BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL THE DEVIL S WHISPER DAN KONSEP PSIKOANALISA SIGMUND FREUD 2.1 Definisi Novel Sebutan novel berasal dari bahasa Itali, yaitu novella yang berarti sebuah barang baru yang kecil, lalu diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Indonesia mengambil istilah novel dari bahasa Inggris novellet, artinya sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukup, tidak terlalu panjang namun juga tidak terlalu pendek. Prosa dalam pengertian kesusastraan juga disebut sebagai fiksi. Karya fiksi menyarankan pada suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada, dan terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata (Nurgiyantoro, 1995:2). Tokoh peristiwa dan tempat yang disebut-sebut dalam fiksi adalah tokoh, peristiwa, dan tempat yang bersifat imajiner. Menurut Poerwadaminta (1996:694) novel adalah karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang yang dikelilinginya dan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Sedangkan menurut Takeo dalam Pujiono (2002:3), novel merupakan sesuatu yang menggambarkan kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat meskipun kejadiannya tidak nyata. 23
2.1.1 Unsur Intrinsik Unsur intrinsik atau unsur dalam adalah unsur yang ikut mempengaruhi terciptanya karya sastra. Adapun unsur pembentuk yang dibangun oleh unsur intrinsik sebagai berikut. a. Tema Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema cerita menyangkut segala persoalan kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dsb. Untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh terhadap berbagai unsur karangan. Tema jarang dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya. Untuk dapat merumuskan tema cerita fiksi, seorang pembaca harus mengenali unsur-unsur intrinsik yang dipakai oleh pengarang untuk mengembangkan cerita fiksinya. Menurut Brooks (1952:820), tema adalah pandangan hidup yang tertentu atau perasaan tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau membangun dasar atau gagasan utama dari suatu karya sastra. Istilah tema menurut Scharbach dalam Aminuddin (2000:91) berasal dari bahasa latin yang berarti tempat meletakkan suatu perangkat. Disebut demikian karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Sebab itulah penyikapan terhadap tema yang diberikan pengarangnya dengan pembaca umumnya terbalik. Seorang pengarang harus memahami tema cerita yang akan dipaparkan sebelum melaksanakan proses kreatif penciptaan, sementara pembaca baru dapat memahami tema bila mereka 24
telah selesai memahami unsur-unsur signifikan yang menjadi media pemapar tema tersebut. Lebih lanjut, Brooks dalam Aminuddin (2000:92) mengatakan bahwa dalam mengapresiasi tema suatu cerita, seorang apresiator harus memahami ilmu-ilmu humanitas karena tema sebenarnya merupakan pendalaman dan hasil kontemplasi pengarang yang berkaitan dengan masalah kemanusiaan serta masalah lain yang bersifat universal. Tema dalam hal ini tidaklah berada di luar cerita, tetapi inklusif di dalamnya. Akan tetapi, keberadaan tema meskipun inklusif di dalam cerita tidaklah terumus dalam satu dua kalimat secara tersurat, tetapi tersebar di balik keseluruhan unsur-unsur signifikan atau media pemapar prosa fiksi. Dalam upaya pemahaman tema, pembaca perlu memperhatikan beberapa langkah berikut. 1. Memahami setting dalam prosa fiksi yang dibaca. 2. Memahami penokohan dan perwatakan para pelaku dalam prosa fiksi yang dibaca. 3. Memahami suatu peristiwa, pokok pikiran serta tahapan peristiwa dalam prosa fiksi yang dibaca. 4. Memahami plot atau alur cerita dalam prosa fiksi yang dibaca. 5. Menghubungkan pokok-pokok pikiran yang satu dengan yang lainnya yang disimpulkan dari satuan-satuan peristiwa yang terpapar dalam suatu cerita. 6. Menentukan sikap penyair terhadap pokok-pokok pikiran yang ditampilkannya. 7. Mengidentifikasi tujuan pengarang memaparkan ceritanya dengan bertolak dari satuan pokok pikiran yang ditampilkannya. 25
8. Menafsirkan tema dalam cerita yang dibaca serta menyimpulkannya dalam satu dua kalimat yang diharapkan merupakan ide dasar cerita yang dipaparkan pengarangnya. Berdasarkan pengertian di atas, tema yang diangkat dalam novel The Devil s Whisper ini adalah mengenai pengucilan dan balas dendam. Adanya budaya malu membuat masyarakat Jepang tidak bisa menerima dengan baik keluarga pelaku kriminal dan malah menjauhinya. b. Alur (plot) Alur adalah pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebabakibat. Pola pengembangan cerita novel tidak seragam. Jalan cerita suatu novel terkadang berbelit-belit, penuh kejutan ataupun sederhana. Menurut Aminuddin (2000:83), pengertian alur pada karya sastra adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Tahapan peristiwa yang menjalin suatu cerita bisa berbentuk dalam rangkaian peristiwa yang berbagai macam. Sedangkan alur menurut Stanton dalam Nurgiyantoro (1995:13), adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat. Peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya adalah segala keterangan, petunjuk, dan pengacuan yang berkaitan dengan ruang, waktu dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra. Dari penjelasan tersebut, alur merupakan keserasian antara waktu, tempat dan deskripsi suasana. 26
Peristiwa-peristiwa cerita dimanifestasikan lewat perbuatan, tingkah laku, dan sikap tokoh-tokoh dalam cerita. Peristiwa, konflik dan klimaks merupakan tiga unsur yang sangat esensial dalam pengembangan sebuah alur (plot) dalam cerita. Sebuah cerita menjadi menarik karena adanya tiga unsur tersebut. Menurut Luxemburg dkk (1984:50), peristiwa merupakan peralihan dari satu keadaan ke keadaan yang lain. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dibedakan antara kalimat-kalimat tertentu yang menampilkan peristiwa dengan yang tidak. Peristiwa yang ditampilkan dalam karya fiksi sangat banyak, maka perlu dilakukan analisis peristiwa untuk menentukan peristiwa mana yang berfungsi sebagai pendukung plot. Konflik mengacu pada pengertian sesuatu yang bersifat tidak menyenangkan yang terjadi atau dialami oleh tokoh-tokoh cerita yang jika diberi kebebasan untuk memilih maka mereka tidak akan memilih peristiwa itu menimpanya. Peristiwa dan konflik biasanya berkaitan erat dan dapat saling menyebabkan terjadinya satu dengan yang lain, bahkan konflik pun hakikatnya merupakan peristiwa. Ada peristiwa tertentu yang dapat menimbulkan konflik atau bahkan sebaliknya. Bentuk konflik dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu konflik fisik dan konflik batin. Konflik fisik (eksternal) adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan sesuatu di luar dirinya, bisa dengan tokoh lain maupun dengan alam. Sedangkan konflik batin (internal) adalah konflik yang terjadi di dalam hati, jiwa seorang tokoh atau tokoh-tokoh dalam cerita. Jadi ia merupakan konflik yang 27
dialami manusia dengan dirinya sendiri. Kedua konflik tersebut saling berkaitan dan menyebabkan terjadinya satu dengan yang lain dan dapat terjadi secara bersamaan. Menurut Stanton (2007:16), klimaks adalah saat konflik telah mencapai intensitas tertinggi dan saat itu merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari kejadiannya. Klimaks utama sebuah cerita akan terdapat pada konflik utama dan akan diperankan oleh tokoh-tokoh utama dalam cerita. Di dalam karya sastra terdapat tiga alur, yaitu : 1. Alur maju (progresif), adalah rangkaian cerita yang dimulai dari pengenalan masalah, terjadinya konflik, klimaks dan penyelesaian masalah. 2. Alur mundur (regresif), adalah rangkaian cerita yang dimulai dari menampilkan konflik, kemudian pengenalan tokoh dan penyelesaian masalah. 3. Alur campuran, merupakan perpaduan antara alur maju dan alur mundur. Alur cerita dalam novel The Devil s Whisper adalah alur campuran. Pada awal novel terdapat cerita tentang Mamoru setelah berumur 16 tahun. Pada cerita selanjutnya terdapat adanya flashback, yaitu cerita saat Mamoru masih kecil dan terjadinya kasus pencurian yang dilakukan oleh ayahnya, yang merupakan awal dari penderitaan Mamoru. Adanya pergantian sudut pandang karakter membuat novel ini cukup membingungkan bagi orang yang sulit untuk menghapal sekian banyak nama tokoh dalam waktu singkat. Ditambah dengan alur ceritanya yang sulit untuk ditebak, terdapat banyak kejutan di dalam beberapa bagian cerita. 28
c. Tokoh Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang berbedabeda. Seorang tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita disebut dengan tokoh inti atau tokoh utama, sedangkan tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena permunculannya hanya melengkapi, melayani dan mendukung pelaku utama disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu. Dalam menentukan siapa tokoh utama dan tokoh pembantu dalam suatu novel, pembaca dapat menentukannya dengan jalan melihat keseringan permunculannya dalam suatu cerita. Selain lewat memahami peranan dan keseringan permunculannya, dalam menentukan tokoh utama serta tokoh pembantu dapat juga ditentukan lewat petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya. Tokoh utama umumnya merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya, sedangkan tokoh tambahan hanya dibicarakan ala kadarnya (Aminuddin, 2000:79-80). Menurut Fananie (2000:86), tokoh tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan menyampaikan ide, motif, plot dan tema. Tokoh dalam cerita memiliki karakter dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang dimainkan. Tokoh juga mempunyai posisi dalam sebuah cerita tergantung di mana ia ditempatkan. Hal inilah yang disebut dengan penokohan. Penokohan merupakan perwujudan dan pengembangan pada sebuah cerita. Tanpa adanya tokoh, suatu cerita tidak dapat tersampaikan dengan baik. Penokohan lebih luas istilahnya daripada tokoh dan perwatakan, karena penokohan mencakup siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana penempatan dalam sebuah cerita sehingga mampu memberikan gambaran yang 29
jelas kepada para pembaca. Penokohan dan karakterisasi perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 1995:166). Di dalam sebuah cerita biasanya terdapat dua jenis tokoh, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan atau figuran. Tokoh utama adalah tokoh yang sering diceritakan di dalam suatu cerita dan sangat menentukan perkembangan dari suatu cerita tersebut. Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh pendamping dari tokoh utama yang biasanya hanya dimunculkan beberapa kali di dalam suatu cerita, namun memiliki peranan penting sehingga membuat cerita menjadi lebih berwarna. Antara tokoh utama dengan tokoh tambahan saling berkaitan erat karena saling melengkapi. Jika di dalam suatu cerita hanya memiliki tokoh utama saja atau tokoh tambahan saja, maka cerita tidak dapat tersampaikan dengan baik bahkan cenderung membingungkan karena tidak adanya interaksi yang terjadi di dalam cerita tersebut. Dalam novel ini tokoh yang digunakan hanya tokoh utama bernama Mamoru Kusaka yang memiliki masalah dalam kehidupannya menyangkut masa lalunya. 2.1.2 Unsur Ekstrinsik Unsur ekstrinsik atau unsur luar adalah unsur yang berada di luar karya sastra itu sendiri, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organism karya sastra (Nurgiyantoro, 1995:23). Atau dengan kata lain unsur ekstrinsik adalah unsur luar sastra yang ikut memengaruhi penciptaan karya sastra. 30
Unsur tersebut meliputi latar belakang pengarang, keyakinan dan pandangan hidup pengarang, adat istiadat yang berlaku, persoalan sejarah, keadaan ekonomi, situasi politik dan pengetahuan agama. Unsur ekstrinsik untuk setiap karya sastra adalah sama. Unsur ini mencakup berbagai aspek kehidupan sosial yang tampaknya menjadi latar belakang penyampaian amanat cerita dan tema. Selain unsur-unsur yang datangnya dari luar diri pengarang, hal yang sudah ada dan melekat pada kehidupan pengarang pun cukup besar pengaruhnya terhadap terciptanya suatu karya sastra. 2.2 Setting Dalam Novel The Devil s Whisper Yang dimaksud dengan latar atau setting adalah penggambaran situasi, tempat, dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa (Aminuddin, 2000:94). Latar atau setting yang disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan, waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan, (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995:216). Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis terhadap pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Pembaca dengan demikian merasa dipermudah untuk menggunakan daya imajinasinya, di samping memungkinkan untuk berperan serta secara kritis sehubungan dengan pengetahuannya tentang latar. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok yaitu tempat, waktu dan sosial. Ketiga unsur tersebut walaupun masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada 31
kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya (Nurgiyantoro, 1995:227). a. Latar Tempat Latar tempat berhubungan dengan lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, ataupun lokasi tertentu tanpa nama yang jelas. Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah mencerminkan ataupun tidak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan. Deskripsi tempat secara teliti dan realistis ini penting untuk memberikan kesan kepada pembaca bahwa seolah-olah hal yang diceritakan itu sungguh-sungguh ada dan terjadi di tempat seperti yang terdapat dalam cerita. Dalam hal ini, lokasi tempat berlangsungnya cerita dalam novel The Devil s Whisper adalah kota Tokyo di Jepang. Disebutkan bahwa tempat tinggal sang tokoh utama terdapat kanal-kanal besar sebagai penghalang ketika sungai meluap sewaktu diterjang angin topan. b. Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi yang biasanya dihubungkan dengan waktu faktual. Latar waktu juga harus dikaitkan dengan latar tempat dan latar sosial karena pada kenyataannya memang saling berkaitan. Digambarkan bahwa kisah dalam novel ini berlangsung pada musim dingin pada tahun 1989. 32
c. Latar Sosial Budaya Latar sosial berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks, dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara bersikap, dan lain-lain. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya kalangan bawah, menengah, atau atas. Latar sosial dari tokoh utama dalam novel The Devil s Whisper yaitu Mamoru Kusaka yang berusia 16 tahun, berstatus sebagai pelajar SMA yang tidak memiliki banyak teman karena pernah dikucilkan sewaktu ia kecil. Ia juga berstatus sebagai karyawan paruh waktu di sebuah toko. Di dalam novel ini pun memiliki latar budaya yang kuat, yaitu budaya malu atau haji ( 恥 ). Bagi bangsa Jepang, keutamaan rasa malu sangat penting karena merupakan akar dari kebajikan. Dan orang-orang yang tidak memiliki rasa malu dianggap sebagai orang yang tidak mempunyai hati nurani yang bersih. Itulah sebabnya mengapa Mamoru dan ibunya dikucilkan oleh masyarakat sekitar ketika Toshio Kusaka ketahuan mencuri dana masyarakat sebesar 5 juta yen. Masyarakat menganggap bahwa Toshio telah mempermalukan bukan hanya dirinya dan keluarganya, melainkan juga seluruh masyarakat yang ada di sana, sehingga dengan pengucilan terhadap Mamoru dan ibunya dianggap sebagai bentuk balasan atau akibat dari perbuatan aib yang dilakukan oleh Toshio. 33
2.3 Biografi Pengarang Biografi merupakan uraian tentang kehidupan seseorang, baik orang itu masih hidup ataupun sudah meninggal. Biografi berisi tentang perjalanan hidup tokoh tersebut, kehidupan seorang tokoh, deskripsi kegiatan dan prestasi tokoh, ekspresi tokoh serta pandangan tokoh tersebut. Biografi dalam bahasa Indonesia berarti riwayat hidup seseorang. Dalam biografi seorang tokoh biasanya banyak ditemukan suatu pelajaran yang dapat dipakai dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari awal hidup sampai menjelang ajal banyak hikmah yang dapat diambil. Tujuan dari penulisan biografi ini adalah agar pembaca dan penulis dapat mengetahui perjalanan hidup seorang tokoh yang ia baca, dapat meneladani dan mengambil pelajaran dari seorang tokoh untuk dipakai dalam kehidupan seharihari, dapat memberikan sesuatu yang berharga pada diri penulis dan pembaca setelah membacanya serta penulis dan pembaca dapat meniru cara bagaimana tokoh tersebut sukses. Miyuki Miyabe lahir pada 23 Desember 1960 di Tokyo. Ia mulai menulis novel ketika berusia 23 tahun. Pada tahun 1984, saat ia masih bekerja di kantor biro hokum, ia mengambil kelas menulis di sekolah Kodansha. Dari sanalah ia memulai debutnya sebagai penulis novel. The Devil s Whisper merupakan karya kedua yang Miyabe tulis. Selain itu ada lebih dari 40 buah novel yang telah ia hasilkan dan ia pun telah menerima sejumlah penghargaan sastra, termasuk penghargaan tertinggi sastra populer di Jepang, yaitu Naoki Prize. Buku-bukuya telah diterjemahkan ke dalam 15 bahasa, termasuk Prancis, Denmark, Rusia, Yunani, Jerman, China, Korea dan Indonesia. 34
Hampir sebagian besar buku-buku tersebut diangkat menjadi film layar lebar, adaptasi film maupun serial televisi. Ada pula novelnya yang dibuat menjadi serial manga dan serial video game. 2.4 Psikoanalisa Sigmund Freud 2.4.1 Psikoanalisa Sebagai Teori Kepribadian Dalam usahanya menjelaskan struktur kejiwaan manusia, Freud mengumpamakan jiwa manusia dengan sebuah gunung es di tengah laut. Yang terlihat dari permukaan laut hanyalah bagian yang sangat kecil, yaitu bagian puncaknya. Dalam hal jiwa seseorang maka yang terlihat dari luar hanyalah sebagian kecil saja, yaitu alam kesadaran. Bagian terbesar dari jiwa seseorang tidak terlihat dari luar dan ini merupakan alam ketidaksadaran. Antara kesadaran dan ketidaksadaran terdapat suatu perbatasan yang disebut prakesadaran. Dorongan-dorongan yang terdapat dalam alam prakesadaran ini sewaktu-waktu dapat muncul kembali ke dalam kesadaran. Sigmund Freud mendeskripsikan kepribadian menjadi tiga pokok bahasan, yaitu sistem kepribadian, dinamika kepribadian dan perkembangan kepribadian. Dalam hal ini penulis hanya membahas tentang sistem kepribadian. Dalam kajian psikologi sastra mengungkapkan psikoanalisa kepribadian yang dipandang meliputi tiga unsur kejiwaan, yaitu Id, Ego dan Super Ego. Ketiga sistem kepribadian ini saling berkaitan antara satu dengan yang lain seruta membentuk totalitas dan tingkah laku manusia yang tak lain merupakan produk interaksi ketiganya. 35
2.4.2 Sistem Kepribadian Menurut Freud, sistem kepribadian memiliki tiga unsur penting, yaitu Id (aspek biologis), Ego (aspek psikologis) dan Super Ego (aspek sosiologis). a. Id Id adalah sistem kepribadian paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Id merupakan sebuah reservoir atau wadah dalam jiwa seseorang yang berisikan dorongan-dorongan primitif yang disebut primitive drives atau inner forces. Dorongan-dorongan primitif ini merupakan dorongandorongan yang menghendaki agar segera dipenuhi atau dilaksanakan. Kalau dorongan ini dipenuhi dengan segera maka akan tercapai perasaan senang atau puas. Id adalah sistem kepribadian asli yang dibawa sejak lahir. Id berfungsi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu berusaha memeroleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Bagi Id, kenikmatan adalah keadaan yang relative inaktif dan rasa sakit adalah tegangan atau peningkatan energi yang mendambakan kepuasan. Bagi individu, tegangan itu merupakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Untuk menghilangkan ketegangan tersebut dan menggantinya dengan kenikmatan, Id memiliki perlengkapan berupa dua macam proses. Proses pertama yaitu tindakan-tindakan refleks (reflex action), adalah suatu bentuk tindakan yang mekanisme kerjanya otomatis dan segera, serta ada pada individu yang merupakan bawaan lahir. Tindakan refleks ini digunakan individu untuk menangani pemuasan rangsang sederhana dan biasanya segera dapat dilakukan. Contohnya refleks mengedipkan mata. 36
Proses kedua yaitu proses primer, adalah suatu proses yang melibatkan sejumlah reaksi psikologis yang rumit. Proses primer dilakukan dengan membayangkan atau mengkhayalkan sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan dan dipakai untuk menangani stimulus kompleks, seperti seorang bayi yang lapar membayangkan makanan. Proses membentuk gambaran objek yang dapat mengurangi tegangan disebut pemenuhan hasrat (wish fulfillment), misalnya lamunan, mimpi dan halusinasi psikotik. Tetapi bagaimanapun menurut prinsip realitas yang bersifat objektif, proses primer dengan objek yang dihadirkannya itu tidak akan mampu sungguh-sungguh mengurangi tegangan. Id tidak mampu menilai atau membedakan mana yang benar dan mana yang salah serta tidak tahu moral. Jadi harus dikembangkan jalan memperoleh khayalan itu secara nyata yang memberi kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru khususnya masalah moral. Alasan inilah yang membuat Id memunculkan Ego. b. Ego Ego berkembang dari Id agar mampu menangani realita, sehingga Ego beroperasi mengikuti prinsip realita. Ego berusaha memperoleh kepuasan yang dituntut Id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan objek nyata yang dapat memuaskan kebutuhan. Ego memiliki dua tugas utama. Yang pertama adalah memilih dorongan mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Yang kedua adalah menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal. 37
Menurut Freud, Ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Ego dalam menjalankan fungsinya tidak ditujukan untuk menghambat pemuasan kebutuhan-kebutuhan yang berasal dari Id, melainkan sebagai perantara dari tuntutan naluri dari satu pihak dengan keadaan lingkungan pihak yang lain. Yang dihambat oleh Ego adalah pengungkapan naluri-naluri yang tidak layak atau tidak bisa diterima oleh lingkungan. Jadi dalam melaksanakan tugasnya, Ego harus menjaga benar bahwa pelaksanaan dorongan ini tidak bertentangan dengan kenyataan dan tuntutan-tuntutan dari Super Ego. c. Super Ego Super Ego adalah sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturanaturan yang menyangkut baik atau buruk, yang berisi kata hati seseorang. Kata hati ini berhubungan dengan lingkungan sosial dan mempunyai nilai moral sehingga merupakan kontrol atau sensor terhadap dorongan-dorongan yang datang dari Id. Menurut Freud, Super Ego terbentuk melalui internalisasi nilai dan aturan oleh individu dari sejumlah figur yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu tersebut seperti orang tua dan guru. Adapun fungsi utama dari Super Ego adalah : a) Sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri Id agar impuls-impuls tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat. b) Mengarahkan Ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral ketimbang dengan kenyataan. 38
c) Mendorong individu mencapai kesempurnaan. Aktivitas Super Ego dalam diri individu, terutama apabila aktivitas ini bertentangan atau terjadi konflik dengan Ego, akan muncul dalam bentuk emosiemosi tertentu seperti perasaan bersalah atau penyesalan. Bila Ego gagal menjaga keseimbangan antara dorongan dari Id dan larangan dari Super Ego, maka seseorang akan menderita konflik batin yang terus menerus dan konflik batin ini akan menjadi dasar dalam penyakit kejiwaan. Sikap tertentu dari individu seperti observasi diri, koreksi atau kritik diri juga bersumber pada Super Ego. Id, Ego dan Super Ego membutuhkan energi psikis untuk menjalankan fungsinya masing-masing. 39