6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori Berkaitan dengan pembahasan usulan skripsi yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Menyimak Cerita melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) pada Siswa Kelas VIII B di SMP Negeri 4 Mandiraja. Peneliti menggunakan sejumlah rujukan sebagai bahan referensi. Referensi tersebut meliputi: 1. Menyimak a. Pengertian Menyimak Pengertian menyimak menurut Tarigan (1994:28) adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apersepsi serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Seseorang dapat melakukan kegiatan menyimak melalui bunyi bahasa atau lambang-lambang lisan yang didengar.kegiatan menyimak dilakukan manusia apabila ada penutur dan lawan tutur, sedangkan menurut Hermawan, (2012: 30) menyimak merupakan sebuah keterampilan yang komplek yang memerlukan ketajaman perhatian, konsentrasi, sikap mental yang aktif dan kecerdasan dalam mengasimilasi serta menerapkan setiap gagasan. Keterangan tersebut menunjukan bahwa menyimak tidak hanya mendengar bunyi-bunyi bahasa dan lambang-lambang lisan. Menyimak juga menuntut seorang penyimak mendengarkan dengan pemahaman sehingga pesan atau maksud yang disampaikan oleh pembicara dapat ditangkap secara baik dan benar, untuk itu 6
7 diperlukan perhatian dari seorang penyimak.menyimak mempunyai makna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian, serta apresiasi. Menurut Tarigan (1994: 2-3) keterampilan bahasa mencakup empat segi yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak merupakan keterampilan berbahasa awal yang dikuasai manusia. Keterampilan menyimak sebagai dasar bagi keterampilan berbahasa lain. Pada awal kehidupan manusia lebih dulu belajar menyimak, setelah berbicara, kemudian membaca, dan menulis. Penguasaan keterampilan menyimak akan berpengaruh pada keterampilan bahasa lain, Khususnya keterampilan berbicara. Meningkatkan keterampilan menyimak berarti pula membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang. Keterampilan menyimak sangatlah berarti bagi seseorang, terutama yang berkaitan dengan profesinya dan bagi siswa, keterampilan menyimak juga dapat menentukan keberhasilan dalam belajarnya. Menyimak merupakan awal dari manusia memperoleh bahasa. Dilingkungan keluarga, sekolah maupun dimasyarakat diperlukan keterampilan menyimak sebagai sarana berinteraksi dan berkomunikasi. Seorang penyimak tidak hanya mengerti namun juga menyusun penafsiran dan juga berusaha melakukan apa yang dimaksudkan oleh pembicara itu. Russell & Russell (dalam Tarigan, 1994: 28) menyatakan bahwa menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Anderson (dalam Tarigan, 1994: 28), yakni menyimak merupakan proses besar mendengarkan, mengenal serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah proses mendengarkan dengan penuh penghayatan untuk memahami maksud serta menangkap informasi.
8 b. Tujuan Menyimak Logan (dalam Tarigan, 1994: 56) mengemukakan bahwa tujuan menyimak beraneka ragam antara lain sebagai berikut: 1) Menyimak untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama agar dia memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara. 2) Menyimak untuk menikmati keindahan audial, yaitu menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama sekali dalam bidang seni). 3) Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat menilai apa-apa yang dia simak itu (baik-buruk, indah-jelek, logis-taklogis, dan lain-lain). 4) Menyimak untuk mengapresiasi materi simakan, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimak (pembacaan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, perdepatan). 5) Menyimak untuk mengomunikasikan ide-idenya, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan, maupun perasaanperasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat. 6) Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, yaitu menyimak dengan maksud dan tujuan agar dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat, mana bunyi yang membedakan arti (distingtit) mana bunyi tidak membedakan arti. Biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli.
9 7) Menyimak untuk memecahkan masalah secara kreatif dan analitis, sebab dari sang pembicara,penyimak mungkin memperoleh banyak masukan berharga. 8) Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yangselama ini diragukan, dengan perkataan lain menyimak secara persuasive Secara keseluruhan tujuan utama menyimak adalah untuk menangkap, memahami atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat pada bahan simakan. Hal tersebut dapat diperoleh melalui media baik secara langsung maupun tidak langsung. Pembelajaran menyimak cerita dalam penelitian ini memiliki tujuan agar siswa dapat belajar memperoleh nilai-nilai yang terkandung dari dalam cerita yang disimak. c. Tahap- Tahap Menyimak. Logan (dalam Tarigan, 1994:58-58) mengemukakan bahwa tahap-tahap menyimak meliputi: 1) Tahap Mendengar Tahap mendengar merupakan tahap awal dalam menyimak. Dalam tahap ini kita hanya mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atau dalam pembicaraanya, sehingga kita masih berada dalam tahap hearing. Dalam tahap ini kita masih belum memahami maksud yang dikemukakan pembicara. 2) Tahap Memahami Usai kita mendengar maka ada keinginan bagi kita untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh sang pembicara. Maka dari itu,
10 sampailah kita dalam tahap understanding. Tahap memahami yaitu tahap dimana penyimak mengulas makna atau maksud yang disampaikan oleh pembaca. 3) Tahap Menginterpretasi Seorang penyimak yang baik, cermat dan teliti belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara. Seseorang tersebut ingin menafsirkan atau menginterpretasikan isi, bitur-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran itu. Dengan demikian, sang penyimak telah tiba pada tahap interpreting. 4) Tahap Mengevaluasi Setelah penyimak memahami serta dapat menafsirkan atau menginterpretasikan isi pembicaraan, penyimak mulai menilai dan mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara, dimana keunggulan dan kelemahan, kebaikan dan kekurangan pembicara. Dengan demikian, dia sudah sampai pada tahap evaluating. 5) Tahap Menanggapi Tahap terakhir dalam kegiatan menyimak, penyimak menyambut, mencamkan, menyerap, serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya, penyimak sampai pada tahap menanggapi. Penyimak dalam mendapatkan bahan simakan harus melakukan tahapan menyimak. Jika tahapan itu dilakukan dengan sungguh-sungguh maka akan didapatkan bahan simakan yang baik. Dalam penelitian ini tahapan menyimak yang digunakan yaitu tahapan mendengar, memahami, menginterpretasi, mengevaluasi, dan menanggapi.
11 d. Jenis-Jenis Menyimak Seperti yang dikemukakan oleh Tarigan (1994:35) bahwa menyimak memiliki jenis yang dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu: 1) Menyimak Ekstensif Menyimak ekstensif merupakan kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat umum dan bebas terhadap suatu bahasa. Dalam prosesnya di sekolah tidak perlu langsung di bawah bimbingan guru. Dalam pelaksanaannya siswa tidak terlalu dituntut untuk memahami isi bahan simakan. Bahan simakan perlu dipahami secara sepintas, umum, garis besarnya saja atau butirbutir yang penting saja. Jenis menyimak ekstensif dapat dibagi empat yaitu: a) Menyimak Sekunder Menyimak sekunder adalah sejenis mendengar secara kebetulan, maksaudnya menyimak dilakukan sambil mengerjakan sesuatu. Dalam menyimak sekunder penyimak tidak hanya melakukan kegiatan menyimak, tetapi juga sambil melakukan aktivitas yang lain, sehingga penyimak dapat melakukan dua kegiatan sekaligus. b) Menyimak Estetik Menyimak estetik yaitu penyimak duduk terpaku menikmati suatu pertunjukan misalnya, lakon drama, cerita, dongeng baik secara langsung maupun melalui radio. Secara imajinatif penyimak ikut mengalami, merasakan karakter dari setiap pelaku. c) Menyimak Pasif Menyimak pasif merupakan penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang biasanya ditandai dengan upaya penyimak pada saat belajar dengan tidak teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai sesuatu bahasa.
12 d) Menyimak Sosial Menyimak ini berlangsung dalam situasi sosial, misalnya orang mengobrol, bercengkrama mengenai hal-hal menarik perhatian semua orang dan saling menyimak satu dengan yang lainya, untuk merespon yang pantas, mengikuti bagian-bagian yang menarik dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa yang dikemukakan atau dikatakan orang. 2) Menyimak Intensif Menyimak intensif mengharuskan penyimak memahami secara rinci, serta diteliti lebih mendalam setiap bahan-bahan simakannya. Oleh sebab itu dibutuhkan pengawasan dan bimbingan dari guru. Adapun jenis menyimak intensif ada enam yaitu: a) Menyimak Kritis Menyimak dengan cara ini bertujuan untuk memperoleh fakta yang diperlukan. Penyimak menilai gagasan, ide, informasi dari pembaca. Dalam menyimak kritis, penyimak mencoba memahami maksud atau informasi secara rinci sesuai dengan yang terkandung dalam simakan yang disampaikan oleh pembaca. b) Menyimak Konsentratif Menyimak konsentratif merupakan kegiatan menyimak untuk menelaah pembicaraan atau hal yang disimaknya, maka dari itu dibutuhkan kosentrasi yang penuh dari penyimak agar ide dari pembicaraan dapat diterima dengan baik.
13 c) Menyimak Kreatif Menyimak kreatif mempunyai hubungan erat dengan imajinasi seseorang. Penyimak dapat menerima makna yang terkandung dalam simakan dengan baik karena penyimak berimajinasi dan berapresiasi terhadap simakan tadi. d) Menyimak eksplorasif Menyimak eksplorasif sama halnya dengan menyimak penyelidikan yaitu sejenis menyimak dengan tujuan menemukan hal hal baru yang menarik, informasi tambahan mengenai suatu topik, isu, perguncingan atau buah bibir yang menarik. e) Menyimak Interogatif Menyimak interogatif merupakan kegiatan menyimak yang menuntut konsentrasi dan selektifitas, pemusatan perhatian karena penyimak akan mengajukan pertanyaan setelah selesai menyimak. Dalam menyimak ini penyimak mencari sesuatu yang kurang dipahami untuk ditanyakan. f) Menyimak Selektif Menyimak selektif merupakan kegiatan menyimak untuk menginterpretasikan kembali semua yang telah kita dengar dengan bantuan bahasa yang telah kita kuasai. Pembelajaran menyimak disekolah memang harus ada pengawasan dan bimbingan dari guru. Kita ketahui jenis-jenis menyimak yang ada, maka pembelajaran menyimak disekolah tergolong kedalam jenis menyimak intensif karena perlu adanya bimbingan dari guru. Pembelajaran menyimak cerita bisa juga masuk dalam menyimak ekstensif jenis estetik, dengan demikian pembelajaran menyimak cerita secara ekstensif maka siswa akan menjadi lebih bersemangat dalam belajar menyimak.
14 2. Pengertian Cerita Cerita merupakan bagian dari hidup. Setiap orang adalah bagian dari cerita. Kelahiran, kesehatan, keberhasilan, kematian, dimana, kapan dan seterusnya semuanya adalah sebuah rentetan kejadian dari kisah kemanusiaan yang amat menarik (Sarumpaet, 2002:155 ). Cerita juga bisa dikatakan sebagai narasi pribadi setiap orang. Otak manusia adalah alat narasi yang bergerak dalam dunia cerita. Dengan otak, manusia mampu merekam berbagai peristiwa yang kemudian mampu dikeluarkan dalam bentuk cerita. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa cerita adalah karangan sederhana yang ditulis oleh seseorang tentang suatu peristiwa yang dialami pengarang maupun hasil karya imajinasi yang mampu dipahami oleh pembaca. a. Unsur-Unsur Cerita Unsur-unsur instrinsik yang membangun cerita terdiri dari, tema, alur, penokohan, latar. 1) Tema Tema adalah satu unsur dari sejumlah unsur pembangun cerita yang secara bersama membentuk sebuah makna dalam cerita (Nurgiyantoro, 1998: 74). Tema di dalam cerita tidak disampaikan secara langsung tetapi secara implisit melalui cerita. Menurut Stanton dan Kenny (dalam Nurgiyantoro, 1998:67), tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema adalah makna cerita, gagasan sentral, atau dasar cerita. Dari penjelasan tentang tema di atas, dapat disimpulkan bahwa tema adalah inti sari sebuah cerita yang berada dalam cerita itu sendiri. 2) Plot/ alur Plot atau alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau
15 menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain Stanton (dalam Nurgiyantoro, 1998:113). Sayuti (2000:30) mengemukakan bahwa alur merupakan penyusunan yang dilakukan oleh penulisnya mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi berdasarkan hubunganhubungan kausalitasnya. Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa alur adalah urutan peristiwa yang terjadi dalam cerita. 3) Penokohan(karakter tokoh) Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita Jones (dalam Nurgiyantoro, 1998:165). Dalam cerita setiap tokoh memiliki karakter sesuai dengan penggambaran pengarang, karakter dapat berarti pelaku cerita dan dapat pula berarti perwatakan. Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1998:165) mengatakan bahwa tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah penggambaran watak tokoh dalam cerita. 4) Latar atau setting Latar atau setting yang disebut sebagain landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1998:216). Latar merupakan penggambaran keadaan tokoh dalam cerita. Latar fiksi dapat dikategorikan dalam tiga bagian, yakni latar tempat, waktu dan latar sosial Sayuti (2000:126). Dari pendapatpendapat di atas dapat disimpulkan bahwa latar atau setting adalah penggambaran tempat, waktu dan keadaan sosial dalam cerita.
16 3. Metode Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS ) a Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran yang beranekaragam merupakan upaya pendidik untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam belajar. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu dari sekian banyak upaya yang dilakukan pendidik, dimana dalam pembelajaran ini siswa dibagi dalam kelompok, seperti yang dikemukakan Eggen and Kauchak (dalam Trianto, 2010:58) bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan pembelajaran kooperatif pada dasarnya agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok sehingga dalam belajar peserta didik dapat saling menghargai teman satu sama lainya. Berdasarkan penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara berkelompok yang diupayakan pendidik guna mencetak suasana belajar yang menarik sehingga pembelajaran akan tercapai dengan baik. b Kooperatif Tipe Think Pair Share Menurut Trianto (2010:81) strategi Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Langkah-langkah metode Think Pair Share menurut Trianto (2010:81-82) adalah sebagai berikut: 1) Langkah 1: Berpikir (Thinking) Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir
17 sendiri mengenai jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir. 2) Langkah 2: Berpasangan ( Pairing) Selanjutnya guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan telah diajukan atau gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasikan. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. 3) Langkah 3: Berbagi (Sharing) Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas mengenai hal yang telah mereka bicarakan. Guru berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan. Langkah selanjutnya, guru membacakan cerita yang berbeda kemudian meminta seluruh sisiwa untuk menyimak dengan baik serta menemukan unsur instrinsik dalam cerita, setelah selesai siswa mengumpulkan hasil pekerjaanya untuk dikoreksi. Hasil nilai tersebut digunakan peneliti untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan penggunaan metode Think Pair Share dalam pembelajaran menyimak cerita. B. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian tindakan kelas saat ini berkembang begitu pesat. Untuk materi bahasa Indonesia sendiri banyak penelitian yang mengangkat judul upaya peningkatan
18 kemampuan menyimak. Kita tahu bahwa kemampuan menyimak yang dimiliki setiap orang akan sangat bermanfaat dalam kehidupan kita. Oleh karena itu penelitian ini masih menarik untuk diteliti. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu meninjau penelitian sebelumnya. Peninjauan pada penelitian lain dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam penelitian ini. Peninjauan pada penelitian yang lain sangat penting dilakukan untuk mengetahui relevansi antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan datang. Penelitian yang menggunakan media memang dilakukan sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ika Mardiana Rahayu (2009) dengan judul Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Cerita Pendek Bahasa Jawa (Cerkak) Melalui Media Rekaman pada Siswa Kelas VIII SMPN 2 Kroya Kabupaten Cilacap. Hal tersebut menunjukkan hasil yang serupa yaitu peningkatan hasil tes. Dari hasil penelitian diperoleh data hasil nilai rata- rata pratindakan 59,90, pada siklus I ratarata 63,88, dan siklus II 69,90. Penelitian lain dilakukan oleh Sri Wahyuni (2010) yang berjudul Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Cerita melalui Media Audio Visual siswa kelas VIII C SMP Sokaraja. Hasil tersebut mununjukan bahwa terjadi peningkatan keterampilan menyimak setelah diterapkan pembelajaran dengan berbagai teknik dan media. Namun penelitian terhadap keterampilan menyimak masih perlu untuk dilakukan. Penelitian ini mempunyai kedudukan sebagai pelengkap terhadap penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif, sehingga yang membedakan dalam penelitian ini adalah metode pembelajarannya, yaitu metode Think Pair share (TPS).
19 C. Kerangka Pikir Keterampilan menyimak merupakan keterampilan berbahasa paling mendasar yang harus dikuasai oleh setiap orang, karena dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah lepas dari kegiatan menyimak. Pembelajaran menyimak cerita dilakukan sebagai sarana untuk meningkatkan keterampilan menyimak. Dengan demikian siswa akan memahami cerita serta menangkap informasi dan materi dengan baik, karena permasalahan yang dihadapi oleh kebanyakan guru adalah kurangnya kemampuan guru dalam mengatasi rendahnya keterampilan siswa dalam menyimak, dalam hal ini menyimak cerita. Sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan menyimak, guru harus menerapkan pengetahuannya dalam pembelajaran yaitu pengetahuan tentang metode pembelajaran yang tepat. Peneliti dalam hal ini menggunakan metode Think Pair share (TPS) guna mengaktifkan siswa dalam pembelajaran menyimak cerita. Diharapkan dengan metode ini siswa akan termotivasi dan aktif dalam pembelajaran. Dalam metode Think Pair share (TPS) siswa dituntut untuk berpikir, berpasangan dan berbagi, sehingga siswa lebih aktif dan materi menyimak cerita yang diajarkan akan mudah ditangkap dan dipahami. Dalam pembelajaran ini siswa akan memperoleh banyak waktu untuk berfikir, merespon dan juga saling membantu dengan siswa lain. Dengan metode Think Pair share (TPS) diharapkan proses pembelajaran yang menyenangkan akan meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak cerita. D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah metode Think Pair share (TPS)dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 4 Mandiraja Kabupaten Banjarnegara 2011-2012.