BAB VI PEMBAHASAN. mahasiswa usia tahun dengan kurang aktivitas fisik. Mahasiswa usia tahun pada prodi D-IV Fisioterapi seluruhnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Penelitian ini dilakukan di Poltekkes YRSU Dr.Rusdi. Jl.H Adam Malik

Berbudi A Fisioterapis-Stikes Medistra, Medan Jl. Jendral Sudirman No. 38, Lubuk Pakam, Deli Serdang, Sumatera Utara

Oleh : *Prodi fisioterapi, Poltekkes Dr. Rusdi, Medan **Ilmu Faal, Universitas Udayana, Bali ***Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul, Jakarta

BAB IV METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah randomized pre test and post

BAB 1 PENDAHULUAN dan sejak itu menjadi olahraga dalam ruangan yang popular diseluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman serba modern saat ini, manusia bekerja menjadi lebih hemat

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia,

BAB VI PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Untuk mendapatkan kekuatan fisik serta kesehatan tubuh selain

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk melakukan olahraga. Waktu istirahat tidak lagi digunakan untuk aktifitas olahraga

PENGARUH PENAMBAHAN CORE STABILITY

BAB I PENDAHULUAN. digemari di segala lapisan masyarakat Indonesia, dari anak-anak sampai

BAB I. Aktivitas fisik setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. dalam menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pribadi secara harmonis. Senam terdiri dari gerakan-gerakan

BAB I PENDAHULUAN. laptop dan bekerja sambil duduk di depan komputer dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. lanjut yang dilalui dalam proses kehidupan pada setiap manusia yang. kebanyakan orang awam yang umum bahwa secara fisik dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. program pelatihan peningkatan agility pada periode April - Mei 2015.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang telah dilaksanakan di STIKES Al Irsyad AlIslamiyyah Cilacap selama

BAB I PENDAHULUAN. menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan kesadaran

PENGARUH CORE STABILITY TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN DINAMIK PADA RESIMEN MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lampiran I [Daftar Riwayat Hidup]

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan olahraga. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari setiap

BAB I PENDAHULUAN. hingga orang tua menyukai olahraga ini, cabang olahraga yang berbentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

PENGARUH LATIHAN WOOBLE BOARD

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada keseimbangan gaya berdiri (center of gravitiy) dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. gerak. Kecepatan lari merupakan unsur kemampuan gerak yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS LATIHAN ZIG-ZAG RUN DENGAN CARIOCA EXERCISE UNTUK MENINGKATKAN AGILITY PADA PEMAIN BULUTANGKIS PEMULA

PENGARUH PEMBERIAN CORE STABILITY EXERCISE UNTUK PENINGKATAN KESEIMBANGAN DINAMIK PADA PEMAIN SEPAK BOLA PUTRA MAOSPATI DI KABUPATEN MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak anak mengalami proses pertumbuhan fisik yang berbeda

Luh Putu Tuti Ariani. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kondisi kebugaran jasmani dan rohani. Dengan. sakit atau cidera pada saat beraktifitas. Maka dari itu untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di setiap negara. Di dunia, sedikitnya 50% dari semua petugas. mencapai 80% dari semua tenaga kesehatan.

PENGARUH PENAMBAHAN NEUROMUSCULAR ELECTRICAL STIMULATION (NMES) PADA STRETCHING TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT FLEKSOR WRIST PADA ATLET

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2016 dan dilaksanakan di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk hidup sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia antara lain taekwondo, karate, kempo, yudho, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Demi

PENGARUH CORE STABILITY EXERCISE DAN ANKLE BALANCE STRATEGY EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN STATIS

BAB I PENDAHULUAN. apa pun yang engkau ambil darinya pasti bermanfaat bagimu (HR. ath-

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan di sini merupakan penelitian eksperimental

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Reguler PS D-IV, Fisioterapi UEU

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari dalam

BAB I PENDHULUAN. tubuh ketika ditempatkan dalam berbagai posisi (Delito, 2003). Menurut Depkes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti bergerak, karena tidak ada. kehidupan di dunia ini tanpa adanya gerakan. Gerak tergantung dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan yang terjadi dalam bidang kesehatan, meningkatnya kondisi

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik pada kondisi diam maupun bergerak (Depkes,1996). Klasifikasi

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas

PERBEDAAN ANTARA KESEIMBANGAN TUBUH SEBELUM DAN SESUDAH SENAM PILATES PADA WANITA USIA MUDA

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan juga tuntutan lingkungan agar dapat melakukan aktifitas dengan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan, dimana terdapat lima fenomena utama yang mempengaruhi

BAB VI PEMBAHASAN. kelompok perlakuan, masing-masing kelompok berjumlah 8 orang. Kelompok I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBERIAN CORE STABILITY EXERCISE

BAB IV METODE PENELITIAN. 2005). Desain penelitian ini menggunakan randomized pre test and post

PEMBERIAN OTAGO HOME EXERCISE PROGRAMME LEBIH BAIK DALAM MENGURANGI RISIKO JATUH DARIPADA BALANCE STRATEGY EXERCISE PADA LANSIA DI TABANAN

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar tubuh. Proses menua terjadi secara terus menerus secara

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.

Bagian Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Kemajuan suatu bangsa sering dilihat dengan kemajuan Usia Harapan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa situasi dan kondisi pekerjaan, baik tata letak tempat kerja atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. olahraga, dalam upaya mengembangkan prestasi olahraga yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, dan interaksi dengan lingkungan sehingga mengakibatkan anak-anak

Sport and Fitness Journal ISSN: X Volume 5, No.3, September 2017: 85-92

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mini Hospital STIKes Al-Irsyad

BAB I PENDAHULUAN. hari. Pergerakan normal sangat diperlukan dalam menunjang aktivitas seharihari

BAB I PENDAHULUAN. persentase populasi lansia adalah 7,56%) dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun

BAB I PENDAHULUAN. seluruh lapisan masyarakat terutama kaum laki laki mulai dari anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi

ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung dan tidak langsung, kesehatan masyarakat juga perlu. With Low Back Pain : A Randomized Controllled Trial Bukti juga

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi muda yang memiliki potensi untuk. meneruskan cita-cita perjuangan bangsa yang sedang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fungsional sehari-hari. Kesehatan merupakan keadaan bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. modern yang memahami betul akan pentingnya kesehatan dalam. menunjang berbagai aktivitas dan penampilan (performance) mereka.

BAB I PENDAHULUAN. dapat berdampak buruk pada kesehatan. Menurut Alder dan Higbee, walaupun

Transkripsi:

BAB VI PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan tujuan untuk mengetahui pelatihan core stability dan balance board exercise lebih baik dalam meningkatkan keseimbangan dibandingkan dengan balance board exercise pada mahasiswa usia 18-24 tahun dengan kurang aktivitas fisik. Mahasiswa usia 18 24 tahun pada prodi D-IV Fisioterapi seluruhnya dilakukan wawancara aktivitas fisik dengan menggunkan kuesioner (IPAQ) International Physical Activity Questionaire dan tes keseimbangan dengan menggunakan standing stork test, bagi mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi akan dimasukkan ke dalam salah satu Kelompok secara random allocation, untuk kemudian diberikan intervensi berupa kombinasi core stability dan balance board exercise atau hanya balance board exercise saja sesuai dengan Kelompoknya masing-masing, kemudian setelah 12 kali latihan atau minggu ke empat pasca latihan dilakukan pengukuran tingkat keseimbangan kembali dengan menggunakan standing stork test. 6.1 Karakteristik subjek penelitian Pada penelitian ini jumlah subjek penelitian adalah sebanyak 28 orang dimana dijumpai perempuan berjumlah 18 orang ( 64,3%) lebih banyak dibandingkan laki-laki berjumlah 10 orang (35,7% ). Dimana distribusi pada Kelompok I laki-laki berjumlah 6 orang (42,9 %) dan perempuan berjumlah 8 orang (57,1%). Kelompok II laki-laki berjumlah 4 orang (28,6%) dan perempuan sebesar 10 orang (71,4%). Dan berdasarkan literatur yang didapat menurut 71

72 riskesdas tahun 2007 aktivitas fisik laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Rerata usia subjek pada penelitian Kelompok I adalah 21,5 tahun (SD = 0,85) dan Kelompok II rerata 19,3 tahun (SD=1,00). Menurut (Ferret, 2006) peak performance seseorang berada di usia 23 tahun, namun jika seseorang mempunyai pola hidup yang tidak sehat dan aktivitas fisik rendah maka akan menganggu dan menurunkan peak performance seseorang tersebut, semakin tua usia diatas 23tahun maka peak performance seseorang semakin menurun tetapi dengan aktivitas fisik yang baik setiap hari maka peak performace tersebut dapat tetap terjaga. Rerata Aktivitas fisik Kelompok I (rerata 314,67 ± 101,39 Mets/week) sedangkan Kelompok II (rerata 286,4 ± 84,28 Mets-minute/week), dan rerata indeks massa tubuh Kelompok I (rerata 23,99 + 2,10 Kg/m 2 ) sedangkan Kelompok II (rerata 23,52 + 1,92 Kg/m 2 ). Ternyata berdasarkan WPRO rerata nilai IMT kedua Kelompok tergolong overweight. Hal ini sesuai dengan fisiologi bahwa semakin rendah aktivitas fisik seseorang maka dapat mempengaruhi proporsi indeks massa tubuh (Jonathan, 2012). Beberapa penelitian sebelumnya tentang pengaruh aktivitas fisik terhadap keseimbangan, yaitu peneltian yang dilakukan oleh (Skelton, 2001) yang berjudul Effect of Physical Activity On Postural Stability. Yang dilakukan pada orang tua berusia 70-75 tahun menunjukan bahwa aktivitas fisik yang baik dan terprogram dapat lebih meningkatkan 'ambang batas' kerja yang diperlukan untuk kegiatan sehari-hari. Secara khusus aktivitas fisik dapat mempengaruhi kekuatan,

73 keseimbangan dan koordinasi tampaknya menjadi factor kunci dalam mempertahankan postural stability. Berdasarkan studi kepustakaan lebih lanjut pada usia 15-40 tahun ditemukan bahwa aktivitas fisik berhubungan terhadap faktor-faktor seperti kondisi metabolik, nilai berat badan yaitu indeks massa tubuh dan gangguan metabolisme (Vouri, 2004). Sehingga apabila indeks massa tubuh meningkatkan maka akan dibarengi dengan peningkatan berat badan maka hal ini akan mempengaruhi keseimbangan, dan meingkatkan resiko terjadinya jatuh atau cidera, dan juga hal ini akan menyebabkan dampak menurunnya nilai kerja seseorang. Aktivitas fisik diketahui merupakan salah satu upaya untuk mengatasi kelebihan lemak sekaligus untuk mencapai tingkat kesegaran jasmani yang baik serta dapat meningkatkan kemampuan fungsional tubuh. Selain itu aktivitas fisik juga mempengaruhi komposisi dan tingginya persentase lemak tubuh. Kegiatan aktivitas fisik menurut IPAQ dikategorikan cukup apabila 3 hari atau lebih melakukan aktivitas fisik intensitas berat setidaknya 20 menit per hari, 5 hari atau lebih aktivitas intensitas sedang atau berjalan setidaknya 30 menit per hari dan 5 hari atau lebih dari kombinasi berjalan, intensitas sedang atau kuat dimana kegiatan intensitas mencapai aktivitas fisik dengan jumlah minimum setidaknya 600 MET-minutes/week. Berdasarkan gambaran hasil analisis statistik menunjukkan rata-rata mahasiswa berusia 18-24 tahun berjumlah 28 orang di Poltekkes YRSU Dr.Rusdi Medan memiliki aktivitas fisik rendah yaitu dibawah 600 MET-minutes/week.

74 6.2. Pengaruh kombinasi core stability dengan balance board exercise (Kel.I) dalam meningkatkan keseimbangan mahasiswa usia 18-24 tahun dengan kurang aktivitas fisik. Rerata nilai keseimbangan pada 14 subjek diukur dengan standing stork test, di awal penelitian adalah 14,00 detik (pre exercise). Setelah mendapatkan latihan kombinasi core stability dan balance board exercise Selama 4 minggu atau 12 kali pertemuan, nilai rerata keseimbangan Standing Stork Test meningkat menjadi 38,64 detik. Rerata selisih peningkatan nilai keseimbangan standing stork test setelah 4 minggu latihan core stability dan balance board exercise adalah 24,64 detik. Analisis statistik dengan uji Wilcoxon signed rank test menunjukkan nilai p = 0,001 karena nilai ρ<0,05 disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam hal rerata nilai keseimbangan sebelum perlakuan (sebelum latihan) dan setelah 12 kali (seminggu 3 kali selama 4 minggu) mendapatkan perlakuan terapi kombinasi core stability dan balance board exercise (pasca latihan). Menurut (Skelton, 2001) menyatakan bahwa aktivitas fisik, umur mempengaruhi postural stability, balance and strength. Dimana hal ini disebabkan pada orang yang low activity dan umur yang semakin tua akan terjadi penurunan kekuatan otot, penurunan waktu reaksi. dan penurunan fungsi indra seperti visual, vestibular dari kesemuanya itu akan berkontribusi untuk terjadinya peningkatan resiko jatuh hingga menyebabkan penurunan keseimbangan. Latihan core stability dalam intervensi fisioterapi pada seseorang yang mengalami gangguan keseimbangan, dan pada lansia dengan resiko terjatuh, dan

75 athlete telah terbukti dapat meningkatkan keseimbangan dan menurunkan resiko jatuh pada lansia. (Fredericson, 2005) menyatakan bahwa latihan core stability dan balance board exercise efektif dalam menurunkan resiko terjadinya jatuh pada lansia, meningkatkan keseimbangan pada dewasa muda sehat, mengurangi resiko terjadinya cidera pada athlete. Otot core termasuk otot dari abdominal, lumbar bagian bawah, dan daerah tubuh pada panggul (pelvic). Otot-otot tersebut bertanggung jawab utuk mensupport tulang belakang (spine) anda dan memberikan keseimbangan, serta stabilitas kepada anda. Latihan inti tradisional termasuk gerakan seperti sit ups, crunches, bridges dan planks. Namun banyak atlet termasuk para gymnasts telah dapat mengembangkan otot core yang hebat sekali tanpa melakukan latihan latihan tersebut ( Tantawi, 2008). Penelitian menunjukkan bahwa jika bergerak diatas permukaan yang tidak stabil bisa dengan menggunakan balance board dapat meningkatkan stabilisasi, keseimbangan, koordinasi, meningkatkan pengerahan otot core, dan kemungkinan membantu mencegah terjadinya cedera Banyak otot bagian atas dan bawah menempel pada bagian inti dari panggul dan tulang belakang. Berlatih diatas suatu permukaan yang tidak stabil dapat memperbaiki kordinasi muscular dan meningkatkan efisiensi tenaga pada saat bergerak (Kibler, 2006). Keseimbangan adalah kemampuan untuk memelihara suatu fixed base of support dalam satu jangka waktu tertentu dan berlatih diatas balance board dapat meningkatkan proprioception, yaitu kesadaran atas gerakan tubuh dan posisi tubuhnya. Hal ini memainkan peranan penting bagi atlit yang memelihara

76 posisinya di lapangan. Mengurangi kemungkinan terjadinya cedera adalah variable yang paling penting dilakukan pada saat berlatih. Jika otot bagian panggul tidak direkrut secara tepat disebabkan oleh kurangnya stabilitas di daerah pinggul, maka bagian lain akan mengimbangi sehingga akan mengurangi resiko terjadinya cidera. Dengan memiliki core yang kuat dan stabil dapat mengurangi kemungkinan terjadinya cidera. Pemberian latihan core stability dan balance board exercise yang dikombinasikan maka akan memberikan kekuatan pada otot-otot core dan peningkatan fungsi vestibular. Peningkatan fungsi vestibular didapat dari latihan balance board karena subjek dilatih untuk mempertahankan posisi dimana hal ini akan membuat organ vestibular bekerja. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya efek latihan kombinasi core stability dengan balance board exercise terhadap peningkatan keseimbangan dengan nilai p < 0,05. 6.3 Pengaruh balance board exercise (Kel.II) Dalam meningkatkan keseimbangan mahasiswa usia 18-24 tahun dengan kurang aktivitas fisik. Rerata nilai peningkatan keseimbangan standing stork test pada 14 subjek di awal penelitian adalah 11,56 detik setelah 4 minggu latihan dengan menggunakan balance board ternyata nilai reratanya meningkat menjadi 25,89 detik. Rerata selisih peningkatan nilai keseimbangan standing stork test setelah 4 minggu latihan balance board adalah 14,32 detik. Analisis statistik paired sampel t test menunjukkan nilai p = 0,0001, karena nilai p<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa balance board exercise

77 mempunyai efek terhadap peningkatan keseimbangan mahasiswa usia 18-24 tahun dengan kurang aktivitas fisik. Berdasarkan literatur menurut (Larcom, 2013) penelitian yang berjudul The Effects of Balance Training on Dynamic Balance Capabilities in the Elite Australian Rules Footballer. ternyata balance board exercise dapat meningkatkan keseimbangan, mengurangi resiko terjadinya cidera pada atlete, seperti sprain dan strain ankle. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa balance board exercise berpengaruh dalam meningkatkan keseimbangan seseorang, karena balance board berfungsi melatih juga otot-otot core, dan melatih fungsi visual, vestibular, dan proprioceptive dimana kesemuanya saling berkesinambungan dalam mempertahankan keseimbangan tubuh baik statis, maupun dinamis. Berlatih diatas papan keseimbangan maka otot-otot bagian ekstremitas bawah mulai dari panggul sampai ankle secara bersamaan akan bekerja, meningkatkan proprioception, yaitu kesadaran atas gerakan tubuh dan posisi tubuhnya. Pada orang tua latihan balance board dapat mengurangi resiko terjatuh dikarenakan kekuatan otot inti yang melekat dari vertebrae sampai pelvic mengalami penguatan dan juga otot ekstremitas bawah untuk menopang dan menjaga posisi tubuh agar tetap stabil (Young et al, 2010). Banyak sekali cidera dapat diminimalkan dengan kontrol postural, dan untuk mempertahankan kontrol postural, otot core yang kuat diperlukan. Penguatan core harus mencakup isometrik dan isotonic. Kontraksi isometrik harus fokus pada stabilitas otot yang mendalam termasuk transverse abdominis dan

78 multifidus. Menerapkan program keseimbangan fungsional di atas balance board memungkinkan untuk kontraksi isometric otot core secara anatomis dan dengan demikian mencapai stabilitas fungsional kompleks pinggul dan lumbopelvic (Reynolds, 2010). 6.4 Beda pengaruh perlakuan Kelompok I dengan perlakuan Kelompok II dalam meningkatkan keseimbangan mahasiswa usia 18-24 tahun dengan kurang aktivitas fisik. Pada penelitian ini uji beda memperlihatkan selisih peningkatan nilai rerata Keseimbangan Standing Stork Test pada pre dan post Kelompok perlakuan I yang mendapatkan core stability dan balance board adalah 24,63 detik, sedangkan pada Kelompok perlakuan II Yang mendapatkan hanya balance board exercise adalah 14,32 detik analisis statistik Uji Independent Sampel t-test pada masing- masing 14 subjek menunjukkan nilai p adalah 0,0001. Karena nilai p<0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan antara pemberian core stability dan balance board exercise (kel.i) dengan balance board exercise saja (kel.ii), dalam meningkatkan keseimbangan mahasiswa dengan kurang aktivitas fisik. Pada pengujian hipotesis satu arah menunjukkan p<0,05, Hal tersebut menunjukkan bahwa intervensi pada Kelompok I ( kombinasi Core Stability dan balance board) lebih efektif secara signifikan dibandingkan dengan intervensi pada Kelompok II ( balance board exercise) dalam meningkatkan nilai keseimbangan standing stork test mahasiswa usia 18-24 tahun. Ternyata dikarenakan latihan balance board juga melatih otot-otot core maka latihan gabungan core stability dan balance board lebih efektif, (Oliver and

79 Brezzo, 2009). Otot core mencakup otot pada Trunk dan tulang belakang. Melatih otot-otot core dalam lingkungan yang tidak stabil telah ditemukan untuk menghasilkan aktivasi yang lebih besar selama latihan. Otot core yang menstabilkan panggul dan tulang punggung terutama otot-otot perut anterior, termasuk transversus abdominis, internal dan obliques eksternal dan rektus abdominis, dan otot punggung posterior termasuk erector spinae, kuadratus lumborum dan multifidus. Sistem saraf pusat 2-7 mengaktifkan stabilisasi otot dinding perut anterior dan kembali otot posterior menyediakan platform yang stabil untuk gerakan pada tungkai bawah (Larcom, 2013). 6.5 Keterbatasan Penelitian. Setelah melakukan penelitian ini, peneliti menyadari beberapa kelemahan pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Peneliti tidak membedakan serta menganalisis usia, tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh, gangguan vestibular, dan penyakit yang memungkinkan menganggu keseimbangan. 2. Selain itu untuk variabel-variabel tertentu yang bersifat recall seperti aktivitas fisik kemungkinan akan mendapat validitas yang kurang baik, karena rentan terjadinya bias atau penyimpangan informasi. 3. Tidak ada atau kurangnya motivasi latihan dari subjek, pengukuran yang kurang baik, kedisiplinan latihan sampel, atau mungkin saja gerakan dan durasi dari intervensi core stability dan balance board itu sendiri. Selain itu, aplikasi core stability dan balance board yang terkini memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi.