MUHAMMAD AHLUL AMRI BUANA

dokumen-dokumen yang mirip
SEJARAH DAN DINAMIKA PERKEMBANGAN HURUF LONTARAQ DI SULAWESI SELATAN. Nurhayati Rahman

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

Novi Resmini Universitas Pendidikan Indonesia

BAB III AKSARA SUNDA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBONG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG AKSARA KA GA NGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBONG,

APLIKASI AKSARA LONTARA MAKASSAR BERBASIS ANDROID AKSARA LONTARA MAKASSAR APPLICATION BASED ANDROID

AKSARA DAERAH DAN BUDAYA VISUAL NUSANTARA SEBAGAI GAGASAN PERANCANGAN TYPEFACE (FONT) LATIN

PERANCANGAN APLIKASI PEMBELAJARAN AKSARA LONTARA DENGAN METODE GAME BASED LEARNING

Benteng Fort Rotterdam

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Melayu klasik telah ada sebelum mesin cetak digunakan di

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zainal Arifin Nugraha, 2013

Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke

JEJAK BAHASA MELAYU (INDONESIA) DALAIV- BAHASA BUGIS, MAKASSAR, MANDAR, DAN TORAJA (TINJAUAN LEKSIKOSTATISTIK)

Bab 1. Pendahuluan. Dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan hal yang sangat penting. Untuk

Aksara & Ejaan sistem tanda Bahasa Lisan bunyi Bahasa Tulis BAHASA LISAN Perbedaan Bahasa Lisan & Bahasa Tulis

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi yang mendukung pengerjaan proyek Tugas Akhir ini

KISI-KISI SOAL SEJARAH KELAS X TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam, dimana salah satunya terwujud dalam aksara atau tulisan asli

FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda. Pertemuanpertemuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI. Oleh : Dwi Hastuti Puspitasari, SKom, MMSI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI (ERA KOMUNIKASI TULISAN)

MENGAPA KITA MEMPELAJARI FILOLOGI???

PENGGUNAAN UNSUR AKSARA NUSANTARA PADA HURUF MODERN

Bab 1. Pendahuluan. komunikasi antara lain bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan, dan penyiaran. Bahasa

CARA CEPAT DAN MUDAH MENGAJARAKAN MATERI MENULIS AKSARA JAWA PADA ANAK SEKOLAH RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SEIKATSU KAIZEN. Reformasi Pola Hidup Jepang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipelajari. Dari segi sejarah, agama, kepercayaan, budaya, bahkan

Bab 1. Pendahuluan. Untuk dapat berkomunikasi dengan sesama manusia dan saling mengerti apa dari

Kalender dalam Sejarah Kebudayaan

Gara-Gara Hantu Lingkaran. Hendra Gunawan

BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ( R P K P S ) DAN BAHAN FILOLOGI NUSANTARA

Bab I. Pendahuluan. Dalam kehidupan manusia, komunikasi sangatlah penting. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis

PENGANTAR ILMU PERPUSTAKAAN. Pertemuan 2 Sejarah Perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teks yang ditulis dengan huruf bahasa daerah atau huruf Arab-Melayu. Naskah

Bab 1. Pendahuluan. yang digunakan oleh masyarakat untuk menyampaikan apa yang ingin. memelajari bahasa sangat penting dalam komunikasi.

Bab 1. Pendahuluan Latar Belakang Untuk dapat memahami makna dari suatu ukiyo-e (seni lukisan kuno Jepang) tidak

Bahasa Indonesia UMB TATA TULIS DALAM RAGAM ILMIAH. Kundari, S.Pd, M.Pd. Komunikasi. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu. Program Studi Sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

2014 SAJARAH CIJULANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun pertama masehi, Lampung telah dihuni oleh manusia. Hal ini dibuktikan

LAPORAN PENELITIAN DI FORT ROTTERDAM OLEH: ALAMANDA AKUNTANSI-II/A

Bab 2 Sejarah Singkat Tulisan Di Mesopotamia, Timur Tengah, dan Eropa

Teks, Tekstologi, dan Kritik Teks

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH KELAS X 2011

BAB I PENDAHULUAN. perpustakaan umum. Perpustakaan umum merupakan tempat atau lokasi yang

BAB VII KESIMPULAN. masyarakat suku Makassar telah difungsikan oleh pencerita atau pasinrilik sebagai

2. 1. Landasan Naskah NBG (Nederland Bible Geselschaft) 183. Gambar Halaman Naskah Kuno Bugis La Galigo

Dan Pengaruhnya Terhadap

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

KESINAMBuNGAN BUDAYA

SERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK)

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara (Wisman) melalui Pintu Masuk Makassar menurut Kebangsaan

Alat Musik Dawai. Istilah Kordofon. 1.1 Pendahuluan

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

PEMAKAIAN AKSARA DALAM PENULISAN BAHASA MELAYU HINGGA BAHASA INDONESIA (THE USAGE OF LETTERS ON MALAY TO INDONESIAN LANGUAGE WRITING)

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Indikator Pencapaian Kompetensi. Kegiatan pembelajaran. Mencari artikel di perpustakaan dan internet mengenai lahir dan berkembangnya agama dan

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam kategori Aksara Nusantara. Secara garis besar menurut Kertasari et. al (2009),

Berdasarkan etimologinya, dua kata tersebut kemudian membentuk arti senang berbicara atau senang ilmu (Baried, 1996). Arti ini kemudian berkembang

BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI. 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. serta mudah dipahami oleh orang awam lantaran pendekatan-pendekatan

Berkenalan dengan Kitab Wahyu DR Wenas Kalangit

KERAJAAN HINDU-BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA BESERTA PENINGGALANNYA

La Galigo sebagai cermin budaya; Beberapa catatan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibaca dalam peningglan-peninggalan yang berupa tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang

BAB I PENDAHULUAN. Belakangan ini, banyak orang mulai berpikir bahwa keahlian adalah hal yang

REVITALISASI PERAN STAKE HOLDERS

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan kebudayaan masyarakat. Implikasinya, jika tuntutan zaman. harus diarahkan pada pencapaian kompetensi tersebut.

PROSES ISLAMISASI DI INDONESIA (ABAD M): MASALAH DI SEKITAR KAPAN, SIAPA, DAN DARI MANA? *)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan komunikasi. Dalam buku Komunikasi AntarBudaya, Jalaluddin Rakhmat dan Deddy

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

Keterampilan Membaca

INTERAKSI KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan prosa yang diadaptasi dari bagian epos-epos dalam

Transkripsi:

MENCARI MANDAR OLEH MUHAMMAD AHLUL AMRI BUANA

MENGAPA MANDAR GUNAKAN AKSARA BUGIS? Penemuan sistem tulisan oleh suatu kelompok masyarakat menjadi penentu bermulanya peradaban di daerah tersebut. Peradaban-peradaban besar di muka bumi ini pasti mengenal tulisan. Beberapa di antaranya seperti: hieroglif di Mesir, aksara kanji di Cina dan Jepang, hang-geul di Korea, alfabet latin dari kekaisaran Romawi, serta huruf hijaiyyah dari Arab. Jika ditilik dari bangsa manakah yang pertama kali menemukan tulisan, maka oleh para sejarawan Mesopotamia dianggap sebagai peradaban tertua di muka bumi karena telah menggunakan cuneiform (huruf paku) berbahasa Sumeria sejak enam milenium lalu. Aksara Lontaraq merupakan bukti dari ketinggian prestasi peradaban Suku Bugis di Sulawesi Selatan. Konon aksara ini ialah turunan dari aksara Pallawa, India sebagaimana halnya aksara-aksara Nusantara lainnya. Di Indonesia, kita mengenal kurang lebih ada 12 macam aksara lokal. Aksara-aksara tersebut antara lain: Hanacaraka (Jawa dan Bali), aksara Sunda Kuno, Cacarakan (Sunda modern), Surat Batak, Incung (Kerinci), Rejang, Rencong (Surat Ulu), Had Lampung, Lota Ende, Urupuq Lontaraq (Bugis), serta Jangngang-Jangngang Makassar. Aksara Lontaraq Bugis atau yang dalam istilah lokal disebut dengan nama ukiq sulappaq eppaq (huruf segiempat) 1 terdiri atas 23 huruf dengan lima macam tanda baca. Awalnya, sesuai namanya, aksara ini dituliskan di atas daun lontar. Setelah kertas mulai dikenal di Sulawesi Selatan, aksara ini pun disalin ke atas media baru tersebut sehingga mengakibatkan terjadinya modifikasi dari bentuk-bentuk aslinya. Aksara Lontaraq, Siapa Penciptanya? Alkisah, aksara lontaraq diciptakan oleh seorang syahbandar kerajaan Gowa bernama Daeng Pamatteq pada abad ke-16. Ia diperkirakan hidup pada masa pemerintahan Sombayya ri Gowa IX, Daeng Matanre Karaeng Manguntungi Tumaparrisi Kallonna (1512-1546). 2 Pendapat ini mengacu pada sebuah paragraf di dalam naskah Lontaraq Gowa: 1 Fachruddin Ambo Enre, Ritumpanna Welenrengnge, Yayasan Obor Indonesia, 1999, hal. 34. 2 Prof. DR. Ahmad M. Sewang, M.A., Islamisasi Kerajaan Gowa, Yayasan Obor, 2005, hal. 37.

Iapa anne karaeng uru appareq rapang bicara, timu-timu ri bunduka. Sabannaraqna minne karaenga nikana Daeng Pamatteq. Ia sabannaraq, ia tu mailalang, ia tommi Daeng Pamatteq ampareki lontaraq Mangkasaraq. 3 Siapakah Daeng Pamatteq ini? Sosoknya masih merupakan misteri karena tidak ada sumber sejarah lain yang memberitakan tentang dirinya. Mukhlis PaEni beranggapan bahwa sebenarnya Daeng Pamatteq tiada lain ialah Benjamin F. Matthes, misionaris asal Belanda yang mengumpulkan naskah La Galigo serta mempelajari Bahasa Bugis dan Makassar dengan bantuan Retna Kencana Arung Pancana Toa Colliq PujiE Datu Tanete. 4 Selain sukses menghimpun naskah La Galigo sebagai karya sastra terpanjang di dunia, Matthes juga berjasa dalam membakukan aksara Lontaraq yang berbentuk sulappaq eppaq agar mudah dalam proses percetakan. 5 Kenyataan sejarah itulah yang kemudian menimbulkan anggapan bahwa nama Pamatteq yang tidak ditemukan artinya di dalam Bahasa Makassar 6 sebenarnya merupakan perubahan bentuk dari nama Daeng Matthes, si orang Belanda yang suka mencari tahu tentang sejarah serta kekayaan budaya Bugis- Makassar selama 23 tahun karirnya di Sulawesi Selatan (sejak 1848). Tapi, tunggu dulu. Bukankah Lontaraq Gowa itu adalah catatan resmi kerajaan? Lalu, bagaimana caranya sehingga tokoh penting yang memegang jabatan syahbandar oleh official record kerajaan maritim macam Gowa diampu oleh seorang misionaris dari Belanda yang tidak punya darah kebangsawanan lokal sama sekali? Apakah masuk akal jika penginjil yang dijuluki Tuan Panrita dan sebelum bertemu dengan Colliq PujiE ditolak sana-sini oleh orangorang Bugis karena ingin menyalin lontaraq mereka kemudian menjadi seorang Daeng Pamatteq sebagaimana dikisahkan dalam Lontaraq Gowa? Kedengarannya ganjil. Nah, teori kedua, ada yang menyimpulkan jika sebenarnya Daeng Pamatteq adalah figur sejarah yang nyata. Daeng Pamatteq memang memiliki peran yang penting dalam perkembangan huruf lontaraq, akan tetapi ia bukanlah pencetus pertama aksara ini. Dalam menafsirkan kata ampareki lontaraq Mangkasaraq, almarhum Muhammad Salim menerjemahkannya tidak sebagai pembuat aksara namun menyusun pustaka dalam bahasa Makassar. Teori ini juga didukung oleh almarhum Mattulada, dimana beliau meyakini 3 Nurhayati Rahman, Suara-Suara dalam Lokalitas, La Galigo Press, 2012, hal. 120. 4 Ibid. 5 Islamisasi Kerajaan Gowa, hal. 40. 6 Suara-Suara dalam Lokalitas, hal. 120.

bahwa Daeng Pamatteq bukanlah orang yang menciptakan huruf Lontaraq melainkan orang yang memodifikasinya. 7 Teori berikutnya penulis sadur dari tulisan Cho Tae Yang (yang pada waktu itu merupakan kandidat Doktor Ilmu Linguistik dari Universitas Hasanuddin). Pada tulisan yang berjudul Tradisi Bahasa Tulisan di Sulawesi Selatan itu ia mengutip bahwa Daeng Pamatteq sebagai pencipta lontaraq Jangngang-Jangngang, bukanlah sosok yang menciptakan lontaraq sulappaq eppaq: Syahbandar Daeng Pamattek diperintah oleh Raja Tumapa risi Kallonna, untuk menciptakan sistem aksara, beliau, dengan meniru bentuk seekor burung dari berbagai sisi, menciptakan aksara Jangang-Jangang. Oleh karena proses penciptaannya, nama aksara ini disebut Jangang-Jangang (Syarifuddin Daeng Kulle & Zainuddin Tika, 2003: 16) Menurut Tae Yang, penggunaan aksara Jangngang-Jangngang tidak sepopuler ukiq sulappaq eppaq karena bentuknya yang tidak praktis sehingga susah untuk dituliskan. Aksara Jangngang-Jangngang digunakan sebagai aksara resmi kerajaan Gowa, akibatnya penggunaan aksara ini tidak meresap hingga ke masyarakat lapisan bawah. Kemudian muncullah Lontaraq Bugis yang menggantikan kedudukan lontaraq Jangngang-Jangngang sebagai aksara bersama suku-suku di Sulawesi Selatan dan sekitarnya. Teori terakhir, Daeng Pamatteq dipercaya sebagai Daeng Pamatteq, dan Matthes dipercaya sebagai Matthes; maksudnya kedua orang tersebut merupakan sosok yang berbeda dan tidak ada sangkut-pautnya satu-sama lain. Masalah yang sebenarnya bukan berada pada sosok, melainkan dalam penafsiran kita akan kata lontaraq Mangkasaraq. Masih dikutip dari buku Suara-Suara dalam Lokalitas buah karya Ibunda Nurhayati Rahman, lontaraq tidak selamanya bermakna tulisan atau naskah. Lontaraq bisa bermakna undang-undang, hukum, sejarah, astronomi, obat-obatan, dan berbagai ilmu pengetahuan tradisional orang Bugis- Makassar lainnya. Jadi, bisa saja yang dimaksud dengan lontaraq Mangkasaraq sebagaimana yang dipetik dari deskripsi mengenai Daeng Pamatteq di atas bermakna: orang yang pertama kali menuliskan sejarah Makassar. Lalu, apakah usia aksara lontaraq memang semuda itu dibandingkan dengan aksara Jawa dan aksara Nusantara lainnya? Rasa-rasanya terlalu gegabah jika aksara lontaraq yang kita kenal sekarang ini baru diciptakan menjelang masuknya pengaruh agama Islam ke 7 Suara-Suara dalam Lokalitas, hal. 121.

Sulawesi Selatan. Jauh sebelum masa hidup Daeng Pamatteq, menurut Fachruddin Ambo Enre, Sureq Galigo yang terkenal itu telah ditulis menggunakan aksara lontaraq, yaitu sekitar abad ke-14 Masehi. 8 Selain itu, berdasarkan sebuah berita Cina Dinasti Sung dari tahun 977 Masehi mengenai surat berbentuk seperti gulungan pita yang diterima kaisar dari raja P uni (Brunei), maka kemungkinan besar bentuk awal aksara lontaraq (yang naskahnya di Sulawesi Selatan juga berbentuk seperti gulungan pita) sudah ada sejak zaman Sriwijaya (abad ke-7 hingga 10 Masehi). 9 Aksara Lontaraq, Perkembangannya? Di dalam buku Cinta, Laut dan Kekuasaan dalam Epos La Galigo karangan Nurhayati Rahman, ada pembahasan khusus yang lengkap mengenai teori-teori para ahli terkait asalmuasal aksara ini. Pakar seperti Noorduyn berpendapat bahwa aksara Bugis sebenarnya berasal dari pengembangan karakter aksara Kawi (Jawa Kuno). Fachruddin Ambo Enre berpendapat bahwa huruf Lontaraq yang berbentuk segiempat ini berasal dari rumpun aksara Sriwijaya. Ide ini didukung pula oleh Kern yang melihat adanya persamaan antara aksara Lontaraq dengan aksara Sumatera sehingga berpendapat bahwa tulisan tersebut diturunkan oleh induk yang sama. Hipotesa-hipotesa di atas kemudian disingkapi oleh Nurhayati Rahman sebagai suatu kelumrahan jika terjadi proses saling mempengaruhi antara satu aksara dengan aksara yang lain, baik berupa sistem bunyi maupun sistem bentuknya, apalagi di kawasan seperti Asia Tenggara. 8 Islamisasi Kerajaan Gowa, hal. 38. 9 Suara-Suara dalam Lokalitas, hal. 120.