BUAH-BUAHAN LANGKA HUTAN PEGUNUNGAN MERATUS Muda Sagala Salah satu kekayaan alam yang dimiliki rimba belantara borneo adalah melimpahnya jenis-jenis tumbuhan yang menyebar mulai dari pinggiran sungai hingga perbukitan, keanekaragaman jenis tumbuhan tersebut menghasilkan beberapa komoditas dan hasil hutan baik itu yang berbentuk daun, akar, batang, getah, bunga atau buah. Salah satu produk hasil hutan non kayu adalah buah, keberadaannya sebagai sumber pakan margasatwa dan perannya sebagai unsur penting regenerasi hutan sangat melekat dalam kehidupan masyarakat sekitar hutan yang memanfaatkannya juga sebagai salah satu sumber vitamin dan protein dalam menu makanan mereka sehari-hari.
Bila melihat pada tempat tumbuhnya, buah bisa dibagi kedalam 2 golongan, yaitu pertama adalah golongan buah budidaya yang sengaja ditanam di lahan-lahan pertanian atau perkebunan, dan dipanen pada saat musim panen secara teratur. Buah-buahan hasil tanaman pekarangan dan kebun yang dijual setiap hari oleh pada pedagang di Pasar Terapung Lok Baintan. Selain sawah yang ditanami padi,masyarakat Kalimantan selatan di pedesaan juga masih memiliki kebun yang biasa mereka tanami dengan buah-buahan atau kebun karet.
Beberapa buah-buahan umum yang dikenal baik oleh masyarakat seperti jeruk, nanas,pepaya, mangga, pisang, sawo,durian, masih mudah kita temukan di sepanjang jalan atau pasar tradisional, bahkan tak sedikit dari buah-buah tersebut kita temukan di supermarket besar karena selain buah buah tersebut ditanam dalam skala besar juga adanya suplai buah impor atau didatangkan dari daerah lain. Buah-buahan Kampung atau pahumaan ( Ladang : red ) seperti jantik-jantik, asam kuranji, tiwadak, langsat, mentega kasturi,pepaken, kapul, ramania dan buah bundar walaupun agak sukar namun masih bisa kita temukan pada waktu dan tempat tertentu di pasar tradisonal atau penjual buah musiman yang khusus menyediakan buah-buahan tersebut. Golongan lain adalah buah dari pohon yang berada di hutan namun sengaja dipelihara secara alami oleh masyarakat sekitar dan hanya dipetik buahnya pada saat-saat yang mereka inginkan saja. Tentu saja perlakuan yang berbeda ini mengakibatkan ketersediaan dan keberadaan buah-buah tersebut di pasaran mengalami perbedaan pula, buah yang memang sengaja ditanam, relatif mudah kita dapatkan di pasar besar atau tradisional hampir sepanjang waktu, kecuali buah-buahan yang tergantung musim panen, sedangkan buah-buahan hutan yang tumbuh alami dan hanya dipanen disaat tertentu dengan jumlah terbatas sangat sukar dan hampir mustahil kita dapatkan di pasaran umum bahkan jika kita niatan datang ke tempat dimana buah itu ditanampun tidak sedikit yang gagal karena jumlahnya yang sangat terbatas. Buah-buahan dari pegunungan Meratus yang langka dan beberapa dari mereka sangat sukar untuk dijumpai di pasaran umum.
Jenis-jenis buah-buahan hutan yang biasanya terdapat di rimba belantara pegunungan dataran rendah dibawah ini termasuk sangat langka dan hampir tak bisa kita jumpai bila tanpa usaha yang keras. Buah-buah tersebut seperti karantungan, laung, mantebongan,gitaan, dll adalah golongan buah yang kurang dikenal baik di masyarakat Kalimantan Selatan pada umumnya karena selain tidak tumbuh di tempat sekitar mereka, juga hampir tak ada penjual buah yang menyediakan buahbuahan ini untuk dijual, rata-rata pemetik buah hanya mengambil secukupnya dan hanya dikonsumsi oleh keluarga atau tetangga mereka saja, hal yang melatarbelakanginya tentu saja karena akses utk mencapai buah-buahan sangat sulit, mereka harus menempuh jalan panjang dan medan yang cukup berat mendaki gunung dan masuk kedalam hutan lebat sehingga sangat sulit bagi mereka untuk membawa buah-buahan tersebut keluar hutan dalam jumlah besar.
Buah-buahan hutan tersebut sebenarnya sangat menarik untuk dikenal apalagi mencicipinya, rasanya bervariasi, bentuk dan rasa buah-buah-buah ini memeliki kemiripan dengan buah-buah yang telah kita kenal dengan baik, seperti contoh buah laung dan karantungan, bentuknya hampir mirip dengan durian dan pepaken, namun bila kita mencicipinya, buah-buah ini memiliki rasa dan tektur yang sangat berbeda, masing-masing buah tersebut ternyata memiliki sifat dan rasa yang khas, beberapa buah-buahan hutan langka diakui oleh sebahagian masyarakat memiliki rasa yang lebih nikmat dari buah yang biasa mereka makan, seperti buah karantungan yang banyak diakui sebagai buah yang paling nikmat diantara kelompok buah lain yang memiliki bentuk mirip durian. Pada sebuah kesempatan yang sangat langka di desa Pangelak Kecamatan Kapul Kabupaten Balangan, pihak panitia secara khusus menyediakan buah-buahan hutan yang sangat langka hadapan pengunjung dan penonton dalam sebuah acara gelar budaya tahunan di desa tersebut. Menurut penuturan salah satu panitia, buah-buahan tersebut sengaja didatangkan dari pedalaman pegunungan meratus dengan mengerahkan sejumlah pemuda dayak yang tangguh dan menguasai wilayah dimana buah-buahan tersebut berada. Diperlukan waktu 4 hari perjalanan pulang pergi untuk mendapatkan buah-buahan ini untuk kemudiaan menyajikannya di hadapan pengunjung. Hebatnya lagi sebagai bentuk keramah-tamahan dan penghargaan bagi tamu-tamu mereka, buahbuahan ini disediakan gratis bagi siapa saja yang ingin mencicipinya, padahal untuk mendapatkan buah tersebut mereka harus mempertaruhkan waktu, dan tenaga yang tak sedikit.
Menurut informasi masyarakat sekitar, buah-buah ini kadang dapat mereka dapatkan di pasar desa tersebut dalam jumlah terbatas di saat tertentu saja, kami harus datang pagi-pagi sekali hanya untuk menunggu pemetik buah turun ke pasar bila ingin mendapatkan buah-buah tersebut bisa dibayangkan bila masyarakat sekitar saja sudah sangat sukar mendapatkan buah tersebut apalagi masyarakat yang jauh, apabila penikmat buah yang sedikit saja sudah harus berebut apalagi masyarakat banyak. Masyarakat yang berebut mencicipi buah-buahan langka yang berasal dari pedalaman hutan Meratus, buah-buah tersebut didatangkan khusus hanya untuk disuguhkan secara gratis bagi tamu-tamu mereka, padahal perlu tenaga dan waktu yang sangat besar untuk memperolehnya.
Tak ada data yang memadai mengenai jumlah dan potensi pohon-pohon ini di Kalimantan selatan, perlindungan dan perhatian yang diberlakukan pada pohon-pohon jenis buah-buahan ini masih mengandalkan Hukum Rimba sepenuhnya, Upaya untuk melestarikan dan mengembangkan buahbuahan ini dirasa masih sangat minim, masih kalah jauh dengan laju deforestasi dan pembukaan lahan skala besar yang mengancam kelangsungan jenis-jenis buah ini dari rimba hutan Kalimantan. Hingga suatu saat nanti anak cucu kita hanya dapat melihat fotonya saja tanpa sanggup untuk melihat langsung, menyentuh apalagi mencicipinya.