BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menguasai bahasa dan setiap elemen-elemen dalam bahasa, seperti. keinginan kepada orang lain (Dedi Sutedi 2011: 2).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Kelas kata dalam bahasa Jepang (hinshi bunrui) diklasifikasikan ke dalam 10

BAB I PENDAHULUAN. selalu akan ditemukan peraturan-peraturan berbahasa yang disebut juga dengan tata

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat luas dan dapat juga membantu seseorang untuk

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam. kehidupan manusia. Bahasa terus berkembang sesuai dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi satu dengan yang lain. Dengan adanya bahasa, manusia sebagai

Bab 1. Pendahuluan. Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm

BAB I PENDAHULUAN. lengkap (Chaer, 2007:240). Menurut Widjono (2005:141) kalimat merupakan

2015 ANALISIS MAKNA VERBA TORU SEBAGAI POLISEMI (KAJIAN SEMANTIK)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa itu beragam, artinya meskipun sebuah bahasa mempunyai kaidah atau pola

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi modal dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan sosial di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. alat komunikasi. Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu. serta latar belakang suatu bangsa (Simatupang, 1999 : 8)

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berbahasanya. Salah satunya bahasa Jepang, Dewasa ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. maupun tulisan. Oleh karena itu, memahami kosakata adalah hal yang terpenting

Bab 1. Pendahuluan. Sejak zaman dahulu kala, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pratamawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Jodoushi dantei terdiri dari dua buah kata yaitu jodoushi dan dantei. Sudjianto

BAB III METODE PENELITIAN. permasalahan. Sedangkan metode dapat diartikan sebagai cara atau prosedur yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang adalah salah satu bahasa di dunia yang memiliki ciri dan

PENDAHULUAN. dari pada makhluk lain dimuka bumi ini. Bahasa memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. hubungan baik dengan mitra tutur saat melakukan tuturan. Maka pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas-tugas tersebut. Tetapi kalau memahami masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki kaidah-kaidah ataupun aturan masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap bahasa mempunyai keunikannya masing-masing. Baik dari segi penulisan,

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. Materi utama dalam pengajaran bahasa Jepang ada tiga macam, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 ANALISIS MAKNA KANYOUKU DALAM BAHASA JEPANG YANG MENGGUNAKAN KATA MIZU

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suciati Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang adalah salah satu bahasa yang banyak dipelajari di

BAB I PENDAHULUAN. Latin lingua bahasa (Verhaar, 1996: 3). Cabang-cabang linguistik di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa yang ada di dunia ini pasti memiliki perbedaan tersendiri jika dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasa Jepang terdapat banyak sekali kata-kata yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak dikenal adanya kata serapan (gairaigo). Banyaknya pemakaian

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dan berinteraksi dengan manusia lainnya. Dengan bahasa, manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam berkomunikasi sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1992, Narrog: 2009). Hal ini berarti, setiap bahasa alami di dunia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai

ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III)

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menguasai suatu bahasa asing dengan baik, salah satu proses yang

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. makna apabila melekat pada kelas kata lain dalam suatu kalimat. Joshi dalam bahasa Jepang

Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sebuah sistem dari simbol vokal yang arbiter yang

BAB I PENDAHULUAN. beberapa faktor, salah satunya ialah akibat masuknya pengaruh dari bahasa asing. memiliki kata-kata pinjaman dalam kosakata mereka.

BAB I PENDAHULUAN. Baik dalam hal pelafalan, intonasi, kosakata, pola kalimat, maupun tata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke dalam kategori ini bermacam-macam, seperti : ukemi (bentuk pasif),

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan fukushi. Fukushi adalah kata yang dipakai untuk menerangkan yougen

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang sulit untuk dipelajari.

BAB I PENDAHULUAN. pemikirannya, maka manusia menciptakan bahasa. Bahasa adalah sistem lambang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang banyak diminati, karena memiliki keunikan tersendiri. Sama

dengan perubahan yang mengikuti perkembangan sosial budaya masyarakat dipakai manusia untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan-kenginan dan

BAB I PENDAHULUAN. Merujuk dari peribahasa Lain padang lain belalang, maka setiap bahasa juga

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan makna kepada seseorang, baik secara lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. (Kridalaksana, 1983:3). Dalam bahasa Jepang, adjektiva disebut keiyoushi. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pertamanya untuk tujuan tertentu. Salah satu bahasa asing yang

BAB I PENDAHULUAN. Kosakata, yang dalam bahasa Jepang dikenal dengan istilah goi

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa kesulitan jika harus menghapal kanji. Di tambah lagi satu kanji bisa

BAB I PENDAHULUAN. bagian-bagian kalimat digunakan kata sambung (konjungsi) yang membuat

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB I. yang mengkaji bahasa sebagai bahasa, bukan sebagai disiplin ilmu yang lain.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. termasuk dalam disiplin ilmu karena dengan kegiatan penelitian dapat

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan kembali kepada orang-orang lain sebagai bahan komunikasi.

JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1. Pendahuluan. Manusia berinteraksi dengan manusia lain dengan menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Kalimat- kalimat bahasa sebagai ungkapan sikap, perasaan, dan

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Silakan lihat lampiran 1.

2015 ANALISIS MAKNA ASPEKTUAL HOJODOUSHI TE IKU DAN TE KURU

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan suatu informasi dari pembicara sebagai pemberi informasi ke

BAB I PENDAHULUAN. percakapan, atau tuturan, sering dijumpai istilah wacana. Wacana terdiri dari

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PARTIKEL GURAI DAN GORO. Menurut Drs. Sugihartono ( 2001:178 ), joshi adalah jenis kata yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang seperti layaknya bahasa lain pada umumnya, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, manusia akan melakukan sebuah komunikasi. Saat berkomunikasi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1. Latar Belakang Bahasa merupakan alat vital dalam berkomunikasi. Maka sangatlah penting untuk mempelajari dan menguasai bahasa dan setiap elemen-elemen dalam bahasa, seperti pemahaman tentang makna bahasa tersebut. Selain itu bahasa juga digunakan sebagai alat untuk menyampaikan suatu maksud ucapan, baik tulis maupun tidak tertulis kepada orang lain dan berperan dalam perkembangan berbagai macam aspek kehidupan manusia. Sehingga fungsi bahasa adalah sebagai media atau sarana untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain (Dedi Sutedi 2011: 2). Ketika mempelajari suatu bahasa, alangkah baiknya jika mempelajari dan mengerti makna atau arti setiap kata dalam kalimat tersebut. Salah satu cabang linguistik yang mempelajari tentang makna atau arti adalah semantik. Semantik dalam bahasa Jepang disebut imiron. Menurut Kridalaksana (1984: 174) semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna dari ungkapan 1

2 dan juga struktur makna suatu wicara; sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya. Kajian semantik mempelajari mengenai relasi makna. Relasi makna merupakan hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya (Abdul Chaer, 2009: 83). Hubungan atau relasi makna ini salah satunya menyangkut hal kesamaan makna (sinonim). Sinonim adalah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk lain; kesamaan itu berlaku bagi kata, kelompok kata, atau kalimat, walaupun umumnya yang dianggap sinonim hanyalah kata-kata saja (Kridalaksana, 1984: 179). Bagi pembelajar bahasa asing yang ingin memadupadankan kalimat dalam bahasa asing ke dalam bahasa ibu, pasti akan menemui banyak kesulitan. Hal tersebut disebabkan karena beberapa kata dalam bahasa asing yang jika dipadankan ke dalam bahasa ibu memiliki arti yang sama. Oleh karena itu sinonim sangatlah penting dipelajari oleh pembelajar bahasa asing agar dapat menggunakan suatu kata dalam sebuah kalimat sesuai dengan nuansa yang tepat. Terdapat banyak verba dalam bahasa Jepang yang mempunyai pengertian yang sama (mirip) jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia tetapi berbeda cara penggunaannya dalam kalimat. Contohnya adalah verba tazuneru, houmonsuru, mairu, dan ukagau. Apabila terjadi kesalahan dalam penggunaannya akan mengakibatkan kerancuan.

3 Contoh: 1. 会社を訪ねて先輩に会う (Kikuo, 1988: 1183) Kaisha/wo/tazunete/senpai/ni /au. Kantor/par/ pergi / senior /par/bertemu. Saya pergi ke kantor untuk bertemu senior. 2. 彼はインドネシアの訪問中です (Matsuura, 1994: 304) Kare/wa/Indonesia/no/houmon /chuu /desu. Dia /par/ Indonesia /par/pergi/sedang/kop. Dia sedang pergi ke Indonesia. 3. お寺に参ります (Matsuura, 1994: 601) Otera /ni/mairimasu. Kuil/par/pergi. Pergi ke Kuil. 4. お宅へ伺います (Matsumura, 1998:109) Otaku /he/ukagaimasu. Rumah/par/pergi. Pergi ke rumah. Dari beberapa contoh di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa meskipun keempat verba tersebut memiliki persamaan makna yaitu sama-sama mengandung makna pergi namun nuansa makna pergi yang diberikan tiap-tiap verba tersebut di dalam kalimat terasa berbeda. Pada contoh (1) verba tazuneru yang memiliki makna pergi digunakan untuk menunjukkan kegiatan pergi ke kantor untuk bertemu dengan senior dan terlihat memiliki hubungan yang akrab dengan penutur. Contoh (2) verba houmonsuru yang memiliki makna pergi digunakan untuk menunjukkan kegiatan saya yang sedang berkunjung ke negara orang lain yaitu Indonesia. Contoh (3) verba mairu yang memiliki makna pergi digunakan untuk menunjukkan menunjukkan kegiatan pergi ke kuil untuk melakukan ziarah atau berdoa, sehingga menggunakan

4 mairu untuk menghormati mitra tutur ketika penutur menceritakan kegiatan yang dilakukan oleh penutur. Sedangkan contoh (4) verba ukagau yang memiliki makna pergi digunakan untuk menunjukkan kegiatan pergi ke rumah orang lain dan memiliki hubungan yang tidak akrab atau orang yang kedudukannya di atas, dengan cara merendahkan diri penutur untuk menghormati mitra tutur. Setelah melihat uraian di atas peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai verba tazuneru, houmonsuru, mairu, dan ukagau yang memiliki arti sama (mirip), yaitu pergi tetapi memiliki perbedaan dalam penggunaan pada tiap-tiap kalimat. Dengan adanya kemiripan makna tersebut memungkinkan keempat verba tersebut dalam penggunaannya dapat saling bersubstitusi. 1.1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini akan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana makna verba tazuneru, houmonsuru, mairu, dan ukagau dalam kalimat bahasa Jepang? 2. Bagaimana relasi makna yang terdapat dalam verba tazuneru, houmonsuru, mairu, dan ukagau?

5 1.2. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui makna verba tazuneru, houmonsuru, mairu, dan ukagau dalam kalimat bahasa Jepang. 2. Untuk mengetahui relasi makna yang terdapat dalam verba tazuneru, houmonsuru, mairu, dan ukagau. 1.3. Manfaat Penelitian ini diharapkan membawa manfaat sebagai berikut : 1. Bagi peneliti sendiri diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai relasi makna pada verba tazuneru, houmonsuru, mairu, dan ukagau dalam kalimat bahasa Jepang. 2. Memberi pemahaman kepada pembelajar asing terutama mahasiswa jurusan sastra Jepang dalam membedakan verba tazuneru, houmonsuru, mairu, dan ukagau. 3. Memberi bekal teoretis kepada pembelajar bahasa asing untuk menganalisis bahasa yang sedang dipelajari 4. Menambah pengetahuan terutama di bidang semantik.

6 1.4. Ruang Lingkup Verba tazuneru, houmonsuru, mairu, dan ukagau jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti sama yaitu pergi. Oleh karena kesamaan tersebut peneliti akan membahas mengenai relasi makna yaitu kesinoniman yang termasuk ke dalam ranah semantik Untuk mempermudah penulisan laporan skripsi ini, agar lebih terarah dan berjalan dengan baik maka perlu kiranya dibuat suatu batasan masalah. Adapun batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Peneliti hanya membahas tentang masing-masing makna dan relasi makna dari verba tazuneru, houmonsuru, mairu, dan ukagau. 2. Peneliti tidak akan membahas tentang struktur dari verba tazuneru, houmonsuru, mairu, dan ukagau. 1.5. Metode Penelitian Metode adalah cara yang harus dilaksanakan; teknik adalah cara melaksanakan metode (Sudaryanto, 1993: 9). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Ada tiga tahap upaya strategis yang berurutan dalam penelitian, yaitu penyediaan data, penganalisaan data yang telah disediakan itu, dan penyajian hasil analisis data yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:5). 1. Tahap Penyediaan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah metode simak

7 dengan teknik catat (Sudaryanto, 1993:135). Metode tersebut digunakan karena peneliti merasa lebih mudah mengambil bahan dengan cara mempelajari dan membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi obyek penelitian. Penelitian ini akan digunakan bahan penelitian yaitu data yang berupa contoh kalimat yang diambil dari beberapa buku seperti M ina no Nihongo 2, Bahasa Jepang Modern, kemudian kamus seperti Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Dasar, Ruigo Daijiten, Kokugo Jiten, Gaikokujin no Tame no Kihongo Yoorei Jiten, surat kabar seperti Asahi Shinbun dan web seperti alc.co.jp, weblio.jp, kbbi.web.id, jiten.eu, aozora.gr.jp, eng.nihongodecarenavi.jp, dan www.oxforddiction aries.com. Selanjutnya peneliti akan memilah data yang sudah terkumpul dan mencatat kalimat yang mengandung verba tazuneru, houmonsuru, mairu, dan ukagau dari sumber data tersebut. 2. Tahap Analisis Data Penelitian terhadap verba tazuneru, houmonsuru, mairu, dan ukagau akan menggunakan metode agih. Metode agih adalah suatu metode dimana alat penentunya justru bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri (Sudaryanto, 1993: 15). Teknik dalam metode agih yang akan digunakan adalah teknik ganti atau substitusi. Teknik ganti dilaksanakan dengan menggantikan unsur tertentu satuan lingual yang bersangkutan dengan unsur tertentu yang lain diluar satuan lingual yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993: 37).

8 3. Tahap Penyajian Hasil Analisis Data Penulisan hasil analisis tentu saja memprasyaratkan adanya kelayakan baca; dan kelayakan baca yang dimaksud adalah demi pemanfaatan yang terkait pada tujuan tertentu (Sudaryanto, 1993: 144). Metode penyajian dalam bentuk informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya (Sudaryanto, 1993: 145). Dengan demikian maka akan diketahui persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam verba tazuneru, houmonsuru, mairu, dan ukagau. 1.6. Sistematika Penulisan Secara garis besar skripsi ini dibagi menjadi empat bab yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka dan kerangka teori, pemaparan hasil dan pembahasan, dan penutup. Rincian masing-masing bab adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah yang mendasari pentingnya diadakan penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI Bab ini berisi tinjauan pustaka berupa penelitian terdahulu yang membahas tentang relasi makna yang terdapat dalam verba dalam bahasa Jepang, sedangkan kerangka teori membahas mengenai pengertian pengertian makna, komponen makna,

9 relasi makna, pengertian sinonim, dan makna verba tazuneru, houmonsuru, mairu, dan ukagau. BAB III PEMAPARAN HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi uraian hasil penelitian yang tepat dari teori-teori yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya kemudian akan diperoleh suatu hasil penelitian. Kemudian dari hasil tersebut akan dibahas, pembahasan mungkin terdiri dari beberapa sub bab, sehingga perlu disusun secara logis dan sistematik. BAB IV PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran.