TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan hasil persilangan antara kambing Boer jantan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998).

TINJAUAN PUSTAKA. Kambing

I. PENDAHULUAN. penting di berbagai agri-ekosistem. Hal ini dikarenakan kambing memiliki

HASIL DAN PEMBAHASAN

NILAI PEMULIAAN. Bapak. Induk. Anak

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

INJAUAN PUSTAKA Domba Komposit Sumatera

LABORATORIUM PEMULIAAN DAN BIOMETRIKA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADAJARAN JATINANGOR 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai

TINJAUAN PUSTAKA. Kingdom: Animalia, Famili: Leporidae, Subfamili: Leporine, Ordo:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Boer

PENDAHULUAN. mendorong para peternak untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

I. PENDAHULUAN. Lampung (2009), potensi wilayah Provinsi Lampung mampu menampung 1,38

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Lokasi BBPTU-SP Baturraden, Purwokerto

Pembibitan dan Budidaya ternak dapat diartikan ternak yang digunakan sebagai tetua bagi anaknya tanpa atau sedikit memperhatikan potensi genetiknya. B

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

I. PENDAHULUAN. Kambing merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara dan dikembang

I. PENDAHULUAN. atau peternak kecil. Meskipun bukan sebagai sumber penghasilan utama, kambing

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal

Gambar 1. Grafik Populasi Sapi Perah Nasional Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011)

MAKALAH PRODUKSI TERNAK DAN KAMBING. Seleksi dan Manfaat Untuk Meningkatkan Produktivitas Ternak. Disusun Oleh : Kelompok 3.

PENAMPILAN REPRODUKSI KAMBING INDUK: BOER, KACANG DAN KACANG YANG DISILANGKAN DENGAN PEJANTAN BOER

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu,

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT

TINJAUAN PUSTAKA. Kelas: Mammalia, Order: Artiodactyla, Genus: Sus,Spesies: Sus scrofa, Sus

TINJAUAN PUSTAKA. yang cepat, jumlah anak per kelahiran (littersize) yang tinggi dan efisiensi

SKRIPSI OLEH : RINALDI

I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ketersediaan bibit domba yang berkualitas dalam jumlah yang

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan. Hasil estimasi heritabilitas calving interval dengan menggunakan korelasi

TINJAUAN PUSTAKA. Rataan sifat-sifat kuantitatif domba Priangan menurut hasil penelitian Heriyadi et al. (2002) terdapat pada Tabel 1.

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Domba. karena pakan utamanya adalah tanaman atau tumbuhan. Meski demikian domba

SILABUS MATA KULIAH MAYOR TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketenangan dan akan menurunkan produksinya. Sapi Friesien Holstein pertama kali

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

Gambar 1. Produksi Susu Nasional ( ) Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2011)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha diversifikasi pangan dengan memanfaatkan daging kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Persebaran Kambing Peranakan Ettawah (PE) galur lainnya dan merupakan sumber daya genetik lokal Jawa Tengah yang perlu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah secara umum merupakan penghasil susu yang sangat dominan

Rini Ramdhiani Muchtar, Bandiati, S K P, Tita D. Lestari Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Sumedang ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

Pengembangan Sistem Manajemen Breeding Sapi Bali

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

PENDAHULUAN. Domba merupakan ternak ruminansia kecil dan termasuk komoditas. Kelompok Ternak Palasidin sebagai Villa Breeding Center yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan

I. PENDAHULUAN. penting di berbagai agri-ekosistem. Hal ini dikarenakan kambing memiliki

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat

DASAR SELEKSI DAN SISTEM PERKAWINAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

PENGARUH KETINGGIAN TEMPAT DAN SISTEM PEMELIHARAAN TERHADAP KORELASI GENETIK BOBOT LAHIR DENGAN BOBOT DEWASA SAPI BALI

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

PENETAPAN RUMPUN KAMBING MARICA SEBAGAI PLASMA NUTFAH KAMBING LOKAL ASLI SULAWESI SELATAN Oleh : M. Nuryadi

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat

REPRODUKSI AWAL KAMBING KACANG DAN BOERKA-1 DI LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

I. PENDAHULUAN. protein yang mencapai 35-38% (hampir setara protein susu sapi). Selain

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

P = G + E Performans? Keragaman? Dr. Gatot Ciptadi PERFORMANS. Managemen. Breeding/ Repro. Nutrisi

ANALISIS NILAI PEMULIAAN (BREEDING VALUE) LINGKAR DADA TERNAK SAPI PO

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

STRATEGI PERBIBITAN KAMBING/DOMBA DI INDONESIA

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Asal dan Klasifikasi Ternak Kambing Kingdom Bangsa Famili Subfamili Ordo Subordo Genus Spesies : Animalia : Caprini : Bovidae :Caprinae : Artiodactyla : Ruminansia : Capra : Capra sp. (Davendra dan McLeroy, 1982). Diperkirakan ada sebanyak 102 bangsa kambing yang menyebar di seluruh dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg sampai terbesar melebihi 100 kg (Dhanda et al., 2003). Di Indonesia paling tidak dilaporkan terdapat 13 jenis kambing baik asli maupun introduksi yang menyebar hampir di seluruh kepulauan, dengansentra populasi utama adalah Jawa (57%), Sumatera (25%), Sulawesi (7,4%) dan kepulauan Nusa Tenggara (NTT dan NTB) (6,1%) (Makka, 2004). Menurut Sudono dan Abdulgani (2002), kambing tersebar luas di daerah tropis dan subtropis. Kambing juga mempunyai kemampuan beradaptasi yang luas terhadap berbagai keadaan lingkungan serta sifat toleransi yang tinggi terhadap hijauan pakan ternak.

Populasi kambing di Indonesia Ternak kambing merupakan ruminansia kecil yang dalam kehidupannya sehari-hari dekat hubungannya dengan peternak kecil di pedesaan, keberadaan ternak kambing ditengah-tengah masyarakat kecil sangat membantu perekonomian. Selain itu, secara biologis ternak kambing cukup produktif dan mudah beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan di Indonesia, mudah pemeliharaannya, sehingga mudah dalam pengembangannya (Sutama, 2005). Dari total populasi kambing sekitar 14 juta ekor (DITJENNAK, 2007), kambing Kacang merupakan jenis kambing dengan populasi terbanyak (83%). Jenis kambing ini memiliki bobot hidup dan kapasitas tumbuh yang rendah dan lebih merupakan jenis kambing dengan tipe prolifik (Astuti et al., 1984). Dengan demikian, ras kambing dengan populasi terbesar yang terdapat di Indonesia pada dasarnya bukanlah merupakan bangsa kambing yang memiliki karakter ideal sebagai penghasil daging, jika dilihat dari aspek kapasitas laju tumbuh, ukuran serta konformasi bobot hidup, serta persentase karkas (Ginting dan Fera, 2008). Secara nasional untuk populasi ternak kecil pada tahun 2011 mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan populasi pada tahun 2010 yaitu: kambing 16,95 juta ekor (peningkatan 1,97%), domba 11,79 juta ekor (peningkatan 9,93%), babi 7,52 juta ekor (peningkatan 0,64%) (DITJENNAK, 2010). Tabel 1. Populasi ternak ruminansia di Indonesia No Jenis ternak Populasi (000 ekor) 2008 2009 2010 2011 2012 1 Sapi potong 12.257 12.760 13.582 14.824 16.034 2 Sapi perah 458 475 488 597 622 3 Kerbau 1.931 1.933 2.000 1.305 1.378 4 Kambing 15.147 15.815 16.620 16.949 17.862

5 Domba 9.605 10.199 10.725 11.791 12.768 Sumber : DITJENNAK, 2012. Tabel 2. Populasi ternak kambing di Sumatera Utara Tahun Populasi (ekor) Sumatera Utara Nasional 2008 618.394 15.147.432 2009 619.941 15.815.317 2010 653.101 16.619.599 2011 762.180 16.946.186 2012 771.326 17.862.203 Sumber : DITJENNAK, 2012. Cross breeding (kawin silang) Persilangan (crossbreeding) saat ini masih merupakan salah satu metode yang relevan dilakukan dalam rangka memperbaiki potensi genetik suatu rumpun ternak, termasuk kambing (Mukherjee, 1992). Persilangan kambing Boer yang merupakan salah satu jenis kambing penghasil daging terbaik dengan kambing lokal (Kacang)diharapkan akan menghasilkan jenis kambing dengan genotif baru yang memiliki ciri kambing pedaging yang lebih baik dibanding kambing lokal (Erasmus, 2000). Secara teknis persilangan dilakukan dengan maksud : penggabungan beberapa sifat yang semula terdapat pada dua bangsa yang berbeda ke dalam satu bangsa silangan, pembentukan bangsa baru, grading up dan pemanfaatan heterosis (Hardjosubroto, 1994). Salah satu keuntungan dari persilangan adalah hybrid vigor atau heterosis, yaitu jika seekor induk dikawinkan dengan pejantan dari bangsa berbeda maka turunan yang diperoleh akan lebih baik dari tetuanya seperti bobot lahir, laju pertumbuhan, bobot sapih dan bobot potong (Salamena, 2003).

Untuk kondisi Indonesia, pada umumnya kambing mempunyai potensi reproduksi yang sangat baik, maka introduksi melalui persilangan akan lebih baik, karena akan menggabungkan sifat adaptabilitas dan keunggulan genetik sifat pertumbuhan rumpun yang diintroduksi (Setiadi et al., 1998). Program persilangan antara kambing Boer dengan kambing Kacang bertujuan untuk menghasilkan genotipe baru (kambing Boerka) yang memiliki kapasitas tumbuh dan bobot tubuh yang lebih besar dibandingkan kambing Kacang, namun relatif adaptif dengan kondisi tropis-basah (Ginting, 2009). JANTAN BOER BETINAKACANG JANTAN BOER JANTAN KACANG BETINA BOER BETINA 0.5B :0.5K BETINA 0.5B :0.5K BETINA 0.5B :0.5K BETINA KACANG 100 % BOER 0.75B : 0.25K BC BOER 0.5B : 0.5K BOERKA 0.25B :0.75K BC KACANG 100% KACANG Gambar 1.Skematis cara perkawinan untuk menghasilkan berbagai komposisi darah kambing persilangan Keterangan : = Alur perkawinan = Alur keturunan B = Kambing Boer K = Kambing Kacang BC = Kambing Backcroos Sumber : Elieser, 2012.

Karakteristik kambing Boerka Kambing Boerka adalah kambing hasil persilangan antara pejantan Boer dengan induk Kacang. Kambing hasil persilangan ini memiliki kemampuan tumbuh dan penambahan bobot tubuh yang lebih baik dibandingkan kambing kacang. Sifat baik lainnya, kambing Boerka mampu beradaptasi dengan kondisi tropik-basah dengan input produksi (pakan) yang moderat atau sedang (Ginting, 2008). Dibandingkan kambing Kacang, kambing Boerka merupakan ternak yang potensial untuk dikembangkan karena memiliki keunggulan antara lain : memiliki kadar lemak rendah 0,15-0,5%, proporsi karkas 46% dan kadar protein daging 19-22% (Triyantini et al., 2002). Tabel 3. Bobot lahir kambing Boerka (F1) berdasarkan jenis kelamin dan tipe kelahiran Uraian Bobot lahir (kg) Jenis kelamin - Jantan 2,21 ± 0,51 - Betina 2,01 ± 0,52 Tipe lahir - Tunggal 2,30 ± 0,48 - Kembar dua 1,84 ± 0,46 Sumber : Mahmilia et al., 2014. Tabel 4. Bobot sapih kambing Boerka berdasarkan jenis kelamin Uraian Bobot sapih (kg) Jenis kelamin - Jantan - Betina Sumber : Elieser et al., 2006. 9,89 ± 0,95 9,57 ± 0,56

Laju petumbuhan kambing Boerka Laju pertumbuhan setelah disapih ditentukan oleh beberapa faktor antara lain potensi pertumbuhan dari masing-masing individu ternak dan pakan yang tersedia (Cole, 1982). Potensi pertumbuhan dalam periode ini dipengaruhi oleh faktor bangsa dan jenis kelamin. Pola pertumbuhan ternak tergantung pada sistem manajemen yang dipakai, tingkat nutrisi yang tersedia, kesehatan dan iklim.. (Tomaszewska et al., 1993). Dalam masa pertumbuhan ada dua hal yang terjadi yaitu adanya kenaikan bobot badan atau komponen tubuh sampai mencapai ukuran dewasa yang disebut pertumbuhan dan adanya perubahan bentuk konformasi disebabkan oleh perbedaan laju pertumbuhan jaringan atau bagian tubuh yang berbeda dengan proses perkembangan, proses penggemukan termasuk ke dalam perkembangan (Hammond et al., 1976). Pertumbuhan biasanya mulai perlahan - lahan kemudian berlangsung lebih cepat dan akhirnya perlahan - lahan lagi atau sama sekali terhenti. Tahap cepat pertumbuhan terjadi pada saat kedewasaan tubuh hampir tercapai (Anggorodi, 1990). Gambar 2. Kurva sigmoid pertumbuhan kambing Boerka.

Sifat kuantitatif Setiap individu mempunyai kemampuan genetik tersendiri untuk sifat-sifat yang dimiliknya, kecuali kembar identik. Dari sejumlah individu dalam populasi yang ada terdapat keragaman atas setiap sifat yag ada. Keragaman genetik ini merupakan dasar analisis pemuliaan ternak. Dalam aplikasinya, keragaman menjadi dasar seleksi jika keragaman relatif besar. Sebaliknya, keragaman menjadi dasar persilangan jika nilanya kecil (Kurnianto, 2010). Pada ternak terdapat dua sifat, yaitu sifat kuantitatif dan kualitatif. Sifat kuantitatif memiliki nilai ekonomis tinggi, sehingga sifat ini lebih penting diperhatikan pada program pemuliaan ternak dibanding sifat kualitatif. Ciri-ciri sifat kuantitatif adalah : Dapat diukur atau ditimbang, Fenotipe sifat kuantitatif dipengaruhi banyak pasangan gen, Penampilan sifat kuantitatif dipengaruhi faktor lingkungan (Kurnianto, 2010). Bobot lahir Bobot lahir adalah bobot saat dilahirkan atau bobot hasil penimbangan dalam kurun waktu 24 jam setelah dilahirkan (Hardjosubroto, 1994). Bobot lahir merupakan faktor yang menentukan bagi kelangsungan usaha peternakan, karena bobot lahir berkorelasi positif dengan kelangsungan hidup dan perkembangan ternak setelah lahir (Gatenby, 1986). Bobot lahir serta laju pertumbuhan pada suatu ras kambing tergantung kepada potensi bobotnya saat mencapai kedewasaan (maturity), sehingga tingkat pertumbuhan anak pada ras kambing dengan tipe besar akan lebih tinggi dibandingkan pada ras kambing tipe kecil (Dhanda et al., 2003).

Tipe kelahiran mempengaruhi bobot lahir. Bobot lahir pada kelahiran tunggal lebih besar dibandingkan kelahiran kembar. Hal tersebut disebabkan karena terbatasnya volume uterus induk, sehingga bila dalam uterus terdapat lebih dari satu fetus maka calon anak tersebut pertumbuhannya akan terganggu karena harus berdesakan dalam uterus yang sempit (Ningsih, 1986). Bobot sapih Bobot sapih adalah bobot pada saat anak dipisahkan dari induknya. Bobot sapih merupakan indikator dari kemampuan induk untuk menghasilkan susu dan kemampuan anak untuk mendapatkan susu dan tumbuh (Hardjosubroto, 1994). Faktor-faktor yang mempengaruhi bobot sapih diantaranya adalah : jumlah anak sekelahiran, bobot lahir dan jenis kelamin. Jumlah anak sekelahiran yang semakin sedikit menyebabkan bobot lahir anak semakin berat, sehingga akhirnya didapat bobot sapih yang tinggi (Fraser dan Stamp, 1986) dan umur sapih serta produksi susu induk (Davendra, 1994). Hal ini dikarenakan terbatasnya produksi susu induk, sehingga apabila induk memiliki anak kembar maka jumlah susu induk harus dibagi-bagi (Subandryo, 2004). Bobot pasca-sapih Laju pertumbuhan pada ras kambing tipe besar umumnya akan lebih tinggi dibandingkan pada ras tipekecil. Penggunaan pejantan Boer yang merupakan ras kambing tipe besar merupakan kontributor utama terhadap tingginya laju pertumbuhan kambing Boerka (Mcgregor, 1985). Faktor bobot lahir serta laju pertumbuhan prasapih merupakan variabel yang menentukan tingginya bobot pascasapih. Seperti halnya bobot lahir, maka

laju pertumbuhan anak sangat ditentukan oleh kapasitas ukuran tubuh dewasa baik pejantan maupun induk (Mcgregor, 1985). Efek heterosis Dalam persilangan antar spesies akan muncul heterosis dari suatu karakter akibat dari heterogenetik. Heterogenetik tersebut adalah pertemuan antara berbagai gen yang mengontrol bermacam-macam sifat dalam menumbuhkan karakter, baik karakter kualitatif maupun kuantitatif. Sifat gen dominan, over dominan dan epistasis merupakan sifat genetik non aditif yang lebih nampak pengaruhnya terhadap timbulnya efek heterosis. Efek heterosis positif yaitu ratarata penampilan suatu karakter keturunan hasil persilangan melebihi rata-rata penampilan kedua tetuanya, sedang efek heterosis negatif adalah rata-rata penampilan suatu karakter keturunan hasil persilangan yang lebih rendah dari rata-rata penampilan kedua tetuanya (Cassady et al., 2002). Heterosis (hybrid vigor) dibedakan menjadi dua, yaitu individual heterosis (IH) dan maternal heterosis (MH). Istilah IH digunakan pada persilangan antara dua bangsa, didefinisikan sebagai perbedaan penampilan antara individu-individu hasil persilangan (crossbreed) dengan rataaan penampilan bangsa tetuanya (purebreed). Efek IH dipresentasikan dalam satuan unit dan persen (Kurnianto, 2010). Efek heterosis cenderung tinggi untuk sifat-sifat yang mempunyai nilai heritabilitas rendah, seperti sifat reproduksi dan cenderung rendah untuk sifat-sifat yang mempunyai nilai heritabilitas tinggi seperti pertumbuhan, produksi karkas dan wool. Efek heterosis adalah kumulatif, dapat dimaksimalkan dengan cara

mengawinkan betina hasil crossbred dengan pejantan dari bangsa yang lain untuk menghasilkan keturunan yang crossbred (Hariyanan, 2010). Parameter genetik Keragaman dan mutu genetik sifat-sifat yang merupakan potensi genetik individu-individu dalam suatu populasi akan tercermin pada nilai parameter genetiknya meliputi nilai heritabilitas, repitabilitas, korelasi genetik, nilai pemuliaaan (Hardjosubroto, 1994). Heritabilitas Pengetahuan tentang heritabilitas penting dalam mengembangkan seleksi dan rencana perkawinan untuk meningkatkan mutu ternak. Heritabilitas dapat membantu dalam menduga nilai pemuliaan ternak, mengestimasi perubahan genetik setelah dilakukan seleksi dan menetukan bentuk seleksi yang akan dilakukan. Jika heritabilitas tinggi maka diterapkan seleksi fenotip dan jika heritabilitas rendah maka seleksi fenotipe menjadi kurang efektif sehingga seleksi dilakukan dengan memanfaatkan informasi kerabat (Bourdon, 1997). Heritabilitas bukan merupakan nilai konstan, dengan klasifikasi (0-0,1) rendah, (0,1-0,3) sedang dan lebih dari (>0,3) termasuk tinggi (Dalton, 1980). Dalam menduga heritabilitas kadang-kadang menghasilkan taksiran yang terletak diluar kisaran normalnya yaitu negatif atau lebih dari satu. Hal ini diduga karena jumlah data yang terbatas (Hardjosubroto, 1994). Taksiran heritabilitas diluar kisaran normal disebabkan salah satu penyebab-penyebab berikut : keragaman yang disebabkan oleh lingkungan yang berbeda untuk kelompok yang berbeda, metode statistik yang tidak tepat sehingga

tidak dapat memisahkan ragam genetik dan lingkungan dengan efektif dan kesalahan mengambil contoh (Warwick et al., 1984). Nilai heritabiltas pada satu sifat tidak tetap, faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya : nilai heritabiltas dari data yang diambil pada periode waktu yang berbeda, nilai heritabilitas suatu sifat antara satu bangsa dengan bangsa lain dapat berbeda meskipun dari wilayah dan jumlah yang sama, metode yang digunakan dalam pendugaan dan jumlah dan asal data yang berbeda (Kurnianto, 2010). Korelasi genetik Analisis korelasi adalah suatu metode yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat hubungan antara dua sifat yang dibandingkan melalui sebuah bilangan yang biasa disebut koefisien korelasi (Walpole, 1995). Hubungan korelatif antara dua sifat dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : korelasi genetik, fenotipe dan lingkungan. Korelasi genetik adalah korelasi antara nilai pemuliaan aditif dari dua sifat atau diantara jumlah pengaruh aditif dari gengen yang mempengaruhi kedua sifat tertentu (Legates and Warwick, 1990). Besar dan tanda korelasi genetik dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya perubahan pada generasi berikutnya apabila digunakan sebagai kriteria seleksi. Cara yang paling mudah untuk menghitung korelasi genetik antara dua sifat adalah melalui percobaan seleksi dalam suatu populasi untuk mengamati sifat-sifat tunggal dan mengamati perubahan yang terjadi sebagai tanggapan korelasi sifat yang lain (Warwick et al., 1985). Korelasi fenotipe merupakan korelasi total dari semua sifat yang dimiliki ternak. Korelasi bersifat positif apabila satu sifat meningkat kemudiaan sifat

lainnya juga ikut meningkat, sebaliknya pada korelasi negatif. Nilai korelasi fenotipe bermanfaat untuk memperkirakan besarnya perubahan-perubahan produktivitas pada generasi yang sama apabila digunakan sebagai kriteria seleksi berdasarkan catatan produktivitas sekarang (Warwick et al., 1985). Kriteria hubungan dari suatu korelasi yaitu : (K=0) tidak ada korelasi antara 2 variabel, (0<K<0,25) korelasi sangat lemah, (0,25<K<0,5) korelasi cukup, (0,5<K<0,75) korelasi kuat, (0,75<K<0,90) korelasi sangat kuat dan (K=1) korelasi sempurna (Fujiatin, 2010). Estimasi nilai pemuliaan (breeding value) Nilai pemuliaan atau breeding value adalah penilaian dari mutu genetik ternak untuk suatu sifat tertentu yang diberikan secara relatif atas dasar kedudukannya dalam populasi (Hardjosubroto, 1994). Ternak yang unggul adalah ternak yang memiliki nilai pemuliaan diatas rata-rata populasi. Pendugaan nilai pemuliaan merupakan salah satu penting dalam mengevaluasi keunggulan genetik ternak, terutama untuk ternak-ternak yang akan digunakan sebagai bibit (Nuringati, 2010). Empat sumber informasi untuk mengestimasi nilai pemuliaan, yaitu : 1. Fenotipe ternak itu sendiri, hubungan antara fenotipe dengan nilai pemuliaanya sama dengan heritabilitas. Nilai heritabilitas yang tinggi cukup menjadi sumber informasi untuk mengestimasi nilai pemuliaan, 2. Keturunan (progeny), makin banyak jumlah keturunan maka ketersediaan informasi yang dapat dimanfaatkan semakin baik, 3. Moyang (ancestor), moyang adalah ternak-ternak pada generasi sebelumnya yang berhubungan langsung dengan individu ternak yang menjadi

keturunannya, 4. Saudara kolateral, yang meliputi saudara tiri dan saudara kandung (Kurnianto, 2010). Ternak yang mempunyai nilai pemuliaan yang lebih besar akan lebih baik dijadikan bibit atau ternak pengganti dibanding ternak yang memiliki nilai pemuliaan rendah. Pada dasarnya semakin banyak data yang digunakan maka semakin akurat estimasi nilai pemuliaan tersebut (Warwick et al., 1985).