BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang perlu penanganan dengan segera dan pemantauan intensif. 2

dokumen-dokumen yang mirip
Tabel 1 Lampiran 1 Standar Unit Bedah Sentral Rumah Sakit Tipe C (Depkes, 2007)

Digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Digunakan untuk memeriksa suara dari dalam tubuh seperti detak jantung, usus, denyut nadi dan lain-lain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang memengaruhi status kesehatan yaitu pelayanan kesehatan, perilaku,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 mengatakan bahwa. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang

PEDOMAN TEKNIS BANGUNAN RUMAH SAKIT RUANG PERAWATAN INTENSIF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat

PEDOMAN TEKNIS BANGUNAN RUMAH SAKIT KELAS B

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

CODE BLUE SYSTEM No. Dokumen No. Revisi Halaman 1/4 Disusun oleh Tim Code Blue Rumah Sakit Wakil Direktur Pelayanan dan Pendidikan

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

KATA PENGANTAR. Lamongan, Penyusun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang telah nyata terjadi maupun berpotensi untuk terjadi yang mengancam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

TRANSFER PASIEN KE RUMAH SAKIT LAIN UNTUK PINDAH PERAWATAN

BAB III ELABORASI TEMA

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang

No Pengguna Kegiatan Nama Ruang Persyaratan Standard Kapasitas Unit Luas Satuan (m 2 ) Luas Total (m 2 ) Sumber

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PENENTUAN KEMATIAN DAN PEMANFAATAN ORGAN DONOR

100% 100% (2/2) 100% 100% (4142) (4162) (269) (307) (307) (269) (278) (263) (265) (264) 0% (638) 12 mnt. (578) 10 mnt

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 menyatakan bahwa rumah sakit. merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (UU No.44, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009). memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Panduan Identifikasi Pasien

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, telah terjadi pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor industri,

BAB V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kecenderungan menuntut kualitas pelayanan yang lebih baik.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

LAMPIRAN : JENIS PELAYANAN, INDIKATOR DAN STANDAR

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I

Perbedaan jenis pelayanan pada:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM AMAL SEHAT SRAGEN SKRIPSI

1.1.2 Logo perusahaan Berikut ini adalah logo dari rumah sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung Beserta penjelasannya

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesehatan merupakan hal yang paling berharga dan telah. menjadi kebutuhan pokok. Semakin tinggi tingkat pendidikan, ilmu

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan telah terjadi beberapa perubahan mendasar. Pada awal

prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN

Prosedur Pendaftaran Peserta JKN

BAB 1 PENDAHULUAN. pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar

Pengertian : Tata cara serah terima pasien yang akan dioperasi antara perawat ruangan/ bangsal dan staf kamar operasi.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud, Rumah Sakit mempunyai. dengan standart pelayanan Rumah Sakit.

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, dan harapannya dapat dipenuhi melalui jasa atau produk yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan secara merata dengan mengutamakan penyembuhan penyakit serta pemulihan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa pemberi pelayanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berkembangnya jumlah rumah sakit di Indonesia menjadikan masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. juga untuk keluarga pasien dan masyarakat umum. (1) Era globalisasi yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Dengan tingginya standar tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. jasa pelayanan kesehatan seperti rumah sakit untuk memberikan informasi, fasilitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PANDUAN TRANSPORTASI PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOSARI

BAB I PENDAHULUAN. Riset dalam pelayanan pelanggan secara berulang-ulang menunjukan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta dalam menghadapi bencana, dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, maka tuntutan

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PERAWAT KLINIK I KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DI SETUJUI KEMAMPUAN KLINIS N O ASUHAN KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG TARIF LAYANAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ACEH

4.3. Sistem Penyampaian Jasa, Citra Rumah Sakit dan Kepercayaan Pelanggan. Sistem penyampaian jasa terdiri dari physical support dan contact personnel

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tanggung jawab untuk menyediakan fasilitas kesehatan tersebut dengan biaya

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada jaman modern sekarang ini kemajuan dunia kesehatan semakin baik.

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PANDUAN PENOLAKAN RESUSITASI (DNR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. of Hospital Care yang dikutip Azwar (1996) mengemukakan beberapa

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensive Care Unit Intensive Care Unit (ICU) adalah unit perawatan di rumah sakit yang dilengkapi peralatan khusus dan perawat yang terampil merawat pasien sakit gawat yang perlu penanganan dengan segera dan pemantauan intensif. 2 Dengan fasilitas dan perawatan yang intensif tersebut mengakibatkan keterbatasan dalam pelayanan sehingga tidak semua pasien dapat dirawat ICU. Terdapat 3 prioritas utama untuk pasien dapat dirawat di ICU, yaitu 3 1. Prioritas I Pasien kritis, pasien tidak stabil yang memerlukan tindakan terapi intensif dan agresif, seperti bantuan ventilasi, infus obatobat vasoaktif dan lain-lain. Pada pasien seperti ini terapi tidak dibatasi (do everything), seperti edema paru, status kejang dan syok sepsis. 2. Prioritas II Pasien golongan ini tidak dalam keadaan kritis saat perawatan awalnya, tetapi kondisi klinisnya membutuhkan pemantauan intensif baik secara invasif maupun noninvasif atau memiliki keadaan yang dapat menimbulkan ancaman gangguan pada organ-organ vital. Pada pasien seperti ini terapi juga tidak dibatasi, misalnya pascabedah ekstensif, setelah henti jantung dalam keadaan stabil, pascabedah jantung dan pascabedah dengan penyakit jantung. 6

7 3. Prioritas III Pasien dalam keadaan kritis dengan harapan kecil untuk sembuh. Pasien kelompok ini memerlukan terapi intensif terbatas untuk mengatasi krisis penyakit, tetapi tidak dilakukan terapi invasif seperti intubasi dan resusitasi (do something). Misalnya pasien dengan metastase keganasan, penyakit jantung dan paru terminal dengan komplikasi akut. Ada beberapa keadaan di mana pasien tidak memerlukan perawatan di ICU, yaitu pasien mati batang otak (MBO) kecuali donor organ, pasien koma dengan keadaan vegetatif permanen, pasien dalam stadium akhir (endstage) dari suatu penyakit, pasien yang menolak pemberian terapi bantuan hidup. 1 ICU sebagai salah satu pelayanan yang komplit dan penting bagi rumah sakit memiliki standar yang cukup ketat. Standar tersebut salah satunya dapat dilihat dari kebutuhan ruang, fungsi ruangan tersebut, serta fasilitas ICU. Tabel 2. Kebutuhan Ruang, Fungsi dan Luasan Ruang serta Kebutuhan Fasilitas Pada Instalasi Perawatan Intensif 5 No Nama Fungsi Besaran Kebutuhan Fasilitas Ruangan Ruangan 1 Loker Tempat ganti Sesuai Loker pakaian, meletakkan kebutuhan sepatu/alas kaki sebelum masuk daerah rawat pasien dan sebaliknya setelah keluar dari daerah rawat pasien, yang diperuntukan bagi petugas. Disediakan juga ruang ganti pengunjung. 2 Ruang Ruang istirahat Sesuai sofa, lemari, meja/kursi Perawat perawat kebutuhan

8 3 Ruang Ruang kerja dan Kepala istirahat kepala Perawat perawat. 4 R. Dokter Ruang Dokter terdiri dari 2 bagian : 1. Ruang kerja. 2. Ruang istirahat/ kamar jaga. Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan sofa, lemari, meja/kursi, wastafel, dilengkapi toilet sofa, lemari, meja/kursi sofa, lemari, meja/kursi, wastafel, dilengkapi toilet 5 Daerah rawat Pasien ICU : (a) Daerah rawat pasien non isolasi (b) Daerah rawat pasien isolasi Ruang Ruang tempat tidur berfungsi untuk merawat pasien lebih dari 24 jam, dalam keadaan yang membutuhkan pemantauan khusus dan terus menerus. Kamar yang mempunyai kekhususan teknis sebagai ruang perawatan intensif yang memiliki batas fisik modular per pasien, dinding serta bukaan pintu dan jendela dengan ruangan ICU lainnya, dan harus memiliki ruang antara (;anteroom) Min. 12 m2 /tt Ruang isolasi min. 16 m2 /tt (belum termasuk ruang antara) Peralatan ICU di RS Kelas C terdiri dari : Ventilator sederhana; 1 set alat resusitasi; alat/sistem pemberian oksigen (nasal canule; simple face mask; nonrebreathing face mask); 1 set laringoskop dengan berbagai ukuran bilahnya; berbagai ukuran pipa endotrakeal dan konektor; berbagai ukuran orofaring, pipa nasofaring, sungkup laring dan alat bantu jalan nafas lainnya; berbagai ukuran introduser untuk pipa endotrakeal dan bougies; syringe untuk mengembangkan balon endotrakeal dan klem; forsep magill; beberapa ukuran plester/pita perekat medik; gunting; suction yang setara dengan ruang operasi; tournique untuk pemasangan akses vena; peralatan

9 6 Sentral monitoring/ nurse station. Ruang untuk melakukan perencanaan,pengorg anisasian, asuhan dan pelayanan 4-16 m2 (dengan memperhat ikan sirkulasi infus intravena dengan berbagai ukuran kanul intravena dan berbagai macam cairan infus yang sesuai; pompa infus dan pompa syringe; alat pemantauan untuk tekanan darah non-invasive, elektrokardiografi reader, oksimeter nadi, kapnografi, temperatur; alat kateterisasi vena sentral dan manometernya, defebrilator monofasik; tempat tidur khusus ICU; bedside monitor; peralatan drainase thoraks, peralatan portable untuk transportasi; lampu tindakan; unit/alat foto rontgen mobile, Elektrokardiograf monitor; defibrilator bifasik; sterilisator; anastesi apparatus; oxygen tent; sphigmomanometer; central gas; central suction; suction thorax; mobile X-Ray unit; heart rate monitor; respiration monitor, blood pressure monitor; temperatur monitor; haemodialisis unit; blood gas analyzer; Electrolite analyzer. Kursi, meja, lemari obat, lemari barang habis pakai, komputer, printer, ECG monitoring system,

10 7 Gudang alat medik 8 Gudang bersih (Clean Utility) 9 Gudang Kotor (Spoolhoek/ Dirty Utility) keperawatan selama 24 jam (pre dan post conference, pengaturan jadwal), dokumentasi s/d evaluasi pasien. Pos perawat harus terletak di pusat blok yang dilayani agar perawat dpt mengawasi pasiennya secara efektif. (Disarankan ruang ini menggunakan pembatas fisik tembus pandang untuk mengurangi kontaminasi terhadap perawat) Ruang penyimpanan alat medik yang setiap saat diperlukan. Peralatan yang disimpan diruangan ini harus dalam kondisi siap pakai dan dalam kondisi yang sudah disterilisasi Tempat penyimpanan instrumen dan barang habis pakai yang diperlukan untuk kegiatan di ruang ICU, termasuk untuk barang-barang steril. Fasilitas untuk membuang kotoran bekas pelayanan pasien khususnya yang berupa cairan. Spoolhoek berupa bak atau kloset yang dilengkapi dengan tempat tidur pasien didepannya) Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan central patient sign. vital Respirator/ventilator, alat HD, Mobile X-Ray, dan lain lain. Lemari/kabinet alat 4-6 m2 Kloset leher angsa, keran air bersih (Sink) Ket : tinggi bibir kloset + 80-100 m dari permukaan lantai

11 10 Ruang tunggu keluarga pasien. 11 Ruang Administras i 12 Janitor/ Ruang cleaning service 13 Toilet (petugas, pengunjung ) 14 R. Penyimpana n Silinder Gas Medik 15 R.Parkir Brankar leher angsa (water seal) Tempat keluarga/ pengantar pasien menunggu. Ruang untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi khususnya pelayanan pendaftaran dan rekam medik internal pasien di instalasi ICU. Ruang ini berada pada bagian depan instalasi ICU dengan dilengkapi loket. Ruangan tempat penyimpanan barang-barang dan peralatan untuk kebersihan ruangan. Pada ruangan ini terdapat area basah KM/WC Tempat menyimpan tabung-tabung gas medis cadangan. Tempat parkir brankar selama tidak ada kegiatan pembedahan atau selama tidak diperlukan. Sesuai kebutuhan 3~5 m2/ petugas 4-6 m2 Lemari/rak Tempat duduk, televisi & Telp umum (bila RS mampu) Meja kerja, lemari berkas/arsip dan telepon/interkom, komputer, printer dan perlengkapan kantor lainnya. @ KM/WC pria/wanita luas 2m 2-3m 2 4 8 m 2 Tabung Gas Medis 2-6 m 2 Brankar (stretcher)

12 2.2 Kualitas pelayanan Menurut Goetsh dan Davis (1994), kualitas didefinisikan sebagai suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, layanan, manusia, proses, lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. 6 Menurut Tjiptono, kualitas dapat diartikan sebagai : 1. Kesesuaian dengan persyaratan atau tuntutan; 2. Kecocokan untuk pemakaian; 3. Perbaikan atau penyempurnaan berkelanjutan: 4. Bebas dari kerusakan atau cacat; 5. Pemenuhuan kebutuhan pelanggan semenjak awal dan setiap saat; 6. Melakukan segala sesuatu secara benar semenjak awal; dan 7. Sesuatu yang bisa membahagiakan pelanggan. 6 Definisi kualitas menurut M. L. Lynn: Pemberian pelayanan kesehatan yang secara kontinu diperbaiki untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pasien, dokter, karyawan, pembayaran, dan komunitas yang dilayani. Karyawan didorong untuk berbicara bebas mengenai pelaksanaan rumah sakit dan menurunkan ide untuk perbaikan. Kuesioner dikirimkan kepada 300 bekas pasien tiap bulannya. 7 Berdasarkan ketiga definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kualitas merupakan seuatu yang terus-menerus harus ditingkatkan, merupakan sesuatu yang berkelanjutan. Pelayanan merupakan terjemahan dari istillah service dalam bahasa Inggris yang menurut Kotler yang dikutip Tjiptono, yaitu berarti setiap tindakan atau

13 perbuatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak ke pihak yang lain, yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. 6 Kemudian Sutopo dan Sugiyanti mengemukakan bahwa pelayanan mempunyai pengertian sebagai membantu menyiapkan (atau mengurus) apa yang diperlukan seseorang. 8 Sebagai suatu produk, pelayanan (service) mempunyai sifat yang khas, yang menyebabkan berbeda dengan produk yang lain. Menurut Kotler (1997) pelayanan mempunyai empat sifat dasar sebagai berikut: 1. Tidak berwujud (intangible) 2. Tidak dapat dipisah-pisahkan (inseperability) 3. Berubah-ubah / beragam (variability) 4. Tidak tahan lama (perishability) 9 Definisi kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen.kualitas pelayanandapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata mereka terima / peroleh dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan / inginkan terhadap atribut-atribut pelayanan suatu perusahaan. Jika jasa yang diterima atau dirasakan sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan, jika jasa yang diterima melampaui harapan konsumen, maka kualitas pelayanan dipersepsikan sangat baik dan berkualitas.sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk. 6

14 Menurut Kotler definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik. Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri. Kotler juga mengatakan bahwa perilaku tersebut dapat terjadi pada saat, sebelum dan sesudah terjadinya transaksi. Pada umumnya pelayanan yang bertaraf tinggi akan menghasilkan kepuasan yang tinggi serta pembelian ulang yang lebih sering. Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna, orang yang berbeda akan mengartikannya secara berlainan tetapi dari beberapa definisi yang dapat kita jumpai memiliki beberapa kesamaan walaupun hanya cara penyampaiannya saja biasanya terdapat pada elemen sebagai berikut: 1.Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihkan harapan pelanggan. 2.Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan 3.Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah. 10 Kesimpulannya, kualitas pelayanan adalah segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan guna memenuhi harapan konsumen.. Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang mereka terima secara nyata dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan terhadap pelayanan suatu perusahaan. Mutu pelayanan rumah sakit dapat ditelaah dari tiga hal yaitu: 1) struktur (sarana fisik, peralatan,dana, tenaga kesehatan dan nonkesehatan, serta pasien), 2)

15 proses (manajemen RS baik manajemen interpersonal, teknis maupun pelayanan keperawatanyang kesemuanya tercermin pada tindakan medis dan nonmedis kepada pasien), 3) outcome. 11 2.3 Kepuasan keluarga pasien 2.3.1 Definisi kepuasan Kepuasan adalah suatu keadaan yang dirasakan konsumen setelah dia mengalami suatu kinerja (atau hasil) yang telah memenuhi berbagai harapannya. Menurut Oliver, kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang (pelanggan) setelah membandingkan antara kinerja atau hasil yang dirasakan (pelayanan yang diterima dan dirasakan) dengan yang diharapkannya. 12 Menurut Kotler, kepuasan konsumen adalah hasil yang dirasakan oleh pembeli yang mengalami kinerja sebuah perusahaan yang sesuai dengan harapannya. 10 Kepuasan terhadap pelayanan kesehatan akan dinyatakan melalui hal-hal sebagai berikut : 13 1) Komunikasi dari mulut ke mulut Informasi yang diperoleh dari pasien atau masyarakat yangmemperoleh pelayanan yang memuaskan ataupun tidak, akanmenjadi informasi yang dapat digunakan sebagai referensi untukmenggunakan atau memilih jasa pelayanan kesehatan tersebut. 2) Kebutuhan pribadi Pasien atau masyarakat selalu membutuhkan pelayanan kesehatan yang tersedia sebagai kebutuhan pribadi yang tersedia pada waktu dan tempat sesuai dengan

16 kebutuhan. Pasien atau masyarakat mengharapkan adanya kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan baik dalam keadaan biasa ataupun gawat darurat. 3) Pengalaman masa lalu Pasien atau masyarakat yang pernah mendapatkan pelayanan kesehatan yang memuaskan akan kembali ke pelayanan kesehatan yang terdahulu untuk memperoleh layanan yang memuaskan sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan pengalaman masa lalu. 4) Komunikasi eksternal Sosialisasi yang luas dari sistem pelayanan kesehatan mengenai fasilitas, sumber daya manusia, serta kelebihan-kelebihan yang dimiliki suatu institusi pelayanan kesehatan akan mempengaruhi pemakaian jasa pelayanan oleh masyarakat atau pasien. 2.3.2 Tujuan mengukur kepuasan Merkouris, et al, menyebutkan bahwa mengukur kepuasan pasien dapat digunakan sebagai alat untuk: 1) evaluasi kualitas pelayanan kesehatan, 2) evaluasi terhadap konsultasi intervensi dan hubungan antara perilaku sehat dan sakit, 3) membuat keputusan administrasi, 4) evaluasi efek dari perubahan organisasi pelayanan, 5) administrasi staf, 6) fungsi pemasaran, 7) formasi etik profesional. 14 2.3.3 Tingkatan kepuasan keluarga pasien Menurut Nursalam (2003), untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan dapat diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan, sebagai berikut: sangat tidak memuaskan (1), tidak memuaskan (2), cukup memuaskan (3), memuaskan (4),

17 sangat memuaskan (5). Pasien akan merasa sangat tidak puas apabila hasil pelayanan yang diberikan oleh perawat/ didapatkan pasien jauh dibawah harapannya, jika hasil pelayanan yang diberikan oleh perawat belum memenuhi harapan pasien maka pasien akan merasa tidak puas terhadap pelayanan yang diterima pasien. Pelayanan akan cukup memuaskan jika pelayanan yang diberikan oleh perawat sudah memenuhi sebagian harapan pasien. Pelayanan akan memuaskan apabila pelayanan yang diberikan oleh perawat sudah memenuhi harapan rata-rata pasien, sedangkan pasien akan merasa sangat puas apabila pelayanan yang diberikan oleh perawat melebihi apa yang diharapkan pasien. 15 2.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan keluarga pasien Kepuasan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor dari pihak pemberi pelayanaan saja, tetapi juga dipengaruhi faktor dari luar maupun dari dalam diri pasien. Faktor dari dalam mencakup sumber daya, pendidikan, pengetahuan dan sikap. Faktor dari luar mencakup budaya, sosial ekonomi, keluarga dan situasi yang dihadapi. 16 Penilaian kualitas pelayanan dikaitkan dengan kepuasan pasien dengan berfokus pada aspek fungsi dari proses pelayanan, yaitu : 12 1. Tangibles (Wujud nyata) adalah wujud langsung yang meliputi fasilitas fisik, yang mencakup kemutahiran peralatan yang digunakan, kondisi sarana, kondisi SDM perusahaan dan keselarasan antara fasilitas fisik dengan jenis jasa yang diberikan. 2. Reliability (kepercayaan) adalah pelayanan yang disajikan dengan segera dan memuaskan dan merupakan aspek aspek keandalan system pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa yang meliputi kesesuaian pelaksanaan

18 pelayanan dengan rencana, kepedulian perusahaan kepada permasalahan yang dialami pasien, keandalan penyampaian jasa sejak awal, ketepatan waktu pelayanan sesuai dengan janji yang diberikan keakuratan penanganan. 3. Responsiveness (tanggung jawab) adalah keinginan untuk membantu dan menyediakan jasa yang dibutuhkan konsumen. Hal ini meliputi kejelasan informasi waktu penyampaian jasa, ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan administrasi, kesediaan pegawai dalam membantu konsumen, keluangan waktu pegawai dalam menanggapi permintaan pasien dengan cepat. 4. Assurance (jaminan) adalah adanya jaminan bahwa jasa yang ditawarkan memberikan jaminan keamanan yang meliputi kemampuan SDM, rasa aman selama berurusan dengan karyawan, kesabaran karyawan, dukungan pimpinan terhadap staf. 5. Empathy (empati) adalah berkaitan dengan memberikan perhatian penuh kepada konsumen yang meliputi perhatian kepada konsumen, perhatian staf secara pribadi kepada konsumen, pemahaman akan kebutuhan konsumen, perhatian terhadap kepentingan konsumen, kesesuaian waktu pelayanan dengan kebutuhan konsumen. 2.4 Aspek pembiayaan pasien rumah sakit Suatu penelitian di Amerika (An Official American Thoracic Society Systematic, Review: The Association between Health Insurance Status and Access, Care Delivery, and Outcomes for Patients Who Are Critically Ill) mengemukakan

19 bahwa satu dari tiga orang Amerika berusia di bawah 65 tahun, tidak memiliki asuransi kesehatan. Pasien-pasien yang kritis dan tidak memiliki asuransi kesehatan dikhawatirkan berada pada resiko tinggi morbiditas dan mortalitas oleh karena biaya yang tinggi dari instalasi rawat intensif. Setelah dilakukan penelitian mengenai hal tersebut, mereka mendapatkan kesimpulan bahwa pasien di United States yang kritis dan tidak memiliki asuransi kesehatan memperoleh pelayanan critical care yang lebih sedikit dan bisa mengalami hasil klinis yang lebih buruk. 17 Oleh karena itulah penggunaan asuransi kesehatan menjadi sangat penting, apalagi pada negara Indonesia yang rata-rata penduduknya memliki pendapatan yang rendah. Pemerintah Indonesia kemudian mendirikan program BPJS yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 2014. 2.5 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial( BPJS ) adalah badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketengakerjaan. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Semua penduduk Indonesia wajib menjadi peserta jaminan kesehatan yang dikelola oleh BPJS termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia dan telah membayar iuran. Paling lambat tahun 2019 seluruh penduduk Indonesia sudah menjadi peserta BPJS Kesehatan yang dilakukan secara bertahap. Cara mendaftar menjadi peserta BPJS bisa dilakukan dengan dua cara, melalui online dan mandiri/perorangan. Untuk pendaftaran online, peserta hanya

20 perlu mengisi form lewat internet, namun hal ini kadang sulit dilakukan karena website BPJS sangat sibuk. Untuk itu, lebih mudah melalui perorangan/ mandiri, dengan cara : 1. Datang ke kantor BPJS terdekat 2. Mengisi form pendaftaran 3. Menyerahkan fotokopi kartu keluarga, fotokopi KTP, dan foto 3 x 4 2 lembar 4. Melakukan pembayaran di kantor pos, ATM, atau setor tunai di bank yang telah ditunjuk Iuran harus dibayar tiap bulan sebelum tanggl 10, apabila terlambat membayar, maka peserta akan dikenakan denda 2 persen dari biaya seharusnya. Jumlah iuran disesuaikan dengan kelas pelayanannya. - Kelas 1 : Rp 59.500,00 - Kelas 2 : Rp 42.500,00 - Kelas 3 : Rp 25.500,00 Pelayanan kesehatan yang dijamin meliputi: 1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non spesialistik mencakup: a. Administrasi pelayanan b. Pelayanan promotif dan preventif c. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

21 f. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis g. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama h. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi. 2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan kesehatan mencakup: a. Rawat jalan yang meliputi: 1) Administrasi pelayanan 2) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan subspesialis 3) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis 4) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai 5) Pelayanan alat kesehatan implant 6) Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis 7) Rehabilitasi medis 8) Pelayanan darah 9) Pelayanan kedokteran forensik 10) Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan. b. Rawat inap yang meliputi: 1) Perawatan inap non intensif 2) Perawatan inap di ruang intensif. c. Pelayanan kesehatan lain ditetapkan oleh Menteri. 4