BAB II LANDASAN TEORI. Supir (pengemudi) atau bahasa Inggrisnya driver adalah orang yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. dengan disciple yaitu individu yang belajar dari atau secara suka rela

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG ANGKUTAN ORANG DENGAN SEPEDA MOTOR

STUDI TENTANG KESADARAN HUKUM SISWA DALAM BERLALU LINTAS:

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

STUDI TENTANG PERILAKU PENGENDARA KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SAMARINDA The study on the behavior of motorists in Samarinda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. hampir terjadi diberbagai daerah terutama di kota-kota besar. Kondisi semacam

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di sekitar jalan raya, sehingga undang-undang ini memiliki fungsi hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya.

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman,

MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Modal Dasar Yang Harus Dimiliki Oleh Pengendara. a. Indera : Sesuatu yang membuat pengemudi waspada dalam mengemudi,

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Lalu lintas didalam undang-undang no 22 tahun 2009 didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum. merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

Pengertian Lalu Lintas

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra suatu negara ditunjukkan oleh citra sistem lalu lintas di negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dengan mudah. Hal ini berpengaruh terhadap pergeseran kebutuhan manusia.

PARTISIPASI SUPIR ANGKUTAN LYN JURUSAN JOYOBOYO- RUNGKUT DALAM PELAKSANAAN TERTIB LALU LINTAS DI KOTA SURABAYA SKRIPSI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

2015 HUBUNGAN ANTARA STRES BERKEND ARA D ENGAN D ISIPLIN BERLALU LINTAS PAD A PENGGUNA SEPED A MOTOR D ENGAN STATUS MAHASISWA D I KOTA BAND UNG

PENGARUH PENGAWASAN KENDARAAN BERMOTOR DI TERMINAL TERHADAP DISIPLIN AWAK DAN PENGUSAHA ANGKUTAN PENUMPANG UMUM DI KABUPATEN GARUT

I. PENDAHULUAN. bahwa : Tidak ada satupun lembaga kemasyarakatan yang lebih efektif di dalam. secara fisik tetapi juga berpengaruh secara psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

BAB VI PENUTUP. Labuan Bajo Manggarai Barat NTT, maka dapat disimpulkan: 1) Berdasarkan kelengkapan pengendara kendaraan sepeda motor di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini, transportasi atau pengangkutan menjadi bidang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Aman dalam berkendara, bukanlah sebuah slogan sebuah instansi

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS DENGAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu menginginkan sebuah pemenuhan dan kecukupan atas

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi

BAB I PENDAHULUAN. kematian tiap hari di seluruh dunia. Berdasarkan laporan POLRI, angka

BAB III LANDASAN TEORI. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 21 Tahun 2017 Seri E Nomor 15 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG

harus diterapkan demi sebuah kemaslahatan semua pihak. Pelanggaran atas tidak

Gambar 2.1 Orang menyeberang jalan lewat zebra cross.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Detail denda lalu lintas berserta pasal ( tilang ),

BAB II TATA TERTIB LALU LINTAS BAGI KENDARAAN BERMOTOR. yang dimaksud dengan Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang

BAB I PENDAHULUAN. pemantapan integrasi nasional guna memperkukuh ketahanan nasional.

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

I. PENDAHULUAN. komprehensif, yakni pendidikan kemampuan mental, pikir, kepribadian. manusia seutuhnya. Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan keterangan dan fakta yang terdapat dalam pembahasan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KESELAMATAN DIRI DENGAN DISIPLIN BERLALU LINTAS PADA PENGENDARA SEPEDA MOTOR NASKAH PUBLIKASI

perbaikan hidup berkeadilan sosial.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi di kota-kota besar di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kelalaian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TERMINAL BARANG

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Supir Angkutan Kota (Angkot) 1. Pengertian Supir (pengemudi) Supir (pengemudi) atau bahasa Inggrisnya driver adalah orang yang mengemudikan kendaraan baik kendaraan bermotor atau orang yang secara langsung mengawasi calon pengemudi yang sedang belajar mengemudikan kendaraan bermotor ataupun kendaraan tidak bermotor seperti pada bendi/dokar disebut juga sebagai kusir, pengemudi becak sebagai tukang becak. Pengemudi mobil disebut juga sebagai sopir, sedangkan pengemudi sepeda motor disebut juga sebagai pengendara (KBBI). Di dalam mengemudikan kendaraan seorang pengemudi diwajibkan untuk mengikuti tata cara berlalu lintas. Seorang yang telah mengikuti ujian dan lulus ujian teori dan praktik mengemudi akan dikeluarkan Surat Izin Mengemudi (SIM). Kewajiban pengemudi di atur dalam UULAJ (Undang-undang lalu lintas dan angkutan jasa) BAB VII, pasal 23 ayat (1), tentang dan sekitar lalu lintas yaitu : a. Mampu mengemudikan kendaraannya dengan wajar, yaitu tanpa dipengaruhi keadaan sakit, atau meminum sesuatu yang mengandung alkohol, atau obat bius sehingga mempengaruhi kemampuannya dalam mengemudikan kendaraannnya. b. Menutamakan keselamatan pejalan kaki. c. Menunjukkan STNK, SIM, atau tanda bukti lain.

d. Mematuhi rambu lalu lintas dan marka jalan. 2. Pengertian Angkutan Kota (Angkot) Angkutan kota atau biasa disingkat Angkot atau adalah sebuah moda transportasi perkotaan yang merujuk kepada kendaraan umum dengan rute yang sudah ditentukan. Tidak seperti bus yang mempunyai halte sebagai tempat perhentian yang sudah ditentukan, angkutan kota dapat berhenti untuk menaikkan atau menurunkan penumpang di mana saja.(adi, 2001) Angkutan kota mulai diperkenalkan di Jakarta pada akhir tahun 1970-an dengan nama mikrolet untuk menggantikan oplet yang sudah dianggap terlalu tua, terseok-seok jalannya, dan sering mengalami gangguan mesin, sehingga mengganggu kelancaran lalu lintas. Nama "mikrolet" dipilih sebagai singkatan gabungan dari kata "mikro" (Bahasa Latin : kecil) dan "oplet". Tetapi ada juga yang menyebut "angkot" untuk di beberapa daerah. Tarif yang dibebankan kepada penumpang bervariasi tergantung jauhnya jarak yang ditempuh. Umumnya sebuah angkutan kota diisi oleh kurang lebih 10 orang penumpang, tetapi tidak jarang penumpangnya hingga lebih dari 10 orang. Perilaku sopir angkutan kota yang sering berhenti mendadak dan di sembarang tempat sering dihubung-hubungkan dengan penyebab kemacetan. Terkadang juga sebuah angkutan kota selalu menepi dengan waktu yang lama untuk menunggu penumpang. Jalur operasi suatu angkutan kota dapat diketahui melalui warna atau kode berupa huruf atau angka yang ada di badannya.

Angkutan kota atau angkot di Indonesia memiliki berbagai macam istilah tergantung daerah masing-masing. Di Jakarta angkutan kota dikenal dengan istilah mikrolet. Di Surabaya angkutan kota lebih dikenal dengan istilah bemo. Di Kota Makassar dikenal dengan istilah pete-pete. Sementara, di Di Bandung angkutan kota lebih dikenal dengan sebutan angkot. Medan dikenal sebutan sudako. Malang dikenal sebutan angkota. Beberapa kota lain seperti Samarinda dan Bengkulu dikenal istilah taksi.(wikipedia) B. Disiplin Berlalu Lintas 1. Pengertian Disiplin Isitilah disiplin berasal dari bahasa latin disciplina yang menunjuk kepada kegiatan belajar dan mengajar. Istilah tersebut sangat dekat dengan istilah dalam bahasa inggris disciple. Disciple berarti mengikuti orang untuk belajar dibawah pengawasan seorang pemimpin (wikipedia). Dalam kegiatan belajar tersebut kita dilatih untuk patuh dan taat pada peraturan-peraturan yang telah dibuat. Hurlock (1978) berpendapat bahwa disiplin berasal dari kata disciple, yakni seorang yang belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimpin. Disiplin bertujuan untuk memberitahukan hal yang baik, yang seharusnya dilakukan dan buruk yang seharusnya tidak dilakukan yang keduanya sesuai dengan standar-standar norma yang ada. Menurut Siswanto (dalam Hasibuan, 2006)) disiplin dapat didefinisikan sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturanperaturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup

menjalankannya dan tidak menolak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila pengendara melanggar peraturan. Chaplin (1997) mendefinisikan disiplin sebagai kontrol penguasaan diri, dengan tujuan menahan impuls yang tidak diinginkan, atau untuk mengontrol kebiasaan. Sedangkan menurut Dalyono (dalam Kaur, 2004) disiplin adalah sikap mental yang mengandung kerelaan, mematuhi semua ketentuan, peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab. Menurut Suryohadiprojo (dalam Syahputra, 2005), disiplin di dalam masyarakat adalah sikap anggota atau warga masyarakat yang mereka bentuk, yang secara sadar ataupun tidak sadar menjalankan segala ketentuan dan peraturan masyarakat secara patuh dan tertib. Valsiner (dalam Syahputra, 2005) mengatakan disiplin sebagai perangkat internal, dapat diartikan sebagai sikap dan perilaku yang mencerminkan tanggung jawab terhadap kehidupan tanpa paksaan dari luar. Dianut berdasarkan keyakinan yang besar bahwa hal itu bermanfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakat, sekaligus menggambarkan kemampuan seseorang untuk menyesuaikan minat pribadinya dan mengendalikan dirinya untuk conform dengan hukum dan norma serta adat dan kebiasaan yang berlaku dalam lingkungan sosial budayanya. Berdasarkan uraian diatas disiplin merupakan perilaku individu yang menunjukkan sikap taat dan patuh terhadap peraturan dan norma yang berlaku baik untuk individu maupun kelompok atas dasar adanya kesadaran bukan karena paksaan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Menurut Crow dan crow (dalam Hasibuan, 2006) ada empat faktor yang mempengaruhi disiplin, yaitu: a. Faktor Psikologis Faktor psikologis meliputi persepsi, konsep diri, motif yang mendorong menghargai orang lain untuk mencapai prestise atau martabat, ketenangan, sikap dan gangguan psikis yang dapat mengganggu kedisiplinan. b. Faktor Perorangan Sikap seseorang yang tidak sesuai dengan standar yang berlaku akan mempengaruhi kedisiplinannya. c. Faktor Sosial Dalam kehidupan berkelompok akan timbul pengaruh sosial pada sikap individu. d. Faktor Lingkungan Seperti udara segar, suasana yang tenang dan nilai-nilai masyarakat sangat mempengaruhi perkembangan disiplin. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan dalah faktor-faktor psikologis, perorangan, sosial dan lingkungan. 2. Pengertian Disiplin Berlalu Lintas Lalu lintas merupakan serangkaian simpul dan atau ruang kegiatan yang dihubungkan oleh jalan sehingga membentuk satu kesatuan sistem jaringan untuk keperluan penyelenggaraan angkutan jalan, sedangkan jalan adalah jalan

yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum (UU No. 14 Tahun 1992). Sesuai dengan amanah dalam pasal 3 UU No 14 Tahun 1992, lalu lintas jalan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien, mampu memadukan sarana transportasi lainnya, menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan, untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas sebagai pendorong, penggerak dan penunjang pembangunan nasional dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Lalu lintas di dalam Undang-undang No 22 tahun 2009 didefinisikan sebagai gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan, sedang yang dimaksud dengan Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas pendukung. Permasalahan lalu lintas di kota kota besar seperti Medan cukup memprihatinkan. Pertumbuhan jumlah penduduk setiap tahunnya, secara tidak langsung membuat permintaan akan kebutuhan transportasi meningkat. Menurut Yasin (dalam Syahputra, 2005) bahwa disiplin berlalu lintas merupakan manifestasi atau aktualisasi dari suatu tanggung jawab, baik secara individu maupun sebagai warga negara dan masyarakat. Saksono (dalam Syahputra, 2005) disiplin berlalu lintas adalah sikap bathin dan perilaku individu yang bersifat patuh dan taat terhadap peraturan dan norma yag berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara yang didukung oleh kesadaran dan keyakinan yang tinggi akan kebenaran manfaatnya bagi kehidupan. Menurut Ancok (2004) disiplin lalu lintas adalah proses pendidikan kepatuhan pada norma kehidupan bernegara dan berbangsa. Kegagalan dalam mewujudkan disiplin lalu lintas sangat erat kaitannya dengan kegagalan membentuk moral bangsa. Prijodarminto (dalam Hasibuan, 2006) menyatakan disiplin berlalu lintas adalah sebagai suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban di jalan raya. Tujuan dari disiplin adalah untuk membuat terlatih dan terkontrol, dengan mengajari pengendara bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas dan yang tidak pantas dan yang masih asing bagi pengendara terutama saat berada di jalan raya. Berdasarkan uraian diatas disiplin berlalu lintas adalah suatu perilaku yang patuh dan taat terhadap keteraturan dan ketertiban di jalan raya yang didukung oleh kesadaran dan keyakinan yang tinggi akan kebenaran manfaatnya bagi kehidupan. Berbagai jenis atau macam ragam pelanggaran lalu lintas: 1. Melanggar rambu lalu lintas (dilarang parkir, dilarang berputar, dilarang masuk, dan lain-lain) 2. Tidak mempunyai/tidak membawa surat izin mengemudi (SIM) 3. SIM kadaluwarsa (sudah lewat batas masa berlaku) 4. Tidak membawa Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK)

5. STNK kadaluwarsa ( sedah lewat batas masa berlaku) 6. Melanggar atau menerobos lampu merah 7. Menggunakan alat komunikasi saat berkendara 8. Masuk jalur bis/busway 9. Berkendara melebihi kecepatan maksimal 10. Menghambat pergerakan kendaraan yang disekitar 11. Tidak menggunakan/memasang plat nomor kendaraan yang berlaku 12. tidak menyalakan lampu kendaraan 13. berjalan di trotoar jalan 14. melanggar pintu perlintasa kereta api 15. belok tanpa menggunakan lampu sign/lampu sen 16. tidak menggunakan atribut/perlengkapan (spion, helm) Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, bahwa pengaturan tata cara tertib lalu lintas diantaranya meliputi ketertiban dan keseamatan, penggunaan lampu utama, jalur dan lajur lalu lintas, belokan atau simpangan, kecepatan, berhenti, parkir dan kendaraan tidak bermotor. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin berlalu lintas Menurut Ancok (2004) berubahnya perilaku masyarakat akibat globalisasi dan pengaruh sistem kapitalis merupakan faktor yang menyebabkan seseorang tidak menaati peraturan lalu lintas, karena manusia akan semakin rendah toleransi sosialnya dan semakin mudah terkena stres akibat persaingan di era

industrialisasi. Hal ini akan menyebabkan orang akan semakin mudah marah dan semakin ugal-ugalan dalam berlalu lintas. Selain itu bila pembangunan kurang berhasil dalam mengurangi kesenjangan sosial maka besar kemungkinan kecemburuan sosial ditumpahkan ke jalan raya dengan cara tidak menaati peraturan lalu lintas. Tabah (dalam Hasibuan, 2006) berpendapat bahwa perilaku disiplin seseorang dalam berlalu lintas ditentukan oleh faktor-faktor yaitu: 1. Faktor personal atau yang berkaitan dengan sikap terhadap perilaku berlalu lintas, yang terdiri dari: a. Keyakinan individu terhadap konsekuensi yang diterima dari perilaku berlalu lintas. b. Evaluasi diri dan konsekuensi individu dalam disiplin berlalu lintas. 2. Faktor sosial atau normatif berupa norma subyektif terhadap perilaku berlalu lintas yang berisi persepsi individu tentang individu atau kelompok referensi tentang apa yang harus dilakukan dalam berlalu lintas, yang terdiri dari: a. Keyakinan normatif individu yang berkaitan dengan referensi tentang apa yang harus dilakukan dalam berlalu lintas. b. Motivasi yang dimiliki individu Muhammad (dalam Kaur, 2004) mengatakan faktor peningkatan jumlah kendaraan juga ikut menimbulkan berbagai permasalahan, khususnya kemacetan dan kecelakaan berlalu lintas yang melanda banyak kota di dunia baik negara maju maupun negara berkembang.

Wardana (dalam Sari, 2015) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin lalu lintas antara lain: a. Faktor internal Merupakan faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri berupa sikap dan kepribadian yang dimiliki oleh individu yaitu sikap dan perilaku yang mencerminkan tanggung jawab terhadap kehidupan tanpa paksaan dari luar, dilaksanakan berdasarkan keyakinan yang benar bahwa hal itu bermanfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakat sekaligus menggambarkan kemampuan seseorang untuk menyesuaikan interes pribadinya dan mengendalikan dirinya untuk patuh dengan hukum dan norma serta kebiasaan yang berlaku dalam lingkungan sosial. Yang meliputi faktor internal: 1. Unsur tanggung jawab Orang yang bedisiplin adalah orang yang bertanggung jawab atau dengan kata lain orang yang memenuhi kewajiban, mementingkan janjinya, konsekuen dengan prinsipnya, dan kosisten dengan keputusannya. 2. Kesadaran Kesadaran seseorang akan peraturan lalu lintas, tahu dan mengerti tentang peraturan dan hukum yang berlaku dan melaksanakannya sesuai dengan norma-norma. 3. Pengendalian diri Pengendalian diri adalah penguasaan atau kontrol diri terhadap sesuatu yang dilakukan untuk menaati peraturan yang ada.

b. Faktor eksternal Kedisiplinan dilihat sebagai alat untuk menciptakan perilaku sehingga dapat terimplementasikan dalam wujud hubungan serta sanksi yang dapat mengatur dan mengendalikan perilaku manusia sehingga sanksi tersebut hanya dikenakan kepada mereka yang melanggar hukum dan norma yang berlaku. Yang meliputi faktor-faktor eksternal : 1. Penegakkan hukum Penegakkan hukum terkait dengan aturan atau sanksi yang akan diterima jika melanggar aturan-aturan yang berlaku. Setiap anggota masyarakat dituntut untuk taat pada hukum dan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 2. Faktor fisik ialah hal-hal yang berhubungan dengan kondisi di luar individu dalam berlalu lintas, seperti: kondisi jalan, kelayakan kendaraan, rambu-rambu lalu lintas serta cuaca ketika akan berkendara. Hal tersebut dapat mempengaruhi penerapan disiplin dalam berlalu lintas. Menurut Harun (dalam Kaur, 2004) banyak faktor yang bisa dikategorikan ikut mempengaruhi disiplin pengemudi, tetapi tampaknya pendidikan sangat menonjol sebagai penunjang terciptanya tertib lalu lintas tersebut, tingkat pendidikan masyarakat pada umumnya masih rendah. Pada kenyataannya banyak pengemudi tidak melalui proses menempuh pendidikan mengemudi secara khusus. Bahkan banyak pengemudi kendaraan niaga maupun angkutan umum dimana yang bersangkutan semula adalah kenek lalu menciba-coba

menjalankan mobil ketika supirnya istirahat, dan setelah merasa mampu ia pun berusaha memperoleh surat izin mengemudi (SIM). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin berlalu lintas adalah keyakinan individu, evaluasi diri, keyakinan normatif, motivasi, tanggung jawab, kesadaran individu, pengendalian diri, penegakan huku, dan faktor fisik jalanan. 4. Aspek-aspek disiplin berlalu lintas Prawoto (dalam Syahputra, 2005) mengemukakan beberapa aspek-aspek disiplin menggunakan jalan raya: 1. Keterampilan, yaitu keterampilan untuk mengendalikan arah kendaraan yang meliputi cara pembelokan atau merubah arah kendaraan serta cara mendahului kendaraan lain dan cara mengikuti kendaraan lain. 2. Pengendara, yang ditentukan oleh kondisi penglihatan daya reaksi dan daya perkiraan, serta kondisi psikososial seperti perangai pengendara dan juga aspek lain yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam menjalankan kendaraan. 3. Wawasan lalu lintas teoritis, yaitu pengendara mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang lalu lintas dan peraturan-peraturan lalu lintas serta penerapannya. Pengetahuan tersebut berisi supaya pengendara harus bersikap disiplin di jalan raya dan harus saling menghargai sesama pemakai jalan.

4. Wawasan lalu lintas praktis, yaitu kemampuan untuk mengenal tepat pada waktunya tentang pengaruh yang disebabkan oleh berbagai kejadiankejadian lalu lintas yang mungkin terjadi. Adanya pengamatan yng baik dan kemampuan antisipasi yang baik merupakan hal yang mendasar untuk berlaku disiplin di jalan raya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek disiplin berlalu lintas terdiri dari aspek keterampilan dalam mengendalikan arah kendaraan, pengendara, wawasan lalu lintas teoritis, wawasan lalu lintas praktis.

C. Kerangka konseptual Supir Angkot Disiplin Berlalu Lintas Faktor-faktor disiplin berlalu lintas (Sari, 2015) : a. Faktor internal 1. Tanggung jawab 2. Kesadaran 3. Pengendalian diri b. Faktor eksternal 1. Penegakkan hukum 2. Faktor fisik