BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi hal penting dalam pengelolaan pemerintah termasuk di bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas publik adalah pemberian informasi dan pengungkapan seluruh aktivitas dan kerja finansial Pemerintah Dearah kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Mardiasmo, 2002). Penetapan Undang-undang no 22 tahun 1999 dan Undang-undang no 25 tahun 1999 oleh pemerintah, mengenai Pemerintahan Daerah dan Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, berimplikasi pada tuntutan otonomi yang lebih luas dan akuntabilitas publik yang nyata yang harus diberikan kepada pemerintah dearah (Halim, 2001). Selanjutnya, undang-undang ini diganti dan disempurnakan dalam Undang-undang no 23 tahun 2014 sebagai penganti Undang-undang no 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang- Undang no 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Kusumaningrum, 2010). Dengan adanya kedua undang-undang tersebut, maka akan terjadi perluasan wewenang dan tanggung jawab pemerintah daerah. Pemerintah daerah berkewajiban untuk melaksanakan dua pertanggungjawaban. Pertama, 1
2 pertanggungjawaban vertikal kepada pemerintah daerah. Kedua pertanggungjawaban horizontal kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan masyarakat luas. Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa terwujudnya penyelenggaraan otonomi daerah adalah dengan adanya pemanfaatan sumberdaya yang dilakukan secara ekonomis, efisien, efektif, adil dan merata untuk mencapai akuntabilitas publik. Lingkup anggaran menjadi relevan dan penting di lingkungan pemerintah daerah terkait dengan dampak anggaran terhadap akuntabilitas pemerintah, sehubungan dengan fungsi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat (Suhartono dan Solihin, 2006) --- UI Dalam menghadapi akuntabilitas tersebut, pemerintah perlu memperhatikan antara lain anggaran, pengendalian akuntansi, dan efektivitas pelaksanaan anggaran. Menurut Mardiasmo (2002) anggaran berfungsi sebagai : (1) alat perencanaan, (2) alat pengendalian, (3) alat kebijakan fiscal, (4) alat politik, (5) alat koordinasi dan komunikasi, (6) alat penilaian kinerja, dan (7) alat motivasi. Menurut Bastian (2001), penyusunan anggaran dikatakan baik apabila memenuhi persyaratan (1) berdasarkan program, (2) berdasarkan pusat pertanggungjawaban, dan (3) sebagai alat perencanaan dan pengendalian. Lingkup anggaran menjadi relevan dan penting di lingkungan pemerintah daerah. Hal ini berkaitan dengan dampak anggaran terhadap akuntabilitas pemerintah, sehubungan dengan fungsi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, anggaran merupakan dokumen/kontrak politik antara pemerintah daerah dan DPRD sebagai wakil rakyat, utnuk masa yang akan datang (Mardiasmo, 2002). Selanjutnya, DPRD akan mengawasi kinjerja
3 pemerintah melalui anggaran. Bentuk pengawasan ini sesuai dengan agency theory yang mana pemerintah sebagai agen dan masyarakat (yang diwakili oleh lembaga perwakilan atau DPRD) sebagai principal. Anggaran merupakan alat untuk mencegah informasi asimetri dan perilaku disfungsional dari agen atau pemerintah daerah serta merupakan proses akuntabilitas publik (Yuhertiana, 2003) Akuntabilitas melalui anggaran meliputi penyusunan anggaran sampai dengan pelaporan anggaran. Selain itu, anggaran merupakan elemen penting dalam sistem pengendalian manajemen karena anggaran tidak saja sebagai alat perencanaan keuangan, tetapi juga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi dan motivasi (Kenis, 1979). Hal ini menyebabkan penelitian di bidang angggaran pada pemerintah daerah, menjadi relevan dan penting. Adanya sistem desentralisasi di sektor publik yang mengakibatkan semakin menguatnya tutuntuan akuntabilitas publik kepada lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun di daerah (Kusumaningrum, 2010). Dengan adanya tuntutan tersebut mengakibatkan pemerintah dearah harus meningkatkan perenacnaan dan kontrol aktivitasnya (Miah dan Mia, 1996). Pilhan struktur memiliki implikasi yang signifikan bagi sistem informasi akuntansi (Chusing dan Romes, 1994). Agar kinerja yang diharapkan dapat meningkat setelah adanya desentralisasi pengambilan keputusan operasi, organisasi harus mengadopsi pengendalian-pengendalian yang diperlukan (Hill,). Salah satu jenis pengendalian manajemen adalah pengendalian keuangan (financial control) dengan memanfaatkan sistem akuntansi. Sistem pengendalian manajemen (Anthony,
4 1998) berikut sistem pengedalian akuntansi (Miah dan Mia, 1996) berguna untuk meningkatkan pencapaian kinerja. Simon (1987) menjelaskan bahwa sistem pengendalian yang menggunakan informasi akuntansi disebut sebagai sistem pengendalian yang berbasis akuntansi atau sistem pengendalian akuntansi. Sistem pengendalian akuntansi adalah semua prosedur dan sistem formal yang menggunakan informasi untuk menjaga atau mengubah pola aktivitas organisasi. Dalam hal ini yang termasuk pengendalian akuntansi adalah sistem perencanaan, sistem pelaporan dan prosedur monitoring yang didasarkan pada informasi. Tujuan informasi akuntansi untuk pemakaiannya adalah meningkatkan penilaian dan keputusan yang lebih baik (Martin, 1994). Sistem akuntansi merupakan bagian terpenting dalam spectrum mekanisme pengendalaian keseluruan yang digunakan untuk memotivasi, mengukur, dan memberi sanksi tindakan-tindakan manajer dan karyawan dari suatu organisasi (Machintosh, 1994). Sistem akuntansi yang efektif merupakan prasyarat bagi kinerja yang lebih baik (Miah dan Goyal, 1990). Penggunaan sistem pengendalian akuntansi memungkinkan para manajer dapat membuat keputusan yang lebih baik, mengontrol operasi-operasi dengan efektif, mampu mengestimasi biaya dan profitabilitas keberhasilan tertentu dan memilih alternatif terbaik dalam setiap kasus dan masalah sehingga dapat meningkatkan kinerja. Mardiasmo (2004) peningkatan perecanaan dan pengendalian terhadap aktivitas dengan cara perbaikan sistem akuntansi sektor
5 publik diharapkan dapat membantu meningkatkan transparasi efisiensi serta efektifitas pemerintah daerah, terutama dalam memberikan informasi dan pengungkapan atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah daerah. Berkaitan dengan pemerintah daerah, dalam pasal 134 Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah disebutkan bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan dareah, Gubernus/Bupati/Walikota mengatur dan menyelenggarakan SPI di lingkungan pemerintahan daerah yang dipimpinnya. Untuk itu, perlu dirancang suatu sistem yang mengatur proses pengklasifikasian, pengukuran, dan pengungkapan seluruh transaksi keuangan, sehingga dapat disusun menjadi laporan keuangan. Sistem inilah yang disebut dengan Sistem Akuntansi. Pada pemerintah daerah, Sistem Akuntansi ditetapkan oleh peraturan Gubernur/Bupati/Walikota. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Sistem Akuntansi dan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pengendalian intern. Kualitas laporan keuangan tidak hanya diukur dari kesesuaian dengan SAP saja, tetapi juga dari sistem pengedalian internnya. Untuk itu, pemerintah daerah harus mendesain, mengoperasikan, dan memelihara SPI yang baik dalam ranka menghasilkan informasi keuangan yang andal. BPK perwakilan Provinsi Jawa Barat melalui siaran persnya tahun 2015, menjelaskan bahwa LKPD Kabupaten Subang tahun 2014 diberikan opini Tidak Menyatakan Pendapat atau Disclaimer. Opini yang diberikan ini turun dari opini
6 LKPD tahun 2013 yang dimana Kabupaten Subang mendapatkan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) menurut. (www.bandung.bpk.go.id) Sesuai dengan Undang-Undangan no 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengeloaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, pasal 20 ayat (3) Kepala Daerah berkewajiban untuk menindaklanjuti rekomendasi Laporan Hasil Pemeriksaan (LPH) BPK dan menyampaikan perkembangan tindak lanjut paling lambat 60 hari sejak LHP diterima. Berdasarkan hasil pemeriksaan atas LKPD Kabupaten Subang TA 2014, BPK mencatat terdapat delapan hasil temuan terkait Sistem Pengendalian Intern (SPI) dan delapan hasil temuan terkait dengan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Diperoleh adanya koreksi-koreksi yang perlu dilakukan dalam kesesuaiannnya dengan SPI, antara lain penatausahaan aset tetap masih belum tertib dan penatausahaan persediaan yang belum memadai, penyajian laporan realisasi anggaran atas belanja GU/TU tidak berdasar hasil verifikasi bukti SPJ oleh verifikatir dan PPK sebesr 20,74 Miliar, Investasi Non Permanen lainnya sebesar Rp 822,76 juta belum disajikan berdasar Net Realizable Value dan Invenstasi Permanen pada PT SS belum disajikan secara wajar. Akuntabilitas adalah suatu wujud pertanggungjawaban dari suatu instansi pemerintah atas kegiatan yang telah dilaksanakan dalam waktu satu tahun yang disusun melalui media pelaporan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Subang tahun 2014 merupakan bentuk komitmen nyata Pemerintah Kabupaten Subang dalam membangun Sistem Akuntabilitas
7 Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang baik sebagaimana diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta memperhtaikan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi no 29 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah. LAKIP adalah wujud pertanggungjawaban pejabat publik kepada publik tentang kinerja pemerintah selama stau tahun anggaran. Proses Kinerja Pemerintah Kabupaten Subang diukur, dievaluasi, dianalisis, dan dijabarkan dalam bentuk LAKIP. Penyusunan Lakip dimaksudkan bertujuan untuk menggambarkan penetapan Rencana Strategis dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi di masing-masing perangkat daerah, serta keberhasilan capain saat ini untuk percepatan dalam meningkatkan kualitas capaian kinerja yang diharapkan pada masa yang akan datang. Melalui LAKIP juga dapat memberikan gambaran penerapan prinsip-prinsip Good Governance, yaitu terwujudnya transparansi dan akuntabilitas di lingkungan Pemerintah Kabupaten Subang. LAKIP Kabupaten Subang tahun 2014 ini disusun untuk mengukur tingkat keberhasilan dan kegagalan dari pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan, sasaran, kebijakan dan program yang tersaji dalam Rencana Strategis Pemerintah Kabupaten Subang tahun 2009-2014. Pengukuran kinerja dilakukan dengan cara membandingkan target setiap indikator sasaran dengan realiasinya. Selain capaian setiap sasaran, LAKIP Kabupaten Subang Juga menyajikan capaian kinerja setiap kegiatan tahun 2014
8 yang dibiayai oleh dana APBD Kabupaten Subang. Indikator kerja yang digunakan untuk mengukur kinerja setiap kegiatan meliputi indikator masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcomes) Berdasarkan perhitungan dan analisis kinerja Pemerintah Kabupaten Subang yang dilakukan dengan cara membandingkan antara rencana kinerja dengan target yang telah dicapai, menghasilkan bahwa sebagaian besar angka yang dicapai sebesar 100%. Adapun beberapa program yang telah mencapai target (100%) bahkan telah melebihi target pencapaian (diatas 100%) yaitu programprogram: (1) Tertatanya kelembagaan pemerintah sesuai dengan kewenangan dan fungsi (2) Meningkatnya sistem komunikasi, informasi manajemen pemerintah daerah (3) Meningkatnya derajat pengelolaan arsip pemerintah daerah secara baku, rapih, tertib dan handal (4) Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan daerah (5) Meningkatnya kualitas data kependudukan (6) Meningkatnya kualitas sumber daya manusia pemerintah kabupaten subang (7) Meningkatnya infrastruktur jalan dan jembatan dengan kualitas baik (8) Mengingkatkan pemenuhan kebutuhan pelayanan irigasi (9) Meningkatkan pemenuhan kebutuhan air bersih (10)Meningkatknya infrastruktur penerangan jalan dan lingkungan
9 Juga terdapat beberapa perbedaan antara target kinerja dengan realisasinya dimana realisasi lebih rendah daripada target capaian. Bahkan ada beberapa sasaran strategis yang tidak tersentuh, yang meliputi: (1) Kuatlitas pengelolaan aset daerah (2) Kinerja OPD dan Pelayanan publik yang prima kepada semua masyarakat (3) Kualitas kelembagaan koperasi (4) Produksi dan konsumsi ikan (5) Produksi dan populasi pertenakan (6) Produksi dan produktivitas tanaman pangan dan holtikultura (7) Kertersediaan pangan masyarakat (8) Kesempatan kerja dan perlindungan terhadap tenaga kerja (9) Bencana alam banjir, kekeringan, dan dampak perubahan iklim lainnya Penelitian ini merupakan replika dari penelitian Indraswari Kusumaningrum (2010), Mei Anjarwati (2012), Netty Herawati (2011) dengan tempat dan waktu penelitian yang berbeda. Kusumaningrum melakukan penelitian di Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Anjarwati penelitian di Pemerintah Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang, dan Herawati melakukan penelitian di Pemerintah Kota Jambi. Maka dari uraian diatas dan seluruh pertimbangan penulis, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:
10 PENGARUH PENGENDALIAN AKUNTANSI TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG 1.2 Identifikasi Masalah Dari permasalahan yang timbul di atas maka kajian ini ditujukan untuk mengetahui dan diteliti: Apakah terdapat pengaruh pengendalian akuntansi terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dilakukan penelitian ini adalah untuk mencari, mengumpulkan, dan mendapatkan data yang dapat memberikan informasi serta mendapatkan gambaran mengenai seberapa pengaruh akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Adapun tujuan peneltian ini adalah: Menguji sejauh mana pengaruh pengendalian akuntansi terhadap kinerja instansi pemerintah 1.4 Kegunaan hasil penelitian 1. Bagi peneliti Dengan adanya penelitian ini, penulis dapat lebih mendapatkan pemahaman dan pengenalan terhadap pengendalian akuntansi dan akuntabilitas kinerja instansi di Kabupaten Subang.
11 2. Bagi pemerintah Sebagai alat bantu dalam menilai pengaruh pengendalian akuntansi dilihat dari akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. 3. Bagi pihak lain Penelitian ini diharapkan berguna untuk penelitian selanjutnya terutama mengenai pengendalian akuntansi dan akuntabilitas instansi pemerintah. 4. Bagi Rekan mahasiswa Dengan penelitian ini, semoga dapat digunakan sebagai sumber informasi, bahan rujukan dan referensi untuk kemungkinan penelitian topik-topik yang berkaitan, baik bersifat lanjutan, melengkapi ataupun menyempurnakan. 1.5 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Pemerintah Daerah Kabupaten Subang yang beralamat di jalan Dewi Sartika no 2 Subang Tlp (0260) 415507 dengan rentang waktu antara Agustus 2016-Oktober 2016.