BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan seseorang dari masa kanak-kanak menuju

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang

Abstrak. Abstract. Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Udayana ISSN: Jurnal Psikologi Udayana 2016, Vol. 3 No.

BAB I PENDAHULUAN hingga (Unicef Indonesia, 2012). Menurut Departemen Sosial

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. setiap anak. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua anak dapat merasakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa kanak-kanak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. mempertajam keterampilan yang dimiliki serta menjalin pertemanan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terdiri dari definisi konsep diri, faktor-faktor yang memengaruhi konsep diri,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu tentunya menginginkan kehidupan yang bahagia. Kehidupan bahagia

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA RANTAU DARI INDONESIA BAGIAN TIMUR DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesejahteraan subjektif merupakan suatu hal yang penting dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. setiap aspek kehidupan seperti menjadi lebih terbuka menerima teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi sendiri kesulitan-kesulitan dan ingin melakukan hal-hal untuk dan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. oleh individu yang bersangkutan (Chaplin, 2011). Konsep diri sebagai gambaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, keluarga, masyarakat dan Negara. khususnya bagi masyarakat Indonesia. Kualitas pendidikan di Indonesia saat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi minum minuman keras (miras) di tengah kehidupan masyarakat Bali sudah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah keluarga, anak menduduki posisi tertentu berdasarkan. urutan kelahirannya yang mana mempunyai pengaruh mendasar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa perpindahan dari anak-anak ke remaja

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan pengaruh orangtua dalam setiap pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial

Karakteristik Anak Umur Jenis Kelamin Urutan anak Kepribadian Cita-cita dan tujuan. Tingkat Stres Menghadapi UN SMA Negeri SMA Swasta

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN. dukungan, serta kebutuhan akan rasa aman untuk masa depan. Orang tua berperan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

Hubungan Antara Konsep Diri Dan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Belajar Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 12 Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

HUBUNGAN ATTACHMENT DAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 POLA ASUH PANTI ASUHAN AL-FIEN DALAM PENANAMAN KEMANDIRIAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. bahkan sampai jam enam sore jika ada kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.

BAB II LANDASAN TEORI

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA SMA KARTIKA 1-5 PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Padang, terdapat 24 panti asuhan yang berdiri di Kota Padang.

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas masalah-masalah berujung pada konflik-konflik dan rintangan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasaya. perubahan penampilan pada orang muda dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

Gambaran konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. (usia 18 sampai 20 tahun) (WHO, 2013). Remaja merupakan salah satu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. anak, bahkan mungkin lebih, yang menghabiskan waktu produktif di jalanan.

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan seseorang dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berlangsung dari usia 10 atau 11 tahun. Pada masa ini seseorang mengalami perubahan yang sangat signifikan pada seluruh aspek kehidupannya, mulai dari perubahan fisik yang ditandai dengan pubertas dan perkembangan aspek kognitif dimana menurut Piaget, pada masa remaja seseorang dapat berpikir tentang kemungkinan, menyelesaikan masalah secara fleksibel, serta menguji hipotesis (Feldman, Papalia, & Olds, 2009). Selain kedua aspek tersebut, aspek psikososial pada masa remaja juga mengalami perubahan dimana pada masa remaja ini seseorang sedang dalam proses pencarian jati diri remaja. Remaja bertemu dengan pengalaman baru yang nanti akan membentuk jati diri remaja secara utuh (Feldman, Papalia, & Olds, 2009). Proses pembentukan jati diri remaja merupakan hal yang penting bagi perkembangan psikologis remaja ke depannya. Tentunya dalam proses ini orangtua merupakan sosok yang penting bagi remaja, karena orangtua membantu anak dalam proses pencarian jati diri remaja dengan mengarahkan remaja ke arah perkembangan yang baik. Tidak semua remaja memiliki nasib beruntung layaknya remaja pada umumnya. Dalam keadaan krisis, kebanyakan anak yang telah kehilangan atau terpisah dari orangtuanya akan diasuh oleh anggota keluarganya atau oleh orang lain yang masih dari komunitas anak tersebut seperti tetangga, para guru, pemimpin agama, atau 1

2 teman-teman keluarga (Chamsyah, 2005). Selain itu, anak-anak tersebut juga sering dititipkan di suatu lembaga yang disebut dengan panti asuhan. Panti sosial atau panti asuhan adalah unit pelaksanaan teknis di lingkungan Departemen Sosial yang memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar melalui pemberian pelayanan pengganti orangtua atau wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh yang berada di dalamnya dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Sosial (Baharsjah, 1998). Jika seseorang tinggal di panti asuhan maka masa remajanya akan dihabiskan juga di dalam panti asuhan. Keadaan yang seperti itu, tentu saja menyebabkan semua proses pembentukan jati diri remaja tersebut terjadi di dalam panti asuhan serta lingkungan tempat remaja tersebut bersekolah dan melakukan kegiatan lainnya. Selain membentuk jati diri, remaja juga mengembangkan kepribadiannya. Pengembangan kepribadian terjadi secara berkesinambungan sejak masa kanak-kanak. Salah satunya yang masih terus dilakukan remaja adalah mengembangkan dan membentuk konsep diri. Konsep diri dibagi menjadi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Individu dengan konsep diri positif cenderung menyenangi dan menghargai dirinya sendiri, memiliki rasa aman dan percaya diri yang tinggi, mampu lebih menerima dan memberi pada orang lain, memiliki sensitivitas terhadap orang lain serta dapat menerima dirinya sendiri dan memandang dunia ini sebagai sebuah tempat yang menyenangkan dibandingkan orang yang menolak dirinya. Individu dengan kosep diri negatif hanya memperhatikan dirinya sendiri sepanjang waktu, tidak pernah merasa puas, selalu takut kehilangan sesuatu, takut tidak diakui, iri terhadap individu lain yang

3 mempunyai kelebihan serta cenderung tidak dapat mengarahkan kasih sayangnya kepada orang lain (Burns dalam Hutagalung, 2007). Faktor-faktor yang memengaruhi konsep diri antara lain adalah kelompok acuan, dimana didalam kehidupannya individu tentunya menjadi anggota dari berbagai kelompok. Di antara kelompok tersebut, ada yang disebut dengan kelompok acuan yang membuat individu mengarahkan perilakunya sesuai dengan norma nilai yang dianut kelompok tersebut. Faktor selanjutnya yang memengaruhi konsep diri adalah orang lain. Individu membentuk konsep diri berdasarkan bagaimana orang lain menilai dirinya. Orang yang paling berpengaruh dalam pembentukan konsep diri individu adalah significant others. Significant others ini adalah semua orang yang sangat penting bagi diri individu. Ketika individu kecil, significant others bagi individu tersebut adalah orangtua dan saudara. Seiring dengan berkembangnya individu tersebut, significant others merupakan semua orang yang memengaruhi perilaku, pikiran dan perasaan individu (Hutagalung, 2007). Teman sebaya merupakan salah satu yang memberikan pengaruh pada perilaku, pikiran dan perasaan individu, terutama pada masa remaja. Pada masa remaja, teman mempunyai peranan penting dalam kehidupan remaja dimana remaja mulai untuk berteman secara berkelompok dan remaja cenderung memilih untuk berteman dengan orang yang memiliki karakteristik perilaku dan kepribadian yang sama dengan dirinya (Brown & Klute, 2003 dalam Feldman, Papalia, & Olds, 2009). Pada masa remaja, banyak individu yang berusaha untuk membangun kedekatan dengan teman-temannya. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang penting pada masa remaja. Remaja yang berhasil membangun kedekatan dengan teman sebaya akan memiliki pandangan yang positif mengenai dirinya, menjalani pendidikan sekolah

4 dengan baik, mampu bergaul dan memiliki risiko yang kecil untuk menjadi kasar, cemas atau depresi (Berndt & Perry; Buhrmester; Hartup & Stevens dalam Feldman, Papalia, & Olds, 2009). Kedekatan dengan teman sebaya tentunya didasari dengan adanya penerimaan dari teman sebaya tersebut. Jika remaja diterima oleh teman sebayanya maka tentunya remaja juga mampu menjalin kedekatan dengan teman sebayanya. Teman sebaya merupakan wadah untuk belajar kecakapan-kecakapan sosial, karena melalui teman sebaya remaja dapat mengambil peran (Marheni dalam Soetjiningsih, 2004). Menurut peneliti, remaja yang tinggal di panti asuhan sering mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dengan teman sebaya karena label negatif yang diberikan masyarakat kepada remaja yang tinggal di panti asuhan membuat teman sebaya remaja tersebut memperlakukan remaja yang tinggal di panti asuhan secara berbeda. Kondisi seperti ini juga terjadi di Bali. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada kepala panti sebuah panti asuhan di Bali diketahui bahwa masyarakat yang tidak pernah berkunjung ke panti asuhan menganggap panti asuhan merupakan tempat yang kumuh. Tentu saja dengan anggapan yang seperti itu membuat masyarakat tersebut juga beranggapan bahwa anak yang tinggal di panti asuhan juga adalah anak yang kumuh. Selain hal tersebut, kepala panti asuhan juga mengatakan bahwa beliau sering dipanggil oleh pihak sekolah anak panti karena anak tersebut terlambat membayar uang sekolah. Keadaan seperti itu tentu membuat anak panti tersebut menjadi malu terhadap teman-temannya di sekolah, walaupun keterlambatan pembayaran tidak disebabkan oleh anak itu sendiri, melainkan karena belum tersedianya uang di panti asuhan tersebut untuk membayar uang sekolah. Di samping masalah pembayaran uang sekolah,

5 kepala panti juga sering dipanggil pihak sekolah karena anak panti tersebut nakal di sekolah dan prestasinya kurang baik. Pelabelan nakal tersebut merupakan suatu contoh bahwa teman sebaya dari anak panti asuhan telah memberikan penilaian yang kurang baik yang membuat anak yang tinggal di panti asuhan mengalami hambatan dalam menjalin pertemanan di lingkungan sekolahnya dan tentunya akan memengaruhi proses pembentukan jati diri dan kepribadian anak panti asuhan tersebut terkait dengan penerimaan kelompok teman sebayanya. Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang banyak dikenal hingga ke manca negara. Terkenalnya Bali hingga ke manca negara membuat banyak turis datang berwisata ke Bali dan hal itu mendatangkan keuntungan bagi Bali, salah satunya di bidang ekonomi. Meskipun banyak mendapatkan pemasukan ekonomi dari pariwisatanya, Bali masih memiliki pekerjaan rumah yang sangat berat terkait anak panti asuhan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah panti asuhan yang terdapat di Bali. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Sosial Provinsi Bali, hingga tahun 2012 sudah tercatat terdapat 62 panti asuhan yang tersebar di 8 kabupaten dan Kota Denpasar. Jumlah ini sudah menjadi bukti bahwa tidak sedikit jumlah anak panti asuhan yang ada di Bali dimana rata-rata jumlah anak asuh pada setiap panti sekitar 50 anak, jika jumlah ini dikalikan dengan jumlah panti asuhan maka di Bali ada sekitar 3000 anak yang tinggal di panti asuhan. Berdasarkan berita yang dilansir dari Bisnis.com, Rabu, 12 November 2014, dikatakan bahwa diantara ke delapan kabupaten yang ada di Bali, Kabupaten Badung merupakan kabupaten terkaya di Bali dan juga merupakan kabupaten dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK) tertinggi di Bali. Kabupaten Badung masih memiliki banyak anak terlantar meskipun memiliki predikat sebagai kabupaten terkaya di Bali,

6 hal tersebut terlihat dari jumlah panti asuhan yang berada di Kabupaten Badung yaitu sebanyak 6 panti asuhan. Data ini didapat dari rekapitulasi data Dinas Sosial Provinsi Bali pada tahun 2012. Hasil berbeda ditemukan pada peneltian yang dilakukan oleh Prabadewi dan Widiasavitri (2014) menyebutkan bahwa remaja awal yang tinggal di panti asuhan di Denpasar mayoritas memiliki konsep diri akademik yang positif. Hasil tersebut tentunya tidak sejalan dengan hasil studi pendahuluan yang peneliti jabarkan sebelumnya yang menyebutkan bahwa teman sebaya remaja yang tinggal di panti asuhan di Kabupaten Badung memberikan penilaian yang kurang baik. Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti ingin menguji apakah terdapat hubungan mengenai penerimaan kelompok teman sebaya dengan konsep diri pada remaja panti asuhan di Kabupaten Badung, Bali. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian singkat diatas rumusan masalah didalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara penerimaan kelompok teman sebaya dengan konsep diri pada remaja panti asuhan di Kabupaten Badung, Bali. C. Keaslian Penelitian Penelitian tentang hubungan antara penerimaan kelompok teman sebaya dan konsep diri ini sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan dan merupakan murni hasil pemikiran dari peneliti. Berikut ini peneliti memaparkan beberapa penelitian yang

7 pernah dilakukan dengan menggunakan salah satu dari kedua variabel tersebut. Salah satu penelitian yang menggunakan variabel penerimaan kelompok teman sebaya adalah penelitian yang dilakukan oleh Sumiati dan Chairunnissa pada tahun 2010 dengan judul Hubungan Penerimaan kelompok teman sebaya Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta. Penelitian ini dilakukan di Universitas Negeri Jakarta. Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta tahun 2008 yang berjumlah 103 orang, sedangkan sampel penelitiannya sejumlah 78 mahasiswa dengan menggunakan teknik sampling propotional random sampling. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif antara penerimaan kelompok teman sebaya dengan prestasi akademik. Penelitian lain yang menggunakan konsep diri sebagai salah satu variabelnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Mazaya dan Supradewi pada tahun 2011 dengan judul Konsep Diri dan Kebermaknaan Hidup Pada Remaja Panti Asuhan dangan lokasi penelitian di Panti Asuhan Sunu Ngesti Utomo Jepara, Jawa Tengah. Penelitian Mazaya dan Supradewi ini merupakan penelitian kuantitatif dimana populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang tinggal di panti asuhan dibawah UPT Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, sedangkan sampel dari penelitian ini adalah remaja yang berusia antara 15 21 tahun yang tinggal di Panti Asuhan Ngesti Utomo Jepara dengan jumlah 51 orang. Teknik pengambilan sampel dari penelitian ini adalah menggunakan purposive sampling. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri dengan kebermaknaan hidup pada remaja di Panti Asuhan Sunu Ngesti Utomo Jepara.

8 Penelitian mengenai konsep diri juga pernah dilakukan oleh Susilowati pada tahun 2011. Judul dari penelitian ini adalah Hubungan Antara Konformitas Teman Sebaya dan Konsep Diri dengan Kemandirian pada Remaja Panti Asuhan Muhammadiyah Karanganyar. Populasi dari penelitian yang dilakukan oleh Susilowati adalah remaja pada Panti Asuhan Muhammadiyah Karanganyar yang berusia 12 21 tahun, berjenis kelamin laki-laki dan berjumlah 40 orang, karena penelitian ini merupakan penelitian populasi maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari populasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konformitas teman sebaya dan konsep diri dengan kemandirian pada remaja Panti Asuhan Muhammadiyah Karanganyar. Selain itu, berdasarkan perhitungan korelasi parsial, terdapat hubungan positif yang signifikan antara konsep diri dengan kemandirian pada remaja Panti Asuhan Muhammadiyah Karanganyar dan tidak ada hubungan yang signifikan antara konformitas teman sebaya dengan kemandirian remaja Panti Asuhan Muhammadiyah Karanganyar. Penelitian mengenai penerimaan teman sebaya pernah dilakukan oleh Rahmaati dan Soeharto pada tahun 2014 dengan judul Kontribusi Penerimaan teman sebaya dengan Pengungkapan Diri Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Masaran Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Lokasi penelitian ini adalah di SMP Negeri 1 Masaran, Sragen. Populasi dari penelitian ini adalah siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Masaran. Sampel penelitian diambil dengan teknik random sampling tanpa memperhatikan strata dan jumlah sampel ditentukan menggunakan tabel Krecjie, sehingga dengan jumlah polulasi sebanyak 254 orang, maka jumlah sampel akan menjadi 152 orang. Hasil dari penelitian ini adalah tingkat pengungkapan

9 diri siswa SMP Negeri 1 Masaran pada tahun ajaran 2013/2014 tergolong sedang, sedangkan tingkat penerimaan kelompok teman sebayanya tergolong tinggi. Penelitian lain mengenai penerimaan kelompok teman sebaya dilakukan oleh Prabowo dan Juneman pada tahun 2012 dengan judul Penerimaan kelompok teman sebaya, Kesepian, dan Kecanduan Bermain Gim Daring Pada Remaja. Lokasi peneltian adalah di warung-warung internet, Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas yang berada di kawasan Jakarta Barat dan Jakarta Selatan. Populasi penelitian ini adalah remaja dari usian 12 18 tahun dan minimal sedang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling insidental dengan jumlah total sampel penelitian ini adalah sebanyak 133 orang. Hasil dari penelitian ini adalah semakin remaja yang bermain video gim daring mempersepsikan dirinya tidak diterima oleh teman sebayanya, bila diikuti oleh perasaan kesepian, semakin tinggi tingkat kecanduannya terhadap video gim daring. Penelitian yang dilakukan kali ini oleh peneliti tentunya berbeda dari kelima penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya. Variabel pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah konsep diri dan penerimaan kelompok teman sebaya dimana pada penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya belum ada yang mencari hubungan antara kedua variabel tersebut. Lokasi penelitian yang peneliti lakukan kali ini tentunya juga berbeda dari lokasi penelitian lainnya yaitu di Kabupaten Badung, Bali, dimana penelitian dengan variabel yang telah disebutkan sebelumnya belum ada yang dilakukan di Kabupaten Badung, Bali.

10 D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penerimaan kelompok teman sebaya dengan konsep diri pada remaja panti asuhan di Kabupaten Badung, Bali. E. Manfaat Penelitian Manfaat Teoretis Manfaat teoretis dari penelitan ini adalah untuk memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi ilmu psikologi khususnya Psikologi Perkembangan dan Psikologi Sosial mengenai hubungan antara penerimaan kelompok teman sebaya dengan konsep diri remaja panti asuhan di Kabupaten Badung, Bali. Manfaat Praktis 1. Memberikan informasi kepada remaja yang tinggal di panti asuhan mengenai hubungan antara penerimaan kelompok teman sebaya dengan konsep diri pada remaja panti asuhan agar remaja tersebut bisa lebih mengenali dirinya untuk pembentukan konsep diri yang lebih optimal. 2. Memberikan informasi kepada remaja yang memiliki teman sebaya yang merupakan anak panti asuhan mengenai hubungan antara penerimaan kelompok teman sebaya dengan konsep diri pada remaja panti asuhan sehingga informasi tersebut bisa digunakan sebagai acuan untuk bersikap kepada teman sebayanya yang tinggal di panti asuhan.

11 3. Memberikan informasi kepada pihak panti asuhan mengenai hubungan antara penerimaan kelompok teman sebaya dengan konsep diri pada remaja panti asuhan sehingga informasi tersebut dapat digunakan sebagaimana mestinya untuk mengoptimalkan upaya pengasuhan anak yang berada di panti asuhan.