4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN"

Transkripsi

1 29 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Keadaan Fisik 4.. Letak dan Luas Wilayah Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar (2), Kecamatan Karang Intan dengan luas wilayah 25,65 km 2 secara administrasi termasuk dalam wilayah Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. Secara administrasi batas-batas wilayah Kecamatan Karang Intan adalah, Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pengaron, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Aranio, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanah Laut, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Martapura dan Kota Banjarbaru. Secara geografis, Kecamatan Karang Intan terletak pada posisi LS dan BT. Kecamatan Karang Intan terdiri dari 26 Desa, dan 2 diantaranya merupakan lokasi yang dijadikan penelitian yaitu Desa Mandiangin Barat dan Desa Bi ih dengan luas masing-masing desa yaitu 5,64 km 2 dan 4,63 km Topografi Topografi Desa Mandiangin Barat dan Desa Bi ih secara umum datar sampai bergelombang dengan ketinggian mencapai m dpl. Untuk daerahdaerah perkebunan karet, dukuh, dan ladang yang terletak di bukit-bukit atau di gunung-gunung di belakang pemukiman masyarakat, topografinya dapat dikategorikan bergelombang, berbukit sampai bergunung-gunung dengan notasi kemiringan 5% sampai 25% (BPS 2). Berdasarkan laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat dikemukakan bahwa bukit-bukit atau gununggunung tersebut merupakan suatu sistem pegunungan dengan ketinggian lebih dari 3 m dpl, dan sebagian merupakan sistem perbukitan dengan ketinggian di bawah 3 m dpl. Kedua sistem tersebut sama-sama mempunyai lereng yang terjal dan puncak bukit yang sempit. Di antara bukit dan gunung tersebut mengalir sungai-sungai besar dan kecil yang berada di dalam Sub DAS Riam Kanan, DAS Barito.

2 Iklim Keadaan iklim di lokasi penelitian merujuk pada data sekunder dari Badan Meteorologi dan Geofisika Banjarbaru, untuk Kecamatan Karang Intan berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson termasuk tipe iklim B dengan curah hujan tahunan rata-rata berkisar antara 2 mm sampai 3 mm pertahun. Temperatur udara rata-rata maksimal 33,75 C dan rata-rata minimal 22,3 C dengan kelembaban rata-rata maksimal 99,42% dan rata-rata minimal 56%. Sedangkan evaporasi rata-rata harian pada musim hujan adalah 3,4 mm dan pada musim kemarau 3,8 mm. Adapun kecepatan angin rata-rata maksimal 2,8 knot dan rata-rata minimal,35 knot, dengan tekanan udara rata-rata maksimal 4,37 milibar dan rata-rata minimal 9,85 milibar dan persentase lamanya penyinaran matahari rata-rata maksimal 6,% dan rata-rata minimal 32,% (BPS 2) Tanah Jenis tanah yang mendominasi Kecamatan Karang Intan adalah podsolik merah kuning dan latosol, serta jenis tanah alluvial untuk daerah tepi sungai. Bahan induk tanah tersebut berasal dari batuan beku dan endapan (BPS 2). 4.2 Keadaan Sosial Ekonomi 4.2. Kependudukan Berdasarkan data statistik Kecamatan Karang Intan Dalam Angka Tahun 2, jumlah penduduk Kecamatan Karang Intan adalah jiwa yang terdiri dari laki-laki dan 5.24 perempuan, dengan jumlah rumah tangga sebanyak KK, dan rata-rata kepadatan penduduk adalah 42 jiwa per km 2. Semua penduduk tersebut adalah warga Negara Indonesia yang didominasi oleh suku Banjar. Suku lainnya adalah Jawa dan Madura. Adapun keadaan penduduk pada dua desa yang menjadi lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 5.

3 3 Tabel 5 Keadaan penduduk di Desa Mandiangin Barat dan Desa Bi ih No. Jumlah Penduduk Desa Mandiangin Barat Bi ih. Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk Sex Ratio Jumlah Rumah Tangga Rata2 Penduduk (Jiwa/km 2 ) Sumber: Kecamatan Karang Intan Dalam Angka Tahun 2 Berdasarkan penggolongan usia produktif dan non produktif, diketahui bahwa sekitar 72% penduduk di Kecamatan Karang Intan termasuk dalam kelompok usia produktif (usia 5 59 tahun), sedangkan usia non produktif sekitar 28% (usia -4 tahun dan usia 6 tahun ke atas). Usia produktif di Desa Mandiangin Barat berjumlah.542 jiwa (7,99%), sedangkan usia produktif di Desa Bi ih berjumlah.83 jiwa (72,98%) Tingkat Pendidikan Rata-rata tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Karang Intan umumnya serta Desa Mandiangin Barat dan Desa Bi ih khususnya relatif masih rendah karena masih banyaknya masyarakat yang tidak tamat SD atau hanya tamat SD. Alasan utama masyarakat tidak melanjutkan pendidikan adalah kebutuhan ekonomi. Mahalnya biaya pendidikan dan jarak sekolah lanjutan yang relatif jauh sehingga biaya transportasi menjadi mahal membuat masyarakat tidak menyekolahkan anggota keluarganya ke jenjang yang lebih tinggi. Kondisi tingkat pendidikan penduduk di Desa Mandiangin Barat dan Desa Bi ih adalah sebagaimana Tabel 6.

4 32 Tabel 6 Tingkat pendidikan penduduk di Desa Mandiangin Barat dan Desa Bi ih No. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Mandiangin Barat Bi ih. Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi/Perguruan Tinggi 6 5. Tidak/Belum Tamat SD Belum Sekolah 45 4 Sumber: Kecamatan Karang Intan Dalam Angka Tahun Mata Pencaharian Masyarakat di Desa Mandiangin Barat dan Desa Bi ih Kecamatan Karang Intan sebagian besar (8-83%) bekerja sebagai petani, yaitu penggarap sawah dan pengelola kebun karet. Petani pada masyarakat Desa Mandiangin Barat dan Desa Bi ih Kecamatan Karang Intan berdasarkan jenis lahan garapan terdiri dari petani sebagai penggarap sawah saja, pengelola kebun karet saja serta penggarap sawah dan juga pengelola kebun karet. Lahan sawah dan kebun karet yang diusahakan masyarakat seluruhnya milik pribadi masyarakat. Tabel 7 Mata pencaharian masyarakat di Desa Mandiangin Barat dan Desa Bi ih No. Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Mandiangin Barat Bi ih. Petani Buruh PNS/TNI Pensiunan Pedagang Lainnya Sumber: Kecamatan Karang Intan Dalam Angka Tahun 2 Dari Tabel 7 tersebut diketahui bahwa yang memiliki mata pencaharian pokok sebagai petani di Desa Mandiangin Barat, sebanyak.279 jiwa (82,94%), sedangkan di Desa Biih sebanyak 959 jiwa (8,7%). Keadaan tersebut menunjukkan bahwa penduduk pada Desa Mandiangin Barat dan Desa Bi ih merupakan masyarakat agraris dengan klasifikasi sebagai desa swasembada pangan.

5 Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kecamatan Karang Intan terdiri dari pemukiman/pekarangan/lahan untuk bangunan dan halaman, sawah, kebun/dukuh, ladang/huma, penggembalaan/padang rumput, kolam/tebat/empang, lahan kering yang tidak diusahakan, hutan negara, perkebunan, dan lain-lain dengan luas masing-masing sebagaimana tercantum pada Tabel 8. Tabel 8 Penggunaan lahan di Kecamatan Karang Intan No. Penggunaan Lahan. Pemukiman/pekarangan/lahan untuk bangunan dan halaman Hektar (ha) Luas Persentase (%) 894 4,4 2. Sawah ,29 3. Kebun/dukuh ,77 4. Ladang/huma 839 3,89 5. Penggembalaan/padang rumput 279,29 6. Kolam/tebat/empang,46 7. Lahan kering yang tidak diusahakan ,77 8. Hutan Negara 23,6 9. Perkebunan 55 2,55. Lain-lain ,78 Jumlah 2.585, Sumber: Kecamatan Karang Intan Dalam Angka Tahun 2. Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa penggunaan lahan untuk kebun/dukuh dan sawah merupakan dua penggunaan lahan terbesar di wilayah Kecamatan Karang Intan. Penggunaan lahan yang paling besar adalah untuk kebun/dukuh seluas ha (27,77%) sedangkan yang kedua adalah untuk sawah seluas ha (2,29%) dari total lahan keseluruhan seluas ha. Data ini menunjukkan bahwa penggunaan lahan untuk kebun/dukuh di Kecamatan Karang Intan masih sangat luas, meskipun pengelolaan kebun/dukuh tersebut hanya sebagai pekerjaan sampingan, karena pekerjaan pokok mereka mayoritas adalah sebagai petani penggarap sawah dan atau petani pengelola kebun karet.

6 Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang terdapat di Kecamatan Karang Intan umumnya serta Desa Mandiangin Barat dan Desa Bi ih khususnya masih sangat minim. Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Mandiangin Barat dan Desa Bi ih seperti rumah, kantor desa, balai pertemuan, sekolah, puskesmas pembantu, polindes, posyandu, Mesjid, Musholla/Langgar, serta jalan pada umumnya masih sangat sederhana. Adapun keadaan sarana dan prasarana di Desa Mandiangin Barat dan Desa Bi ih secara rinci dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Keadaan sarana dan prasarana di Desa Mandiangin Barat dan Desa Bi ih No. Sarana dan Prasarana. Infrastruktur dan perumahan a. Rumah b. Kantor Desa c. Balai Pertemuan 2. Fasilitas pendidikan (sekolah) a. TK b. SD c. SLTP d. SLTA 3. Fasilitas Kesehatan a. Puskesmas b. Puskesmas Pembantu c. Polindes d. Posyandu 4. Fasilitas Agama (Ibadah) a. Mesjid b. Musholla/Langgar c. Gereja d. Pura e. Wihara 5. Jalan Umum (lebar 3 meter) a. Aspal (km) b. Kerikil (km) Desa Mandiangin Barat Bi ih Sumber: Kecamatan Karang Intan Dalam Angka Tahun Keterangan Negeri & Swasta Penduduknya % Beragama Islam

7 Karakteristik Responden 4.3. Umur Rata-rata umur keseluruhan responden adalah 52,92 tahun dengan selang antara 3 sampai 85 tahun. Khusus untuk Komunitas Dukuh Mandiangin Barat rata-rata umur responden adalah 46,77 tahun dengan selang antara 3 sampai 62 tahun, sedangkan pada Komunitas Dukuh Bi ih rata-rata umur responden lebih tinggi yaitu 59,7 tahun dengan selang antara 35 sampai 85 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden tergolong dalam umur produktif (5-59 tahun) sehingga responden di daerah penelitian masih potensial dan produktif untuk melakukan kegiatan pertanian dan kegiatan lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa masyarakat yang memiliki dan mengelola dukuh adalah petani dari berbagai klasifikasi umur, tidak hanya yang berumur tua, tetapi juga yang masih berumur relatif muda (3 sampai 85 tahun). Tabel Sebaran umur responden No. Komunitas Dukuh Komunitas Dukuh Kelompok Umur Mandiangin Barat Bi ih Responden Jumlah Persentase Jumlah Persentase (Tahun) (responden) (%) (responden) (%) ,33 3, ,67 4 3, , 2 4, , 7 23, , 3, , 5 6,67 Jumlah 3, 3, Rata-rata 46,77 tahun 59,7 tahun Rata-rata umur keseluruhan responden 52,92 tahun Sumber: Hasil Analisis dari data primer, Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan formal responden pada ke dua komunitas di lokasi penelitian tersebut termasuk pada kategori rendah. Pada Komunitas Dukuh Mandiangin Barat sebagian besar responden (7%) hanya sampai pada tingkat SD, sedangkan pada Komunitas Dukuh Bi ih sebagian besar responden (53%) hanya

8 36 sampai pada tingkat SD. Tingkat pendidikan responden hingga SLTP pada Komunitas Dukuh Mandiangin Barat sebanyak 2%, sedangkan pada Komunitas Dukuh Bi ih sebanyak 6,67%. Selanjutnya untuk tingkat pendidikan hingga SLTA pada Komunitas Dukuh Mandiangin Barat sebanyak %, sedangkan pada Komunitas Dukuh Bi ih sebanyak 23,33%. Pada Komunitas Dukuh Mandiangin Barat tidak ada responden yang memiliki tingkat pendidikan hingga Akademi/Perguruan Tinggi, sedangkan pada Komunitas Dukuh Bi ih terdapat 2 orang responden (6,67%) yang memiliki tingkat pendidikan hingga Akademi/Perguruan Tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh responden pernah mengecam pendidikan meskipun sebagian besar hanya sampai tingkat SD/SR. Tabel Tingkat pendidikan responden Komunitas Dukuh Komunitas Dukuh No. Pendidikan Mandiangin Barat Bi ih Responden Jumlah Persentase Jumlah Persentase (responden) (%) (responden) (%). SR/SD 2 7, 6 53,33 2. SLTP 6 2, 5 6,67 3. SLTA 3, 7 23,33 4. AKADEMI/PT, 2 6,67 Jumlah 3, 3, Sumber: Hasil Analisis dari data primer, Jumlah Anggota Keluarga Besar kecilnya jumlah anggota keluarga akan memberikan kontribusi dalam ketersediaan tenaga kerja dan akan mempengaruhi pemasukan keluarga serta mempengaruhi besar kecilnya konsumsi keluarga. Rata-rata jumlah anggota keluarga responden pada ke dua Komunitas secara keseluruhan adalah 3,2 jiwa, di mana untuk Komunitas Dukuh Mandiangin Barat rata-rata jumlah anggota keluarga responden adalah 3,2 jiwa sedangkan pada Komunitas Dukuh Bi ih rata-rata 3,3 jiwa. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki jumlah anggota keluarga 4 orang ke bawah pada Komunitas Dukuh Mandiangin Barat adalah 26 responden (86,67%), pada Komunitas Dukuh Bi ih sebanyak 28 responden (93,33%). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga sebagai tenaga kerja responden pada kedua komunitas cukup kecil. Anggota

9 keluarga merupakan sumber tenaga kerja utama dalam kegiatan pertanian, baik untuk pengelolaan sawah, kebun karet, maupun untuk pengelolaan dukuh yang diusahakan oleh keluarga petani, apabila ketersediaan tenaga kerja dalam rumah tangga untuk pengelolaan kegiatan-kegiatan pertanian tersebut tidak ada atau kurang, maka masyarakat akan memanfaatkan tenaga kerja dari pihak keluarga terdekat, tetangga maupun tenaga kerja dari luar desa. Tabel 2 Jumlah anggota keluarga responden No. Komunitas Dukuh Komunitas Dukuh Jumlah Anggota Mandiangin Barat Bi ih Keluarga Responden Jumlah Persentase Jumlah Persentase (jiwa) (responden) (%) (responden) (%). 2 33,33 33, ,33 8 6, , 2 6, ,33, Jumlah 3, 3, Rata-rata 3,2 jiwa 3,3 jiwa Rata-rata keseluruhan responden 3,2 jiwa Sumber: Hasil Analisis dari data primer, Mata Pencaharian Sebagian besar mata pencaharian pokok responden pada ke dua komunitas adalah bertani (sawah dan karet) yaitu sebanyak 2 responden (7,%) pada Komunitas Dukuh Mandiangin Barat, dan 26 responden (86,67%) pada Komunitas Dukuh Bi ih. Adapun responden yang mempunyai mata pencaharian pokok bukan petani seperti PNS/Pensiunan, tukang, sopir, bidan kampung dan buruh, juga tetap melakukan kegiatan pengelolaan dukuh sebagai pekerjaaan sampingan. Kegiatan pengelolaan dukuh dilakukan oleh responden tersebut pada saat waktu senggang atau di luar jam kerja dari melakukan pekerjaan pokoknya, dan atau dibantu oleh anggota keluarga yang lain seperti isteri serta anak-anak mereka dalam kegiatan pengelolaan dukuh, yang pasti bahwa seluruh responden memiliki dukuh sebagai pekerjaan sampingan mereka.

10 38 Tabel 3 Mata pencaharian pokok responden Komunitas Dukuh Komunitas Dukuh No. Mata Pencaharian Mandiangin Barat Bi ih Pokok Responden Jumlah Persentase Jumlah Persentase (responden) (%) (responden) (%). Petani 2 7, 26 86,67 2. PNS/ Pensiunan 3,33 4 3,33 3. Tukang 4 3,33, 4. Sopir 3,33, 5. Bidan kampung 3,33, 6. Buruh 2 6,67, Jumlah 3, 3, Sumber: Hasil Analisis dari data primer, Luas Kepemilikan Dukuh Luas dukuh yang dimiliki oleh responden pada ke dua komunitas berkisar antara, ha 3, ha. Adapun rata-rata luas kepemilikan dukuh untuk seluruh responden pada ke dua komunitas adalah,73 ha, di mana untuk Komunitas Dukuh Mandiangin Barat rata-rata luas kepemilikan dukuh responden adalah,36 ha, sedangkan pada Komunitas Dukuh Bi ih rata-rata, ha. Data ini menunjukkan bahwa rata-rata luas kepemilikan dukuh masyarakat pada Komunitas Dukuh Mandiangin Barat lebih kecil daripada rata-rata luas kepemilikan dukuh masyarakat pada Komunitas Dukuh Bi ih. Secara umum rata-rata luas kepemilikan dukuh pada ke dua komunitas masih cukup luas, terutama pada Komunitas Dukuh Bi ih masih sangat luas. Luas kepemilikan dukuh ini tentunya akan sangat berpengaruh pada besarnya pendapatan yang akan diterima oleh masyarakat dari hasil dukuh tersebut. Tabel 4 Luas kepemilikan dukuh responden No. Komunitas Dukuh Komunitas Dukuh Luas Kepemilikan Mandiangin Barat Bi ih Dukuh Jumlah Persentase Jumlah Persentase (ha) (responden) (%) (responden) (%).,, ,33 2 4, 2.,6, 5 6,67 5 6,67 3.,,5, 6 2, 4.,5 2,, 5 6, , 2,5, 3, ,5 3,, 3,33 Jumlah 3, 3, Rata-rata,36 ha, ha Rata-rata keseluruhan responden,73 ha Sumber: Hasil Analisis dari data primer, 22.

11 Sistem Pengelolaan Dukuh 4.4. Proses Terbentuknya Dukuh Menurut Hafizianor (22), Dukuh di Kecamatan Karang Intan mulai terbentuk seiring terjadinya perubahan pola bercocok tanam dari pola perladangan bergilir ke pola perladangan menetap sejak tahun 83. Dukuh yang merupakan peninggalan (warisan) dari kakek nenek tersebut sampai sekarang masih terpelihara keberadaannya. Generasi di bawahnya selalu berusaha mempertahankan keberadaan dukuh yang memiliki fungsi sosial-ekonomi dan lingkungan yang handal karena berdasarkan keyakinan mereka bahwa harta warisan berupa dukuh tersebut tidak boleh dijual kecuali dalam kondisi tertentu atau keadaan yang sangat terpaksa. Lahan yang menjadi lokasi dukuh awal mulanya hanya merupakan suatu hamparan luas yang terdiri dari semak belukar, padang alang-alang dan sedikit hutan alam dengan luasan yang relatif kecil. Di areal kosong yang penuh dengan padang alang-alang dan semak belukar tersebut secara berkelompok atau secara individual (keluarga) masyarakat suku Banjar dari Martapura yang berjarak sekitar 2 km dari lokasi berdatangan ke lokasi tersebut dengan tujuan untuk berladang atau berkebun. Tekanan ekonomi yang cukup berat akibat penjajahan Belanda mendorong masyarakat pada saat itu melanglang buana keluar masuk hutan untuk mencari daerah yang cocok sebagai ladang atau kebun. Sebagaimana masyarakat suku Bukit 2 maka masyarakat suku Banjar pada saat itu juga mengembangkan aktivitas dan cara-cara memenuhi kebutuhan primernya dengan cara berladang. Menurut Radam (2) pekerjaan berladang telah dipandang tinggi sehingga menjadi adat nenek moyang yang harus diikuti oleh setiap warga, terlihat oleh pemberian dasar dan pembenarannya bahwa berladang tersebut adalah usaha yang telah diajarkan oleh seorang tokoh pahlawan yang mempunyai sifat-sifat keilahian. Kesadaran berladang memiliki derajat yang tinggi yang diyakini sebagai pekerjaan orang langit. Maka oleh masyarakat suku Banjar pada saat itu di lahan-lahan kosong non-produktif tersebut didirikan lampau 3. Di sekitar 2 Nama suku pedalaman di Kalimantan Selatan 3 Pondok-pondok kecil sebagai tempat tinggal sementara

12 4 lampau tersebut masyarakat melakukan aktivitas perladangan dan sambil berladang mereka juga melakukan penanaman tanaman buah dan karet baik secara campuran ataupun secara terpisah. Dari waktu kewaktu dan secara turun temurun proses tersebut terus berlangsung yang pada akhirnya dengan motto parang kada lapas di awak 4 areal kosong yang tidak produktif tersebut berubah menjadi pemukiman/perkampungan dengan tanaman buah-buahan dan karet yang terhampar luas menghijau Penanaman/Permudaan Sebagian besar pohon buah yang terdapat di dalam dukuh saat ini sudah berumur tua hingga ratusan tahun, tetapi secara umum produksinya pada setiap musim buah masih tinggi. Berdasarkan kondisi tersebut kegiatan permudaan atau penanaman tanaman buah hanya dilakukan seperlunya. Proses permudaan hanya berlangsung secara alami dimana anakan yang terdapat di dalam dukuh berasal dari biji-biji buah yang tertinggal. Jika anakan tersebut tumbuh pada lokasi yang tepat, tidak ternaungi secara keseluruhan oleh tajuk pohon diatasnya maka anakan tersebut akan dipelihara oleh masyarakat, tapi jika tumbuh pada lokasi yang kurang tepat anakan tersebut akan dimatikan atau dipindahkan ke lokasi yang tepat. Masyarakat pemilik dukuh membuat dukuh-dukuh baru pada lahan kosong atau di bawah tegakan pohon karet yang sudah tua dan sebagian sudah ditebang. Kesadaran membuat dukuh baru di luar dukuh yang lama dilakukan masyarakat karena mereka menyadari akan arti penting dukuh sebagai sebuah investasi untuk anak cucu mereka. Proses pembuatan dukuh di areal tegakan pohon karet tua dilakukan dengan menanam bibit tanaman buah yang jenisnya sama dengan tanaman buah pada dukuh tua misalnya seperti durian, langsat, cempedak dan rambutan. Penanaman dilakukan pada awal musim hujan agar tanaman tidak mati kekeringan. Jarak tanamnya tidak beraturan, tetapi hanya mengikuti keadaan areal dimana ada lokasi kosong maka dilokasi tersebut akan dilakukan penanaman. Pada areal yang masih kosong proses pembuatan dukuh diawali 4 Motto atau semboyan yang dipegang oleh petani agar selalu bekerja keras, yang dalam bahasa Indonesia berarti Parang Selalu Melekat di Badan.

13 4 dengan penanaman pohon pisang yang dapat berfungsi sebagai naungan kemudian setelah itu baru dilakukan penanaman tanaman buah yang terdiri dari durian, langsat dan cempedak. Langsat ditanam di antara durian dan cempedak dengan jarak tanam 8 x 9 m 2 atau 5 x 5 m 2 diatur sedemikian rupa agar tidak terganggu dan tidak mengganggu tanaman pisang. Secara bertahap kalau pertumbuhannya sudah stabil pohon-pohon pisang sebagian akan dibuang. Dalam pembuatan dukuh ini bibitnya berasal dari bibit lokal dimana masyarakat menyemai sendiri dari biji yang berasal dari pohon buah unggul; dari segi rasa, aroma dan warna yang diperoleh dari dukuh tua. Berdasarkan pengalaman seorang responden jika dipelihara secara intensif durian akan berbuah pada umur delapan tahun dan cempedak akan berbuah pada umur lima tahun. Adapun yang menjadi pertimbangan masyarakat di dalam memilih jenis tanaman buah yang ditanam di areal dukuh yaitu () jenis tanaman buah tersebut cocok tumbuh dengan kondisi ekologis setempat yang dicerminkan oleh keberadaan jenis tanaman buah tersebut tumbuh di dalam dukuh (2) secara ekonomi menguntungkan karena permintaan pasar cukup tinggi Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan dukuh dapat berlangsung pada dukuh tua dan dukuh muda yang baru dibuat. Pada dukuh tua intensitas pemeliharaan dukuh akan mulai dilakukan pada awal musim berbuah yaitu ketika tanaman buah mulai berbunga sampai kegiatan panen selesai. Kegiatan pemeliharaan berupa penyiangan tanaman bawah, pada pohon durian dilakukan sebelum kegiatan panen dengan tujuan untuk memudahkan pemungutan durian-durian yang jatuh, pada pohon cempedak dilakukan justru setelah panen selesai dimana sisa-sisa penyiangan tersebut dibiarkan membusuk di bawah tegakan cempedak, pada tanaman langsat penyiangan tanaman bawah tidak terlalu perlu dilakukan dengan alasan untuk menjaga kelembaban tanah. Bentuk pemeliharaan yang lain berupa pemberian garam ke dalam parit di sekitar pohon durian setelah panen selesai dan pengamanan bunga dan buah tanaman dukuh dari serangan binatang pengganggu. Dalam satu tahun kegiatan pemeliharaan dukuh tua pada dukuh gunung berlangsung satu sampai dua kali tapi pada dukuh rumah sebagian masyarakat

14 42 akan melakukan pemeliharaan rutin jika ada waktu senggang di luar pekerjaan pokok. Pemeliharaan pada dukuh muda yang baru dibuat dilakukan dengan cara penyiangan, pendangiran dan pemupukan seperlunya. Tujuan dari pendangiran dan penyiangan adalah untuk menggemburkan tanah, merangsang pertumbuhan tanaman dan memudahkan pemeliharaan. Sedangkan pemupukan bertujuan untuk memelihara kesuburan tanah dan memberikan unsur hara ke dalam tanah baik secara langsung ataupun tidak langsung. Masyarakat biasanya lebih senang menggunakan pupuk kandang atau kompos Pemanenan Buah yang dipanen biasanya jika mencapai kematangan optimum dan memiliki sifat-sifat yang dapat diterima dari segi warna, bau aroma, tekstur dan sifat-sifat lainnya. Buah yang dipanen baik dalam keadaan tua (buah-buahan yang klimakterik) yang matang setelah dipetik maupun dalam keadaan matang (nonklimakterik) yang tidak akan menjadi lebih matang setelah dipetik. Kualitas buah yang dipanen sangat dipengaruhi oleh dua faktor: pertama, kemampuan pemetik untuk memilih buah yang tua, dan kedua, cara memanen yang dilakukan. Pemanenan pada setiap pohon buah menggunakan cara yang berbeda-beda menurut masing-masing jenis buahnya. Pemanenan pada pohon durian dengan cara membiarkan buah masak sampai jatuh ke tanah. Oleh karena itulah setiap pemilik dukuh pada musim buah akan berjaga di lampau-lampau kecil di dalam dukuh untuk memunguti buah durian yang jatuh. Banyaknya buah yang jatuh tergantung tingkat kelebatan pohon berbuah tapi biasanya ± 2 biji/pohon/hari yang dapat berlangsung selama satu bulan dan dalam satu pohon bisa menghasilkan buah sebanyak 2 sampai 3 biji tapi ada juga yang sampai 5 biji dalam satu pohon. Cara pemanenan seperti ini selain karena disebabkan pohon durian tersebut tumbuhnya terlalu tinggi, juga dalam rangka menjaga kualitas buah. Pohon durian yang pemanenannya dengan cara dipetik pada musim buah berikutnya akan menghasilkan kualitas buah yang kurang bagus.

15 Pemanenan buah langsat dilakukan dengan menggunakan galah 5, bisa dipetik dari tanah atau dengan cara memanjat sebagian pohon langsat, dalam satu pohon dapat menghasilkan l 2 pikul 6. Pada pohon cempedak yang bisa berbuah dari ketinggian kurang lebih satu meter dari atas tanah agar tidak merusak buah yang belum matang masyarakat biasanya memanen dengan sigai 7, alat panjat seperti tangga terbuat dari bambu yang diletakkan permanen di samping pohon cempedak. Kemudian agar buah yang dipetik tidak diserang lalat buah ketika masih berumur sekitar dua bulan buah dibungkus. Buah akan matang setelah 3 6 bulan dihitung mulai awal pembungaan, tergantung kepada genotipe dan iklim. Cempedak biasanya berbuah lebat seperti nangka, bergelayutan di batang dan di dahan dalam satu pohon buahnya dapat menghasilkan l 3 biji, produk hasil utama dukuh berupa buah durian, cempedak, langsat dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5 Estimasi hasil produksi dukuh pada tiga jenis tanaman buah Jenis Tanaman buah Hasil Buah/Pohon Harga Jual Ditempat (Rp) Durian Panen I < 2 biji 8. s/d 3./ biji Panen II 2 3 biji 5. s/d./ biji Panen III < 2 biji. s/d 2./ biji Cempedak Panen I < biji 5. s/d./ biji Panen II 2 biji 3. s/d 4./ biji Panen III < biji. s/d 2./ biji Langsat Panen I < pikul 5. s/d 6./ pikul Panen II - 2 pikul 6. s/d 8./ pikul Panen III < pikul 8. s/d../ pikul Sumber: Hasil Analisis dari data primer, 22. Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa dengan tiga fase panen yang berbeda menyebabkan harga jual yang berbeda pula. Pada bulan Juli-September tanaman buah di dalam dukuh akan mulai berbunga secara bergantian pada jenis tanaman buah yang berbeda. Pada bulan Oktober Desember akan mulai dilakukan kegiatan pemanenan. Secara berurutan kegiatan pemanenan akan dimulai pada durian kemudian cempedak dan terakhir langsat Alat pemetik buah langsat yang terbuat dari kayu. 6 Satuan berat menurut istilah lokal, pikul sama dengan kwintal ( kg). 7 Alat pemanjat pohon yang dibentuk seperti tangga yang dibuat dari bambu.

16 44 Panen pertama pada durian akan berlangsung ketika jenis tanaman buah yang lain belum siap untuk dipanen sehingga harga jual durian pada panen pertama jauh lebih tinggi dibanding panen kedua. Penurunan harga pada panen kedua disebabkan keberadaan buah durian melimpah karena terjadi panen buah durian secara serentak di dukuh-dukuh milik masyarakat ditambah dengan munculnya tanaman-tanaman buah lainnya yang sudah siap untuk dipanen. Pada panen ketiga harga jual durian kembali naik karena keberadaan buah durian sudah sangat berkurang. Keadaan tersebut berbeda dengan keadaan pemanenan cempedak. Pada cempedak dari panen pertama sampai panen ketiga harganya justru menurun. Hal ini karena disebabkan pada panen pertama cempedak masih sedikit ada di pasaran sehingga harganya mahal, sedangkan ketika dilakukan panen kedua dan ketiga cempedak dan buah-buahan lainnya melimpah di pasaran. Keadaan ini berlaku sebaliknya pada langsat yang dari panen pertama sampai ketiga harga jualnya justru menaik. Hal ini karena disebabkan pada saat panen pertama bersamaan dengan kegiatan pemanenan jenis tanaman buah yang lain sehingga harganya murah. Pada panen kedua dan ketiga harga jual langsat mulai naik seiring dengan berkurangnya keberadaan jenis tanaman buah lainnya di pasaran. Langsat memang merupakan jenis tanaman buah yang terakhir dapat dipanen dari dalam dukuh Pengaturan Hasil/Pemasaran Pengaturan hasil oleh masyarakat pemilik dukuh setelah kegiatan panen melibatkan praktek-praktek pengangkutan buah, memilah-milah atau menggolongkan buah dan memasarkannya. Pengangkutan buah dari dukuh ke rumah pada dukuh rumah biasanya menggunakan kendaraan roda dua, sedangkan pada dukuh gunung yang cuma dapat ditempuh dengan jalan kaki karena lokasinya yang jauh dan berbukit-bukit maka pengangkutan buah dilakukan dengan tenaga manusia. Pengangkutan biasanya menggunakan ladung 8. Upah 8 Alat angkut buah tradisional yang terbuat dari anyaman rotan yang digunakan dengan cara disandang di atas bahu seperti ransel.

17 45 angkut untuk satu ladung sekitar Rp 2.,- dan dalam satu hari ada yang mampu mengangkat lima kali per-satu ladung. Proses pemilahan dan penggolongan buah ditujukan pada buah durian. Setiap pohon durian memiliki kekhasan tersendiri sesuai nama-nama yang diberikan. Durian panyangat dari desa Biih merupakan durian yang dari segi kualitas buah menjadi durian terbaik nomor satu se-kalimantan Selatan. Setelah durian jatuh dari pohon pemilik dukuh akan mengelompokkan durian tersebut berdasarkan nama-namanya sehingga akan memudahkan transaksi dengan pembeli desa atau pedagang perantara dalam mematok harga setiap biji. Kegiatan pemasaran buah-buahan hasil dukuh berlangsung di dua tempat yaitu di dalam dukuh dan di rumah pemilik dukuh melalui pedagang perantara. Adapun proses pemasaran tersebut dapat digambarkan seperti diagram di bawah ini. Pemilik Dukuh Pedagang Perantara Pasar Konsumen Gambar 3 Diagram pemasaran hasil-hasil dukuh. Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa pemilik dukuh tidak langsung menjual hasil produk dukuhnya ke konsumen tetapi melalui pedagang perantara yang langsung datang ke dukuh atau ke rumah pemilik dukuh. Pedagang perantara tersebut kebanyakan berasal dari desa yang bersangkutan dan desa-desa disekitarnya. Pedagang perantara tersebut adalah penduduk yang tidak memiliki dukuh. Transaksi biasanya berlangsung cepat karena antara pemilik dukuh dan pedagang perantara sudah memahami dengan baik standar harga yang telah menjadi kesepakatan bersama. Untuk menghindari terjadinya monopoli oleh pedagang perantara tertentu pemilik dukuh tidak pernah terikat dengan hanya satu orang pembeli melalui suatu perjanjian tapi setiap pedagang perantara bebas untuk membelinya. Harga jual buah-buahan tersebut menggunakan satuan biji atau pikul seperti disebutkan dalam tabel 3. Sistem pemasaran selain dengan cara di atas ada juga dengan cara borongan. Pemilik dukuh akan menawarkan harga buah yang masih di pohon kemudian pembeli akan menaksir harganya sesuai kuantitas dan kualitas buah-

18 46 buahan yang ada di dukuh. Sistem seperti ini sangat jarang dilakukan kecuali jika pemilik dukuh berhalangan untuk mengelola sendiri panenan di dukuhnya. Pengaturan hasil panen dukuh pemasarannya masih terbatas dalam bentuk buah segar dan belum ada upaya pengolahan buah segar menjadi makanan atau buahbuahan yang dapat diawetkan, namun sejauh ini masyarakat juga tidak terlalu dipusingkan dengan proses pengawetan tersebut karena hasil dukuh berupa buah segar selalu laku dijual.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Letak geografis Kabupaten Landak adalah 109 40 48 BT - 110 04 BT dan 00

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian Desa Banjarharjo adalah salah satu desa di Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo, Daerah

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian 33 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Wilayah dan Kependudukan Kabupaten Maluku Tengah merupakan Kabupaten terluas di Maluku dengan 11 Kecamatan. Kecamatan Leihitu merupakan salah satu Kecamatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kecamatan Cikalong 4.1.1 Luas dan Letak Geografis Kecamatan Cikalong merupakan satu dari 39 kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya. Secara geografis

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km. IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Sendang Agung merupakan salah satu bagian wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung, terletak pada 104 0 4905 0 104 0 56 0 BT dan 05 0 08 0 15 0 LS,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang 38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Tebo terletak diantara titik koordinat 0 52 32-01 54 50 LS dan 101 48 57-101 49 17 BT. Beriklim tropis dengan ketinggian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak dan Luas Desa Curug Desa Curug merupakan sebuah desa dengan luas 1.265 Ha yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Desa Cipelang Desa Cipelang merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor, desa ini memiliki luas daerah

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geofrafis dan Demografis Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di wilayah Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN 2.1 Letak Geografis Sumbul Pegagan Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis Sumbul Pegagan

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 37 IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pengelolaan Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang merupakan kawasan hutan produksi yang telah ditetapkan sejak tahun

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009 33 BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16 4.1 Keadaan Wilayah Desa Sedari merupakan salah satu desa di Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang. Luas wilayah Desa Sedari adalah 3.899,5 hektar (Ha). Batas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sendiri masuk dalam Tahura WAR. Wilayah Tahura Wan Abdul

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sendiri masuk dalam Tahura WAR. Wilayah Tahura Wan Abdul 28 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Fisik Wilayah 1. Letak dan Luas Sumber Agung adalah salah satu Kelurahan yang ada di Kecamatan Kemiling Kota Madya Bandar Lampung. Kelurahan Sumber Agung

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang 79 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur 1. Keadaan Umum Pemerintahan Kecamatan Teluk Betung Timur terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara. BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografi dan Demografi Geografi Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara. Batas wilayah di Desa Naga Beralih Kecamatan Kampar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pringsewu. Keadaan Geografis Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah barat Bandar Lampung, ibukota Provinsi

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan 24 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Desa Merak Belantung

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan:

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan: IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Wilayah Sukaraja Atas 1. Letak Geografis dan Luas Berdasarkan administrasi pengelolaan Kawasan Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Resort Sukaraja Atas sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia, antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri dan tenaga

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 32 BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Wilayah Desa Sumberejo terletak di Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah. Secara astronomis, terletak pada 7 32 8 15

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Karangsewu terletak di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun batas wilayah Desa Karangsewu adalah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kota Depok 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 19 06 28 Lintang Selatan dan 106 43 BT-106 55 Bujur Timur.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Negeri Baru yang merupakan salah satu desa berpotensial dalam bidang perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL 18 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur Geografis Secara geografis, Kabupaten Lampung Timur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan (2011) diketahui

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa. 31 IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografis Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Profil Desa Desa Jambenenggang secara admistratif terletak di kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Wilayah Kabupaten Sukabumi yang terletak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar pokok Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kecamatan Conggeang 4.1.1 Letak geografis dan administrasi pemerintahan Secara geografis, Kecamatan Conggeang terletak di sebelah utara Kabupaten Sumedang. Kecamatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup penting keberadaannya di Indonesia. Sektor inilah yang mampu menyediakan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, sehingga

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Desa Cikalong merupakan salah satu dari 13 desa di dalam wilayah Kecamatan Cikalong, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat yang terletak di

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah ,56 Ha yang terdiri dari

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah ,56 Ha yang terdiri dari 54 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Pugung 1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah 18.540,56 Ha yang terdiri dari 27 pekon/desa, 1.897 Ha

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 17 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Wilayah Kecamatan Pamarican memiliki 13 Desa dengan luasan sebesar 10.400 ha. Batas-batas geografi wilayah administrasi di

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan umum Daerah penelitian 4.1.1. Keadaan Geografis Desa Munsalo merupakan salah satu desa di Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau terdiri

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 9 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Umum Kecamatan Megamendung Kondisi Geografis Kecamatan Megamendung Kecamatan Megamendung adalah salah satu organisasi perangkat daerah Kabupaten Bogor yang terletak

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Fisik Kabupaten Lampung Timur Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasarkan Undang Undang Nomor 12 Tahun 1999, diresmikan pada tanggal 27 April 1999 dengan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Interpretasi Visual Penggunaan Lahan Melalui Citra Landsat Interpretasi visual penggunaan lahan dengan menggunakan citra Landsat kombinasi band 542 (RGB) pada daerah penelitian

Lebih terperinci

BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Letak Geografis dan Luas Kecamatan Sukanagara secara administratif termasuk dalam Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Letak Kabupaten Cianjur secara geografis

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 57 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Babakan secara administratif merupakan salah satu dari 25 desa yang terdapat di Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta. Desa tersebut terbagi atas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati Ringkasan Penelitian ini dilakukan terhadap anggota Kelompok Tani

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI

GAMBARAN UMUM LOKASI 23 GAMBARAN UMUM LOKASI Bab ini menjelaskan keadaan lokasi penelitian yang terdiri dari kondisi geografis, demografi, pendidikan dan mata pencaharian, agama, lingkungan dan kesehatan, potensi wisata, pembangunan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah secara geografis berada pada koordinat ' 19" BT

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah secara geografis berada pada koordinat ' 19 BT IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Desa Baleagung Desa Baleagung terletak di Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah secara geografis berada pada koordinat 110 18'

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Wilayah 1. Kecamatan Sekampung Udik Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan Sekampung Udik merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o PEMBAHASAN I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian A. Kondisi Fisik Alami Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o LS serta 119 o 42 o 18 o BT 120 o 06 o 18 o BT yang terdiri

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN digilib.uns.ac.id 66 BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Grobogan terletak pada posisi 68 ºLU dan & 7 ºLS dengan ketinggian rata-rata 41 meter dpl dan terletak antara

Lebih terperinci