GAMBARAN KONSEP DIRI PADA PASIEN LUKA GANGREN DIABETIK DI POLIKLINIK KAKI DIABETIK TAHUN 2014

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN KONSEP DIRI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA

GAMBARAN KONSEP DIRI PASIEN POST OP FRAKTUR EKSTREMITAS DI RUANG RAWAT INAP TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. dialami oleh klien diabetes mellitus. Selain permasalahan fisik tersebut, diabetes

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT DENGAN TINDAKAN TERHADAP PERLINDUNGAN HAK ATAS PRIVASI KLIEN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah diabetes melitus (DM). Menurut Kementrian Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. atau keduanya (Sutedjo, 2010). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan

GAMBARAN PERSEPSI TENTANG MANFAAT DAN HAMBATAN LATIHAN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS BERDASARKAN TEORI NOLLA J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

HUBUNGAN KESEJAHTERAAN SPIRITUAL DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN PASCA STROKE ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2000). Untuk hasil r hitung pada penelitian dapat dilihat pada kolom Corrected

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. paling banyak terjadi pada wanita (Kemenkes, 2012). seluruh penyebab kematian (Riskesdas, 2013). Estimasi Globocan,

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat. prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN. pengobatan dan peralatan (Busse, Blumel, Krensen & Zentner, 2010).Robertson

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB II METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. resistensi insulin, serta adanya komplikasi yang bersifat akut dan kronik (Bustan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN. panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati ( Hadisaputro &

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

kepatuhan dan menjalankan self care individu lanjut usia dengan Diabetes Melitus selama menjalani terapi hipoglikemi oral dan insulin?.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

METODE PENELITIAN. observasi data variabel independen dan variabel dependen hanya satu kali

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETAATAN POLA MAKAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI BESAR BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta dan diprediksikan meningkat hingga 1,5 miliar pada tahun Lebih dari

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif komparatif. Komparatif merupakan penelitian non-eksperimen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab utama kematian ke-enam di seluruh dunia (Nwanko, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

DUKUNGAN KELUARGA DAN HARGA DIRI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB II. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adanya waktu untuk berolahraga ringan sekalipun merupakan kebiasaankebiasaan

BAB III METODE PENELITIAN

Evangeline Hutabarat dan Wiwin Wintarsih. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian nomor 1 dinegaranegara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

Transkripsi:

GAMBARAN KONSEP DIRI PADA PASIEN LUKA GANGREN DIABETIK DI POLIKLINIK KAKI DIABETIK TAHUN 2014 Sri Ayu Lestari 1, Warjiman 2, Antia Barewe 3 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin sriayulestari182@yahoo.co.id, warjiman99@gmail.com, ABSTRAK Konsep diri adalah konseptualisasi individu terhadap dirinya sendiri yang merupakan perasaan subjektif individu dan kombinasi yang kompleks dari pemikiran yang disadari / tidak disadari, sikap, dan persepsi yang secara langsung mempengaruhi harga diri dan perasaan seseorang tentang dirinya sendiri. Luka gangren diabetik merupakan komplikasi kronis dari diabetes melitus yang dapat menimbulkan berbagai masalah baik fisik maupun psikologis, menyebabkan penderita merasa putus asa dan tidak dapat menerima keadaannya sehingga akan mempengaruhi konsep diri penderita. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui gambaran konsep diri pada pasien luka gangren diabetik di Poliklinik Kaki Diabetik Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin. Penelitian ini merupakan penelitiaan kuantitatif dengan rancangan deskriptif. Metode pengambilan sampel menggunakan tehnik accidental sampling yang berjumlah 70 responden. Alat ukur berupa kuesioner. Analisa data menggunakan analisa univariat dengan distribusi frekuensi. Penelitian diperoleh citra tubuh dengan kategori positif (51,4%), performa peran dengan kategori ketidakpuasan peran (57,1%), harga diri dengan kategori harga diri tinggi (58,6%), dan konsep diri dengan kategori konsep diri positif (55,7%). Diharapkan dipetugas kesehatan dapat memberikan pelayanan (care giving) yaitu edukasi dan intervensi yang sesuai seperti memberikan konseling untuk mempertahankan citra tubuh yang positif, kepuasan terhadap peran dan harga diri pada penderita luka gangren diabetik dan memotivasi pasien luka gangren diabetik untuk meningkatkan konsep dirinya. Kata Kunci : Konsep Diri, Luka Gangren Diabetik Jumlah Kata : 203 kata 13

PENDAHULUAN Diabetes melitus merupakan gangguan metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa serum) akibat kurangnya hormon insulin, menurunnya efek insulin atau keduanya (Kowalak, 2011). Penderita diabetes melitus (DM) di Indonesia diprediksi akan mengalami peningkatan yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang. Kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi kronis dari diabetes melitus. Komplikasi tersebut dapat menimbulkan berbagai masalah baik fisik maupun psikologis, sehingga menyebabkan penderita merasa putus asa dan tidak dapat menerima keadaannya sehingga akan mempengaruhi konsep diri penderita. Konsep diri adalah konseptualisasi individu terhadap dirinya sendiri yang merupakan perasaan subjektif individu dan kombinasi yang kompleks dari pemikiran yang disadari / tidak disadari, sikap, dan persepsi yang secara langsung mempengaruhi harga diri dan perasaan seseorang tentang dirinya sendiri. World Health Organization (WHO) memprediksi Indonesia akan mengalami kenaikan jumlah penyandang DM dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (Ernawati, 2013). Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 untuk diabetes melitus terjadi peningkatan dari 1,1% pada tahun 2007 dan menjadi 2,1 % pada tahun 2013. Prevalensi diabetes di Indonesia yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5 % dan diabetes melitus terdiagnosis dokter atau dengan gejala sebesar 2,1%. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau dengan gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur (3,3%). Prevalensi diabetes melitus di Kalimantan Selatan yang terdiagnosis dokter adalah 1,4% dan terdiagnosis dokter atau dengan gejala adalah 2,0% (Depkes RI, 2013). Penyakit kronis sering mengganggu peran, yang dapat mengganggu harga diri seseorang, seperti diabetik dan pembedahan dapat menurunkan perasaan nilai diri. Makin kronis suatu penyakit yang mengganggu kemampuan untuk terlibat dalam aktivitas yang menunjang perasaan berharga atau berhasil, makin besar pengaruhnya pada harga diri. Penderita seringkali mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dari keadaan sehat menjadi sakit sehingga seseorang tersebut berada pada tahap krisis yang ditandai dengan ketidakseimbangan fisik, sosial, dan psikologis. Tekanan tersebut dapat menganggu kemampuan adaptasi seseorang sehingga kegagalan dalam beradaptasi sering menyebabkan konsep diri yang negatif. Konsep diri yang negatif akan membuat pasien merasa stress secara fisik maupun psikologis dengan keadaannya. Beberapa dampak negatif yang muncul yaitu secara fisik sistem imun pasien menurun yang akan memperlambat proses penyembuhan luka. Secara psikologis pasien akan merasa putus asa dengan keadaannya, pasien tidak kooperatif dengan terapi pengobatan yang diberikan sehingga akan memperpanjang masa pengobatan. Secara sosial pasien tidak merasakan kualitas pelayanan perawatan yang didapatkannya. Dalam hal ini konsep diri pada pasien luka gangren diabetik penting untuk diperhatikan. Peneliti melakukan studi pendahuluan pada tanggal 21 Desember 2013 di poliklinik kaki diabetik Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin terhadap 10 pasien dengan metode wawancara 14

didapatkan hasil yaitu 10 orang pasien mengatakan sangat terganggu dalam melakukan aktivitas sehari-hari dengan adanya luka gangren ini, ada 7 pasien mengatakan merasa malu dengan adanya luka gangren karena adanya bau yang khas, merasa rendah diri saat berinteraksi sosial dengan orang lain dan 3 orang yang lainnya mengatakan tidak juga dan tampak menyembunyikan luka yang ada di anggota tubuhnya. Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai gambaran konsep diri pada pasien luka gangren diabetik di Poliklinik Kaki Diabetik Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin tahun 2014. METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Deskriptif adalah penelitian yang dilakukan bertujuan untuk melihat gambaran fenomena yang terjadi didalam suatu populasi tertentu (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui dan melihat gambaran konsep diri pada pasien luka gangren diabetik di Poliklinik kaki Diabetik Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin Tahun 2014. Variabel Penelitian Variabel Tunggal yaitu konsep diri pada pasien luka gangren diabetik di Poliklinik Kaki Diabetik Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin. Populasi Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah pasien rawat jalan yang mengalami luka gangren diabetik di Poliklinik Kaki Diabetik Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin pada bulan Januari-Maret yaitu sebanyak 255 orang. Sampel penelitian dan Sampling Sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan yang mengalami luka gangren diabetik di Poliklinik Kaki Diabetik Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin dan pengambilan sampel menggunakan waktu dari tanggal 21 Juni - 16 Juli 2014 dan didapatkan hasil sebanyak 70 responden dengan menggunakan teknik sampling accidental sampling yaitu pengambilan sampling yang dilakukan dengan mengambil sampel yang dilakukan dengan mengambil kasus, atau responden yang secara kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Kaki Dabetik Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin pada tanggal 21 Juni - 16 Juli 2014. Instrument Penelitian Kuesioner dalam penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti yang dibuat dan disusun berdasarkan teori Kozier, et al (2010). Responden diminta untuk memberikan tanda check list ( ) pada option yang dipilih dengan alternatif jawaban dengan menggunakan skala guttman yaitu ya atau tidak yang digunakan untuk mengukur citra tubuh, performa peran, dan harga diri dengan interprestasi ya diberi skor (1) dan tidak diberi skor (0). Skala Guttman merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas yang berbentuk benar/salah atau ya/tidak (Hidayat, 2009). Uji Validitas Hasil uji validitas dari 30 pernyataan menunjukkan bahwa seluruh item pernyataan adalah valid karena memiliki nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel 0,361. 15

Uji Reliabilitas Uji reabilitas lembar kuesioner menggunakan pengujian reabilitas internal consistency, yang dilakukan dengan mencobakan instrumen sekali saja, kemudian dianalisa dengan teknik membelah data menjadi dua. Kedua belahan data tersebut dikorelasikan dengan menggunakan rumus product moment yang kemudian akan dimasukkan kedalam rumus Spearman Brown. Pada penelitian ini nilai konstanta (r b) 0,361 dengan n = 30. Dari uji statistik didapatkan nilai r i yaitu 0,930 lebih besar dibandingkan dengan nilai r tabel 0,361 maka seluruh pernyataan tersebut reliabel. Teknik Analisa Data Analisis univariate Dalam analisis ini untuk mengetahui gambaran dari variabel yang diteliti yaitu konsep diri pada pasien luka gangren diabetik di Poliklinik Kaki diabetik Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin. Penyajian data yang diolah berupa tabel distribusi frekuensi persentasi disetiap subvariabel dengan menggunakan salah satu program komputer. Hasil distribusi frekuensi dan persentase dari tiap subvariabel yang selanjutnya diinterpretasikan sesuai kategori rentang nilai sesuai dengan yang tercantum pada tabel definisi operasional. HASIL Gambaran Citra Tubuh Pada Pasien Luka Gangren Diabetik di Poliklinik Kaki Diabetik RSUD Ulin Banjarmasin No Citra Tubuh Frekuensi % 1. Positif 36 51,4 2. Negatif 34 48,6 Jumlah 70 100 Berdasarkan pada tabel 1.5 diatas didapatkan Citra tubuh pasien luka gangren diabetik sebagian besar positif yaitu sebanyak 36 responden (51,4%). dan citra tubuh negatif sebanyak 34 responden (48,6%). Citra tubuh positif adalah mampu menerima perubahan dalam penampilan, struktur atau fungsi tubuh, tidak mengekspresikan perasaan tidak berdaya, tidak putus asa, mampu mengendalikan situasi, dan tidak mengalami kerapuhan. Pasien dengan citra tubuh yang positif dari hasil yang didapatkan peneliti karena mereka tidak merasa malu dan tidak terasing dengan kondisi yang dialaminya sehingga hal ini membuat mereka masih merasa percaya diri. Hal ini dikarenakan penderita masih mampu menerima perubahan yang terjadi ditubuhnya karena luka gangren diabetik dan tidak merasa malu dengan kondis tubuhnya. Dalam kehidupan sehari-hari penderita, baik di dalam lingkungan kelurga maupun lingkungan sosial mereka merasa diterima dan tidak terasing sehingga hal ini membuat mereka tidak merasa malu ataupun terasing dengan luka gangren diabetik yang dialaminya. Hal ini membuat penderita masih memiliki rasa percaya diri dan perasaan yang positif tehadap dirinya yang akan membuat penderita masih memiliki citra tubuh yang positif. Dengan demikian, citra tubuh yang positif akan menimbulkan konsep diri yang positif. Pernyataan diatas didukung oleh teori Kozier, et al (2010) yaitu citra tubuh individu berkembang sebagian dari sikap dan respon orang lain terhadap tubuh individu tersebut sebagian lagi dari eksplorasi individu terhadap tubuhnya sendiri. Dimana salah satu faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah sumber daya internal yaitu rasa percaya diri dan nilai diri. Semakin besar sumber daya yang dimiliki individu, pengaruhnya pada konsep diri semakin positif. Pasien luka gangren diabetik dengan citra tubuh negatif adalah sebanyak 34 responden 16

(48,6%). Citra tubuh negatif adalah tidak mampu menerima perubahan dalam penampilan, struktur atau fungsi tubuh, menyembunyikan atau tidak melihat atau tidak menyentuh bagian yang struktunya telah berubah akiat penyakit, mengekspresikan perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu mengendalikan situasi, dan kerapuhan. Pasien dengan citra tubuh negatif dari hasil penelitian yang didapatkan peneliti karena penderita merasa malu, terasing, kurang puas dengan kondisi tubuhnya dengan adanya luka gangren diabetik yang mereka alami sehingga hal ini membuat penderita merasa kurang percaya diri dan adanya rasa putus asa. Hal ini dikarenakan penderita kurang mampu menerima perubahan yang terjadi ditubuhnya karena luka gangren diabetik sehingga menimbulkan perasaan kurang puas dan rasa malu dengan kondisi tubuhnya. Dalam kehidupan sehari-hari penderita, seperti di lingkungan sosial saat mereka berinteraksi dengan orang lain mereka merasa terasing yang menimbulkan perasaan malu, kurang percaya diri dan rasa putus asa. Dalam kondisi dan situasi yang dialami penderita luka gangren diabetik ini yang pada akhirnya membuat mereka memiliki citra tubuh yang negatif. luka gangren diabetik menyebabkan perubahan dalam penampilan, struktur, dan fungsi tubuh penderita. Sehingga tekanan seperti ini menimbulkan perasaan yang negatif yang sangat mempengaruhi citra tubuh seseorang. Penderita akan merasa stress secara fisik maupun psikologis. Beberapa dampak negatif yang muncul yaitu secara fisik sistem imun pasien menurun yang akan memperlambat proses penyembuhan luka, secara psikologis pasien akan merasa putus asa dengan keadaannya, pasien tidak kooperatif dengan terapi pengobatan yang diberikan sehingga akan memperpanjang masa pengobatan, secara sosial pasien tidak merasakan kualitas pelayaan perawatan yang didapatkannya. Pernyataan diatas di dukung dengan teori Kozier, et al (2010) yaitu pemahaman bahwa bagian tubuh yang berbeda memiliki nilai yang berbeda bagi orang yang berbeda. Individu yang memiliki citra tubuh yang negatif cenderung terlalu mengkhawatirkan penyakit dan mengabaikan aktivitas, seperti tidur dan diet sehat yang penting untuk kesehatan. Individu yang mengalami gangguan citra tubuh akan menyembunyikan atau tidak melihat atau menyentuh bagian yang strukturnya telah berubah akibat penyakit. Beberapa individu akan mengekspresikan perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu mengendalikan situasi, dan kerapuhan. Gambaran Performa Peran Pada Pasien Luka Gangren Diabetik di Poliklinik Kaki Diabetik RSUD Ulin Banjarmasin No Performa peran Frekuensi % 1. Kepuasan Peran 30 42,9 2. Ketidakpuasan 40 Peran 57,1 Jumlah 70 100 Berdasarkan pada tabel 1.6 diatas didapatkan Performa peran pasien luka gangren diabetik sebagian besar mengalami ketidakpuasan peran sebanyak 40 responden (57,1%). dan yang mengalami kepuasan peran sebanyak 30 responden (42,9%). Performa peran pasien luka gangren diabetik sebagian besar mengalami ketidakpuasan peran sebanyak 40 responden (57,1%). Ketidakpuasan peran adalah akibat dari ketidakmampuan menyeimbangkan tekanan selama perubahan mulai dari sehat menjadi sakit yang akan menimbulkan konflik peran, ambigu peran, ketegangan peran, dan 17

kelebihan peran. Pasien dengan ketidakpuasan peran dari hasil yang didapatkan peneliti yaitu mereka merasa terganggu dalam beraktivitas, tidak bisa bekerja dengan baik karena adanya luka gagren diabetik, merasa adanya penurunan produktivitas kerja, merasa terbebani dengan pekerjaan-pekerjaan yang biasa mereka lakukan, kurang mampu membantu kebutuhan ekonomi kelurga dan merasa kurang berguna. Sehingga dengan terganggunya performa peran yang dialami oleh penderita luka gangren diabetik akan menimbulkan rasa ketidakpuasan peran. Hal ini dikarenakan dalam kehidupan sehari-hari, penderita merasa bahwa penyakit kronis luka gangren diabetik ini mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Tidak mampu bekerja dengan baik sama seperti sebelum mereka sakit dan merasa terbebani dengan pekerjaan-pekerjaannya dan membuat mereka merasa kurang mampu memenuhi kebutuhan ekonomi kelurga dan kurang mampu memenuhi harapan kelurga dan lingkungan sosialnya. Pernyataan diatas didukung oleh teori teori Potter dan Perry (2010) yaitu penyakit kronis mengganggu penampilan peran. Tekanan selama perubahan mulai dari sakit sampai sehat kembali sama dengan selama perubahan dari sehat menjadi sakit akan menyebabkan konflik peran, ambigu peran, ketegangan peran, kelebihan peran yang akan memunculkan ketidakpuasan peran. Pasien luka gangren diabetik dengan kepuasan peran adalah sebanyak 30 responden (42,9%). Kepuasan peran adalah hasil dari kemampuan menyeimbangkan tekanan selama perubahan mulai dari sehat menjadi sakit, konflik peran yang teratasi, tidak mengalami kebingungan peran, tidak mengalami ketegangan peran ataupun kelebihan peran. Pasien dengan kepuasan peran dari hasil penelitian yang didapatkan peneliti yaitu mereka masih mampu membantu kebutuhan ekonomi kelurga, masih merasa berguna, masih bisa bekerjasama dengan orang lain. Sehingga hal ini membuat mereka masih memiliki kepuasan peran dengan kondisi yang dialaminya. Hal ini dikarenakan penderita dalam menjalani kehidupan sehari-hari dengan adanya penyakit luka gangren diabetik yang dialaminya mereka masih mampu memenuhi kebutuhan ekonomi kelurga sehingga hal ini mambuat mereka masih merasa berguna dan masih terlibat dalam lingkungan sosial. Dengan adanya perasaan masih berperan yang dialami penderita mereka masih memiliki kepuasan terhadap peran yang akan membuat penderita mampu memiliki konsep diriyang positif. Pernyataan diatas didukung dengan teori Kozier, et al (2010) yaitu sumber daya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsep diri yaitu sumber daya eksternal meliputi jaringan dukungan dan pendanaan yang memadai. Semakin besar jumlah sumber daya yang dimiliki dan digunakan individu, pengaruhnya pada konsep diri semakin positif Gambaran Harga Diri Pada Pasien Luka Gangren Diabetik di Poliklinik Kaki Diabetik RSUD Ulin Banjarmasin No Harga diri Frekuensi % 1. Harga diri tinggi 41 58,6 2. Harga diri rendah 29 41,4 Jumlah 70 100 Berdasarkan pada tabel 1.7 diatas didapatkan hasil Harga diri penderita luka gangren diabetik sebagian besar harga diri tinggi yaitu sebanyak 41 responden (58,6%). dan harga diri rendah sebanyak 29 resonden (41,4%). Harga diri penderita luka gangren diabetik sebagian besar harga diri tinggi yaitu sebanyak 41 responden (58,6%). Harga diri tinggi adalah hasil dari kemampuan 18

bertahan dan beradaptasi dengan kebutuhan dan tekanan secara lebih baik sehingga tidak menyebabkan perasaan kosong dan terpisah dari orang lain, tidak mengalami depresi, rasa gelisah atau rasa cemas yang berkepanjangan. Dari hasil yang didapatkan peneliti karena mereka masih merasa berhaga, mampu menerima keadaan diri apa adanya, merasa diterima, masih merasa berarti bagi orang lain, dan masih ada yang dibanggakan dalam dirinya. Hal ini dikarenakan penderita masih merasa ada yang dibanggakan dalam dirinya sehingga mereka masih merasa berarti bagi orang lain dan merasa berharga dengan penyakit yang mereka alami. Dalam lingkungan sosial mereka merasa masih diterima. Keterbatasan kondisi tubuh karena penyakit yang dialami penderita merupakan tantangan dalam hidupnya sehingga mereka berusaha menerima keadaan diri apa adanya, sehingga dengan adanya perasaan positif terhadap dirinya membuat penderita masih memiliki harga diri yang tinggi. Harga diri yang tinggi sangat penting bagi penderita luka gangren diabetik karena hal ini akan meningkatkan perasaan berharga seseorang yang pada akhirnya akan meningkatkan konsep diri. Individu dengan harga diri yang tinggi lebih dapat bertahan dan beradaptasi dengan kebutuhan dan tekanan secara lebih baik dibandingkan dengan individu yang memiliki harga diri rendah. Pernyataan diatas didukung oleh teori Potter dan Perry (2010) yaitu perasaan dasar tentang diri cenderung bersifat konstan meskipun terkadang situasi krisis mempengaruhi harga diri. Kemampuan untuk menyeimbangkan tekanan yang ada berkaitan dengan beberapa faktor yaitu jumlah tekanan, lamanya tekanan, dan status kesehatan. Dapat beradaptasi terhadap tekanan akan menimbulkan rasa diri yang positif. Harga diri rendah yang dialami oleh penderita luka gangren diabetik sebanyak 29 orang (41,4%). Harga diri rendah adalah hasil dari ketidakmampuan bertahan dan beradaptasi dengan kebutuhan dan tekanan secara lebih baik sehingga menyebabkan perasaan kosong dan terpisah dari orang lain, dan terkadang menyebabkan depresi, rasa gelisah atau rasa cemas yang berkepanjangan. Dari hasil yang didapatkan peneliti karena penderita merasa sebagai orang yang gagal, mengkritik diri sendiri, dan merasa rendah diri dengan adanya penyakit luka gangen diabetik yang dialaminya. Hal ini dikarenakan penderita merasa penyakit luka gangren diabetik ini menurunkan nilai dirinya karena mereka merasa kurang mampu dalam mencapai hal-hal yang mereka inginkan sehingga ini membuat mereka merasa menjadi orang yang gagal, sering mengkritik diri sendiri, dan merasa rendah diri. Dengan adanya perasaan negatif terhadap dirinya, hal ini akan menurunkan nilai diri seseorang dan menyebabkan harga diri rendah pada penderita. Pernyataan ini sejalan dengan teori Potter dan Perry (2010) yaitu penyakit kronis yang mengganggu kemampuan beraktifitas yang mempengaruhi keberhasilan, maka akan semakin mempengaruhi harga diri seseorang. Harga diri yang rendah menyebabkan perasaan kosong dan terpisah dari orang lain, dan terkadang menyebabkan depresi, rasa gelisah, atau rasa cemas yang berkepanjangan yang akan membuat pasien merasa stress secara fisik maupun psikologis. Beberapa dampak negatif yang muncul yaitu secara fisik sistem imun pasien menurun yang akan memperlambat proses penyembuhan luka, secara psikologis pasien akan merasa putus asa dengan keadaannya, pasien tidak koopeatif dengan terapi pengobatan yang diberikan sehingga akan memperpanjang 19

masa pengobatan, secara sosial pasien tidak merasakan kualitas pelayaan perawatan yang didapatkannya. Berdasarkan pernyataan tersebut, bahwa dalam meningkatkan harga diri yang tinggi pasien luka gangren diabetik membutuhkan bantuan dan informasi dari tenaga kesehatan. Oleh sebab itu komunikasi interpersonal tergantung kepada kharisma dan kemampuan verbal memberi informasi atau kemahiran petugas kesehatan dalam berkomunikasi dengan penderita luka gangren diabetik. Gambaran Konsep Diri Pada Pasien Luka Gangren Diabetik di Poliklinik Kaki Diabetik RSUD Ulin Banjarmasin No Konsep Diri Frekuensi % 1. Konsep Diri Positif 39 55,7 2. Konsep Diri Negatif 31 44,3 Jumlah 70 100 Berdasarkan pada tabel 1.8 diatas didapatkan Konsep diri pasien luka gangren diabetik sebagian besar menunjukkan konsep diri positif yaitu sebanyak 39 responden (55,7%) dan konsep diri negatif sebanyak 31 responden (44,3%). Konsep diri pasien luka gangren diabetik sebagian besar menunjukkan konsep diri positif yaitu sebanyak 39 responden (55,7%). Konsep diri positif adalah hasil dari kemampuan menerima atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi sepanjang hidupnya mengungkapkan perasaan tidak berharga, menyukai dan tidak membenci diri sendiri yang diproyeksikan kepada orang lain, tidak merasa sedih atau putus asa, dan menyatakan masih memiliki energi untuk melakukan tugas atau beraktifitas. Dari hasi penelitian yang didapatkan peneliti yaitu sebagian dari responden masih masih memiliki rasa percaya diri sehingga hal ini tidak membuat penderita merasa malu atau terasing dengan kondisi yang dialaminya, masih mampu membantu kebutuhan ekonomi kelurga, masih merasa berguna, masih bisa bekerjasama dengan orang lain, mereka masih merasa berhaga, mampu menerima keadaan diri apa adanya, merasa diterima, masih merasa berarti bagi orang lain, dan masih ada yang dibanggakan dalam dirinya. Hal ini dikarenakan penderita penderita luka gangren diabetik dalam kehidupan seharihari baik dalam lingkungan kelurga maupun dalam lingkungan sosial mereka merasa diterima sehingga tidak ada perasaan malu ataupun terasing dengan kondisi yang dialaminya yang pada akhirnya akan meningkatkan rasa percaya diri mereka. Perasaan masih berguna membuat mereka masih bisa bekerjasama dengan orang lain dan memenuhi kebutuhan ekonomi kelurga. Sehingga hal ini membuat penderita masih merasa berharga, masih ada perasaan berarti bagi orang lain, masih ada yang dibanggakan dalam dirinya yang pada akhirnya mambuat mereka bisa menerima keadaan diri apa adanya. Dengan adanya perasaan positif terhadap diri yang masih dimiliki oleh penderita luka gangren diabetik, hal ini akan membuat mereka masih bisa mempertahankan konsep diri yang positif. Konsep diri yang positif sangat penting untuk dipertahankan agar penderita tidak mengalami stress secara fisik dan psikologis yang bisa berdampak negatif pada dirinya seperti penurunan sistem imun yang akan memperlambat proses penyembuhan luka, penderita bisa kooperatif pada terapi pengobatan yang diberikan, dan bisa merasakan kualitas pelayanan perawatan yang didaptkannya. Pernyataan diatas didukung oleh teori Potter dan Perry (2010) yaitu perubahan yang terjadi pada kesehatan fisik, spiritual, emosional, dan sosial budaya akan 20

mempengaruhi konsep diri. Dapat beradaptasi terhadap tekanan akan menimbulkan konsep diri yang positif dan dituliskan dalam Kozier, et al (2010) yaitu sumber daya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsep dri. Indvidu memiliki sumber daya internal dan ekternal. Sumber daya internal adalah rasa percaya diri dan nilai diri, sedangkan sumber daya eksternal meliputi jaringan dukungan, pendanaan yang memadai, dan organisasi. Semakin besar jumlah sumber daya yang dimiliki individu dan digunakan individu, pengaruh pada konsep diri semakin positif. Responden dengan konsep diri negatif sebanyak 31 responden (44,3%). Konsep diri negatif adalah hasil dari ketidakmampuan menerima atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi sepanjang hidupnya, mengungkapkan perasaan tidak berdaya, tidak menyukai diri sendiri atau bahkan membenci diri sendiri yang dapat diproyeksikan kepada orang lain, merasa sedih atau putus asa, dapat menyatakan tidak memiliki energi, bahkan untuk melakukan tugas yang paling sederhana sekalipun. Dari hasi penelitian yang didapatkan peneliti yaitu sebagian dari penderita merasa malu, terasing, kurang puas dengan kondisi tubuhnya dengan adanya luka gangren diabetik yang mereka alami sehingga hal ini membuat penderita merasa kurang percaya diri dan adanya rasa putus asa, penderita merasa terganggu dalam beraktivitas, tidak bisa bekerja dengan baik karena adanya luka gagren diabetik, merasa adanya penurunan produktivitas kerja, merasa terbebani dengan pekerjaanpekerjaan yang biasa mereka lakukan, dan kurang mampu membantu kebutuhan ekonomi kelurga, penderita merasa sebagai orang yang gagal, mengkritik diri sendiri, dan merasa rendah diri dengan adanya penyakit luka gangren diabetik yang dialaminya. Hal ini dikarenakan penderita luka gangren diabetik dalam kehidupannya sehari-hari saat berinteraksi sosial dengan orang lain dengan kondisi tubuhnya yang berbeda membuat mereka merasa malu, terasing, dan adanya perasaan kurang puas dengan kondis fisiknya. Adanya perasaan seperti ini menyebabkan penderita merasa kurang percaya diri dan putus asa. Dengan kondisi fisik yang mereka alami membuat mereka tidak mampu bekerja dengan baik sehingga adanya perasaan terbebani dengan pekerjaan-pekerjaan mereka dan kurang mampu memenuhi kebutuhan ekonomi kelurga. Ketidakberhasilan pendenrita dalam mencapai hal-hal yang mereka inginkan memebuat mereka merasa sebagai orang yang gagal, sering mengkritik diri sendiri dan membuat mereka merasa rendah diri. Dengan adanya perasaan negatif terhadap diri yang dimiliki oleh penderita luka gangren diabetik, hal ini akan membuat mereka memiliki konsep diri yang negatif. Konsep diri yang negatif akan membuat penderita merasa stress secara fisik maupun psikologis dengan keadaannya. Beberapa dampak negatif yang muncul yaitu secara fisik sistem imun pasien menurun yang akan memperlambat proses penyembuhan luka. Secara psikologis pasien akan merasa putus asa dengan keadaannya, pasien tidak kooperatif dengan terapi pengobatan yang diberikan sehingga akan memperpanjang masa pengobatan. Secara sosial pasien tidak merasakan kualitas pelayanan perawatan yang didapatkannya. Pernyataan ini didukung oleh teori Kozier, et al (2010) yaitu individu yang memiliki konsep diri yang negatif dapat mengungkapkan peasaan tidak berharga, tidak menyukai diri sendiri, atau bahkan dapat membenci diri sendiri, yang dapat diproyeksikan kepada orang lain, dapat merasa sedih atau putus asa, dapat 21

menyatakan tidak memiliki energi, bahkan untuk melakukan tugas yang paling sederhana sekalipun. Selama masa krisis konsep diri, sumber daya yang mendukung dan mendidik diperlukan guna membantu seseorang mempelajari cara beradaptasi dan berespon terhadap kejadian atau situasi yang penuh tantangan untuk mempertahankan dan meningkatkan konsep diri. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian Gambaran konsep diri pada pasien luka gangren diabetik di Poliklinik Kaki Diabetik Rumah Sakit Umum Daerah Uin Banjarmasin Tahun 2014, peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Responden pasien luka gangren diabetik memiliki citra tubuh dengan kategori positif sebanyak 36 responden (51,4%). 2. Responden pasien luka gangren diabetik memiliki performa peran dengan kategori ketidakpuasan peran sebanyak 40 orang (57,1%). 3. Responden penderita luka gangren diabetik memiliki harga diri dengan kategori harga diri tinggi sebanyak 41 orang (58,6%). 4. Responden penderita luka gangren diabetik memiliki konsep diri positif yaitu sebanyak 39 responden (55,7%). Kowalak, P. J., Welsh, W., & Mayer, B. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : 2011 Kozier, et al. (2010). Buku Ajar : Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses & Praktik Volume 2 (Edisi 7). Jakarta : EGC. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Potter, A. P dan Perry, A. G. (2010). Fundamental Keperawatan Buku 2 Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. http://depkes.go.id/downloads/riskesd as2013/hasil%20riskesdas%202013. pdf (Diakses 10 januari 2014) Hidayat, A. A. A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. 22