BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan selama penelitian dan analisis data hasil

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis, temuan, dan pembahasan yang telah disajikan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis, temuan, dan pembahasan yang telah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV mengenai

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan rumusan masalah serta pembahasan terhadap hasil-hasil penelitian

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI INKUIRI SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 BALONG TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis, temuan, dan pembahasan yang telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. 1. Peningkatan pemahaman matematis siswa yang diajarkan dengan Model

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pada pokok bahasan segiempat sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data pemahaman konsep matematis siswa untuk setiap sampel penelitian yaitu

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bagian ini merupakan deskripsi data dari instrumen yang digunakan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Pembahasan Tentang Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lulusan dalam bidang matematika. Melalui pembelajaran matematika, siswa

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan penting

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kondisi pembelajaran awal siswa sebelum diterapkan metode pembelajaran

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. maka diperoleh kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi dari hasil-hasil penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 3 No. 3 November 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. di kelas VII yang berjumlah 19 orang yang terdiri dari 5 orang siswa laki-laki dan

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Poppy Diara, 2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK- PAIR-SQUARE

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan Hasil analisis data dan temuan penelitian yang telah

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

DAFTAR ISI. PERNYATAAN i ABSTRAK ii ABSTRACT iii KATA PENGANTAR iv UCAPAN TERIMA KASIH v DAFTAR ISI vi DAFTAR TABEL ix

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak dapat berjalan baik, tanpa adanya kerja sama dengan berbagai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebesar

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting yang menjadi salah satu prioritas utama

Noorhidayati, Zainuddin, dan Suyidno Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin. Kata kunci: Hasil belajar, model pembelajaran ARIAS, konsep zat.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Beji Kabupaten Pasuruan pada tanggal 11 Agustus Dalam observasi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. selama ini pada semester ganjil tahun pelajaran menunjukan bahwa

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan Metode Brainstroming

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. berbantuan software autograph maupun dengan pembelajaran biasa berbantuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia. Manusia yang berkualitas memiliki

BAB V PENUTUP A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN PERPADUAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE DAN TALKING STICK PADA SISWA KELAS VIII

Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol. 1, No 2, Juni Noorhidayati, Zainuddin, dan Suyidno Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. pembahasan khususnya mengenai pendekatan PCLSS berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER)

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi segala jenis tantangan di era modern dewasa ini. Lebih lanjut

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu membentuk individu-individu yang berkompetensi di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. penting: (1) sebagai kekuatan awal bagi siswa dalam merumuskan konsep, (2)

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

I. PENDAHULUAN. dirinya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan juga

Penerapan Model Pembelajaran AIR pada Pembelajaran Matematika Siswa SMP

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil simpulan sebagai berikut ini.

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

III. METODE PENELITIAN. memberikan perlakuan terhadap sampel, kemudian dilakukan pengamatan. model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe NHT.

Nur Cholisah Matematika, FMIPA, UNESA Kampus Ketintang Surabaya 60231, telp (031) , Ps. 304,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mempersiapkan ataupun memperbaiki

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL KONTEKSTUAL MELALUI COOPERATIVE LEARNING DI KELAS VIII 1 SMP NEGERI 2 PEDAMARAN OKI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diberikan beberapa kesimpulan, sebagai berikut.

Asmaul Husna. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRIKA Batam Korespondensi: ABSTRAK

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan, dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. a. Pencapaian dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran ICM lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran PK. Pencapaian dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran ICM tergolong sedang, sementara siswa yang mendapatkan pembelajaran PK, peningkatannya tergolong sedang dengan persentase pencapaian tergolong rendah. b. Untuk setiap kategori kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah) dan peringkat sekolah (tinggi dan sedang), pencapaian dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran ICM lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran PK. c. Faktor kemampuan awal matematis memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pencapaian dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Adapun faktor peringkat sekolah memberikan pengaruh signifikan terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, tetapi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pencapaiannya. 2. Tidak ada interaksi antara pembelajaran (ICM dan PK) dan kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap pencapaian dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. 3. Tidak ada interaksi antara pembelajaran (ICM dan PK) dan peringkat sekolah (tinggi dan sedang) terhadap pencapaian dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

265 4. a. Pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran ICM lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran PK. Pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran ICM termasuk kategori sedang, sementara siswa yang mendapatkan pembelajaran PK, peningkatannya tergolong sedang dan persentase pencapaiannya tergolong rendah. b. Untuk setiap kategori kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah) dan peringkat sekolah (tinggi dan sedang), pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran ICM lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran PK. c. Faktor kemampuan awal matematis memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa, sedangkan faktor peringkat sekolah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keduanya. 5. Tidak ada interaksi antara pembelajaran (ICM dan PK) dan kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa. 6. Tidak ada interaksi antara pembelajaran (ICM dan PK) dan peringkat sekolah (tinggi dan sedang) terhadap pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa. 7. a. Pencapaian dan peningkatan self-esteem matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran ICM lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran PK. Persentase pencapaian self-esteem matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran ICM dan yang mendapatkan pembelajaran PK sama-sama tergolong tinggi. Adapun untuk peningkatan self-esteem matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran ICM tergolong sedang, sementara siswa yang mendapatkan pembelajaran PK tergolong rendah.

266 b. Untuk setiap kategori kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah) dan peringkat sekolah (tinggi dan sedang), pencapaian dan peningkatan self-esteem matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran ICM lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran PK. c. Faktor kemampuan awal matematis memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pencapaian dan peningkatan self-esteem matematis siswa. Adapun untuk faktor peringkat sekolah tidak berpengaruh signifikan terhadap pencapaian self-esteem matematis siswa, akan tetapi berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatannya. 8. Ada interaksi antara pembelajaran (ICM dan PK) dan kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap pencapaian self-esteem matematis siswa. Tetapi, tidak ada interaksi antara pembelajaran (ICM dan PK) dan kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan self-esteem matematis siswa. 9. Tidak ada interaksi antara pembelajaran (ICM dan PK) dan peringkat sekolah (tinggi dan sedang) terhadap pencapaian dan peningkatan self-esteem matematis siswa. 10. Ada korelasi antara kemampuan pemecahan masalah matematis, kemampuan komunikasi matematis, dan self-esteem matematis siswa. Korelasi antara kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis tergolong tinggi, korelasi antara kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-esteem matematis tergolong sedang, serta korelasi antara kemampuan komunikasi matematis dan self-esteem matematis tergolong sedang. 11. Secara umum, pelaksanaan pembelajaran ICM berjalan dengan baik. Meskipun pada pertemuan awal, proses pembelajaran yang terjadi masih tampak kaku, akan tetapi pada pertemuan-pertemuan berikutnya siswa sudah mulai beradaptasi dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran ICM. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa dengan langkah-langkah pembelajaran ICM dan LKS yang digunakan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran ICM yaitu siswa membentuk kelompokkelompok kecil, kemudian secara bersama-sama siswa mendiskusikan,

267 menyelidiki, mengeksplorasi ide-ide, mengemukakan serta menuliskan persepsinya (pendapat atau ide) terkait situasi atau permasalahan matematis yang disajikan dalam LKS. Selanjutnya siswa diminta untuk mempresentasikan dan menjelaskan hasil diskusi kelompok di depan kelas secara individu. Kemudian siswa diminta menyelesaikan beberapa masalah matematis (soal) sebagai tantangan dan menyelesaikan soal-soal kuis sebagai evaluasi pembelajaran. 12. Kesalahan-kesalahan dalam menyelesaikan tes kemampuan pemecahan masalah matematis dan tes kemampuan komunikasi matematis terjadi pada setiap indikator. Untuk tes kemampuan pemecahan masalah matematis, kesalahan banyak terjadi dalam memeriksa dan menjelaskan kebenaran jawaban sesuai dengan permasalahan yang ditanyakan. Pada umumnya, siswa yang belajar dengan ICM sudah mampu dalam memeriksa kebenaran jawaban, akan tetapi pada saat menjelaskan kebenaran jawaban, siswa banyak melakukan kesalahan dalam perhitungan, sehingga jawaban menjadi kurang atau tidak lengkap. Sementara siswa yang belajar secara konvensional banyak melakukan kesalahan dalam memeriksa kebenaran jawaban yang diberikan. Untuk tes kemampuan komunikasi matematis, kesalahan banyak terjadi dalam menyatakan suatu situasi atau ide matematis ke dalam bentuk simbol atau model matematis dan sebagian besar siswa belum mampu menyelesaikan model matematis tersebut dengan baik. Kesalahan dalam menyelesaikan model matematis banyak dilakukan siswa yang belajar ICM, sedangkan siswa yang belajar konvensional banyak melakukan kesalahan dalam membuat model matematisnya. B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan penelitian, pencapaian dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis, kemampuan komunikasi matematis, dan self-esteem matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran ICM lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran PK. Kesimpulan ini memberikan implikasi sebagai berikut.

268 1. Pembelajaran ICM dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis, kemampuan komunikasi matematis, dan self-esteem matematis siswa di tingkat SMP. 2. Pembelajaran ICM dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis, kemampuan komunikasi matematis, dan self-esteem matematis siswa dengan kemampuan awal matematis tinggi, sedang, dan rendah. 3. Pembelajaran ICM dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis, kemampuan komunikasi matematis, dan self-esteem matematis siswa pada kategori sekolah peringkat tinggi dan sekolah peringkat sedang. C. Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini, beberapa rekomendasi yang dapat diberikan di antaranya: 1. Pembelajaran ICM hendaknya menjadi alternatif guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika di kelas, khususnya untuk tujuan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis, kemampuan komunikasi matematis, dan self-esteem matematis siswa SMP. 2. Dalam pembelajaran ICM, situasi atau masalah matematis yang disajikan dalam LKS menjadi fokus penyelidikan siswa dalam belajar kelompok. Situasi atau masalah matematis yang disajikan dalam LKS agar disesuaikan dengan tingkat kemampuan berpikir dan lingkungan belajar siswa, sehingga dapat mendorong semua siswa untuk berpikir dan terlibat aktif dalam pembelajaran. 3. Salah satu kendala yang dihadapi selama pembelajaran yaitu keterbatasan waktu. Untuk mengatasi hal ini, siswa dapat mempelajari permasalahanpermasalahan yang ada dalam LKS secara individu terlebih dahulu di rumah. Dengan demikian, pada saat pembelajaran di kelas, siswa sudah mengetahui materi apa yang akan dipelajari, hal-hal apa saja tidak dimengerti dari

269 permasalahan yang ada dalam LKS, serta memahami apa saja yang akan dilakukan selama pembelajaran di kelas, sehingga pada tahap diskusi kelompok tidak menyita waktu terlalu banyak. 4. Kemampuan dan kecepatan siswa dalam belajar relatif berbeda-beda. Untuk mengatasi perbedaan itu, guru dapat meminta kepada beberapa siswa yang lebih pandai untuk membantu siswa lainnya yang kurang pandai, dalam mempelajari permasalahan-permasalahan dalam LKS. 5. Pada penelitian ini diketahui faktor kemampuan awal matematis berpengaruh signifikan terhadap perbedaan pencapaian dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah, komunikasi, dan self-esteem matematis siswa. Disarankan agar guru memperhatikan tingkat kemampuan awal matematis siswa terlebih dahulu sebelum pembelajaran dilakukan. Hal ini dilakukan agar pencapaian dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah, komunikasi, dan self-esteem matematis siswa dapat diperoleh secara optimal. 6. Bagi peneliti lain yang tertarik untuk menerapkan pembelajaran ICM dengan tujuan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, komunikasi, dan selfesteem matematis siswa, agar menerapkannya pada subjek di tingkatan yang lebih tinggi dan lebih rendah, di SMA dan SD. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh temuan-temuan yang berbeda dan saling melengkapi. 7. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk mengkaji kemampuan matematis lainnya yang dimungkinkan dapat meningkat melalui pembelajaran ICM, misalnya kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis. Hal ini dimungkinkan karena tahapan-tahapan dalam pembelajaran ICM memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk melatih kedua aspek kemampuan tersebut.