BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan permukiman sehingga muncul larangan bermukim. Merapi terletak antara dua provinsi yakni Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

KONDISI TANAH DAN TEKNIK REHABILITASI LAHAN PASCA-ERUPSI GUNUNG MERAPI. Deddy Erfandi, Yoyo Soelaeman, Abdullah Abas Idjuddin, dan Kasdi Subagyono

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yaitu dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN PENGGUNAAN LAHAN AKIBAT BANJIR LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 DI SUB DAS KALI PUTIH JURNAL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertanyaan penelitian; (3) tujuan penelitian; (4) manfaat penelitian; (5) batasan

BAB I PENDAHULUAN. Merapi ditingkatkan dari normal menjadi waspada, dan selanjutnya di tingkatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan. kualitas karena terdapat kerusakan lingkungan dimana kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

KEADAAN UMUM WILAYAH. koorditat 07 º 40 42,7 LS 07 º 28 51,4 LS dan 110º 27 59,9 BT - 110º 28

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu

BAB I PENDAHULUAN. (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Artinya, bagaimana partisipasi/keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Wilayah. dengan batas-batas administratif sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

BAB I PENDAHULUAN. Bencana lahar di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian Selatan dan Timur Indonesia terdapat

KELAYAKAN SISTEM EVAKUASI KAWASAN RAWAN BENCANA LETUSAN GUNUNG MERAPI DI KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

Rapid Assessment Terhadap Kerusakan Bangunan Akibat Erupsi Merapi Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. Intensitas dan dampak yang ditimbulkan bencana terhadap manusia dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan adalah salah satu sumber daya alam yang memiliki manfaat

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

KAJIAN CEPAT DAMPAK ERUPSI GUNUNG MERAPI 2010 TERHADAP SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN DAN INOVASI REHABILITASINYA

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman 2013

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI MERAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

DAFTAR ISI. Instisari... i Abstrak...ii Kata Pengantar... iii Daftar Isi... v Daftar Tabel... vii Daftar Gambar...viii Daftar Lampiran...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. alam dan manusia dengan sebaik-baiknya, dengan memanfaatkan kekayaan alam

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

MITIGASI BENCANA TERHADAP BAHAYA LONGSOR (Studi kasus di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat)

kerugian yang bisa dihitung secara nominal misalnya rusaknya lahan pertanian milik warga. Akibat bencana tersebut warga tidak dapat lagi melakukan pek

BAB I PENDAHULUAN. api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini

Sumber : id.wikipedia.org Gambar 2.1 Gunung Merapi

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. dipengaruhi (

PERUBAHAN KONDISI FISIK PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 DI DESA GLAGAHARJO PROVINSI DIY

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN

PERUBAHAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA GLAGAHARJO PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 ABSTRAK

Kebijakan Kesehatan Jiwa Paska Bencana: Terapi Pemberdayaan Diri Secara Kelompok Sebagai Sebuah Alternatif

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINGKAT KERUSAKAN LINGKUNGAN FISIK AKIBAT PENAMBANGAN PASIR DAN BATU DI KECAMATAN TURI DAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) berdasarkan Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Secara historis, Indonesia merupakan Negara dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Gempabumi yang terjadi pada 27 mei 2006 yang melanda DIY-Jateng

Arahan Adaptasi Kawasan Rawan Tanah Longsor Dalam Mengurangi Tingkat Kerentanan Masyarakat Di KSN. Gunung Merapi Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana.

BAB I PENDAHULUAN. harta benda, dan dampak psikologis. Penanggulangan bencana merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

besar dan daerahnya rutin terkena banjir setiap masuk hujan. Padahal kecamatan ini memiliki luas yang sempit.hal tersebut menjadikan kecamatan ini men

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Gunungapi Merapi dikenal sebagai gunungapi teraktif dan unik di dunia, karena periode ulang letusannya relatif pendek dan sering menimbulkan bencana yang banyak menimbulkan korban jiwa dan kerugian harta benda. Erupsi Gunungapi Merapi yang terjadi pada 25 November 2010 merupakan siklus 100 tahunan yang merupakan siklus erupsi yang paling besar sebaran awan panasnya mencapai 18 km melewati Sungai Gendol (BPPTK, 2011). Bencana erupsi Merapi 2010 memberikan dampak yang luar biasa terhadap aset yang dimiliki masyarakat meliputi hilangnya rumah, kerugian harta benda, korban jiwa, kerusakan lahan, dan hilangnya sumberdaya alam yang menghancurkan sebagian besar Desa yang berada di alur Sungai Gendol meliputi Desa Balerante Kabupaten Klaten, Desa Kepuharjo, Desa Wukirsari dan Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, lebih dari 300 KK kehilangan tempat tinggal dan 382 jiwa meninggal akibat diterjang awan panas dan lebih dari 70.000 jiwa mengungsi ke tempat yang aman (Wacana, 2011). Erupsi Gunung Merapi pada bulan Oktober - November 2010 telah memakan banyak korban jiwa, sebanyak 267 jiwa meninggal dunia, 454 korban rawat inap, dan 71.579 jiwa mengungsi (www.slemankab.go.id). Aktivitas letusan Gunung Merapi terkini 12 Oktober 5 November 2010 tergolong erupsi cukup besar dibandingkan erupsi tahun 1870, namun lebih kecil dibanding erupsi pada abad XVI. Jumlah material piroklastik hasil erupsinya ditaksir mencapai lebih dari 140 juta m 3 (Tim Badan Litbang Pertanian, 2010). Kejadian erupsi tersebut membawa dampak terhadap penggunaan lahan terutama pertanian di Daerah Aliran Sungai Gendol yang mempengaruhi perubahan aktivitas perekonomian masyarakat setempat. Mayoritas penduduk di lereng Merapi bermatapencaharian sebagai petani dan Bab I Pendahuluan 1

peternak, sehingga pasca erupsi ini mereka banyak yang kehilangan matapencahariannya. Bencana erupsi Gunungapi Merapi 2010 yang terjadi telah mengakibatkan dampak yang besar berupa hilangnya aset penghidupan masyarakat antara lain permukiman, peternakan, hutan, lahan perkebunan, lahan pertanian serta adanya korban jiwa manusia. DAS sebagai sebuah ruang (space) dan ekosistem dapat digunakan sebagai pendekatan dalam pembangunan wilayah yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. DAS Gendol merupakan salah satu DAS yang terkena dampak erupsi merapi 2010 yang mengakibatkan kerusakan fisik dan sosial ekonomi masyarakat. Sungai Gendol terletak di lereng sebelah selatan Gunungapi Merapi dan berada di sebelah timur Sungai Kuning. DAS Gendol secara administratif mencakup 6 Kecamatan yaitu: Kecamatan Cangkringan, Kalasan, Kemalang, Manisrenggo, Ngemplak, Pakem, dan Srumbung. Pasca erupsi Merapi 2010 terjadi perubahan penggunaan lahan karena lahan sebagai sumber matapencaharian masyarakat rusak sehingga mengakibatkan perubahan aktivitas perekonomian masyarakat setempat. Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat tertentu meliputi: biosfer, atmosfer, tanah, hidrologi, populasi tanaman, binatang dan hasil kegiatan manusia masa lalu dan sekarang yang mempengaruhi pemanfaatan lahan sekarang dan yang akan datang (FAO, 1976). Penggunaan lahan di DAS Gendol pasca erupsi banyak mengalami perubahan, seperti perubahan pemanfaatan lahan yang awalnya merupakan lahan kosong atau pertanian saat ini digunakan untuk shelter/permukiman masyarakat, dan rusaknya permukiman serta lahan pertanian masyarakat. Material piroklastik hasil erupsi Gunung Merapi (Oktober November 2010) mengakibatkan kerusakan fisik sumberdaya lahan dan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat di daerah bencana. Material piroklastik yang menutup permukaan tanah kemudian mengalami sementasi (ion-ion Si, Ca dan Mg), membentuk lapisan padat yang relatif sulit ditembus air hujan, sehingga berpengaruh meningkatkan bulk density (BD) tanah, dan menurunkan ruang pori total (RPT) serta permeabilitas tanah (Abdullah Bab I Pendahuluan 2

Abas, 2011). Kondisi lahan yang seperti itu tidak memungkinkan untuk diolah atau digarap oleh petani. Sementara itu, sebagian besar masyarakat di sekitar Sungai Gendol bermatapencaharian sebagai petani, sehingga kondisi tersebut juga mempengaruhi perekonomian masyarakat. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi pasca erupsi Merapi ini dipengaruhi oleh jumlah dan distribusi bahan letusan Gunung Merapi yang berada diantara lembah-lembah sungai. Berdasarkan penelitian Wacana, dkk (2011), tanah yang tertimbun endapan piroklastik adalah lahan produktif dan lahan tersebut tidak dapat dipisahkan dari aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Tanah yang terkena dampak letusan Merapi di Kecamatan Cangkringan meliputi: tanah pinggir sungai sebagai sumber mataair dan jaringan pipa distribusi air dari sumber mata air yang terletak di daerah Utara dari Sungai Gendol, lahan pemukiman warga, peternakan, tanah sebagai tempat bagi warga, lahan perkebunan, dan hutan. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman dalam Harian Jogja 6 Januari 2013 mengatakan bahwa pada tahun sebelumnya penanganan pascaerupsi Merapi berfokus pada rehabilitasi dan rekonstruksi untuk hunian tetap (huntap) dan infrastruktur, sehingga pada tahun ini sektor ekonomi pascaerupsi Merapi dan kapasitas masyarakat akan menjadi prioritas utama, Pemulihan ekonomi masyarakat digunakan untuk menganalisis seberapa besar kemampuan masyarakat untuk tetap berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mencapai kehidupan yang sama kembali atau bahkan lebih baik lagi. 1.2. Rumusan Masalah Pasca erupsi Merapi 2010 membawa dampak yang cukup besar bagi masyarakat di Daerah Aliran Sungai Gendol, terutama sebagian masyarakat kehilangan matapencaharian utamanya. Perubahan lahan yang terjadi mengakibatkan perubahan kehidupan perekonomian bagi masyarakat yang terkena dampak bencana erupsi Merapi. Sampai saat ini masih banyak masyarakat yang tidak berani kembali menetap di lahannya akibat peristiwa Bab I Pendahuluan 3

besar yang telah terjadi dan menimbulkan trauma mendalam bagi seluruh masyarakat yang ada di daerah terdampak awan panas 2010. Bencana erupsi Merapi yang terjadi tahun 2010 juga memaksa masyarakat untuk tinggal di pengungsian dan hunian-hunian sementara, yang kini sudah berubah menjadi huntap yang dibangun oleh swasta dan pemerintah di daerah yang jauh dari radius awan panas. Di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya masyarakat harus merubah pola penghidupan yang sudah ada bahkan harus menyesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia, sehingga menyebabkan masyarakat berubah mata pencahariannya. Perubahan dari pemanfaatan lahan pasca erupsi ini menyebabkan perubahan pada aktivitas perekonomian masyarakat, terutama untuk pemanfaatan lahan pertanian. Upaya yang dilakukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan memperoleh kehidupan yang lebih baik akan digunakan untuk menganalisis kemampuan masyarakat dalam pemulihan ekonomin. 1. 3. Tujuan 1. Mengidentifikasi dampak erupsi Merapi 2010 terhadap perubahan penggunaan lahan. 2. Menganalisis dampak perubahan penggunaan lahan terhadap aktivitas perekonomian (matapencaharian) masyarakat setempat. 3. Mengevaluasi dan merekomendasi upaya pemulihan ekonomi masyarakat pasca erupsi. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini antara lain : 1. Sebagai bahan penyusunan thesis untuk persyaratan dalam menyelesaikan program S-2 Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. 2. Memberikan gambaran dan informasi mengenai dampak perubahan pemanfaatan penggunaan lahan pasca erupsi Merapi 2010 terhadap Bab I Pendahuluan 4

aktivitas perekonomian masyarakat, serta tingkat daya pulih masyarakat pasca erupsi Merapi 2010. 3. Sebagai bahan evaluasi dan masukan untuk pemerintah daerah untuk upaya pemulihan perekonomian masyarakat pasca erupsi Merapi 2010. 1.5. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai dampak perubahan penggunaan lahan pasca erupsi merapi terhadap perekonomian masyarakat masih terbatas. Penjabaran dibawah ini adalah beberapa penelitian sebelumnya yang terkait dengan tema yang diambil oleh penulis. Penelitian dari BNPB bekerjasama dengan Bappenas dan Kementerian/lembaga Pemerintah Daerah melakukan penilaian kerusakan dan kerugian dengan menggunakan metode Economic Commsion for Latin America and the Caribbean (ECLAC) yang mengukur dampak bencana melalui perhitungan nilai ekonomi dari akibat yang ditimbulkan oleh bencana tersebut, yaitu: kerusakan, kerugian, dan dampak ekonomi makro. Perhitungan dilakukan pada lima sektor yaitu sektor perumahan dan sosial meliputi: pendidikan, kesehatan, agama, sektor ekonomi produktif meliputi pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, industri, perdagangan, pariwisata, sektor prasarana meliputi: transportasi darat dan udara, air bersih, sanitasi, irigasi, energi, telekomunikasi, lintas sektor yang meliputi pemerintahan, keuangan dan lingkungan hidup (Nugroho, 2011). Penelitian selanjutnya oleh Petrasa Wacana (2011) mengenai rekonstruksi akses dan kontrol lahan terhadap penghidupan masyarakat pasca erupsi di Kecamatan Cangkringan. Penelitian tersebut untuk memberikan data persebaran awan panas dan bagaimanakah rekonstruksi akses dan kontrol lahan masyarakat terhadap lahan milik mereka serta pengaruhnya terhadap penghidupan masyarakat. Muta ali (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Potensi Tingkat Daya Pulih Wilayah Perdesaan di Kawasan Rawan Bencana Merapi bertujuan untuk menyusun model penentuan tingkat daya pulih wilayah Bab I Pendahuluan 5

perdesaan yang berada di Kawasan Rawan Bencana Merapi. Model daya pulih ditentukan dengan menggunakan empat komponen utama yaitu faktor kemampuan ekonomi rumah tangga, faktor potensi kegiatan pertanian, faktor potensi kegiatan non pertanian, dan faktor aksesbilitas wilayah. Hasil penelitian merekomendasikan prioritas terhadap 11% Desa dengan tingkat kerusakan tinggi dan daya pulih rendah, sedangkan pemulihan wilayah perdesaan dilakukan dengan memberdayakan perekonomian masyarakat dan potensi ekonomi wilayah. Penelitian dari Tony Wahyu Kusuma, 2011 mengenai Perubahan Tata Fisik dan Tata Kehidupan Sosial Ekonomi setelah Erupsi Merapi 2010 di Kecamatan Cangkringan membahas tentang gambaran perubahan tatanan fisik dan sosial masyarakat setelah bencana. Pendekatan yang digunakan adalah induktif kualitatif terminologi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini berupa gambaran perubahan tatanan kondisi fisi dan sosial pasca erupsi Merapi. Sinta Damayanti (2011) melakukan penelitian mengenai daya pulih masyarakat pasca banjir berdasarkan pengetahuan masyarakat. Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Sukoharjo (Desa Laan dan Desa Kadokan). Penelitian ini menggunakan metode FGD untuk memperoleh data primer. Hasil yangh diperoleh dari penelitian yang berjudul Resilience for the 2007 Flood Event Using Community Knowledge : A Case in Part of Sukoharjo Regency, Indonesia ini adalah peta banjir berdasarkan pengetahuan masyarakat dan daya pulih masyarakatnya berdasarkan kemampuan adaptasi masyarakat. Penelitian mengenai Penilaian Tingkat Kerusakan Lahan Pertanian Pasca Erupsi Merapi 2010 oleh Iqbal Putut (2011) bertujuan untuk mengetahui area terdampak pascaerupsi, mengetahui kondisi lahan pertanian pascaerupsi, dan mengetahui karakteristik tingkat kerusakan lahan pertanian berdasarkan penilaian kerusakan dan kehilangan. Cakupan wilayah penelitian berada di DAS Gendol dengan metiode perhitungan yang digunakan adalah Damage and Loss Assessment. Pada penelitian ini lebih menekankan pada Bab I Pendahuluan 6

perhitungan kerusakan dan kehilangan terhadap kerusakan lahan pertanian pasca erupsi. Hasil dari penelitian ini adalah gambaran daerah terdampak pasca erupsi 2010, gambaran kondisi lahan pertanian, dan gambaran tingkat kerusakan lahan. Penelitian yang dilakukan oleh penulis mengkaji tentang dampak perubahan penggunaan lahan pasca erupsi yang dikaitkan dengan perubahan aktivitas evaluasi dan rekomendasi untuk perekonomian masyarakat yang dilakukan pasca erupsi. Pasca erupsi Merapi banyak lahan masyarakat yang rusak, terutama pertanian sehingga masyarakat yang bermatapencaharian utama sebagai petani kehilangan pekerjaannya, kondisi demikian menuntut masyarakat untuk tetap memenuhi kebutuhan hidupnya dan upaya yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan pemanfaatan lahan pasca erupsi Merapi 2010, menganalisis dampak perubahan pemanfaatan lahan terhadap matapencaharian masyarakat, mengevaluasi upaya yang telah dilakukan untuk pemulihan ekonomi masyarakat dan memberikan rekomendasi untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik. Penelitian ini mengambil lokasi di Kecamatan Cangkringan karena pada lokasi ini terdampaknya cukup besar dibandingkan yang lain. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan berdasarkan KRB 1, 2, dan 3, penentuan jumlah sampel menggunakan proporsional sampling. Berdasarkan data dari masingmasing Desa diketahui jumlah KK korban erupsi, kemudian dilakukan perhitungan untuk mencari jumlah sampel per KRB. Penyamplingan dilakukan pada Dusun dengan menggunakan purposive sampling, dengan mempertimbangkan daerah tersebut termasuk di daerah terdampak total atau sebagian dan jumlah korban KK terbanyak dan sedikit. Pemilihan responden dengan menggunakan simple random sampling. Berdasarkan hasil wawancara maka diperoleh data untuk mengetahui tingkat daya pulih masyarakat pasca erupsi Merapi 2010. Tabel 1. menunjukkan perbandingan penelitian sebelumnya dengan penelitian penyusun : Bab I Pendahuluan 7

Tabel 1. Perbandingan Penelitian Sebelumnya dengan Penelitian Penyusun No. Peneliti Judul Lokasi Penelitian Tujuan Penelitian Metode dan Cara Pengambilan Sampel Sajian Hasil 1. BNPB, Bappenas, Pemerintah Pusat dan Daerah (2011) Kajian Penilaian Kerusakan dan Kerugian akibat erupsi merapi 2010 Kabupaten Magelang, Boyolali, Klaten, Propinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Sleman Mengetahui nilai kerusakan, kerugian dan dampak ekonomi makro Economic Commision for Latin America and the CariBBEAN (ECLAC) Nilai kerusakan, kerugian dan dampak ekonomi makro 2. Petrasa Wacana (2011) Rekonstruksi Akses dan Kontrol Lahan terhadap Aset Peghidupan Masyarakat Pasca Bencana Erupsi Gunungapi Merapi 2010 Kecamatan Cangkringan 1. Mengkaji persebaran dan karateristik endapan awan panas pasca bencana erupsi Gunungapi Merapi 2010 2. Mengkaji akses dan kontrol lahan terhadap aset penghidupan masyarakat di Kecamatan Cangkringan, Sleman pasca bencana erupsi Merapi 2010 3. Merekonstruksi akses dan kontrol lahan terhadap asset dan penghidupan masyarakat akibat bencana erupsi Metode partisipatoris yang didukung oleh kombinasi metode kualitatif dan kuantitatif 1.Data persebaran karakteristik endapan awan panas 2.Gambaran akses dan kontrol lahan terhadap penghidupan masyarakat. 3. Merekonstruksi akses dan kontrol lahan Bab I Pendahuluan 8

Gunungapi Merapi 2010 di Kecamatan Cangkringan 3. Dr. Luthfi Muta ali, S.Si, M.T (2011) Potensi Tingkat Daya Pulih Wilayah Perdesaan di Kawasan Rawan Bencana Merapi 91 Desa di Kabupaten Sleman, Klaten, Magelang, dan Boyolali. Menyusun model penentuan tingkat daya pulih wilayah perdesaan yang berada di Kawasan Rawan Bencana Merapi. 1. Analisis Tingkat Kerusakan 2. Klasifikasi Tingkat kerugian 3. Uji Variance, jumlah komponen faktor yang terbentuk pada variabel daya pulih wilayah, uji rotated component matrix, variabel pembentuk daya pulih wiayah Peta prioritas penanganan pasca erupsi dan pemulihan wilayah perdesaan di Kawasan Rawan Bencana Merapi. 4. Tony Wahyu Kusuma (2011) Perubahan Tata Fisik dan Tata Kehidupan Sosial Ekonomi Setelah Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Slean Dusun Gungan Desa Wukirsari, Dusun Suruh dan Dusun Jaranan Desa Argomulyo Mengetahui perubahan tatanan fisik dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat setelah bencana Induktif fenomenologi kualitatif Gambaran perubahan tatanan fisik dan sosial ekonomi masyarakat 5 Damayanti, Sinta (2011) Resilience for the 2007 Flood Event Using Community Knowledge : A Case in Part of Sukoharjo Regency, Indonesia Kabupaten Sukoharjo (Desa Laan dan Desa Kadokan) 1. Membuat peta banjir berdasarkan pemahaman masyarakat 2. Mengetahui daya pulih masyarakat setelah banjir Data primer : interview terhadap 80 responden dan FGD, pemilihan sampel dengan acak. FGD untuk mendapatkan peta banjir berdasarkan pengetahuan masyarakat 1. Peta banjir berdasarkan pengetahuan masyarakat 2. Daya pulih masyarakat yang dipengauhi kemampuan manusia Bab I Pendahuluan 9

6. Iqbal Putut (2012) Penilaian Tingkat Kerusakan Lahan Pertanian Pasca Erupsi Merapi 2010 DAS Gendol 1. Mengetahui area terdampak pascaerupsi 2. Mengetahu kondisi lahan pertanian pascaerupsi 3.Mengetahui karakteristik tingkat kerusakan lahan pertanian berdasarkan penilaian kerusakan dan kehilangan 1. Penilaian kerusakan dan kehilangan (Damage and Loss Assessment) 2. Analisis Kerusakan 3. Analisis Kehilangan 1.Gambaran daerah terdampak pasca erupsi 2010 2.Gambaran kondisi lahan pertanian 3.Gambaran tingkat kerusakan lahan 7. Alvyntha G.A. (2012) Dampak Erupsi Merapi 2012 terhadap Pemanfaatan Lahan dan Aktivitas Perekonomian Masyarakat di Daerah Aliran Sungai Gendol Studi Kasus: Kecamatan Cangkringan DAS Gendol (berdasarkan KRB dan dibedakan antara terdampak dan tidak terdampak) Kecamatan Cangkringan 1. Mengidentifikasi dampak erupsi Merapi 2010 terhadap perubahan pemanfaatan penggunaan lahan.. 2. Menganalisis dampak perubahan penggunaan lahan terhadap aktifitas perekonomian (matapencaharian) masyarakat setempat. 3. Mengevaluasi dan merekomendasi pemulihan ekonomi masyarakat pasca erupsi. Pengambilan sampel menggunakan dasar pembagian dari Peta KRB, jumlah sampel dihitung dengan proporsional sampling kemudian penentuan Dusun menggunakan purposive sampling, dengan tujuan membedakan daerah yang terdampak tinggi, sedang dan rendah per KRB. Pemilihan responden dengan menggunakan simple random sampling 1. Peta Perubahan Penggunaan Lahan. 2. Luasan dan persentase daerah pertanian yang terdampak. 3. Analisis perubahan aktivitas ekonomi warga pasca erupsi 4. Analisis upaya pemulihan ekonomi masyarakat, serta evaluasi dan rekomendasi upaya pemulihan ekonomi masyarakat. Bab I Pendahuluan 10