BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.2, No.1, Maret 2014 ISSN:

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. suatu makna (Supardi, 2011).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nur dalam (Trianto, 2010), teori-teori baru dalam psikologi pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Broblem Based Instruction (PBI) Problem Based Instruction (PBI) (Trianto, 2009:91). Pengajaran Berdasarkan

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

I. PENDAHULUAN. sekitar beserta isinya seperti benda-benda di alam dan fenomena yang terjadi di

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan hal-hal yang sama sekali

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2005: 461).

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Risa Meidawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya

BAB II KAJIAN TEORI. berupa masalah ataupun soal-soal untuk diselesaikan. sintesis dan evaluasi (Gokhale,1995:23). Menurut Halpen (dalam Achmad,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkannya tradisi belajar yang dilandasi oleh semangat dan nilai. keragaman pendapat dan keterbukaan.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ini berguna untuk menghasilkan ide-ide baru yang kreatif.

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran biologi pada Sekolah Menengah Atas berdasarkan Standar

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pernyataan yang telah dibuktikan kebenarannya (Tim PPG matematika:2006).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kompetensi penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkembang

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL 1

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kreativitas berasal dari bahasa Inggris to create yang berarti mencipta, yaitu

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. berpikir matematis tingkat tinggi (higher order thinking), yang diharapkan dapat

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Berpikir Kreatif. Dalam suatu pembelajaran matematika, kemampuan berpikir kreatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan (Dhiu, 2012: 25)

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. menyelidiki sebuah proyek dari sudut pandang yang tidak biasa.

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan

Dasar-dasar Pembelajaran Fisika

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMPN 13 BANJARMASIN

EFEKTIVITAS PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS VERBAL PADA MASA ANAK SEKOLAH SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Kemudian

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA NEGERI 2 BIREUEN PADA MATERI KALOR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN - ENDED PROBLEM

Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel

BAB II KAJIAN TEORITIK. dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif,

KAJIAN PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF & BERPIKIR KREATIF

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar UMI CHASANAH A 54A100106

MODEL MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang pula. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

ABSTRAK. Kata kunci: Reciprocal Teaching, kemampuan berpikir kreatif, hasil belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. setiap tindakan yang dilakukan mulai dari siklus I, II dan III pada pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada hakekatnya adalah produk,

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Problem Focused Coping. fisik, psikis dan sosial. Namun sayangnya, kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak

DADANG SUPARDAN JURS. PEND. SEJARAH FPIPS UPI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Transkripsi:

8 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Berpikir Kreatif Kreativitas seringkali dianggap sebagai sesuatu keterampilan yang didasarkan pada bakat alam, dimana hanya mereka yang berbakat saja yang bisa menjadi orang kreatif padahal anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar, meskipun dalam kenyataan ada orang tertentu yang memiliki kemampuan untuk menciptakan ide ide baru dengan cepat dan beragam namun kreativitas dapat dimunculkan dari setiap diri seseorang dengan mengembangkan serta memberikan kesempatan seseorang dalam berkreasi. Pada hakekatnya kreativitas dimiliki oleh setiap orang, tinggal bagaimana orang tersebut mampu mengeluarkan atau mengaktualisasikan diri sesuai dengan daya kreasi dan pola berpikir yang dikembangkan orang tersebut. Proses berpikir terbentuk dari pribadi seseorang, oleh karena itu kemampuan berpikir kreatif seseorang dipengaruhi juga oleh pribadi yang kreatif yang akan mendorong dari dalam untuk berkreasi. Menurut Carl Rogers (dalam Munandar 2009 : 34) tiga kondisi dari pribadi kreatif adalah: 1) Keterbukaan terhadap pengalaman. 2) Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (Internal locus of evaluation). 3) Kemampuan untuk bereksperimen, untuk bermain dengan konsep konsep. Pada pribadi kreatif seseorang, jika sudah memiliki kondisi pribadi dan lingkungan yang menunjang atau lingkungan yang memberi kesempatan 8

9 untuk bersibuk diri secara kreatif maka diprediksikan akan muncul kreativitas. Seseorang yang memiliki kreativitas selain dia sebagai pemikir yang konvergen atau intelegensi (memperoleh pengetahuan dan pengembangan keterampilan) juga sebagai pemikir divergen yang mampu menggabungkan unsur unsur dengan cara tidak lazim dan tidak terduga. Guilford (dalam Desmita, 2009 : 176) menyebutkan adanya dua kemampuan berpikir yaitu kemampuan berpikir konvergen dan divergen. Kemampuan berpkir konvergen (convergent thinking) atau penalaran logis merujuk pada pemikiran yang menghasilkan satu jawaban dan mencirikan jenis pemikiran berdasarkan tes intelegensi standar. Sedangkan kemampuan berpikir divergen (divergent thinking) merujuk pada pemikiran yang menghasilkan banyak jawaban atas pertanyaan yang sama atau lebih. Sehingga perlu adanya keterpaduan antara kedua kemampuan tersebut, dengan kata lain orang yang mempunyai kemampuan bepikir konvergen dan kemampuan divergen dapat mewujudkan kreativitas (memiliki kemampuan berpikir kreatif). Menurut Guilford (dalam Satiadarma, 2003:111) Berpikir kreatif adalah proses berpikir menyebar (divergen) dengan penekanan pada segi keragaman jumlah dan kesesuaian. Trefingger (dalam Munandar, 2009:35) mengatakan bahwa seseorang yang kreatif biasanya lebih terorganisir dalam tindakan, rencana inovatif mereka telah dipikirkan dengan matang lebih dahulu dengan mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan implikasinya. Tingkat energi, spontanitas, dan kepetualangan yang luar biasa sering tampak pada orang kreatif. Untuk menilai kemampuan berpikir kreatif

10 menggunakan acuan yang dibuat Munandar (2009:192) yang mengemukakan bahwa kemampuan berpikir kreatif dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan aspek aspek sebagai berikut: a. Berpikir lancar (Fluent thinking) atau kelancaran yang menyebabkan seseorang mampu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan. b. Berpikr luwes (Flexible thinking) atau kelenturan yang menyebabkan seseorang mampu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi. c. Berpikir Orisinil (Original thinking) yang menyebabkan seseorang mampu melahirkan ungkapan ungkapan yang baru dan unik atau mampu menemuka kombinasi kombinasi yang tidak biasa dar unsur unsur yang biasa. d. Keterampilan mengelaborasi (Elaboration ability) yang menyebabkan seseorang mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan. B. Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI). 1. Pengertian Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI). Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) adalah pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik (nyata) yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata. (Trianto, 2009 : 90)

11 2. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI). Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Langkah Kegiatan yang dilakukan guru 1. Orientasi siswa pada Menjelaskan tujuan pembelajaran, hal-hal masalah yang dianggap perlu,dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam melakukan kegiatan pemecahan masalah. 2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar 3. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Membagi siswa dalam kelompok dan membantu siswa dalam mengidentifikasikan serta mengorganisasikan tugas-tugas yang berkaitan dengan masalah. Mendorong siswa dalam mengumpulkan informasi yang diperlukan, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk dapat menjelaskan dan menyelesaikan masalah. Membantu siswa dalam merencanakan dan mempersiapakan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagai tugas dengan temannya. Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses yang digunakan. (Trianto, 2009 : 98) 3. Pelaksanaan Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI). Pelaksanaan pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dalam kegiatan belajar mengajar didasarkan pada kelima langkah tersebut, adapun rincian dari kegiatan pada tiap fase adalah sebagai berikut : Langkah 1 : Orientasi siswa pada masalah Pada tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran, serta menjelaskan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pada kesempatan ini guru juga memotivasi siswa dan

12 mengajukan masalah dan meminta siswa mengemukakan ide atau pendapatnya. Langkah 2 : Mengorganisasi siswa dalam belajar Pada kegiatan ini guru menjelaskan materi kemudian siswa dikelompokan dalam kelompok kecil. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis masalah yang diberikan. Secara tidak langsung pembagian kelompok ini akan memberikan bimbingan kepada siswa yang kurang mampu dalam menganalisis suatu masalah. Guru juga membagikan LKS untuk dikerjakan bersama kelompoknya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang perencanaan penyelidikan dan pembuatan hasil karya. Langkah 3: Membimbing penyelidikan individual ataupun kelompok Dalam hal ini guru membimbing siswa mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah, memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan pemecahan masalah, membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah pemecahan masalah dan membimbing siswa menyelesaikan masalah.

13 Langkah 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya Pada tahap ini guru membantu siswa dalam merencanakan hasil karyanya, memberi kesempatan pada kelompok untuk menyajikan hasil karyanya (mengelaborasi), Kemudian guru membantu siswa jika mengalami kesulitan dalam menyajikan hasil karya dan meminta siswa untuk menanggapi hasil karya temannya. Kegiatan ini berguna untuk mengetahui hasil sementara pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan. Langkah 5: Menganalisis dan Mengevaluasi proses Pemecahan Masalah Tahap akhir pembelajaran berdasarkan masalah, guru bersama siswa mengoreksi hasil karya, mengevaluasi, membimbing siswa menyimpulkan materi serta memberikan soal-soal untuk dikerjakan di rumah. 4. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Menurut Trianto (2009 : 96-97) pembelajaran berdasarkan masalah mempunyai kelebihan dan kelemahan diantaranya yaitu : a. Kelebihan Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI). 1) Siswa dilibatkan dalam kegiatan belajar yang realistik dengan kehidupan nyata. 2) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa.

14 3) Memupuk sifat inkuiri siswa sehingga dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. 4) Kemampuan mengingat atau retensi konsep menjadi lebih kuat. 5) Memupuk kemampuan penyelesaian masalah. b. Kelemahan Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI). 1) Persiapan pembelajaran yang kompleks. 2) Sulitnya mencari permasalahan yang relevan. 3) Pelaksanaan pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) membutuhkan banyak waktu dan dana. C. Materi Pelajaran Pokok Bahasan Peluang Standar Kompetensi : 9. Memecahkan masalah dengan konsep teori peluang. Kompetensi Dasar : 9.1 Mendeskripsikan kaidah pencacahan, permutasi, D. Kerangka Pikir kombinasi. Indikator indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa 1. Berpikir lancar (Fluent thinking) 2. Berpikir luwes (Flexible thinking) 3. Berpikir Orisinil (Original thinking) 4. Kemampuan mengelaborasi (Elaboration ability) Berdasarkan hasil observasi bahwa indikator-indikator di atas masih dinyatakan rendah Diberikan perlakuan melalui pembelajaran Problem Based Instraction (PBI), adapun tahap-tahapnya: 1. Mengorientasikan siswa pada masalah 2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar 3. Membimbing penyelidikan individu atau kelompok 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 5. Menganalisis dan mengevalusi proses pemecahan masalah Dengan adanya perlakuan pembelajaran Problem Based Instraction (PBI) diharapkan indikator-indikator Kemampuan Berpikir Kreatif siswa yang telah disebut di atas dapat meningkat.

15 Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa, dalam hal ini dapat kita tingkatkan dengan menggunakan pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) karena dalam pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) meliputi metode diskusi, demonstrasi, dan tanya jawab diharapkan siswa mengalami perubahan. Indikator dari kemampuan berpikir kreatif siswa yaitu berpikir lancar (Fluent thinking), berpikir luwes (Flexible thinking), berpikir Orisinil (Original thinking), dan keterampilan mengelaborasi (Elaboration ability). Indikator pembelajaran melalui Problem Based Instruction (PBI) adalah mengorientasikan siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individu atau kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevalusi proses pemecahan masalah Tahap tahap pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) adalah: 1) Mengorientasi siswa pada masalah, pada tahap ini siswa dihadapkan pada permasalahan dari guru. Permasalahan itu dapat berupa pertanyaan maupun penerapan konsep. Sehingga pada tahap ini akan meningkatkan indikator permasalahan kemampuan berpikir kreatif yang kesatu yaitu kemampuan berpikir lancar, karena pada tahap ini siswa dituntut untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut serta tahap tahap apa yang digunakan dalam penyelesaian masalah tersebut. 2) Mengorganisasi siswa dalam belajar, pada tahap ini siswa dibentuk kelompok dan saling membantu dalam menyelidiki masalah secara bersama serta berfikir untuk merancang suatu penyelesaian

16 masalah, sehingga pada tahap ini akan meningkatkan indikator permasalahan kemampuan berpikir kreatif yang kedua yaitu kemampuan berpikir luwes, karena pada tahap ini siswa dituntut untuk saling bertukar pikiran antar anggota kelompok yang memungkinkan muncul banyaknya gagasan maupun jawaban. 3) Membimbing penyelidikan individual ataupun kelompok, pada tahap ini siswa mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah yang telah diberikan guru, siswa juga menjadi penyelidik aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai dengan yang dihadapi, memberikan kebebasan kepada siswa untuk berpikir dan bertukar pendapat mengenai ide-idenya sendiri sehingga siswa dapat melaksanakan rencana penyelesaian masalah dengan ide yang telah disepakati, sehingga pada tahap ini akan meningkatkan indikator permasalahan kemampuan berpikir kreatif yang ketiga yaitu kemampuan berpikir Orisinil, karena pada tahap ini siswa dituntut mengeluarkan ide idenya sendiri untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru melalui penyelidikan. 4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, pada tahap ini siswa disuruh mengembangkan analisis yang telah ditemukan serta mempresentasikan proses berpikir mereka sendiri. 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, pada tahap ini siswa disuruh untuk menganalisis dari hasil ketrampilan penyelidikan yang mereka gunakan. sehingga siswa dapat membuat kesimpulan dari hasil yang diperoleh, pada tahap keempat dan kelima akan meningkatkan indikator permasalahan kemampuan berpikir kreatif yang keempat yaitu kemampuan mengelaborasi,

17 karena siswa dituntut untuk mengembangkan, menganalisis, serta mengevaluasi dari hasil yang diperoleh sendiri yang dipresentasikan dengan proses berpikir mereka sendiri. Dengan diberlakukannya pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) tujuan dari adanya peningkatan pada kemampuan berpikir kreatif yang diharapkan dapat tercapai. E. Hipotesis Tindakan Berdasarkan latar belakang masalah dan kerangka pikir maka dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini ada peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI Pemasaran 2 SMK Negeri 1 Slawi melalui Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI).