as 33.3%. The sources of information about the disease of rabies came from the media (TV, newspapers, radio) as much as 44%, and 31% from health extension program. First aid to do if bitten by a dog was wash wound with soap (80%), but there were also responden who do not care for themself (4%). Most responden would go to health center for treatment (85%) if they were bitten by rabies dogs. But, there were also few responden who take no care and do nothing (7%). Public knowledge about the clinical symptoms of 41

rabies was still low (53%), and as much as 39% of respondents did not know the signs of rabies. Knowing of report place if there was an event of rabies or finding a dog with rabies was to the head of the village (41%), to the Department of Animal Husbandry (39%) and not reporting 4%. The conclusion of this study is the public knowledge about the disease of rabies is moderate. Keywords:Knowledge Society, Rabies, Bali PENDAHULUAN Rabies sangat penting artinya bagi kesehatan masyarakat karena bersifat zoonosis (menular ke manusia). Kasus klinis rabies pada manusia selalu berakhir dengan kematian (Adjid, et al., 2005; Bingham, 2005; Dietzschold et al., 2005; Miah et al., 2005). Penyakit Rabies menimbulkan dampak psikologis seperti kepanikan, kegelisahan, kekhawatiran, kesakitan dan ketidaknyamanan pada orang yang terpapar. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan pada daerah tertular terjadi karena biaya penyidikan, pengendalian yang tinggi, serta tingginya biaya post-exposure treatment. Kasus rabies pada manusia di seluruh dunia dilaporkan lebih dari 55.000 kasus setiap tahun (Rupprecht et al., 2001; Wilde et al., 2008; Bourhy et al., 2008). Bali merupakan provinsi terbaru tertular rabies di Indonesia sejak Desember 2008. Saat ini, semua kabupaten/kota di Provinsi Bali sudah tertular rabies. Kasus kematian pada manusia di Bali akibat terserang rabies dilaporkan sebanyak 107 orang (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2010) Pengendalian penyakit rabies umumnya dilakukan dengan vaksinasi dan eliminasi anjing liar/diliarkan, disamping program sosialisasi, dan pengawasan lalu lintas hewan penular rabies (HPR). Vaksinasi massal merupakan cara yang efektif untuk pencegahan dan pengendalian rabies. Rabies dapat diberantas dengan cakupan vaksinasi yang memadai pada anjing berpemilik dan pengendalian populasi anjing jalanan (stray dog). Jepang berhasil bebas dari rabies sejak tahun 1957 dengan melakukan kontrol legislasi yang kuat, termasuk sistem karantina dan vaksinasi pada anjing setiap tahun (Inoue, 2003). Sesuai dengan pedoman pengendalian rabies terpadu, metoda pemberantasan rabies dilakukan dengan berbagai cara, yakni : a) vaksinasi dan eliminasi dilakukan pada anjing, kucing, dan kera dengan fokus utama pada anjing, b) vaksinasi dilakukan terhadap anjing dan kera berpemilik, dan c) eliminasi dilakukan terhadap anjing tidak berpemilik dan anjing berpemilik yang tidak divaksinasi/diliarkan (Direktorat Kesehatan Hewan, 2006). Namun demikian pemberantasan rabies tidak hanya tergantung pada masalah anjing, tetapi juga menyangkut masalah manusia. Pada dasarnya keberhasilan pengendalian dan pemberantasan rabies bergantung kepada tingkat pemahaman tentang penyakit rabies dan kesadaran masyarakat. Perlu ada perubahan perilaku yang membuat masyarakat dapat menerima dan mematuhi berbagai kewajiban sesuai aturan yang berlaku. Kewajiban yang dimaksud antara lain 42

mengandangkan atau mengikat anjing yang dimiliki, merawat dan menjaga kesehatannya, serta melakukan vaksinasi secara rutin. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat tentang rabies dalam upaya mempercepat Provinsi Bali bebas rabies. MATERI DAN METODE Materi Penelitian Materi penelitian ini berupa responden dari tiga desa di kabupaten yang berbeda di Provinsi Bali yaitu : Desa Kukuh Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan; Desa Jagapati Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung; dan Desa Seraya Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Desember 2011. Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara dengan panduan daftar pertanyaan yang ada pada kuisioner kepada masyarakat ditiap-tiap dusun di masing-masing desa penelitian. Tiap-tiap dusun di masing-masing desa dipilih secara acak sebanyak 15 kepala keluarga. Kuisioner yang disebarkan Desa Kukuh sebanyak 479 buah, desa Jagapati sebanyak 324 buah, dan Desa Seraya sebanyak 188 buah. Metode Penelitian Pertanyaan yang diajukan antara lain : berita tentang rabies, sumber informasi rabies, hewan penular rabies, tindakan jika digigit rabies, gejala anjing terserang rabies, tempat yang dituju jika digigit anjing penderita rabies, tempat melapor jika ada anjing tertular rabies, cara agar terhindar dari rabies. Jawaban responden dari pertanyaan yang diajukan ditabulasikan, kemudian dianalisis secara non parametrik menggunakan piranti lunak SPSS 13 For Windows. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil tabulasi dari 991 jawaban responden menunjukkan bahwa Responden yang belum tahu tentang berita penyakit rabies yang telah berjangkit di Bali sebanyak 33,3%. Hal ini dapat disebabkan kekurangan pedulian masyarakat terhadap situasi kejadian yang ada di wilayah Bali khususnya yang dapat mengancam keselamatan jiwanya. Padahal rabies telah berjangkit di bali sejak 2008 (Kepmentan, 2008). Masyarakat yang sudah mengetahui adanya penyakit rabies yang telah berjangkit di Bali, mendapatkan informasi tentang penyakit rabies bersumber dari media (TV, Koran, Radio) sebanyak 44%. Hal ini sangat memungkinkan karena media komunikasi telah menyebar sampai kepelosok pedesaan di Bali dan faktor pendukung yang paling penting yaitu tersedianya sumber tenaga listrik sudah sampai pedesaan yang digunakan untuk menjalankan media informasi tersebut. Langkah pemerintah dalam melaksanakan prosedur tetap pencegahan yaitu sosialisasi dan edukasi publik melalui penyuluhan juga sudah dilaksanakan, meskipun hasilnya belum maksimal, karena hanya 31% (Gambar 1) responden mendapat informasi tentang rabies dari penyuluh. Meskipun alat komunikasi telah tersebar sampai ke pedesaan di Bali dan juga telah dilakukan penyuluhan masih juga masyarakat yang tidak tahu informasi rabies sebanyak 5% tentang sumber informasi itu. 43

Sumber Informasi Rabies 5% 15% Media 44% tetangga penyuluh kombinasi 31% tidak tahu 5% Gambar 1. Sumber informasi tentang penyakit rabies di masyarakat Sebagian besar masyarakat telah paham tentang tindakan yang dilakukan jika digigit anjing (pertolongan pertama terhadap gigitan) yaitu mencuci luka gigitan dengan sabun (80%), tetapi masih ada juga masyarakat yang tidak peduli terhadap dirinya dengan membiarkan begitu saja jika digigit anjing (4%) (Gambar 2). Responden yang tidak peduli ini, sangat berisiko fatal jika tergigit oleh anjing penderita rabies. Virus rabies di keluarkan bersama air liur hewan terinfeksi dan ditularkan hanya melalui luka gigitan. Apabila penyakit rabies menyerang manusia dan tidak sempat mendapat perawatan medis akan mengakibatkan kematian dengan gejala klinis yang mengharukan (Adjid, et al., 2005; Bingham, 2005). Responden yang lain telah melakukan tindakan dengan langsung pergi ke dokter (12%) dan dengan obat tradisional 3%. Tindakan Jika digigit anjing 12% 1% 4% Cuci pakai sabun 3% cuci dengan air saja biarkan kedokter Tradisional 80% Gambar 2. Tindakan Responden jika digigit anjing Apabila digigit anjing penderita rabies, sebagian besar masyarakat sudah mengetahui langkah yang tepat yaitu 44 pergi ke Puskesmas untuk berobat (85%). Tetapi, masih ada yang tidak peduli dengan membiarkan atau diam di rumah (7%), dan sebanyak 8% pergi ke tempat lain seperti dokter praktek, bidan, atau mantri kesehatan (Gambar 3). Langkah pergi ke puskesmas sangat diperlukan untuk memastikan penderita itu harus mendapatkan serum anti rabies (SAR) atau vaksin anti rabies (SAR). Salah satu tindakan pencegahan yang paling baik untuk penyakit rabies adalah vaksinasi (OIE, 2008; WHO 2010). Jika digigit anjing Rabies 0% 7% 8% Puskesmas dukun rumah saja tempat lain 85% Gambar 3. Tempat yang dituju oleh Responden jika digigit anjing rabies Pengetahuan masyarakat tentang gejala klinis anjing menderita rabies masih rendah. Dari seluruh responden, hanya 53% yang tahu gejala anjing rabies yaitu adanya perubahan tingkah laku anjing menjadi galak, dan 39% tidak tahu tandatanda anjing menderita rabies, sedangkan sebanyak 8% menyatakan anjing rabies itu jinak (Gambar 4). Kemunculan gejala klinis rabies bervariasi pada spesies satu dengan lainnya dan berhubungan erat dengan masa inkubasi penyakit. Masa inkubasi rabies pada anjing dan kucing bervariasi dari 4 hari sampai 8 minggu (Hiswani 2003; Tepsumethanon et al., 2004; 2008). Masa inkubasi rabies pada manusia juga bervariasi dari 4 hari sampai beberapa tahun (Transfuzion, 2009; WHO., 2010). Perjalanan penyakit rabies pada anjing

dan kucing dibagi dalam tiga tahap/fase (Triakoso, 2007; CIVAS., 2010) yaitu fase prodormal, dilanjutkan ke fase eksitasi, dan fase paralisis. Gejala Rabies 39% galak jinak 53% tidak tahu 8% Gambar 4. Pengetahuan Responden tentang gejala klinis rabies Pada fase prodormal hewan mencari tempat dingin dan menyendiri, tetapi dapat menjadi lebih agresif, pupil mata melebar, dan sikap tubuh kaku (tegang). Fase ini berlangsung selama 1 sampai 3 hari. Pada fase eksitasi hewan menjadi ganas dan menyerang siapa saja yang ada di sekitarnya dan memakan barang yang aneh-aneh. Selanjutnya mata menjadi keruh dan selalu terbuka serta tubuh gemetaran, sebelum masuk ke fase paralisis. Pada fase paralisis hewan mengalami kelumpuhan pada semua bagian tubuh dan berakhir dengan kematian. Sasaran yang dituju oleh responden untuk melapor jika terjadi atau menemukan anjing penderita rabies yaitu sebanyak 41% menjawab ke Kepala Dusun (Kadus), sebanyak 39% ke Dinas Peternakan. Tetapi dari jumlah responden itu sebanyak 4% membiarkan (tidak melapor). Ketidakpedulian masyarakat akan kondisi di sekitarnya seperti tidak melapor jika menemukan ada anjing diduga rabies, tidak datang ke tempat penyuluhan merupakan hambatan dalam memerangi rabies. Hambatan yang lain adalah sumber daya tidak memadai, lemahnya konsensus terhadap strategi yang digunakan, lemahnya koordinasi lintas sektoral dan struktur manajemen serta kurangnya kerjasama masyarakat (Dartini 2011). Simpulan SIMPULAN DAN SARAN Dari paparan di atas dapat disimpulkan: Pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang penyakit rabies cukup baik. Saran Kegiatan sosialisasi dan edukasi pada masyarakat pada semua lapisan masyarakat dari tingkat sekolah dasar sampai kepada kepala keluarga perlu ditingkatkan dan dilakukan secara kontinyu. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada UNICEF Jakarta atas dukungan biaya untuk penelitian ini, melalui Program Pembentukan Desa Tanggap Rabies di Bali. DAFTAR PUSTAKA Adjid.R.M.A., A.Sarosa, T.Syapriati, dan Yuningsih. 2005. Penyakit rabies di Indonesia dan pengembangan teknik diagnosisnya. Wartazoa. 15(4 ) : 165-172 Dartini N. L. 2011. Profil Imun Respon terhadap Rabies dan Analisis Genetika Gen Penyandi Glikoprotein Virus Rabies Isolat Bali. Tesis. Program Pascasarjana Bioteknologi Univ Udayana Denpasar. Direktorat Kesehatan Hewan. 2006. Pedoman Pengendalian Rabies Terpadu. Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan, Direktorat Kesehatan Hewan. 45

Bingham J. 2005. Canine Rabies Ecology in Southern Africa. Emerging Infectious Diseasses. 11(9) : 1337-1341. www.cdc.org. Diakses Maret 2011. Bourhy H., J.M.Reynes, E.J.Dunham, L.Dacheux, F.Larrous, V.T.Q.Huang, G.Xu, J. Yan, M.E.G.Miranda, and E.C.Holmes. 2008. The Origin and hylogeography of Dog Rabies Virus. J Gen Virol. 89(208):2673-2681. CIVAS. 2010. Gejala Klinis (Hewan, manusia). Posted Tuesday, 06/08/2010 by Admin. Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies. http://www. Civas.net/gejala-klinis-hewanmanusia. Diakses tanggal 7 Nopember 2010. Dietzschold B., M.Schnell, H.Koprowski. 2005. Pathogenesis of rabies. Curr. Top. Microbial. Immunol. 292 : 45-56. Direktorat Kesehatan Hewan. 2006. Pedoman Pengendalian Rabies Terpadu. Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan, Direktorat Kesehatan Hewan. Hiswani. 2003. Pencegahan dan Pemberantasan Rabies. USU digital library. http://libraryusu.ac.id/download/fkm/fkmhiswani10.pdf. diakses 8 Juli 2010. Inoue, S., M.Yurie, K.Tomoko, O.Kenichiro, and Y.Akio. 2003. Safe and Easy monitoring of antirabies antibody in dogs using His- Tagged Recombinant N-protein. Jpn.J.Infect.Dis. 56 : 158-160. Keputusan Menteri Pertanian. 2008. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1637.1/Kpts/PD 640/12.2008. Tentang Pernyataan Berjangkitnya Wabah Penyakit Anjing Gila (Rabies) di Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Miah, A. 2005. Bat rabies the achilles heel of a viral killer? Lancet 366: 876-877. OIE. 2008. Rabies. Manual of standard for diagnostic techniques. Chapter 2.1.13. Terrestrial manual. P.304-323. Rupprecth C.E., M.D. Leonard-Blass, K. Smith, L.A. Orciari, M. Niezgoda, S.G. Whitfield, R.V. Gibbons, M. Guerra, dan C.A. Hanion. 2001. Human Infection Due to Recombinant Vaccinia-Rabies Glycoprotein Virus. The New England Journal of Medicine: 345 (8): 582-586. Tepsumethanon V., B.Lumlertdacha, C. Mitmoonpitak, V.Sitprija, F.X. Meslin, and H.Wilde. 2004. Survival of Naturally Infected Rabid Dogs and Cats. Brief Report. Clinical Infectious Diseases. 39 : 278-280. Tepsumethanon V., H.Wilde, dan V. Sitprija. 2008. Ten-day Observation of Live Rabies Suspected Dogs. Dev. Biol. Basel, Kanger. 131 : 543-546. Triakoso B., 2007. Pencegahan dan Pengendalian Rabies. Penerbit Kanisius. http://books.google.co.id. Di akses Desember 2010. Transfuzion aabb.org. 2009. Rhabdo Virus (Virus Rabies). Appendix2 Transfuzion. 49:146s-147s. WHO. 2010. RABIES. http://www.who.int/immunization/t opics/rabies/en/ Last updated: 6 August 2010. Diakses April 2011. Wilde H., T. Hemachuda, dan A.C. Jackson. 2008. Viewpoint: Management of Human Rabies. Trans R Soc Trop Med Hyg (2008) 46