digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) secara efektif berpotensi mendorong pertumbuhan jumlah wisatawan ke Indonesia. Dengan diberlakukannya MEA, maka akan terjadi peningkatan pergerakan manusia di wilayah ASEAN, yang berarti bahwa jumlah wisatawan ke Indonesia dari negara-negara ASEAN akan meningkat. Peluang yang dapat diambil Indonesia dari integrasi perekonomian ASEAN melalui MEA, termasuk di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif adalah peluang di sektor pariwisata. Sepanjang periode 2005-2012, pariwisata mampu tumbuh rata-rata 8,3% per tahun, jauh di atas rata-rata pertumbuhan global yang hanya 3,6%. Bahkan pada 2013, arus kunjungan wisatawan ke negara-negara ASEAN sudah mencapai 92,7 juta atau meningkat 12% dibandingkan tahun sebelumnya, sementara pertumbuhan global hanya 5%. Perkembangan itu membuat peran sektor pariwisata semakin penting bagi perekonomian negara-negara ASEAN (www.parekraf.go.id). Peluang untuk lebih meningkatkan peran pariwisata dalam perekonomian nasional cukup terbuka lebar bagi Indonesia. Daya saing sektor pariwisata Indonesia terus mengalami perbaikan seperti disebutkan oleh World Economic Forum, daya saing pariwisata Indonesia meningkat, dari peringkat 74 dari 140 negara dan terakhir ke posisi 70 dari 140 negara. Untuk ASEAN daya saing 1
digilib.uns.ac.id 2 pariwisata Indonesia berada di peringkat 4. Berbagai langkah juga telah dilakukan untuk meningkat daya saing ini, terutama dalam aspek peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pemimpin. Kemajuan pariwisata ini akan bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena pariwisata mempunyai dampak pengganda yang besar terutama dengan industri kreatif, yang memang mempunyai hubungan sangat erat dengan pariwisata. Pariwisata dan ekonomi kreatif juga sektor yang pertumbuhannya inklusif karena nilai tambahnya langsung dirasakan masyarakat lokal. Kemajuan pariwisata akan secara langsung memajukan industri kreatif; sebaliknya industri kreatif yang maju akan menjadikan sebuah kota atau suatu daerah berkembang menjadi destinasi pariwisata yang unggul, salah satunya Yogyakarta. Jawa Tengah termasuk Yogyakarta merupakan tempat wisata yang tidak luput dikunjungi wisatawan termasuk candi. Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko merupakan obyek penelitian yang saat ini dikelola oleh PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko merupakan Badan Usaha Milik Negara melakukan pengelolaan, pemanfaatan dan pemeliharaan ketertiban serta kebersihan kawasan beserta candinya sebagai obyek dan daya tarik wisata. Candi Prambanan merupakan kompleks peninggalan candi Hindu terbesar di Indonesia. Pada tahun 1991, kompleks percandian ini telah ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia dengan nomor 642
digilib.uns.ac.id 3 (http://www.purbakalayogya.com). Sebagai salah satu candi termegah di Asia Tenggara, yang menjadi daya tarik kunjungan wisatawan dari seluruh dunia. Pemilihan obyek penelitian PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, Ratu Boko (Persero) karena perusahaan tersebut sebagai salah satu pengelola objek wisata budaya di Indonesia, diwujudkan melalui berbagai upaya untuk menjadikan aset-aset budaya yang dikelolanya tidak saja sebagai peninggalan sejarah dan budaya semata, namun juga menjadikan Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko sebagai tujuan wisata utama di Indonesia, baik bagi wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara sehingga ketiga objek wisata bisa menjadi magnet kunjungan wisatawan ke Indonesia, yang diharapkan bisa menjadi peluang dalam memajukan pertumbuhan di sektor pariwisata. Berikut data mengenai jumlah wisatawan yang berkunjung ke Taman Wisata Candi Borobudur, Candi Prambanan dan Ratu Boko periode 2009-2013 : Tabel I Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (Persero) Tahun 2009-2013 Tahun Borobudur Prambanan Ratu Boko Total 2009 2.534.318 1.074.138 69.673 3.678.129 2010 2.439.779 1.100.484 90.823 3.631.086 2011 2.117.845 1.136.845 129.541 3.384.231 2012 3.024.212 1.274.514 113.856 4.412.582 2013 3.375.705 1.415.729 173.002 4.964.436 Sumber : Data PT.Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko dari data di atas bisa di amati jumlah wisatawan yang berkunjung ke Taman Wisata Candi Borobudur, Candi Prambanan dan Ratu Boko mengalami kenaikan dan penurunan. Jumlah wisatawan yang berkunjung tahun 2009 berjumlah
digilib.uns.ac.id 4 3.678.129 orang, tahun 2011 jumlah wisatawan yang berkunjung 3.384.231 ini mengalami penurunan sedangkan tahun 2013 mengalami kenaikan yaitu total wisatawan yang berkunjung berjumlah 4.964.436. Faktor yang mempengaruhi tingkat kunjungan wisatawan di PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko salah satunya adalah pelayanan, karena usaha pariwisata adalah jasa/pelayanan sehingga pelayanan merupakan salah satu keberhasilan dalam bidang pariwisata. Pelayanan prima terhadap wisatawan akan membuat wisatawan merasa nyaman dan terpuaskan keinginannya sehingga perlu memperhatikan keinginan wisatawan dengan baik. Hal ini akan meningkatkan pertumbuhan sektor pariwisata terutama jumlah wisatawan asing. Dengan kemajuan pariwisata secara langsung memajukan industri kreatif bila industri kreatif maju akan menjadikan kota atau daerah berkembang destinasi/tempat tujuan pariwisata yang unggul. Dengan demikian diperlukan pemimpin yang tepat mempunyai visi ke depan serta berani mengambil risiko dalam memimpin sehingga bisa meningkatkan pelayanan lebih baik dan memajukan pariwisata. Potensi candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko tidak hanya menjual sebuah monumen, tetapi juga bisa menjual aspek budaya secara utuh dari Jawa Tengah termasuk masyarakat dan budayanya yang menarik, dengan tetap memperhatikan pelayanan dan kenyamanan dari pengunjung (http://www.jpnn.com). Selain itu bahwa kualitas pelayanan merupakan salah satu tujuan PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko. Selain penurunan jumlah wisatawan, kentalnya kultur birokratis di lingkungan kerja yang masih erat dengan stagnasi budaya kerja sehingga
digilib.uns.ac.id 5 diperlukan adanya perubahan. Perubahan akan memberi pengaruh positif bagi pengambilan keputusan pimpinan. Sumber daya manusia termasuk pemimpin yang berkualitas adalah kunci pengembangan pariwisata, tanpa SDM yang andal pelayanan terhadap wisatawan asing dan wisatawan nusantara tidak akan berjalan dan bila kinerja sumber daya manusia memberikan hasil kontribusi yang baik hal itu turut mengambil andil perkembangan pariwisata di Indonesia khususnya Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengembangkan berbagai program yang dapat meningkatkan pemantapan nilai baru yang positif dan produktif dalam upaya membangun kebudayaan dan kepariwisataan yang berkelanjutan. Upaya ini dimaksudkan untuk memantapkan budaya dan karakter bangsa melalui pemimpin, termasuk meningkatkan kualitas pengelolaan kawasan warisan budaya dunia dan nasional yang ada di Indonesia (http://fpips.upi.edu). Karena itu diperlukan perubahan dalam kepemimpinan untuk memajukan pariwisata dan budaya bangsa. Perubahan merupakan sesuatu yang dilakukan. Perubahan terjadi setiap hari, pada semua area kehidupan, baik kehidupan secara individu maupun sebagai suatu kelompok dalam memprediksi perilaku pemimpin. Perbedaan individu yang stabil dalam kepemimpinan memang ada. Organisasi sebagai suatu entitas juga tidak luput dari proses pergerakan menuju kondisi baru dan berbeda.
digilib.uns.ac.id 6 Pemimpin adalah orang yang mengarahkan, menggerakkan dan mempengaruhi para bawahannya untuk bekerja secara harmonis menyelesaikan tiap tugas demi tugas untuk mencapai tujuan organisasi. Suatu organisasi akan berhasil atau gagal sebagian besar ditentukan oleh pemimpin, satu ungkapan mulia yang mengungkapkan bahwa pemimpinlah yang bertanggung jawab atas kegagalan pelaksanaan suatu pekerjaan, merupakan ungkapan yang mendudukan posisi terpenting pemimpin di dalam organisasi (Thoha, 2006). Sarwono (2005), menyatakan kepemimpinan adalah suatu proses perilaku atau hubungan yang menyebabkan suatu kelompok dapat bertindak secara bekerjasama dengan aturan atau sesuai dengan tujuan bersama. Sebaliknya yang dinamakan pemimpin adalah orang yang melaksanakan proses, perilaku atau hubungan tersebut. Priyono (2003), menyatakan bahwa kepemimpinan adalah sebuah proses yang akan membentuk seorang pemimpin dengan karakter dan watak jujur terhadap diri sendiri, bertanggung jawab yang tulus, pengetahuan, keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan, kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain. Juga sebuah proses yang akan membentuk seorang pengikut yang di dalam kepatuhannya kepada pemimpin, tetapi pemikiran kritis, inovatif, dan jiwa independent. Kepemimpinan sebagai suatu proses dapat berlangsung di dalam dan di luar suatu organisasi. Kepemimpinan yang efektif merupakan proses yang dinamis, karena berlangsung di lingkungan suatu organisasi sebagai sistem kerjasama sejumlah manusia untuk mencapai tujuan tertentu, yang bersifat dinamis.
digilib.uns.ac.id 7 Paradigma kepemimpinan karismatik telah berpengaruh dalam literatur kepemimpinan selama 20 tahun terakhir dan menjadi fokus dari banyak penelitian yang meneliti hubungan antara efek kepemimpinan yang positif terhadap kinerja. Paradigma ini menekankan bagaimana pemimpin yang efektif berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain dan menginspirasi kinerja dan komitmen kepada pemimpin dan/ atau organisasi. Kombinasi kepemimpinan karisma dan narsisme bisa terjadi penyalahgunaan kekuasaan, karena orientasi pribadi. Narsisme melihat dunia dari perspektif egois, sebagai superior dan memiliki kekuatan untuk kesuksesan pribadi, kekuasaan, dan kemuliaan (Maccoby, 2004). Narsisme, melihat diri mereka sangat cerdas, khusus, unik, dan cenderung eksploitatif dan sombong (Galvin, Waldman dan Balthazard, 2010). Narsisis memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi, optimis, dan memegang otoritas atas orang lain. Menurut Rosenthal dan Pittinsky (2006) narsisme menerima peringkat kepemimpinan yang lebih tinggi daripada nonnarsis, juga memiliki karisma dan visi besar yang penting untuk kepemimpinan yang efektif. Konten visi dalam hal orientasi terhadap tindakan dan keberanian sangat penting untuk mengemban suatu visi inspiratif yang akan menghasilkan kepercayaan diri, motivasi, kekaguman bagi pemimpin. Menurut Chatterjee dan Hambrick (2007) bahwa perusahaan di industri komputer dan perangkat lunak dengan CEO lebih narsis lebih strategis dan dinamis, menunjukkan kinerja yang lebih ekstrim, dan ditunjukkan dalam kinerja daripada perusahaan sejenis dengan CEO yang kurang narsis.
digilib.uns.ac.id 8 Karisma adalah orang yang memiliki daya tarik luar biasa. Aura kehadiran maupun kata-katanya begitu berpengaruh dan menarik. Karisma memiliki jenis bakat pemimpin yang luar biasa (Wilner, 1984). Karisma dianggap sebagai kombinasi dari pesona dan daya tarik pribadi yang berkontribusi terhadap kemampuan luar biasa untuk membuat orang lain mendukung visi dan juga mempromosikannya dengan bersemangat (Truskie, 2002). Atribusi karisma yang dihasilkan ketika para pemimpin menunjukkan kualitas dan perilaku yang cocok dengan inspirasi, percaya diri, mempunyai tujuan yang kuat, sehingga terjadi atribusi terhadap sikap pemimpin. Hakim dalam Galvin et al. (2010) melakukan dua studi yang meneliti hubungan antara pemimpin narsisme, yang telah terbukti sangat terkait dengan pemimpin karisma. Kepemimpinan karismatik mengandalkan kemampuan menjadi inspirasi, menarik, optimis, menantang (Bass dan Avolio, 1990). Semangat, keberanian, mengambil resiko, dan keyakinan yang cenderung berhubungan dengan narsisme, bisa menginspirasi orang lain dan dicerminkan dalam atribusi pemimpin karisma. Hal ini bisa terjadi ketika individu mencari pemimpin yang kuat yang akan menanamkan percaya diri dalam menentukan atau dalam situasi di mana tantangan yang sulit perlu diatasi, dan diperlukan keberanian dalam pengambilan risiko. Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, di mana jika terjadi suatu
digilib.uns.ac.id 9 keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan kerugian. Menurut Maccoby (2004) narsisme produktif adalah berani dalam pengambilan risiko bersedia untuk mendapatkan pekerjaan yang dilakukan. Narsisme juga membuat keputusan berisiko daripada non-narsis yang kurang tertarik pada keputusan berisiko rendah kaitannya dengan narsisme menunjukkan bahwa lebih percaya diri dan lebih berani mengambil risiko (Campbell, Goodie, Foster, 2004). Menurut Schilder (2009) pemimpin narisistik adalah inovator kuat dari para pemimpin non-narsis dan pengambilan risiko memediasi hubungan antara narsisme dengan pemimpin karisma. Dari uraian di atas menjelaskan bahwa narsisme terkait untuk mencapai posisi kepemimpinan. Dalam beberapa studi, narsisme menerima peringkat kepemimpinan yang lebih tinggi dari orang lain daripada non-narsisis. Menurut Galvin et al. (2010) bahwa narsisme berkaitan dengan visi keberanian positif dan negatif terkait dengan visi disosialisasikan. Kedua aspek visi berhubungan positif dengan atribusi pemimpin karisma. Hasil ini menambah kejelasan terhadap literatur mengenai dasar pribadi pemimpin karisma dengan memberikan wawasan tentang bagaimana aspek kualitas komunikasi visioner memediasi hubungan tidak langsung antara narsisme dan atribusi pemimpin karisma. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dikemukan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan adanya keterkaitan bahwa penelitian Galvin et al., (2010) adanya pengaruh narsisme terhadap atribusi pemimpin karisma yang dimediasi oleh sosialisasi visi dan visi keberanian, (Campbell et al., 2004) dan
digilib.uns.ac.id 10 pengaruh narsisme terhadap pengambilan risiko, (Schilder, 2009) bahwa pengambilan risiko memediasi pengaruh antara narsisme dengan pemimpin karisma. Dari ketiga penelitian yang telah dilakukan tersebut, belum ada penelitian yang menggabungkan kelima variabel secara bersamaan. Hal ini yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian modifikasi dan pengembangan dari ketiga penelitian sebelumnya menjadi sebuah penelitian yang lebih komprehensif. Berdasar latar belakang tersebut, maka akan dilakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Narsisme Terhadap Atribusi Pemimpin Karisma dengan Kualitas Komunikasi Visioner dan Pengambilan Risiko Sebagai Mediator (Studi Pada PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko). B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini dinyatakan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah narsisme berpengaruh terhadap komunikasi visi sosialisasi? 2. Apakah narsisme berpengaruh terhadap komunikasi visi keberanian? 3. Apakah narsisme berpengaruh terhadap pengambilan risiko? 4. Apakah komunikasi visi sosialisasi berpengaruh terhadap atribusi pemimpin karisma? 5. Apakah komunikasi visi keberanian berpengaruh terhadap atribusi pemimpin karisma?
digilib.uns.ac.id 11 6. Apakah pengambilan resiko berpengaruh terhadap atribusi pemimpin karisma? 7. Apakah kualitas komunikasi visioner baik komunikasi visi sosialisasi, komunikasi visi keberanian, dan pengambilan resiko memediasi pengaruh narsisme terhadap atribusi pemimpin karisma? C. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah tersebut, penelitian ini dilakukan untuk memenuhi beberapa tujuan sebagai berikut: 1. Menguji secara empiris pengaruh narsisme terhadap komunikasi visi sosialisasi. 2. Menguji secara empiris pengaruh narsisme terhadap komunikasi visi keberanian. 3. Menguji secara empiris pengaruh narsisme terhadap pengambilan resiko. 4. Menguji secara empiris pengaruh komunikasi visi sosialisasi terhadap atribusi pemimpin karisma. 5. Menguji secara empiris pengaruh komunikasi visi keberanian terhadap atribusi pemimpin karisma. 6. Menguji secara empiris pengaruh pengambilan resiko terhadap atribusi pemimpin karisma. 7. Menguji secara empiris kualitas komunikasi visoner baik komunikasi visi sosialisasi, komunikasi visi keberanian, dan pengambilan resiko memediasi pengaruh narsisme terhadap atribusi pemimpin karisma.
digilib.uns.ac.id 12 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Menambah wawasan keilmuan tentang manajemen sumber daya manusia khususnya tentang narsisme terhadap atribusi pemimpin karisma dengan kualitas komunikasi visioner dan pengambilan resiko sebagai mediator. 2. Bagi akademik Sebagai aset pustaka yang dapat dimanfaatkan dalam upaya memberi pengetahuan, informasi, dan sebagai proses pembelajaran mengenai narsisme terhadap atribusi pemimpin karisma dengan kualitas komunikasi visioner dan pengambilan resiko sebagai mediator. Selain itu dapat juga digunakan sebagai bahan pemikiran dan referensi kegiatan penelitian selanjutnya. 3. Bagi instansi/ perusahaan Penelitian diharapkan akan menghasilkan informasi yang bermanfaat sebagai masukan dan pertimbangan bagi instansi/perusahan untuk mengetahui arti pentingnnya narsisme terhadap atribusi pemimpin karisma dengan kualitas komunikasi visioner dan pengambilan resiko sebagai mediator.