BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mampu mencerna serat kasar yang tinggi (Nugraha dkk., 2012). Itik

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini awalnya adalah itik liar yang telah mengalami proses domestikasi, dengan

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ayam Kampung Super dan Produktivitasnya. Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2014), populasi ayam kampung di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telurnya. Jenis puyuh yang biasa diternakkan di Indonesia yaitu jenis Coturnix

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan daging untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Ternak itik

TINJAUAN PUSTAKA. Itik (Anas platyrhynchos)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik termasuk dalam kingdom Animalia, philum Chordata, kelas Aves, ordo

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi jalar termasuk tumbuhan semusim (annual) yang memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

PENDAHULUAN. Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Rataan Tebal Cangkang telur puyuh.

TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagi penghasil daging dengan bobot badan 1,9 kg

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan tempat asal dari itik ini. Itik Tegal memiliki kelebihan dibanding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki keunggulan yaitu produksi telur dan daging yang tinggi dan masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bermukim di wilayah pedesaan (Rusdiansyah, 2014). Ayam kampung

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cm, bunga dengan bentuk berbuku-buku, berwarna kuning kehijauan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bagi kesehatan. Pengobatan tradisional telah banyak digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan menggunakan bahan pakan sumber kalsium (ISA, 2009). kerabang maka kalsium dapat diserap sampai 72% (Oderkirk, 2001).

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Energi Metabolis. makanan dalam tubuh, satuan energi metabolis yaitu kkal/kg.

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

TINJAUAN PUSTAKA. betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuaan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4.

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gram dan mendekati 2 kg pada umur 37 hari dan siap potong (Weeks dan. Ayam pedaging mengandung protein dan asam amino

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Itik Jantan Lokal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) ada juga yang menyebut siput

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7.

TINJAUAN PUSTAKA. rendah dan siap dipotong pada usia yang relatif muda. Pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pedaging yang sering disebut sebagai ayam broiler merupakan jenis

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. unggas membutuhkan pakan untuk hidup, pertumbuhan, dan produksi. Burung

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

KAJIAN KEPUSTAKAAN. japanese quail (Coturnix-coturnix Japonica) mulai masuk ke Amerika. Namun,

PENDAHULUAN. telurnya karena produksi telur burung puyuh dapat mencapai

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. sekaligus dapat memberdayakan ekonomi rakyat terutama di pedesaan.

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Telur. telur dihasilkan bobot telur berkisar antara 55,73-62,58 gram.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jepang atau biasa disebut Coturnix coturnix japonica. Unggas ini tumbuh ideal

PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM AYAM BURAS

I. PENDAHULUAN. sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

BAB III MATERI DAN METODE. Kampung Super dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2016 dikandang

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

I. PENDAHULUAN. Peternakan ayam broiler merupakan salah satu usaha yang potensial untuk

Transkripsi:

3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Tegal Itik merupakan unggas air yang tahan penyakit, pertumbuhan cepat serta mampu mencerna serat kasar yang tinggi (Nugraha dkk., 2012). Itik diklasifikasikan dengan kingdom animal, phylum chordhata, subphylum vertebrata, kelas aves, ordo anseriformes, familian anatidae, genus anas, spesies anas plathyrynchos (Garnida, 2012). Itik lokal di Indonesia ada beberapa macam antara lain itik Tegal, itik Mojosari, itik Magelang dan itik Pengging. Penyebaran populasi itik-itik tersebut sebagian besar berada di Pulau Jawa (Wulandari dkk., 2015) Itik tegal memiliki warna bulu kecoklatan pada seluruh tubuh dengan totol kecoklatan yang agak jelas pada dada, punggung, dan sayap. Bentuk badan hampir tegak lurus, langsing seperti botol dan langkah tegap (Sukmaya dan Rimayanti, 2010). Bobot badan itik Tegal betina dewasa berkisar 1.580,44 ± 186,36 g (Tarigan dkk., 2015). Produksi telur pada itik tegal mencapai 230 250 per ekor selama 1 tahun (Martawijaya dkk., 2006). Itik Tegal mulai bertelur pada usia 22-24 minggu, produksi telur itik dipengaruhi oleh gen, umur itik dan sistem pemeliharaan (Nugraha dkk., 2012). Produktivitas itik Tegal tergolong dalam kategori yang tinggi jika dibandingkan itik lokal lainnya, hal ini dikarenakan ukurannya yang sedang tetapi memiliki produktivitas telur yang cukup tinggi (Sukmaya dan Rimayanti, 2010).

4 2.2. Kebutuhan Nutrien Itik Pakan harus memiliki kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan itik, sehingga dalam menyusun ransum itik perlu memperhatikan energi, protein, lemak, serat dan mineral (Suprijatna dkk., 2005). Energi dibutuhkan oleh ternak unggas untuk mengendalikan suhu tubuh, pecernaan, pergerakan badan, penggunaan bahan makanan dan produksi telur, sumbernya berasal dari karbohidrat, lemak dan protein di dalam ransum (Rusdiansyah, 2014). Kelebihan energi pada unggas dapat menimbulkan timbunan lemak, sedangkan kekurangan energi dapat menimbulkan perombakan lemak dan protein dalam tubuh sehingga menghambat pertumbuhan (Zulfanita dkk., 2011) Kebutuhan nutrien itik sesuai pada fase hidupnya. Kebutuan itik petelur tersaji pada Tabel 1. No. Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Itik Kebutuhan Nutrisi Fase Starter (0-8 minggu) Fase Hidup Itik Fase Grower (9-20 minggu) Fase Finisher (>20 Minggu) 1 Energi metabolis (kkal/kg) 3100 2700 2700 2 Protein (%) 17-20 15-18 17-19 3 Kalsium (%) 0,6-1 0,6-1 0,6-1 4 Phosfor (%) 06 0,6 0,6 5 Lisin (%) 1,05 0,74 1,05 6 Metionin (%) 0,37 0,29 0,37 *Hardjosworo dkk., 2002 Protein merupakan senyawa kompleks yang terdiri atas asam amino dengan ikatan peptide yang berguna untuk mempertahankan hidup pokok dalam menjalankan fungsi-fungsi sel dan produktivitas, seperti pertumbuhan otot, lemak,

5 tulang, telur, dan semen (Iskandar, 2012). Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan bagian-bagian tubuh, mengganti jaringan tubuh yang rusak, serta untuk produksi (Rahayu dkk., 2011). Kebutuhan protein ayam tidak hanya didasarkan pada kebutuhan protein kasar, tetapi lebih juga kebutuhan asam amino esensial (Samadi, 2012). Ketersediaan protein yang rendah dapat menghambat proses pertumbuhan, tetapi apabila ketersediaan protein melebihi kebutuhan maka protein akan diekresikan oleh tubuh (Samadi, 2012) Lemak merupakan persenyawaan karbon, hidrogen, dan oksigen yang dan tersusun atas ester gliserol dengan asam lemak rantai panjang. Lemak (lipid) berfungsi sebagai sumber energi, sebagai pelarut yang membantu dalam penyerapan dari vitamin-vitamin yang larut dalam lemak (Wahju, 2004). Unggas yang mengkonsumsi lemak secara berlebih akan menghasilkan timbunan lemak dalam tubuh, sedangkan kekurangan lemak akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, menurunkan ukuran telur, dan menurunkan reproduksi pejantan (Ketaren, 2010). Serat kasar merupakan zat dalam pakan yang tidak dapat dicerna oleh itik karena itik tidak memiliki enzim yang dapat mencernanya (Suprijatna dkk., 2005). Penggunaan serat kasar yang tinggi di dalam pakan akan mengganggu proses pencernaan nutrisi lain sehingga nutrisi pakan tidak dapat tercerna dan ikut terbuang bersama ekskreta serta dapat menurunkan kecernaan nutrisi yang lain (Mangisah dkk., 2009). Vitamin dan mineral juga berperan penting dalam membantu pertumbuhan itik. Vitamin merupakan senyawa organik yang tidak disintesis oleh jaringan

6 tubuh (Suprijatna, 2008). Vitamin berperan sebagai katalisator dalam sintesis atau degradasi zat tanpa ikut menyusun zat yang disintesis (Widodo, 2002). Mineral berperan penting dalam proses fisiologis unggas (Arifin, 2008). Unggas yang kekurangan mineral akan menyebabkan tubuh yang tidak normal/cacat dan memiliki tulang yang keropos (Ketaren, 2010). 2.3. Daun Bawang Merah Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman yang hidup di daerah tropis dan memiliki umbi yang berlapis dan bergerombol yang dapat dimanfaatkan bagi penggunanya. Daun bawang merah memiliki bentuk bulatan yang memanjang seperti pipa dan berwarna hijau. Daun bawang merah dapat diklasifikasikan pada divisi spermatophyta, sub divisi angiospermae, class monocotyledonae, ordo liliflorae, famili lliliaceae, genus allium, species allium ascalonicum (Rahayu dan Berlian, 2004). Bawang merah mengandung senyawa fitokimia antara lain allisin, fitosterol, flavonol, flavonoid dan saponin (Rahayu dan Berlian, 2004). Saponin merupakan senyawa bersifat bioaktif penyusun alicin yang dapat meningkatkan permeabilitas dinding sel pada usus, sehingga meningkatkan penyerapan zat makanan. Pada kadar rendah saponin dapat meningkatkan transportasi zat nutrisi antar sel, tetapi pada kadar yang tinggi dapat membunuh sel, saponin pada kadar 0,25% dapat menurunkan populasi E. coli lebih dari 25% (Bintang dkk., 2007). Flavonoid merupakan zat aktif yang bekerja didalam saluran pecernaan dengan cara menangkap radikal bebas dalam tubuh sehingga mencegah terjadinya

7 kerusakan sel-sel tubuh akibat reaksi oksidasi yang disebabkan oleh radikal bebas (Redha, 2010). Kandungan flavonoid dalam daun bawang merah dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan Antioksidan Daun dan Umbi Bawang Merah Komponen Bawang Merah Daun Umbi ---------------------mg/100 g------------------ Total fenol 15,82 8,82 Total flavonoid 18,12 5,00 Flavonol 12,75 3,18 Total klorofil 166,0 14,92 Klorofil a 84,52 10,07 Klorofil b 81,54 4,13 Total karoten 61,70 7,53 β karoten 19,42 1,54 Sumber : El-Hadidy dkk. (2013) Kandungan flavonoid yang terdapat di daun bawang salah satunya adalah quercetin sebagai zat aktif yang berkerja langsung dalam usus yang dapat menjaga kesehatan tubuh (Issa dkk., 2013). Daun bawang merah mengandung flavonoid sebesar 18,12 mg/100 g berat segar dan fenol sbesar 15,82% mg/100 g berat segar (El-Hadidy dkk., 2014). Penelitian menggunakan tepung kulit bawang dengan presentasi pemberian 3 6 % mampu meningkatkan kecernaan protein dan pertambahan bobot badan itik Mojosari (Saputra dkk., 2016). Penelitian menggunakan bawang merah dapat meningkatkan konsumsi dan pertambahan bobot badan secara nyata pada ayam broiler umur 42 hari dengan pemberian 3 % bawang dalam 1 kg pakan (Goodarzi dkk., 2013).

8 2.4. Kecernaan Protein Kecernaan adalah nilai yang menunjukkan bagian zat pakan dan tidak disekresikan dalam ekskreta (Apriliyana, 2012). Kecernaan protein merupakan jumlah protein yang dapat diserap oleh tubuh. Hasil utama pencernaan protein adalah asam amino yang diserap oleh usus halus dan dibawa melalui darah menuju ke hati yang digunakan untuk pembentukan protein (Anggorodi, 1985). Kecernaan protein pada unggas dapat dipengaruhi oleh tingkat pemberian pakan, pengolahan bahan pakan, gangguan saluran pencernaan, spesies unggas, komposisi pakan, suhu, bentuk fisik yang diberikan dan laju perjalanan pakan dalam saluran pencernaan (Sukaryana dkk., 2011). Konsumsi protein pada ternak dapat meningkat karena adanya peningkatan protein dalam ransum (Winedar, 2004). Konsumsi protein yang tinggi dapat mempengaruhi asupan protein untuk tubuh dan asam amino tercukupi sehingga metabolisme sel dalam tubuh berlangsung normal (Gultom dkk., 2012). Besarnya protein yang diperlukan oleh tubuh berkisar 16 17 % (Yuwanta, 2004). Protein yang dikonsumsi tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan jaringan dan pertumbuhan bulu, tetapi sebagian terbuang melalui ekskreta (Saputra dkk., 2016). Kecernaan protein itik tergantung dari komposisi bahan pakan yang terdapat dalam ransum yang diberikan (Ginting, 2012). Kecernaan protein ransum dengan perlakuan penambahan starbio dalam ransum itik yang berserat kasar tinggi berkisar antara 66,7 81 % (Mangisah dkk., 2009). Nilai kecernaan protein dapat dihitung dengan mengurangkan protein yang dikonsumsi dengan protein

9 dalam ekskreta yang kemudian dibagi dengan protein yang dikonsumsi dan mengalikan dengan 100% (Primacitra dkk., 2014). 2.5. Retensi Kalsium Retensi kalsium merupakan jumlah kalsium yang diserap tubuh yang selanjutnya akan digunakan untuk proses-proses metabolisme di dalam tubuh ternak (Wulandari, 2012). Faktor yang mempengaruhi retensi kalsium dan phosphor antara lain perbandingan kalsium dan phosphor dalam ransum, adanya ikatan fitat, dan serat kasar dalam ransum (Wulandari, 2012. Retensi kalsium itik lokal dengan perlakuan penambahan tepung beluntas (1-2 %) pada pakan menunjukan kisaran 1,73 1,97 g dengan konsumsi kalsium sebanyak 2,43 g 2,45 g (Shidik, 2007). Terpenuhinya kebutuhan kalsium dan konsumsi ransum pada saat bertelur akan sangat menentukan besarnya massa kalsium cangkang yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap meningkatnya bobot telur dan kualitas cangkang (Setyaningrum dkk., 2009) Kandungan kalsium pakan memegang peranan penting pada proses pembentukan kerabang telur. Peningkatan sekresi asam dan air melalui proventrikulus meningkatkan solubilitas kalsium karbonat pakan dan meningkatkan retensi kalsium selama kalsifikasi kerabang telur. Sebelum terjadi kalsifikasi kerabang telur, kalsium (Ca) tidak disimpan dalam uterus, tetapi terdapat pada plasma darah dalam bentuk ion kalsium. Deposisi kalsium pada kerabang telur ini terjadi sangat cepat terutama pada saat mineralisasi kerabang

10 telur yaitu 2 g Ca yang setara dengan konsumsi total kalsium setiap 12 menit (Yuwanta, 2004). 2.6. Bobot Telur Telur merupakan sel yang tumbuh dari sel induk (oogonium) di dalam indung telur sebagai produk yang dihasilkan oleh ternak (Abdullah, 2003). Telur tersusun atas kuning telur (yolk), putih telur (albumen), kerabang tipis kerabang telur, dan beberapa bagian lainnya yang cukup kompleks (Yuwanta, 2004). Terbentuknya telur dimulai dengan terbentuknya kuning telur di dalam ovarium. Kuning telur yang dilepaskan ovarium diterima oleh infundibulum. Di dalam infundibulum, kuning telur tinggal selama 20 menit dan terjadi fertilisasi. Saat kuning telur berada di dalam magnum, terjadi penambahan unsur lain, berupa putih telur yang terdiri atas 88% air dan 11% protein dan berada di dalam magnum selama 3 jam 30 menit. Pembentukan kerabang tipis berada di dalam isthmus selama 1 jam 15 menit. Di uterus terjadi pembentukan pembentukan kerabang telur dan perwarnaan kerabang selama 16 21 jam. Telur yang sudah sempurna yang pembentukannya berlangsung ± 25 jam, dikeluarkan melalui kloaka (Yuwanta 2004). Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya telur adalah genetik, pakan, komposisi telur, lingkungan, periode telur, umur unggas, dan bobot badan induk (Rodenberg dkk., 2006). Telur sebagian besar tersusun atas protein dan kalsium. Meningkatnya kandungan protein pada ransum dengan kandungan energi yang sama dapat meningkatkan produksi telur (Nasution dan Adrizal 2009). Protein tersusun dari rangkaian asam-asam amino, sedang asam amino diperlukan untuk pembentukan

11 kuning telur dan putih telur (Sujana dkk 2006). Terbatasnya konsumsi protein pada saat periode pertumbuhan mengakibatkan awal peneluran terhambat karena terlambatnya pertumbuhan jaringan dan terbatasnya persediaan cadangan material untuk pembentukan telur pertama (Suprijatna dan Natawiharja 2005). Unggas yang diberi pakan dengan kandungan kalsium tinggi, biasanya menghasilkan kerabang telur yang tebal sedangkan ketebalan kerabang telur akan berpengaruh terhadap berat kerabang (Juliambarwati dkk., 2012). Faktor yang mempengaruhi tebal kerabang diantaranya adalah kadar kalsium ransum yang berkisar 4,6 4,7 % dengan imbangan kadar phosphor yang tersedia antara 1,7 19 % sudah cukup untuk memenuhi pembentukan kerabang telur (Wiradimadja dkk., 2010). Bobot telur juga dipengaruhi oleh genetik unggas, dimana ungas yang mempunyai kemampuan genetik rendah hanya akan mampu menghasilkan berat telur optimal sesuai dengan kemampuan genetiknya (Nasution dan Adrizal 2009). Penelitian Iskandar dkk. (2007) menunjukan bahwa pemeberian tepung bawang putih (Allium sativum) sebanyak 2 4 % dalam ransum pada ayam tidak meningkatkan bobot telur ayam.