BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB I PENDAHULUAN. laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan. Akuntansi sektor publik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

TESIS. Diajukan sebagai salah satu syarat Memperoleh derajat S-2 Magister Akuntansi. Diajukan oleh : : Indraswari Kusumaningrum : C4C

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Dalam penyelengaraan otonomi daerah, pemerintah diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melakukan reformasi pengelolaan keuangan dengan. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan aspirasi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan,

BAB I PENDAHULUAN. Keinginan untuk mewujudkan good governance merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan dan keadilan, serta potensi dan keanekaragaman daerah.

BAB I PENDAHULUAN. pun berlaku dengan keluarnya UU No. 25 tahun 1999 yang telah direvisi UU No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pergantian Pemerintahan dari orde baru ke orde reformasi yang. dimulai pertengahan tahun 1998 menuntut pelaksanaan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) berupa Laporan Keuangan. Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatakan wujud dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance merupakan function of governing. Salah

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan keuangan daerah. Sesuai dengan amanat Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan teori perlu berimplikasi pada praktik. Oleh karena itu antara teori dan praktik

BAB I PENDAHULUAN. perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Ulum, 2004). (Stanbury, 2003 dalam Mardiasmo, 2006).

ABSTRAK. Kata kunci: good governance, pengelolaan keuangan, sistem pengendalian intern pemerintah, kinerja pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi pengelolaan negara diawali dengan bergulirnya Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan teknis keuangan daerah mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari

BAB I PENDAHULUAN. menuntut pembangunan yang merata di setiap daerah sehingga pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengeluarkan UU No. 33 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutuhkan, tidak saja untuk kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan akuntabilitas pada organisasi sektor publik baik pemerintah di

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2002). penyelenggaraan pemerintahan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB I PENDAHULUAN. satunya perbaikan terhadap pengelolaan keuangan pada instansi-instansi pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat dominan dalam proses pengambilan keputusan penetapan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2006, hal 17). Pemerintah harus mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas Laporan Keuangan adalah laporan keuangan yang dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah tentang tata kelola pemerintahan yang baik atau good government

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut seiring dengan fenomena yang terjadi dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjalankan pemerintahannya. Pemerintah pusat memberikan kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan diterapkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004

BAB 1 PENDAHULUAN. pengklasifikasian, penganalisisan dan pelaporan transaksi keuangan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pesat terhadap akses yang dapat dilakukan masyarakat untuk. masyarakat akan adanya suatu pengukuran kinerja.

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi hal penting dalam pengelolaan pemerintah termasuk di bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas publik adalah pemberian informasi dan pengungkapan seluruh aktivitas dan kerja finansial Pemerintah Dearah kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Mardiasmo, 2002). Penetapan Undang-undang no 22 tahun 1999 dan Undang-undang no 25 tahun 1999 oleh pemerintah, mengenai Pemerintahan Daerah dan Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, berimplikasi pada tuntutan otonomi yang lebih luas dan akuntabilitas publik yang nyata yang harus diberikan kepada pemerintah dearah (Halim, 2001). Selanjutnya, undang-undang ini diganti dan disempurnakan dalam Undang-undang no 23 tahun 2014 sebagai penganti Undang-undang no 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang- Undang no 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Kusumaningrum, 2010). Dengan adanya kedua undang-undang tersebut, maka akan terjadi perluasan wewenang dan tanggung jawab pemerintah daerah. Pemerintah daerah berkewajiban untuk melaksanakan dua pertanggungjawaban. Pertama, 1

2 pertanggungjawaban vertikal kepada pemerintah daerah. Kedua pertanggungjawaban horizontal kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan masyarakat luas. Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa terwujudnya penyelenggaraan otonomi daerah adalah dengan adanya pemanfaatan sumberdaya yang dilakukan secara ekonomis, efisien, efektif, adil dan merata untuk mencapai akuntabilitas publik. Lingkup anggaran menjadi relevan dan penting di lingkungan pemerintah daerah terkait dengan dampak anggaran terhadap akuntabilitas pemerintah, sehubungan dengan fungsi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat (Suhartono dan Solihin, 2006) --- UI Dalam menghadapi akuntabilitas tersebut, pemerintah perlu memperhatikan antara lain anggaran, pengendalian akuntansi, dan efektivitas pelaksanaan anggaran. Menurut Mardiasmo (2002) anggaran berfungsi sebagai : (1) alat perencanaan, (2) alat pengendalian, (3) alat kebijakan fiscal, (4) alat politik, (5) alat koordinasi dan komunikasi, (6) alat penilaian kinerja, dan (7) alat motivasi. Menurut Bastian (2001), penyusunan anggaran dikatakan baik apabila memenuhi persyaratan (1) berdasarkan program, (2) berdasarkan pusat pertanggungjawaban, dan (3) sebagai alat perencanaan dan pengendalian. Lingkup anggaran menjadi relevan dan penting di lingkungan pemerintah daerah. Hal ini berkaitan dengan dampak anggaran terhadap akuntabilitas pemerintah, sehubungan dengan fungsi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, anggaran merupakan dokumen/kontrak politik antara pemerintah daerah dan DPRD sebagai wakil rakyat, utnuk masa yang akan datang (Mardiasmo, 2002). Selanjutnya, DPRD akan mengawasi kinjerja

3 pemerintah melalui anggaran. Bentuk pengawasan ini sesuai dengan agency theory yang mana pemerintah sebagai agen dan masyarakat (yang diwakili oleh lembaga perwakilan atau DPRD) sebagai principal. Anggaran merupakan alat untuk mencegah informasi asimetri dan perilaku disfungsional dari agen atau pemerintah daerah serta merupakan proses akuntabilitas publik (Yuhertiana, 2003) Akuntabilitas melalui anggaran meliputi penyusunan anggaran sampai dengan pelaporan anggaran. Selain itu, anggaran merupakan elemen penting dalam sistem pengendalian manajemen karena anggaran tidak saja sebagai alat perencanaan keuangan, tetapi juga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi dan motivasi (Kenis, 1979). Hal ini menyebabkan penelitian di bidang angggaran pada pemerintah daerah, menjadi relevan dan penting. Adanya sistem desentralisasi di sektor publik yang mengakibatkan semakin menguatnya tutuntuan akuntabilitas publik kepada lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun di daerah (Kusumaningrum, 2010). Dengan adanya tuntutan tersebut mengakibatkan pemerintah dearah harus meningkatkan perenacnaan dan kontrol aktivitasnya (Miah dan Mia, 1996). Pilhan struktur memiliki implikasi yang signifikan bagi sistem informasi akuntansi (Chusing dan Romes, 1994). Agar kinerja yang diharapkan dapat meningkat setelah adanya desentralisasi pengambilan keputusan operasi, organisasi harus mengadopsi pengendalian-pengendalian yang diperlukan (Hill,). Salah satu jenis pengendalian manajemen adalah pengendalian keuangan (financial control) dengan memanfaatkan sistem akuntansi. Sistem pengendalian manajemen (Anthony,

4 1998) berikut sistem pengedalian akuntansi (Miah dan Mia, 1996) berguna untuk meningkatkan pencapaian kinerja. Simon (1987) menjelaskan bahwa sistem pengendalian yang menggunakan informasi akuntansi disebut sebagai sistem pengendalian yang berbasis akuntansi atau sistem pengendalian akuntansi. Sistem pengendalian akuntansi adalah semua prosedur dan sistem formal yang menggunakan informasi untuk menjaga atau mengubah pola aktivitas organisasi. Dalam hal ini yang termasuk pengendalian akuntansi adalah sistem perencanaan, sistem pelaporan dan prosedur monitoring yang didasarkan pada informasi. Tujuan informasi akuntansi untuk pemakaiannya adalah meningkatkan penilaian dan keputusan yang lebih baik (Martin, 1994). Sistem akuntansi merupakan bagian terpenting dalam spectrum mekanisme pengendalaian keseluruan yang digunakan untuk memotivasi, mengukur, dan memberi sanksi tindakan-tindakan manajer dan karyawan dari suatu organisasi (Machintosh, 1994). Sistem akuntansi yang efektif merupakan prasyarat bagi kinerja yang lebih baik (Miah dan Goyal, 1990). Penggunaan sistem pengendalian akuntansi memungkinkan para manajer dapat membuat keputusan yang lebih baik, mengontrol operasi-operasi dengan efektif, mampu mengestimasi biaya dan profitabilitas keberhasilan tertentu dan memilih alternatif terbaik dalam setiap kasus dan masalah sehingga dapat meningkatkan kinerja. Mardiasmo (2004) peningkatan perecanaan dan pengendalian terhadap aktivitas dengan cara perbaikan sistem akuntansi sektor

5 publik diharapkan dapat membantu meningkatkan transparasi efisiensi serta efektifitas pemerintah daerah, terutama dalam memberikan informasi dan pengungkapan atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah daerah. Berkaitan dengan pemerintah daerah, dalam pasal 134 Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah disebutkan bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan dareah, Gubernus/Bupati/Walikota mengatur dan menyelenggarakan SPI di lingkungan pemerintahan daerah yang dipimpinnya. Untuk itu, perlu dirancang suatu sistem yang mengatur proses pengklasifikasian, pengukuran, dan pengungkapan seluruh transaksi keuangan, sehingga dapat disusun menjadi laporan keuangan. Sistem inilah yang disebut dengan Sistem Akuntansi. Pada pemerintah daerah, Sistem Akuntansi ditetapkan oleh peraturan Gubernur/Bupati/Walikota. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Sistem Akuntansi dan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pengendalian intern. Kualitas laporan keuangan tidak hanya diukur dari kesesuaian dengan SAP saja, tetapi juga dari sistem pengedalian internnya. Untuk itu, pemerintah daerah harus mendesain, mengoperasikan, dan memelihara SPI yang baik dalam ranka menghasilkan informasi keuangan yang andal. BPK perwakilan Provinsi Jawa Barat melalui siaran persnya tahun 2015, menjelaskan bahwa LKPD Kabupaten Subang tahun 2014 diberikan opini Tidak Menyatakan Pendapat atau Disclaimer. Opini yang diberikan ini turun dari opini

6 LKPD tahun 2013 yang dimana Kabupaten Subang mendapatkan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) menurut. (www.bandung.bpk.go.id) Sesuai dengan Undang-Undangan no 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengeloaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, pasal 20 ayat (3) Kepala Daerah berkewajiban untuk menindaklanjuti rekomendasi Laporan Hasil Pemeriksaan (LPH) BPK dan menyampaikan perkembangan tindak lanjut paling lambat 60 hari sejak LHP diterima. Berdasarkan hasil pemeriksaan atas LKPD Kabupaten Subang TA 2014, BPK mencatat terdapat delapan hasil temuan terkait Sistem Pengendalian Intern (SPI) dan delapan hasil temuan terkait dengan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Diperoleh adanya koreksi-koreksi yang perlu dilakukan dalam kesesuaiannnya dengan SPI, antara lain penatausahaan aset tetap masih belum tertib dan penatausahaan persediaan yang belum memadai, penyajian laporan realisasi anggaran atas belanja GU/TU tidak berdasar hasil verifikasi bukti SPJ oleh verifikatir dan PPK sebesr 20,74 Miliar, Investasi Non Permanen lainnya sebesar Rp 822,76 juta belum disajikan berdasar Net Realizable Value dan Invenstasi Permanen pada PT SS belum disajikan secara wajar. Akuntabilitas adalah suatu wujud pertanggungjawaban dari suatu instansi pemerintah atas kegiatan yang telah dilaksanakan dalam waktu satu tahun yang disusun melalui media pelaporan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Subang tahun 2014 merupakan bentuk komitmen nyata Pemerintah Kabupaten Subang dalam membangun Sistem Akuntabilitas

7 Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang baik sebagaimana diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta memperhtaikan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi no 29 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah. LAKIP adalah wujud pertanggungjawaban pejabat publik kepada publik tentang kinerja pemerintah selama stau tahun anggaran. Proses Kinerja Pemerintah Kabupaten Subang diukur, dievaluasi, dianalisis, dan dijabarkan dalam bentuk LAKIP. Penyusunan Lakip dimaksudkan bertujuan untuk menggambarkan penetapan Rencana Strategis dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi di masing-masing perangkat daerah, serta keberhasilan capain saat ini untuk percepatan dalam meningkatkan kualitas capaian kinerja yang diharapkan pada masa yang akan datang. Melalui LAKIP juga dapat memberikan gambaran penerapan prinsip-prinsip Good Governance, yaitu terwujudnya transparansi dan akuntabilitas di lingkungan Pemerintah Kabupaten Subang. LAKIP Kabupaten Subang tahun 2014 ini disusun untuk mengukur tingkat keberhasilan dan kegagalan dari pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan, sasaran, kebijakan dan program yang tersaji dalam Rencana Strategis Pemerintah Kabupaten Subang tahun 2009-2014. Pengukuran kinerja dilakukan dengan cara membandingkan target setiap indikator sasaran dengan realiasinya. Selain capaian setiap sasaran, LAKIP Kabupaten Subang Juga menyajikan capaian kinerja setiap kegiatan tahun 2014

8 yang dibiayai oleh dana APBD Kabupaten Subang. Indikator kerja yang digunakan untuk mengukur kinerja setiap kegiatan meliputi indikator masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcomes) Berdasarkan perhitungan dan analisis kinerja Pemerintah Kabupaten Subang yang dilakukan dengan cara membandingkan antara rencana kinerja dengan target yang telah dicapai, menghasilkan bahwa sebagaian besar angka yang dicapai sebesar 100%. Adapun beberapa program yang telah mencapai target (100%) bahkan telah melebihi target pencapaian (diatas 100%) yaitu programprogram: (1) Tertatanya kelembagaan pemerintah sesuai dengan kewenangan dan fungsi (2) Meningkatnya sistem komunikasi, informasi manajemen pemerintah daerah (3) Meningkatnya derajat pengelolaan arsip pemerintah daerah secara baku, rapih, tertib dan handal (4) Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan daerah (5) Meningkatnya kualitas data kependudukan (6) Meningkatnya kualitas sumber daya manusia pemerintah kabupaten subang (7) Meningkatnya infrastruktur jalan dan jembatan dengan kualitas baik (8) Mengingkatkan pemenuhan kebutuhan pelayanan irigasi (9) Meningkatkan pemenuhan kebutuhan air bersih (10)Meningkatknya infrastruktur penerangan jalan dan lingkungan

9 Juga terdapat beberapa perbedaan antara target kinerja dengan realisasinya dimana realisasi lebih rendah daripada target capaian. Bahkan ada beberapa sasaran strategis yang tidak tersentuh, yang meliputi: (1) Kuatlitas pengelolaan aset daerah (2) Kinerja OPD dan Pelayanan publik yang prima kepada semua masyarakat (3) Kualitas kelembagaan koperasi (4) Produksi dan konsumsi ikan (5) Produksi dan populasi pertenakan (6) Produksi dan produktivitas tanaman pangan dan holtikultura (7) Kertersediaan pangan masyarakat (8) Kesempatan kerja dan perlindungan terhadap tenaga kerja (9) Bencana alam banjir, kekeringan, dan dampak perubahan iklim lainnya Penelitian ini merupakan replika dari penelitian Indraswari Kusumaningrum (2010), Mei Anjarwati (2012), Netty Herawati (2011) dengan tempat dan waktu penelitian yang berbeda. Kusumaningrum melakukan penelitian di Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Anjarwati penelitian di Pemerintah Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang, dan Herawati melakukan penelitian di Pemerintah Kota Jambi. Maka dari uraian diatas dan seluruh pertimbangan penulis, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:

10 PENGARUH PENGENDALIAN AKUNTANSI TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG 1.2 Identifikasi Masalah Dari permasalahan yang timbul di atas maka kajian ini ditujukan untuk mengetahui dan diteliti: Apakah terdapat pengaruh pengendalian akuntansi terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dilakukan penelitian ini adalah untuk mencari, mengumpulkan, dan mendapatkan data yang dapat memberikan informasi serta mendapatkan gambaran mengenai seberapa pengaruh akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Adapun tujuan peneltian ini adalah: Menguji sejauh mana pengaruh pengendalian akuntansi terhadap kinerja instansi pemerintah 1.4 Kegunaan hasil penelitian 1. Bagi peneliti Dengan adanya penelitian ini, penulis dapat lebih mendapatkan pemahaman dan pengenalan terhadap pengendalian akuntansi dan akuntabilitas kinerja instansi di Kabupaten Subang.

11 2. Bagi pemerintah Sebagai alat bantu dalam menilai pengaruh pengendalian akuntansi dilihat dari akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. 3. Bagi pihak lain Penelitian ini diharapkan berguna untuk penelitian selanjutnya terutama mengenai pengendalian akuntansi dan akuntabilitas instansi pemerintah. 4. Bagi Rekan mahasiswa Dengan penelitian ini, semoga dapat digunakan sebagai sumber informasi, bahan rujukan dan referensi untuk kemungkinan penelitian topik-topik yang berkaitan, baik bersifat lanjutan, melengkapi ataupun menyempurnakan. 1.5 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Pemerintah Daerah Kabupaten Subang yang beralamat di jalan Dewi Sartika no 2 Subang Tlp (0260) 415507 dengan rentang waktu antara Agustus 2016-Oktober 2016.