BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, pasar modal, dan untuk kepastian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut diatur

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bidang hukum, mengingat urgensi yang tidak bisa dilepaskan. melegalkan perubahan-perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. autentik, yaitu dalam nilai pembuktian, akta autentik ini mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. akan disebut dengan UUJNP, sedangkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. notaris merupakan pejabat umum yang mendapatkan delegasi kewenangan. yang tidak memihak dan penasehat hukum yang tidak ada cacatnya

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Undang Undang yaitu Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan hukum kepada masyarakat yang memerlukan perlindungan dan

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN. tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. Jasa yang diberikan Notaris terkait erat dengan persoalan trust (kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN. ini, ada dua aturan yang wajib dipatuhi oleh seorang Notaris yaitu Undang-

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. 2 Hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bersamaan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia. Hal ini tentu saja

BAB I PENDAHULUAN. otentik sangat penting dalam melakukan hubungan bisnis, kegiatan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang dikarenakan berkembangnya globalisasi kehidupan. Segala

BAB I PENDAHULUAN. robot-robot mekanis yang bergerak dalam tanpa jiwa, karena lekatnya etika pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 1. Dibuat dalam bentuk ketentuan Undang-Undang;

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu

PERANAN DAN FUNGSI MAJELIS PENGAWAS WILAYAH TERHADAP PELAKSANAAN TUGAS JABATAN NOTARIS RUSLAN / D

BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya. 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Asasi Manusia Republik Indonesia sebagai pelaksana pembinaan dan pengawasan

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya, tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. menentukan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya, seorang

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan

BAB I PENDAHULUAN. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. jabatannya, Notaris berpegang teguh dan menjunjung tinggi martabat

BAB I PENDAHULUAN. mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat. Didalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus menjunjung tinggi Kode Etik Profesi Notaris sebagai rambu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keteraturan merupakan kebutuhan manusia yang sangat pokok atau

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pilar-pilar utama dalam penegakan supremasi hukum dan atau. memberikan pelayanan bagi masyarakat dalam bidang hukum untuk

BAB I PENDAHULUAN. menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. tersebut. Sebagai salah satu contoh, dalam hal kepemilikan tanah

B A B V P E N U T U P

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

BAB II KEWENANGAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM MEMBATALKAN PUTUSAN MAJELIS PENGAWAS PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau

BAB I PENDAHULUAN. dan ahli dalam menyelesaikan setiap permasalahan-permasalahan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD)

2015, No Pemberhentian Anggota, dan Tata Kerja Majelis Pengawas; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lem

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawasan majelis..., Yanti Jacline Jennifer Tobing, FH UI, Universitas Indonesia

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang tergabung dalam komunitas tersebut menanggung amanah. yang berat atas kepercayaan yang diembankan kepadanya.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam membuat suatu alat bukti tertulis yang bersifat autentik dari

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan masyarakat yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Peraturan Jabatan Notaris berisi

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan jasa notaris, telah dibentuk Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR IKATAN NOTARIS INDONESIA KONGRES LUAR BIASA IKATAN NOTARIS INDONESIA BANTEN, MEI 2015

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini, peran Notaris sebagai Pejabat Umum sangat

BAB V PENUTUP. Setelah dilakukan penelitian sebagaimana terurai dalam hasil

BAB I PENDAHULUAN. hlm Hartanti Sulihandari dan Nisya Rifiani, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Notaris, Dunia Cerdas, Jakarta Timur, 2013, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah berdirinya Negara Indonesia, para Foundingfathers (para pendiri

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) disebutkan bahwa y

BAB I PENDAHULUAN. untuk membuat akta otentik dan akta lainnya sesuai dengan undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Notaris sebagai pejabat umum, sekaligus sebuah profesi, posisinya

BAB IV PENUTUP. 1. Peran organisasi profesi Notaris dalam melakukan pengawasan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

BAB I PENDAHULUAN. umum berwenang untuk membuat akta otentik, sejauh pembuatan akta otentik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia peraturan mengenai notaris dicantumkan dalam Reglement op het

BAB I PENDAHULUAN. tertulis untuk berbagai kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat. Notaris

a. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap; b. Para pihak (siapa-orang) yang menghadap pada Notaris;

BAB II KEWENANGAN MPW DALAM MELAKUKAN PENERAPAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN ADMINISTRATIF YANG DILAKUKAN OLEH NOTARIS

BAB 1 PENDAHULUAN. serorang professional bekerja karena integritas moral, intelektual, dan profesional

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JABATAN NOTARIS

ANGGARAN DASAR IKATAN NOTARIS INDONESIA HASIL KONGRES XIX IKATAN NOTARIS INDONESIA JAKARTA, 28 JANUARI 2006

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara Hukum. Prinsip dari negara hukum tersebut antara

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya

umum, ini dikuatkan lagi dengan akta yang dikeluarkan adalah alat bukti pemerintah dalam menjalankan jabatannya.

Lex Privatum, Vol. III/No. 2/Apr-Jun/2015

BAB I PENDAHULUAN. hukum menjamin adanya kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum yang

BAB III PENUTUP. sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Pelanggaran Kode Etik dan Undang-Undang Jabatan Notaris yang

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS

Notaris adalah pejabat umum ang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam UU ini.

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis..., Ravina Arabella Sabnani, FH UI, Universitas Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai tujuan membangun negara yang sejahtera (Welfare State), akan

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah kehendak untuk bersikap adil (recht ist wille zur gerechttigkeit).

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris sebagai pejabat umum, merupakan salah satu pejabat negara yang dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberikan pelayanan umum kepada masyarakat, teristimewa dalam pembuatan akta otentik. Akta otentik yang dibuat oleh Notaris adalah alat bukti yang menentukan dengan jelas hak dan kewajiban seseorang sebagai subjek hukum, guna menjamin adanya kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum. Akta otentik sebagai alat bukti yang kuat, mempunyai peranan penting dalam setiap hubungan hukum dalam kehidupan masyarakat. Di sisi lain dalam berbagai hubungan bisnis, misalnya kegiatan di bidang perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, pasar modal, dan untuk kepastian hukum dalam berbagai bidang ekonomi dan sosial, baik pada tingkat nasional, regional, maupun global. Secara teoritis, akta otentik adalah akta yang dibuat oleh pejabat berwenang, yang dibuat di wilayah kewenangan dan dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang. Berdasarkan Pasal 1868 KUHPerdata, akta otentik adalah akta yang bentuknya ditentukan oleh Undang-Undang dan dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang bertugas untuk itu di tempat dimana akta dibuatnya 5. Notaris sebagai pejabat 5 Sudikno Mertokusumo, 2006, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, hlm 153.

2 umum, merupakan salah satu organ negara yang dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberikan pelayanan umum kepada masyarakat, teristimewa dalam pembuatan akta otentik sebagai alat bukti yang sempurna. Perlindungan hukum dalam kehidupan antara lain masyarakat memerlukan adanya alat bukti yang menentukan dengan jelas hak dan kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari bertambah banyaknya jumlah Notaris yang berpraktik. Perkembangan ini akan membuat masyarakat memiliki banyak pilihan dan dapat lebih selektif dalam menentukan siapa Notaris yang ditunjuk menangani akta yang dibuatnya. Notaris merupakan profesi yang memerlukan profesionalitas, agar Notaris dapat menjalankan kewajibannya sesuai dengan Pasal 16 angka 1 yang diamanatkan dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris yaitu: Bertindak jujur, saksama, mandiri tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum. Jadi apabila dilihat dari perspektif fungsi maupun lembaga, Notaris memiliki wewenang untuk membuat akta otentik secara jujur, saksama, mandiri, dan tidak berpihak. Notaris dituntut memiliki pengetahuan hukum yang luas, ketelitian dan tanggung jawab yang tinggi, berprilaku profesional, serta menjunjung tinggi sumpah jabatan untuk mengabdi kepada kepentingan masyarakat

3 dan negara guna memberikan jaminan kepastian hukum 6. Sebagai profesi, Notaris memiliki tugas yang berat dikarenakan tugas pelayanan kepada masyarakat dan tanggung jawabnya secara sosial dan individual terutama kepada norma-norma hukum positif dan Kode Etik Profesi Notaris. Jabatan Notaris sebagaimana diatur dalam Undang Undang merupakan jabatan kepercayaan 7. Notaris diwajibkan mengucapkan sumpah atau janji dan sebagai konsekuensinya Notaris harus bertanggung jawab secara hukum, moral, etika baik terhadap negara dan masyarakat terhadap akta - akta yang dibuatnya, serta diperlukan adanya pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris dalam menjalankan tugas dan jabatannya. Seiring dengan adanya pertanggungjawaban Notaris kepada masyarakat dalam menjalankan tugasnya, maka haruslah dijamin dengan adanya suatu pembinaan dan pengawasan oleh pihak lain secara terus menerus agar tugas dan kewenangan Notaris selalu sesuai dengan kaidah hukum yang mendasari kewenangannya dan dapat terhindar dari penyalahgunaan kewenangan atau kepercayaan yang diberikan oleh pemerintah dan masyarakat. Majelis Pengawas Daerah menjadi tolak ukur paling penting dalam pembinan dan pengawasan agar Notaris dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana yang diberikan oleh peraturan dasar yang bersangkutan, senantiasa dilakukan di atas jalur yang telah ditentukan 6 Liliana Tedjosaputra, 1995, Etika Profesi Notaris, Dalam Penegakan H ukum Pidana, PT. Bayu Indra Grafika, Yogyakarta, hlm 86. 7 Abdul Ghofur Anshori, 2009, Lembaga Kenotariatan Indonesia, Perspektif Hukum Dan Etika, UII Press, Yogyakarta, hlm 34.

4 bukan saja jalur hukum, tetapi juga atas dasar moral dan etika profesi, dengan tujuan demi terjaminnya perlindungan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat pengguna jasa Notaris. Pengertian pembinaan adalah usaha atau tindakan yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang baik 8. Pada dasarnya pengertian dari suatu pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas atau kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak 9. Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 tahun 2014, Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 30 tahun 2004 mengenai Jabatan Notaris mengatur bahwa yang berwenang untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris adalah Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yang dalam pelaksanaannya untuk menjalankan pembinaan dan pengawasan tersebut dibentuk Majelis Pengawas (MP). Dalam Pasal 1 angka (6) Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 30 tahun 2004 mengenai Jabatan Notaris dinyatakan Majelis Pengawas adalah suatu badan yang mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap profesi Notaris. Dalam menjalankan tugasnya, Majelis Pengawas terdiri atas Majelis Pengawas Pusat (MPP) yang berkedudukan di ibukota negara, Majelis Pengawas Wilayah (MPW) yang berkedudukan di ibukota 8 Departemen Pendidikan Nasional, 2003, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hlm 117. 9 Sujamto, 1993, Aspek- Aspek Pengawasan Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm 53.

5 propinsi dan Majelis Pengawas Daerah (MPD) yang berkedudukan di kabupaten atau kota. Majelis Pengawas Notaris terdiri dari 9 (sembilan) orang yang terdiri dari 3 unsur, yaitu : 1.Unsur pemerintah sebanyak 3 (tiga) orang. 2.Unsur organisasi Notaris sebanyak 3 (tiga) orang. 3.Unsur ahli atau akademisi sebanyak 3 (tiga) orang. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun ataupun waktu tertentu sesuai keperluan. Manfaat pembinaan dan pengawasan ialah untuk mengetahui terjadi atau tidak terjadinya penyimpangan terhadap Notaris dan bila terjadi penyimpan gan perlu diketahui sebab-sebab terjadinya penyim pangan tersebut. Peran Majelis Pengawas daerah sangat penting dalam membina dan mengawasi jabatan Notaris agar menjamin kepastian hukum terhadap masyarakat yang menggunakan jasa Notaris Selain itu pengawasan terhadap Notaris yang baru berpraktik belum dari satu tahun maupun Notaris yang telah berpraktik lebih dari satu tahun yang berfungsi pula sebagai bahan untuk melakukan perbaikan-perbaikan di waktu yang akan datang, supaya Notaris se banyak mungkin memenuhi persyaratanpersyaratan yang dituntut kepadanya. Persyaratan tidak hanya oleh hukum atau Undang-Undang saja, akan tetapi juga berdasarkan kepercayaan yang diberikan oleh klien terhadap Notaris tersebut.

6 Tujuan dari pembinaan dan pengawasan oleh Majelis Pengawas Daerah terhadap Notaris yang belum satu tahun berpraktik dan yang sudah berprakik lebih dari satu tahun tidak hanya ditujukan bagi penataan kode etik Notaris, tetapi juga pemeriksaan protokol Notaris dan kelengkapan kantor agar dalam menjalankan tugas jabatannya memenuhi persyaratanpersyaratan yang ditetapkan oleh Undang-Undang demi kepentingan masyarakat yang dilayani. Pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah ialah perilaku kehidupan Notaris yang dapat mencederai keluhuran martabat jabatan Notaris. Majelis Pengawas Daerah, tidak hanya berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris, tapi juga berdasarkan Pasal 70 UUJN, telah ditentukan kewenangan Majelis Pengawas Daerah berwenang untuk memeriksa adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan jabatan Notaris. Pada waktu pemeriksaan dilakukan, Notaris bersangkutan wajib berada di kantornya dan mempersiapkan semua protokol yang akan diperiksa, yang terdiri dari Minuta akta, Buku daftar akta atau reportorium, Buku khusus untuk mendaftarkan surat di bawah tangan yang disahkan tandatangannya dan surat di bawah tangan yang dibukukan, Buku daftar nama penghadap atau klapper dari daftar akta dan daftar surat di bawah tangan yang disahkan, Buku daftar protes, Buku daftar wasiat dan Buku daftar lain yang harus disimpan oleh Notaris berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

7 Selain itu Majelis Pengawas Daerah juga memeriksa, antara lain : kondisi kantor Notaris, surat pengangkatan sebagai Notaris dan Berita Acara Sumpah Jabatan, surat keterangan izin cuti Notaris dan sertifikat cuti Notaris, keadaan arsip, keadaan penyimpanan akta, laporan bulanan, jumlah pegawai, dan sarana kantor. Dalam hal pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah dilakukan dari mulai buka kantor, pembinaan dilakukan secara terus menerus terhadap Notaris tidak akan lepas dari etika profesi dan kode etik yaitu Kode Etik Notaris yang harus ditaati oleh seluruh pengemban profesi Notaris sebagai kontrol terhadap pelaksanaan profesi dan jabatan Notaris, sehingga dipatuhi dan diterapkan. Kabupaten Kulonprogo merupakan tempat yang mempun yai potensi untuk diminati oleh para calon Notaris. Di Kabupaten Kulonprogo sekarang terdapat 49 (empat puluh sembilan) Notaris yang sudah berpraktik baik yang sudah lama maupun yang baru berpraktik. Sebagai konsekuensi logis seiring dengan adanya tanggung jawab Notaris kepada masyarakat, maka haruslah dijamin adanya pengawasan dan pembinaan terus menerus agar Notaris selalu sesuai dengan kaidah hukum yang mendasari kewenangannya dan dapat terhindar dari penyalahgunaan kewenangan atau kepercayaan yang diberikan. Agar nilai - nilai etika dan hukum yang seharusnya dijunjung tinggi oleh Notaris dapat berjalan sesuai Undang Undang yang ada, maka sangat diperlukan adanya pembinaan dan pengawasan.

8 Terhadap Notaris yang belum berpraktik selama satu tahun Majelis Pengawas Daerah Kulonprogo melakukan pembinaan dan pengawasan kepada Notaris dalam menjalankan profesinya 10. Tugas dan jabatan Notaris sebagai pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik, dan demi kepentingan masyarakat banyak, maka untuk menghindari penyalahgunaan dan penyimpangan tugas dan jabatannya, bagi Notaris terutama dalam pembuatan akta agar tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Notaris yang belum berpraktik selama satu tahun, mendapat pembinaan dan pengawasan oleh Majelis Pengawas Daerah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan pembinaan dan pengawasan oleh Majelis Pengawas Daerah terhadap Notaris yang belum berpraktik selama satu tahun di Kabupaten Kulonprogo? 2. Kendala apa yang dihadapi oleh Majelis Pengawas Daerah terhadap Notaris yang belum berpraktik selama satu tahun di Kabupaten Kulonprogo dan bagaimana cara mengatasi kendala tersebut? 10 Hasil pra penelitian dengan Notaris Sri Rejeki Wulansari, S.H, Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Kulonprogo unsur anggota, tanggal 29 Oktober 2015.

9 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan de ngan tujuan dari sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan Majelis Pengawas Daerah (MPD) terhadap Notaris yang belum berpraktik belum satu tahun di Kabupaten Kulonprogo. 2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh Majelis Pengawas Daerah (MPD) dalam mengawasi Notaris yang belum berpraktik selama satu tahun di Kabupaten Kulonprogo dan mengetahui cara mengatasi kendala yang dihadapi oleh Majelis Pengawas Daerah (MPD) dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris yang belum satu tahun berpraktik di Kabupaten Kulonprogo. D. Manfaat Penelitian Penelitian tesis ini diharapkan dapat memberikan manfaat terutama bagi perkembangan ilm u pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini bisa memberikan masukan dan sum bangan perkembangan ilmu hukum, dan bidang ilmu kenotariatan pada khususnya mengenai Peran Majelis Pengawas Daerah (MPD) dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris serta untuk memberikan pengetahuan kepada akademisi dan masyarakat luas di bidang kenotariatan.

10 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pemahaman yang lebih mendalam kepada Majelis Pengawa s Daerah, Notaris, mahasiswa mahasiswi kenotariatan atau calon Notaris dan masyarakat umum terhadap fungsi dan kewenangan Majelis Pengawas Daerah (MPD). E. Keaslian Penelitian Penulisan tentang pembinaan dan pengawasan Majelis Pengawas Daerah (MPD) terhadap Notaris yang belum satu tahun berpraktik di Kabupaten Kulonprogo merupakan penelitian pertama yang dilakukan, tetapi terdapat beberapa penelitian yang terkait dengan pembinaan dan pengawasan oleh Majelis Pengawas Daerah (MPD), namun berbeda fokus penelitian, yaitu: 1. Tesis yang ditulis oleh Rona AYU Edithya Margareth, tahun 2014 berjudul Peran Majelis Pengawas Daerah Dalam Rangka Pelaksana Tugas Dan Jabatan Notaris Di Kabupaten Sleman dengan rumusan masalah sebagai berikut 11 : a. Bagaimana peran Majelis Pengawas Daerah dalam memberikan pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris di Kabupaten Sleman? b. Apa saja faktor yang melatarbelakangi Notaris melakukan pelanggaran terhadap jabatannya? 11 Rona Ayu Edithya Margareth, Peran Majelis Pengawas Daerah Dalam Rangka Pelaksanaan Tugas Dan Jabatan Notaris DiKabupaten Sleman, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2014.

11 Penelitian yang dilakukan Rona Ayu Edithya Margareth ialah Majelis Pengawas Daerah sebelum melakukan pengawasan, akan mengirimkan surat perihal pemeriksaan berkala terhadap protokol Notaris yang sekaligus juga terlampir blanko berita acara pemeriksaan Notaris dengan tujuan agar Notaris menyiapkan diri dan mengisi blanko berita acara pemeriksaan Notaris. 2. Tesis yang ditulis oleh Andre Ambrosius Abraham Paat, tahun 2014 berjudul Peran Majelis Pengawas Daerah Dalam Mengawasi Notaris Di Kota Manado dengan rumusan masalah sebagai berikut 12 : a. Bagaimana Peran Majelis Pengawas Daerah dalam mengawasi Notaris di Kota Manado? b. Apa kendala yang dihadapi oleh Majelis Pengawas Daerah dalam melaksanakan pengawasan terhadap Notaris di Kota Manado? c. Apa upaya yang dilakukan Majelis Pengawas Daerah untuk mengatasi kendala dalam melaksanakan tugas pengawasan Notaris di Kota Manado? Penelitian yang dilakukan oleh Andre Ambrosius Abraham Paat ialah Majelis Pengawas Daerah Kota Manado hanya melakukan pengawasan preventif, sedangkan pengawasan dan pembina an tidak dijalankan oleh Majelis Pengawas Daerah, yang sekalipun bentuk pengawasan preventif dapat dilaksanakan oleh Majelis Pengawas Daerah Kota Manado, dengan melaksanakan 12 Andre Ambrosius Abraham Paat, 2014 Peran Majelis Pengawas Daerah Dalam Mengatasi Notaris Di Kota Manado, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Univers itas Gadjah Mada, Yogtakarta

12 pemeriksaan di kantor Notaris sesuai yang telah diatur dalam Bab V Keputusan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.39-PW.07.10 tahun 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Majelis Pengawas Notaris.