BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan laju perekonomian akan menimbulkan tumbuh dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyalurkan kredit secara lancar kepada masyarakat. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan pemenuhan kebutuhan taraf hidup. Maka dari itu anggota masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

BAB I PENDAHULUAN. kredit. Seperti yang tercantum dalam Pasal 1 angka 2 Undang undang nomor 10 tahun 1998

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. macam, yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier. 1 Meningkatnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. ini jasa perbankan melalui kredit sangat membantu. jarang mengandung risiko yang sangat tinggi, karena itu bank dalam memberikannya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat mendukung pertumbuhan ekonomi. Pengertian kredit menurutundang-undang

Imma Indra Dewi Windajani

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 4 TAHUN 1996

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. sebagai orang perseorangan dan badan hukum 3, dibutuhkan penyediaan dana yang. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut pihak-pihak sebaiknya dituangkan dalam suatu surat yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. terutama oleh instansi-instansi yang menurut Undang-Undang mempunyai

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi sebagai salah satu bagian yang terpenting dari

3 Lihat UU No. 4 Tahun 1996 (UUHT) Pasal 20 ayat (1) 4 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 339

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dan. meningkatnya kemajuan tersebut, maka semakin di perlukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DI PT. ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE KOTA JAYAPURA

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA

BAB II LAHIRNYA HAK KEBENDAAN PADA HAK TANGGUNGAN SEBAGAI OBYEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN BERDASARKAN TITLE EKSEKUTORIAL DALAM SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN

Kedudukan Hukum Pemegang Hak Tanggungan Dalam Hal Terjadinya Kepailitan Suatu Perseroan Terbatas Menurut Perundang-Undangan Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

BAB III PENUTUP. ditentukan 3 (tiga) cara eksekusi secara terpisah yaitu parate executie,

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

BAB I PENDAHULUAN. yang diintrodusir oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang. Perdata. Dalam Pasal 51 UUPA ditentukan bahwa Hak Tanggungan dapat

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D

PENJUALAN DIBAWAH TANGAN TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI PENYELESAIAN KREDIT NARATAMA BERSADA CABANG CIKUPA, KABUPATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

EKSEKUSI BARANG JAMINAN FIDUSIA DAN HAMBATANNYA DALAM PRAKTEK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk berlomba-lomba untuk terus berusaha dalam memajukan ekonomi masingmasing.

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH MENURUT UNDANG - UNDANG NOMOR 04 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

Hak Tanggungan. Oleh: Agus S. Primasta 2

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT. pengertian hukum jaminan. Menurut J. Satrio, hukum jaminan itu diartikan peraturan hukum

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bangsa Indonesia. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB III KEABSAHAN JAMINAN SERTIFIKAT TANAH DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM DI SLEMAN. A. Bentuk Jaminan Sertifikat Tanah Dalam Perjanjian Pinjam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR PENERIMA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan laju perekonomian akan menimbulkan tumbuh dan berkembangnya usaha yang dilakukan oleh masyarakat. Masyarakat dalam upaya mengembangkan usahanya membutuhkan suatu pendanaan dari bank, yaitu salah satunya dengan cara pengkreditan. Lembaga perbankan mempunyai peranan strategis untuk mendorong perputaranroda perekonomian melalui kegiatan utamanya, yaitu menghimpun dana masyarakatdan menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pemberian kredit untuk mendukung pembangunan. Kosakata kredit berasal dari bahasa Romawi yaitu dari kosakata credere yang berarti kepercayaan, sehingga hubungan yang terjalin dalam kegiatan perkreditan diantara dua pihak sepenuhnya harus dilandasi dengan adanya rasa saling mempercayai yaitu bahwa kreditur yang memberikan kredit percaya bahwa penerima kredit (debitur) sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah diperjanjikan, baik menyangkut jangka waktunya, maupun prestasi, dan kontra prestasinya. Muchdarsyah Sinungan, memberikan pengertian kredit sebagai pemberian suatu prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu yang akan datang disertai dengan suatu kontra prestasi berupa bunga. 1 Sedangkan menurut Raymon P. Kent, kredit adalah hak untuk menerima pembayaranatau kewajiban untuk melakukan 1 Muchdarsyah Sinungan, Dasar - dasar dan Teknik Management Kredit, Cet. II (Jakarta : PT Bina Aksara, 1984), hlm. 12.

pembayaran pada waktu diminta atau padawaktu yang akan datang, karena penyerahan barang-barang sekarang. 2 Berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182 serta penjelasannya dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790 yaitu Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, disebutkan : Bahwa dalam pemberian kredit, bank harus mempunyai keyakinan atau kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, dan dalam penjelasannya pasal tersebut memuat ketentuan bahwa bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan praktik usaha dari debitur untuk memenuhi prestasinya, jika si debitur wanprestasi maka pihak bank sebagai kreditur dapat mengambil obyek jaminan untuk melunasi hutangnya 3. Pada asasnya tidak ada kredit dari bank yang tidak mengandung jaminan, 4 karena undang-undang telah menentukan bahwa setiap kebendaan milik debitur baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru aka nada dikemudian hari menjadi menjadi tanggungan atas utangutangnya (Pasal 1131 KUHPerdata).Jaminan yang dimaksud dalam bank umum adalah berupa benda tetap/benda tidak bergerak (tanah atau bangunan) yang dapat dibebani dengan hak tanggungan, benda bergerak (mesin, kendaraan, perabot rumah tangga, dsd.) dapat dibebani dengan fidusia dan gadai dan ada juga yang berupa non benda yaitu jaminan perseorangan.jaminan ini dikenal dengan jaminan khusus yang timbul karena adanya perjanjian khusus antara debitur 2 Raymond P. Kent dalam Thomas Suyatno, Dasar Dasar Perkreditan, (Jakarta :Gramedia Pustaka Utama, 1991), hal.13. 3 Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182 serta penjelasannya dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790 yaitu Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan. 4 J. Satrio Parate, Eksekusi Sebagai Sarana Mengatasi Kredit Macet, (Bandung :Citra Aditya Bakti, 1993), hal. 5.

dengan kreditur.perjanjian yang dibuat antara kreditur dengan debitur bertujuan untuk memberikan kepastian atas pengembalian pinjaman.biasanya jaminan yang sering digunakan debitur sebagai kepastian atas pengembalian pinjaman utangnya adalah berupa tanah yang kemudian dibebani dengan Hak Tanggungan.Jaminan ini memberikan perlindungan kepada kreditur apabila terjadi wanprestasi atau cidera janji oleh debitur. Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (1) UU No. 4 tahun 1996 yang dimaksud dengan Hak Tanggungan adalah : Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengantanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan adalah hak jaminan yangdibebankan kepada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dengan Undang-Undang No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuandengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikankedudukan yang diutamakan kepada Kreditur tertentu terhadap Kreditur-Kreditur lainnya. 5 Dari ketentuan di atas, maka Hak Tanggungan pada dasarnya hanya dibebankan kepada hak atas tanah dan juga sering kali terdapat benda benda di atasnya bisa berupa bangunan, tanaman, dan hasil hasil lainnya yang secara tetap merupakan suatu kesatuan dengan tanah yang dijadikan jaminan. Hak tanggungan sebagai salah satu lembaga hak jaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu sebagaimana diuraikan dalam Penjelasan Undang Undang No. 4 Tahun 1996 alinea ke 3 mempunyai ciri-ciri antara lain : a. Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahului kepada pemegangnya. b. Selalu mengikuti yang dijaminkan dalam tangan siapapun obyek itu berada. c. Memenuhi asas spesialitas dan publisitas sehingga dapat mengikat pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum kepada pihak pihak yang berkepentingan. 5 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

d. Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya. 6 Dengan ciri-ciri tersebut diatas diharapkan Hak Tanggungan atas tanah yangdiatur dalam Undang-Undang No. 4 tahun 1996 menjadi kuat kedudukannya dalam hukum jaminan mengenai tanah.dengan demikian, manfaat adanya Hak Tanggungan adalah memberikedudukan yang diutamakan kepada Kreditur tertentu terhadap Kreditur-Kreditur lain. Kredit yang dijamin dengan hak atas tanah, apabila debitur tidak lagi mampu memenuhi prestasinya untuk melunasi hutang dan tejadi wanprestasi dan kredit menjadi macet, maka tentunya pihak kreditur tidak mau dirugikan dan akan mengambil pelunasan utang debitur tersebut dengan cara mengeksekusi jaminan kredit tersebut dengan cara menjualnya secara pelelangan umum agar debitur juga tidak terlalu dirugikan. Salah satu kelebihan dari sertifikat Hak Tanggungan adalah haknya yang diberikan oleh undang-undang kepada pemegang Hak Tanggungan berupa hak eksekutorial yang memiliki kekuatan hukum tetap sama halnya dengan putusan pengadilan. 7 Karena pada dasarnya sertifikat Hak Tanggungan tersebut adalah merupakan suatu grose akta yang berirah-irah Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Berdasarkan ketentuan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996tentang Hak Tanggungan yaitu: Apabila debitur cidera janji, pemegang 6 Ibid. 7 Sesuai dengan ketentuan Pasal 14 ayat (3) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996yang menyatakanbahwa Sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan berlaku sebagai pengganti grosse acte hypotheeksepanjang mengenai hak atas tanah.

HakTanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasanpiutangnya darihasil penjualan asset tersebut, artinya adalah apabila debiturcidera janji, pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum sertamengambil pelunasan piutangnya dari hasilpenjualan tersebut. Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum denganpenawaran hargasecara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi yang didahului dengan pengumumanlelang.keberadaan lembaga lelang di Indonesia yang diatur di dalam sistemhukum dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat diantaranyapenyelesaian sengketa yang telah memperoleh putusan pengadilan.penjualanumum melalui lembaga lelang diatur di dalamvendu Reglement(PeraturanLelang Stbl. 1908 Nomor 189) danvendu Instructie(Instruksi Lelang Stbl. 1908). Di dalamvendu Reglementmengatur hal-hal yang sifatnyamengkhusus namun tetap dikuasai oleh ketentuan-ketentuan dalam KUHPerdataPasal 1319 yang menyatakan bahwa, Semua perjanjian baik yang mempunyainama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, tunduk padaperaturan umum yang termuat dalam bab ini dan bab yang lalu. Eksekusi merupakan upaya pemenuhan prestasi oleh pihak yang kalah kepada pihak yang menang dalam berperkara di Pengadilan.Sedangkan Hukum eksekusimerupakan hukum yang mengatur hal ihwal pelaksanaan putusan Hakim. EksekusiHak Tanggungan bukanlah merupakan eksekusi riil, akan tetapi yang

berhubungandengan penjualan dengan cara lelang obyek Hak Tanggungan yang kemudian hasil perolehannya dibayarkan kepada kreditur pemegang Hak Tanggungan, dan apabilaada sisanya dikembalikan kepada debitur. Eksekusi Hak Tanggungan melalui pelelangan umum sebagaimana diatur dalampasal 20 ayat 1 Undang-Undang No. 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan ditentukan : Obyek Hak Tanggungan dijual melalui pelelangan umum menurut tata carayang dibutuhkan dalam peraturan perundang-undangan untuk pelunasan piutang pemegang Hak Tanggungan dengan hak mendahului daripada Kreditur-Kreditur lainnya. Pelaksanaan eksekusi hak tanggungan sebagai jaminan kredit masih ada beberapa kendala yang menjadi hambatan.pihak debitur yang merasa dirugikan akan melakukan gugatan kepada pengadilan negeri atas penjualan objek hak tanggungan yang dianggap oleh debitur sebagai perbuatan melawan hukum, akan tetapi apakah masih diperlukan persetujuan dari pemberi Hak Tanggungan bilamana akan dilakukan penjualan terhadap objek Hak Tanggungan, jika ada hak yang diberikan undang undang bagi pemegang Hak Tanggungan untuk melakukan penjualan objek Hak Tanggungan, maka tidak ada terjadi perbuatan melawan hukum dan gugatan dimaksud tidak berkekuatan hukum. Dari kasus permohonan eksekusi Hak Tanggungan yang pernah diajukan ke Pengadilan Tinggi Medan oleh Ismaini, SE selaku debitur pemberi Hak Tanggungan mempermasalahkan mengenai tindakan kreditur (Tergugat I) yang mengikutsertakan Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2NL) (Tergugat II) dalam pelaksanaan lelang eksekusi Hak Tanggungan jaminan milik

debitur dimana penggugat merasa tidak pernah mempunyai hubungan hukum dengan Tergugat II yang mana Penggugat hanya mempunyai hubungan hukum dengan Tergugat I dan tindakan kreditur yang melakukan penetapan tempat, waktu dan tanggal pelaksanaan lelang yang telah ditentukan oleh Kreditur bersama dengan pejabat lelang yakni Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN) tanpa adanya terlebih dahulu putusan pengadilan yang menyatakan Ismaini, SE selaku debitur sengaja telah lalai dalam memenuhi kewajibannya untuk melunasi utang utangnya pada kreditur, dan alasan alasan ini selalu dipakai sebagai alasan menghambat eksekusi Hak Tanggungan. Selain itu, dalam prektek sering dijumpai debitur keberatan dan tidak bersedia secara sukarela mengosongkan obyek Hak Tanggungan itu bahkan berusaha mempertahankan dengan mencari perpanjangan kredit atau melalui gugatan perlawanan eksekusi kepada Pengadilan Negeri yang tujuannya untuk menunda eksekusi Hak Tanggungan tersebut. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, Penulis tertarik untuk meneliti masalah sengketa eksekusi hak tanggungan dengan menyusun skripsi berjudul : TINJAUAN YURIDIS PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN (Studi Kasus Putusan No. 270/PDT/2014/PT.MDN) 1.2. Identifikasi Masalah Identifikasi sehubungan dengan pembahasan skripsi ini adalah : 1. Proses pelaksanaan lelang eksekusi hak tanggungan yang dapat diajukan sebagai perbuatan melawan hukum.

2. Aspek aspek perbuatan melawan hukum dalam pelaksanaan lelang eksekusi hak tanggungan dalam perkara No. 270/PDT/2014/PT.MDN. 1.3. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diajukan maka penelitian ini dibatasi pada bidang penelitian tentang perbuatan melawan hukum dalam pelaksanaan lelang eksekusi hak tanggungan dengan meneliti Putusan pada Pengadilan Tinggi Medan Kasus No. 270/Pdt/2014/PT.MDN. 1.4. Perumusan Masalah Sehubungan dengan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, adapun permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada 2 (dua) hal, yaitu : 1. Bagaimanakah proses pelaksanaan lelang eksekusi hak tanggungan yang dapat diajukan sebagai perbuatan melawan hukum? 2. Bagaimanakahaspek aspek perbuatan melawan hukum dalam pelaksanaan lelang eksekusi hak tanggungan dalam perkara No. 270/PDT/2014/PT.MDN? 1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1. Tujuan Umum Adapun tujuan penulisan ini adalah mengembangkan kemampuan dan dalam menyampaikan dan menuliskan pikiran dalam suatu karya ilmiah sertalebih memahami mengenai aturan-aturan hukum yang berlaku terutamayangterkait dengan pengaturan tentang lelang, dan secara umum penelitian ini untukpengembangan ilmu hukum, khususnya bidang Hukum Keperdataan

melaluipemahaman terhadap pengaturan dalam proses pelelangan.sehingga dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat berkaitan denganpelelangan. 1.5.2. Tujuan Khusus Berdasarkan pada tujuan umum di atas, adapun tujuan khusus dari penelitian ini sesuai dengan permasalahan yang dibahas, yakni : 1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan lelang eksekusi hak tanggungan yang dapat diajukan sebagai perbuatan melawan hukum. 2. Untuk mengetahui aspek aspek perbuatan melawan hukum dalam pelaksanaan lelang eksekusi hak tanggungan. 1.5.3. Manfaat Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1. Manfaat Teoritis : a. Memberikan informasi dan gambaran kepada kreditur maupun debitur mengenai pelaksanaan eksekusi Hak Tanggungan dengan pertolongan Hakim. b. Untuk menjadi bahan acuan bagi lembaga atau pihak yang berminat melakukan penelitian lanjutan tentang masalah penyelesaian eksekusi Hak Tanggungan melalui Pengadilan Negeri. c. Memperluas cakrawala berfikir dan mengembangkan pengetahuan penulis sendiri dalam menyongsong era keterbukaan dimasa depan sebagai calon Sarjana Hukum.

2. Manfaat Praktis : a. Memberikan sumbangan pemikiran kepada kalangan Akademisi Kampusdalam rangka menerapkan dan menegakkan Undang-undang Hak Tanggungan maupun Peraturan Perundang-undangan lainnya yang memiliki relevansi dengan hukum perjanjian di Indonesia yang bertujuan memberikan perlindungan hukum terhadap kepentingan publik. b. Memberikan sumbangan pemikiran kepada Lembaga Pemerintah dan Institusi Peradilandalam rangka menerapkan dan menegakkan Undangundang Hak Tanggungan maupun Peraturan Perundang-undangan lainnya yang memiliki relevansi dengan hukum perjanjian di Indonesia yang bertujuan memberikan perlindungan hukum terhadap kepentingan publik. c. Memberikan sumbangan pemikiran kepada Aparatur Penegak Hukum lainnya dalam rangka menerapkan dan menegakkan Undang-undang Hak Tanggungan maupun Peraturan Perundang-undangan lainnya yang memiliki relevansi dengan hukum perjanjian di Indonesia yang bertujuan memberikan perlindungan hukum terhadap kepentingan publik.