BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perbankan merupakan industri yang syarat dengan risiko, terutama karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam bentuk berbagai investasi, seperti pemberian kredit, pembelian surat-surat berharga dan penanaman dana lainnya. Kondisi perbankan di Indonesia selama tahun 2005-2007 merupakan periode yang penuh dinamika bagi industri perbankan nasional. Ditengah beratnya tantangan yang dihadapi, bank pada umumnya mampu mempertahankan kinerja yang positif. Profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas bank stabil pada tingkat yang memadai. Namun demikian, fungsi intermediasi masih terkendala akibat perubahan kondisi perekonomian yang kurang menguntungkan (Laporan Tahunan Bank Indonesia, 2006). Perusahaan perbankan sedang melakukan reformasi sistem melalui implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dimana secara bertahap dalam jangka waktu lima sampai dengan sepuluh tahun kedepan API akan diimplementasikan dengan visi yang jelas. Visi API adalah menciptakan sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan system keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Industri perbankan merupakan sektor penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial intermediary diantara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang memerlukan dana. Faktor-faktor yang
mempengaruhi profitabilitas bank dapat bersumber dari berbagai kinerja profitabilitas yang ditunjukkan beberapa indikator. Rasio profitabilitas yang penting bagi bank adalah Return on Asset (ROA). Tingkat kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan dapat diukur dengan melihat Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan menejemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA yang dicapai bank, semakin baik posisi bank dari segi penggunaan asset (Dendiwijaya, 2001). Langkah-langkah yang harus dilakukan bank dalam mencapai ROA haruslah sesuai dengan harapan yaitu dengan memperhitungkan prinsip kehati-hatian (Prudential System) dalam penggunaan aset yang dimiliki karena setiap kegiatan usaha bank yang melibatkan penggunaan aset atau berorientasi keuntungan selalu dihadapkan pada risiko yang sering disebut risiko usaha. Risiko usaha bank adalah tingkat ketidakpastian mengenai suatu hasil yang diperkirakan atau diharapkan akan diterima. Guna menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi, tuntutan nasabah yang meningkat dan pesatnya kemajuan teknologi informasi, maka pengelolaan bank secara efisien merupakan syarat mutlak untuk dapat terus bertahan. Umumnya perusahaan yang lebih efisien akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan yang kurang efisien. Efisiensi perusahaan bukan hanya merupakan ukuran perbandingan antara output yang dihasilkan dengan input, tetapi bagaimana manajemen mengelola sumberdaya yang ada dengan segala keterbatasan untuk menghasilkan output yang optimal.
Perusahaan dapat dikatakan lebih efisien dibandingkan pesaingnya jika dengan input yang sama menghasilkan output lebih tinggi atau dapat menghasilkan output yang sama dengan input yang lebih rendah. Perusahaan go public dengan kinerja yang baik akan meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Harapan investor selain memperoleh dividen adalah kenaikan harga saham, karena dengan kenaikan harga saham maka investor akan mendapatkan keuntungan dari capital gain. Kinerja perusahaan go public dapat diukur dari kinerja harga sahamnya di lantai bursa, kinerja saham yang baik adalah jika kenaikan harganya di atas atau paling tidak sama dengan tingkat kenaikan indeks pasarnya. Dalam jangka panjang emiten yang dapat menunjukkan kinerja yang lebih efisien akan mendapatkan tanggapan positif dari investor. Perusahaan yang efisien akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan yang kurang efisien. Identifikasi terhadap upaya-upaya manajemen bank didalam melakukan tindakan efisiensi sehingga dapat berpengaruh pada return saham bank, dapat dinilai melalui beberapa rasio efisiensi bank (Wardoyo, 2002), dalam penelitian ini yaitu Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Cost Efficiency Ratio (CER) dan Overhead Efficiency. Setiap kegiatan penempatan dana yang dilakukan oleh bank, maka didalamnya melekat resiko yang harus di tanggung (Masyhud, 2004), Risiko usaha merupakan tingkat ketidak pastian mengenai pendapatan yang diperkirakan akan diterima. Pendapatan dalam hal ini adalah keuntungan bank. Semakin tinggi ketidak pastian pendapatan yang diterima suatu bank, semakin besar kemungkinan risiko yang dihadapi dan semakin tinggi pula premi risiko
atau bunga uang diinginkan ( Siamat, 2005). resiko yang ada didalam penelitian ini terdiri dari Liquidity Risk, Capital Risk dan Deposito Risk. Hampir menjadi permasalahan atau kendala klasik bagi Bank Pembangunan Daerah (BPD) di seluruh Indonesia bahwa ekspansi usaha yang cukup pesat menjadikan ratio kecukupan modal mengalami kecenderungan menurun. PT. Bank SUMUT adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang perbankan dan merupakan salah satu bank milik pemerintah daerah, memiliki 24 kantor cabang konvensional dengan 68 kantor cabang pembantu dibawahnya yang tersebar di seluruh Sumatera Utara dan Jakarta, 3 kantor cabang syariah dengan 3 kantor cabang pembantu di bawahnya, 13 unit kantor payment point dan 4 unit kantor kas. Dalam beberapa tahun terakhir kinerja keuangan PT. Bank SUMUT dapat terlihat sebagai berikut: Tabel 1.1. Laporan Laba dan Rasio Keuangan PT.BANK SUMUT periode 2004-2011 Uraian 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Laba Thn Berjalan 116 96 155 188 237 421 404 426 Stlh Pajak (dlm Miliar) ROA (%) 4,37 3,55 3,43 3,39 4,11 5,47 4,55 3,26 BOPO (%) 70,75 79,38 78,83 76,09 74,02 62,62 68,65 75,99 NPL (%) 3,79 2,20 1,43 1,23 0,59 1,71 2,25 2,56 CAR (%) 31,07 28,74 25,97 20,95 16,48 10,77 13,06 14,66 LDR (%) 52,42 56,99 43,48 56,46 84,13 97,87 91,04 78,56 Sumber : laporan tahunan PT.Bank Sumut
Gambar 1.1. Grafik Rasio Keuangan PT.BANK SUMUT periode 2004-2011 Berdasarkan Tabel dan Gambar 1.1 dapat dilihat Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang merupakan salah satu indikator efisiensi mengalami kenaikan dari tahun 2004-2005, namun di tahun 2006-2009 BOPO mengalami penurunan namun kembali mengalami kenaikan dari tahun 2009-2011. Laba Tahun Berjalan mengalami kenaikan dari tahun 2006-2009 namun di tahun 2010 laba mengalami penurunan, kondisi tersebut menunjukkan adanya hubungan negatif antara Laba Tahun Berjalan dan BOPO sehingga berdasarkan data empiris perlu dilakukan penelitian lanjutan. Penurunan ratio BOPO pada periode 2006-2009 diikuti dengan kenaikan rasio Return On Asset (ROA) pada tahun 2006-2007 namun di tahun 2010 BOPO mengalami kenaikan dan ROA mengalami penurunan, sehingga BOPO menunjukkan pengaruh yang negatif terhadap ROA. NPL pada tahun 2004-2008 mengalami penurunan, namun
dari tahun 2008-2011 NPL mengalami kenaikan, diikuti dengan kenaikan ROA pada tahun 2006-2009 dan penurunan ROA ditahun 2010. CAR mengalami penurunan dari tahun 2004-2009 yang diikuti juga dengan penurunan ROA dari tahun 2004-2007 dan LDR mengalami kenaikan di tahun 2004-2009 sedangkan di tahun 2009-2011 mengalami penurunan. Dari fenomena diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian bagaimana Pengaruh Efisiensi Usaha dan Resiko terhadap Return on Asset pada PT. Bank Sumut. 1.2. Perumusan Masalah Perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana pengaruh rasio efisiensi usaha terdiri dari BOPO, Cost Efficiency ratio, Overhead Efficiency dan resiko yang terdiri dari Liquidity Risk, Capital Risk dan Deposit Risk terhadap return on asset Pada PT. Bank Sumut. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh rasio efisiensi usaha terdiri dari BOPO, Cost Efficiency ratio, Overhead Efficiency dan resiko yang terdiri dari Liquidity Risk, Capital Risk dan Deposit Risk terhadap return on asset Pada PT. Bank Sumut.
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Sebagai bahan masukan bagi pimpinan PT. Bank Sumut mengenai efisiensi usaha dan resiko berpengaruh terhadap return on asset. b. Sebagai menambah khazanah dan memperkaya penelitian ilmiah di Sekolah Pascasarjana, khususnya di Program Studi Magister Ilmu Manajemen. c. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam bidang Ilmu Manajemen Keuangan, khususnya mengenai pengaruh efisiensi usaha dan resiko terhadap Return on Asset (ROA) Bank Sumut. d. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji masalah yang sama di masa mendatang.