BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEBIH DEKAT DENGAN OBAT

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SOSIALISASI MENGENAL OBAT AGAR TAK SALAH OBAT PADA IBU-IBU PENGAJIAN AISYIYAH PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK PADA SWAMEDIKASI NYERI GIGI DI MASYARAKAT KABUPATEN SUKOHARJO

Dry Socket Elsie Stephanie DRY SOCKET. Patogenesis Trauma dan infeksi adalah penyebab utama dari timbulnya dry soket.

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERAWATAN PERIODONTAL

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sakit Gigi Akibatkan Penyakit Jantung dan Stroke

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan kesehatan gigi dan mulut pada kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Keberadaan penyakit-penyakit ini seringkali diabaikan oleh masyarakat

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA) Edukasi terkait OBAT pada Remaja dan Dewasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

PENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terakhir dalam perawatan gigi dan mulut karena berbagai alasan, antara lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kefarmasian oleh apoteker (Menkes RI, 2016). Apotek merupakan salah satu. mencegah dan menyembuhkan penyakit pada masyarakat.

Tugas 1 Sistem Pakar Diagnosa Infeksi Gigi dan Mulut

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Diabetes merupakan faktor resiko periodontitis yang berkembang dua kali lebih sering pada penderita diabetes daripada penderita tanpa diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY (SKILL LAB 4) PENANGANAN ABSES DAN PERIKORONITIS

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA REUMATIK DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

PENTINGNYA PERAWATAN GIGI DAN MULUT SELAMA KEHAMILAN

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

Pendahuluan. Bab Pengertian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perdarahan disertai pembengkakan, kemerahan, eksudat,

PENYIMPANAN OBAT Tujuan penyimpanan Agar obat tidak menguap Agar khasiat obat tidak berubah Agar obat tetap dalam keadaan baik dan bersih Agar obat ti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini mengambil lokasi Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

Sumber: dimodifikasi dari Wagner et al.

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT GIGI DAN MULUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah,

ENDODONTIC-EMERGENCIES

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi penyebab terhambatnya proses penyembuhan. Selain itu posisi yang jauh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

MANFAAT TEH ROSELA (Hibiscuss Sabdariffa L) DALAM PENYEMBUHAN GINGIVITIS MARGINALIS KRONIS. Saluna Deynilisa

BAB II A. TINJAUAN PUSTAKA. obat atau farmakoterapi. Tidak kalah penting, obat harus selalu digunakan secara

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2

BAB I PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang

PERANCANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS AWAL PENYAKIT GIGI DAN MULUT MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus.

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencegahan dan manajemen yang efektif untuk penyakit sistemik. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 386/MEN.KES/SK/IV/1994, untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

KEDARURATAN LAIN DIABETES HIPOGLIKEMIA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Demografi Responden. Distribusi responden berdasarkan umur seperti pada tabel 3.

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental. Akan tetapi, olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

perlunya dilakukan : Usaha-Usaha Pencegahan Penyakit Gingiva dan Periodontal baik di klinik/tempat praktek maupun di masyarakat.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analgetik merupakan inhibitor spesifik jalur nyeri dengan mengaktifkan reseptor yang berada pada neuron sensorik dan susunan syaraf pusat(ssp). Obat analgetikyang dapat digunakan untuk mengobati penyakit keluhan nyeri adalah Ibuprofen, Asam Mefenamat, Naproxen, Parasetamol, Aspirin. Obat tersebut dapat digunakan untuk mengobati penyakit dengan keluhan nyeri. Salah satu penyakit yang dapat disembuhkan dengan obat analgetik adalah nyeri gigi (Aminoshariae & Terézhalmy,2014). Sakit gigi atau nyeri odontogenik merupakan penyakit yang biasanya menyerang jaringan pulpa atau struktur periodontal. Nyeri gigi menempati urutan kedua (17,6%) dibanding dengan nyeri kepala, nyeri otot,nyeri sendi dan nyeri otot (Afif, 2015). Nyeri gigi dan mulut termasuk masalah di Indonesia dengan prevalensi yang tinggi, hal ini terbukti meningkat dari tahun 2007 (sebesar 23,2%) ke tahun 2013 (sebesar 25,9%) diantara mereka terdapat 31,1% masyarakat mendapatkan perawatan dengan bantuan tenaga kesehatan dan 68,9% masyarakat tidak melakukan perawatan dengan bantuan tenaga kesehatan (Balitbang, 2013).Berdasarkan hasil Susenas tahun 2009 terdapat 66% masyarakat yang mengalami nyeri gigi, pusing, sakit maag, batuk, diare melakukan swamedikasi.swamedikasiadalah upaya masyarakat melakukan pengobatan sendiri terhadap tanda dan gejela yang mereka rasakan seperti datang ke apotek atau ketoko terdekat untuk membeli obat dengan merk dagang yang mereka ketahui. Swamedikasi merupakan langkah utama yang diambil oleh masyarakat untuk meningkatkan tindakan pengobatan namun pada saat pelaksanaan swamedikasi dapat menyebabkan kesalahan dalam pengobatan (medicationerror) kesalahan dalam pengobatan dapat mempengaruhi rasionalitas penggunaan obat (Depkes, 2007). Penggunaan obat dapat dikatakan rasional jika pasien mendapatkan obat sesuai dengan kebutuhan klinis pasien, dosis yang tepat dengan memperhatikan 1

2 harga yang paling murah untuk pasien dan masyarakat (Depkes, 2011). Masyarakat dalam melakukan pengobatan tidak memperhatikan rasionalitas dan melakukan penggunaan obat tanpa indikasi yang jelas, penentuan dosis, cara, dan lama pemberian yang salah, serta pemilihan obat yang mahal.akan tetapi, penggunaan suatu obat dikatakan tidak rasional jika kemungkinan dampak negatif yang diterima oleh pasien lebih besar dibanding manfaatnya (Depkes, 2011). Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Afif(2015) hubungan tingkat pengetahuan dengan ketepatan penggunaan obat analgetik pada swamedikasi nyeri di masyarakat kabupaten Demak diperoleh 54% penggunaan obat analgetik tidak rasional dan pengetahuan mengenai obat tersebut pada swamedikasi nyeri tergolong dalam kategori cukup sedangkan penelitian yang dilakukan oleh (Asmoro 2015) tentang pemilihan obat pada swamedikasi batuk di masyarakat kabupaten Sukoharjo diperoleh 52,7% pengobatan tidak rasional. Oleh karena itu, dengan tingkat ketidakrasionalan masyarakat dalam melakukan swamedikasi tinggi, prevalensi angka kejadian yang tinggi dan tingginya presentase masyarakat yang tidak mendapatkan perawatan dengan bantuan tenaga kesehatan sebesar 68,9% (Balitbang, 2013)peneliti ingin mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan ketepatan penggunaan obat analgetik pada swamedikasi nyeri gigi di masyarakat kabupaten Sukoharjo. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian yaitu: Apakah ada hubungannya tingkat pengetahuan dengan ketepatan penggunaan obat terhadap swamedikasi nyeri gigi yang dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Sukoharjo? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan ketepatan penggunaan obat terhadap swamedikasi nyeri gigi yang dilakukan oleh masyarakat.

3 D. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu setelah seseorang melakukan proses melaluipengindraandenganpanca indra.pengetahuan merupakansuatu hal yang penting untukmendorong seseorang melakukan tindakan(notoatmodjo, 2007).Pengetahuan didapatkan dari informasi secara lisan maupun tertulis merupakan pengalaman seseorang. Pengetahuan diperoleh dari fakta dengan mendengar radio, melihat televisi dan juga dapat diperoleh dari pengalaman berdasarkan pemikiran kritisseseorang(soekanto, 2002). b. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu: 1) Pendidikan Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan kepribadian serta kemampuan didalam dan diluar sekolah yang berlangsung seumur hidup. 2) Media masa / sumber informasi Sebagai sarana komunikasi dapat berupa televisi, radio, surat kabar, majalah, internet, dan lain-lain yang bertujuan agar dapat mempengaruhi pembentukan pendapat dan kepercayaan seseorang. 3) Sosial budaya dan ekonomi Kebiasaan atau tradisi seseorang yang dilakukan tanpa menggunakan penalaran dan tidak mengetahui apakah tindakan tersebut baik atau buruk. 4) Lingkungan Lingkungan adalah sesuatu yang berada di sekitar kita baik lingkungan biologis, sosiologis dan lingkungan fisiologis.

4 5) Pengalaman Pengalaman adalah cara untuk mendapatkan kebenaran pengetahuan dengan mengulang kembali pengetahuan yang pernah diperoleh dari masalah yang pernah dihadapi masa lalu. c. Kategori Pengetahuan MenurutNotoatmodjo, 2007 Pengetahuan seseorang dapat diukur dengan mengelompokkan berdasarkan kemampuan seseorang dalam menjawab pertanyaan kedalam kategori dibawah ini: 1) Tinggi,bila subjek mampu menjawab dengan benar 76-100% dari seluruh pernyataan. 2) Cukup, bila subjek mampu menjawab dengan benar 56-75% dari seluruh pernyataan. 3) Rendah, bila subjek mampu menjawab dengan benar <56% dari seluruh pernyataan. 2. Nyeri Gigi a. Definisi Nyeri Gigi Sakit gigi adalah tanda utama karies gigi yang merupakan masalah kesehatan masyarakat yang kronis.karena dampak sosial, sakit gigi merupakan indikator kesehatan mulut. Sakit gigi dapat disebabkan oleh aktivitas rangsangan terhadap gigi, kimia dan rangsangan termal, atau dapat muncul secara spontan sehingga dapat menyebabkan peradangan parah pada pulpa gigi (Machado et al. 2014). b. Etiologi Nyeri Gigi Dalam kesehatan, gigi merespon rasa sakit karena kepekaan terhadap rangsangan dingin, panas, stimulus manis atau fisik(saat menggosok gigi atau pada saat menggunakan tusuk gigi) atau dengan peradangan dari zat kimia(renton 2011).

5 3. Macam - macam Sakit Gigi a. Abses Gigi ( Infeksi Gigi) 1) Definisi Abses gigi adalah abses yang terjadi pada pulpa dan peripekal sehinggamenyebabkan adanya penumpukan nanah yang kemudian menyebar dari gigi yang sakit ke jaringan yang berada didekat gigi. 2) Penyebab Abses gigi disebabkan karena adanya aliran nanah yang berasal dari gigi yang terkena infeksi menuju gusi sehingga gusi yang berada didekat gigi infeksi membengkak. 3) Gambaran Klinis a) Pada saat dilakukan pemeriksaan terlihat ada pembengkakan disekitar gigi yang terkena infeksi. b) Pembengkakan gusi dapat terjadi hingga kelopak mata apabila abses gigi terdapat pada gigi bagian depan atas,jika abses gigi terdapat pada bagian gigi belakang pembengkakan terjadi sampai ke pipi. c) Pembengkakan yang terjadi sampai dagu atau telinga dapat disebabkan oleh abses gigi pada bagian bawah. d) Terkadang terjadi demam pada pasien dan terkadang mulut susah untuk dibuka lebar lebar. e) Sakit saat mengunyah karena ada gigi yang goyah. 4) Diagnosis Adanya pembengkakan gusi dan peradangan pada area gigi yang sakit. 5) Penatalaksanaan Pengobatan simptomatik dapat diberikan parasetamol atau ibuprofen atau asam mefenamat. a) Parasetamol Dosis dewasa :500 mg setiap 6-8 jam. Dosis anak : 10-15 mg/kgbb, setiap 6-8 jam. b) Ibu profen Dosis dewasa : 200mg 3 kali sehari.

6 c) Asam Mefenamat Dosis dewasa : 500mg awal dilanjutkan 250 mg 3 kali sehari sesudah makan (Kemenkes, 2012). b. Pulpitis Akut (Gigi berlubang) 1) Definisi Pulpitis merupakan peradangan yang terjadi pasa pulpa yang dapat menimbulkan rasa nyeri akibat dari reaksi toksin bakteri pada karies gigi. 2) Penyebab Pulpitis disebabkan karena adanya pembusukan gigi atau cedera. Semakin besarnya tekanan didalam gigi dapat mendorong pulpa melalui ujung akar, keadaan ini bisa melukai tulang rahang dan jaringan sekitar gigi. 3) Gambaran Klinis a) Apabila ada makanan yang masuk gigi yang terkena pulpitis akan merespon sakit karena ada rangsang manis, asam, dingin atau panas. Peradangan yang telah mencapai jaringan periapekal ditandai dengan sakit saat mengunyah. b) Gigi berlubang dan pulpa yang terbuka. 4) Diagnosis Nyeri dan tanda peradangan. 5) Penatalaksanaan Pemberian obat analgetik(kemenkes, 2012) a) Parasetamol Dosis dewasa :500 mg setiap 6-8 jam Dosis anak : 10-15 mg/kgbb, setiap 6-8 jam b) Ibuprofen Dosis dewasa : 200mg 3 kali sehari c) Asam Mefenamat Dosis dewasa : 500mg awal dilanjutkan 250 mg 3 kali sehari sesudah makan

7 Jika selama 2 sampai 3 hari gejala belum sembuh segera hubungi dokter c. Gingivitis ( Gusi Bengkak ) 1) Definisi Gingivitis adalah inflamasi pada bagian gingiva marginal atau gusi mengalami peradangan. 2) Penyebab Radang gusi ini dapat disebabkan oleh faktor lokal maupun faktor sistemik. Faktor lokal diantaranya karang gigi, bakteri, sisa makanan (plak), pemakaian sikat gigi yang salah, rokok, tambalan yang kurang baik. Faktor sistemik meliputi Diabetes Melitus (DM), ketidakseimbangan hormon (saat menstruasi, kehamilan, menopause, atau pemakaian kontrasepsi), keracunan logam, dan sebagainya. 3) Gambaran Klinis a) Pasien biasanya mengeluh mulut bau, gusi bengkak mudah berdarah, tanpa nyeri, hanya kadang terasa gatal. b) Pada pemeriksaan gusi tampak bengkak, berwarna lebih merah dan mudah berdarah pada sondasi. Kebersihan mulut biasanya buruk. c) Ginggivits herpes biasanya disertai gejala herpes simpleks. Tanda di gusi tidak disertai bau mulut. d) Salah satu bentuk radang gusi adalah perikoronitis yang gejalanya lebih berat seperti demam dan sukar membuka mulut. 4) Diagnosis Peradangan pada gusi. 5) Penatalaksanaan a) Pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan mulut dan berkumur dengan 1 gelas air hangat ditambah 1 sendok teh garam, atau bila ada dengan obat kumur iodium povidon setiap 8 jam selama 3 hari. b) Bila kebersihan mulut sudah diperbaiki dan tidak sembuh, rujuk ke Rumah Sakit untuk perawatan selanjutnya.perlu dipikirkan kemungkinan sebab sistemik.

8 c) Perikoronitis memerlukan antibiotik selama 5 hari: amoksisilin 500 mg setiap 8 jam. d) Pasien dirujuk ke dokter gigi untuk penanganan selanjutnya yaitu membersihkan karang gigi (Kemenkes, 2012). d. Periodontitis ( Pelepasan Gigi karena Rusaknya Gusi ) 1) Definisi Peradangan jaringan periodontium yang lebih dalam yang merupakan lanjutan dari peradangan gingiva. 2) Penyebab Sebagian besar periodontits merupakan akibat dari penumpukan plak dankarang gigi (tartar) diantara gigi dan gusi. Akan terbentuk kantong diantara gigi dan gusi, dan meluas ke bawah diantara akar gigi dan tulang dibawahnya. Kantong ini mengumpulkan plak dalam suatu lingkungan bebas oksigen yang mempermudah pertumbuhaan bakteri sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan gigi tersebut tanggal. 3) Gambaran Klinis 1) Perdarahan gusi 2) Perubahan warna gusi 3) Bau mulut (halitosis) 4) Diagnosis Nyeri pada gingiva atau gusi. 5) Penatalaksanaan a) Karang gigi, selulit yang diakibatkan oleh makanan dan penyebab lokal lainnya harus dibersihkan/diperbaiki. b) Pemberian antibiotik amoksisilin 500 mg dan metronidazol 250 mg setiap 8 jam selama 5 hari. c) Pasien dianjurkan berkumur selama ½ - 1 menit dengan larutan povidon 1%, setiap 8 jam. d) Bila sudah sangat goyah, gigi harus segera dicabut. e) Analgesik jika diperlukan (Kemenkes, 2012).

9 e. Perikoronitis Akut ( Infeksi Gusi ) 1) Definisi Peradangan jaringan lunak sekitar mahkota gigi yang sedang erupsi, terjadi pada molar ketiga yang sedang erupsi. 2) Penyebab Bengkak pada gusi di sekitar mahkota gigi akibat dari penumpukanplak dan sisa makanan diantara gigi dan gusi. 3) Gambaran Klinis: a) Perdarahan gusi b) Perubahan warna gusi c) Bau mulut (halitosis) 4) Diagnosis Adanya riwayat sakit gigi, peradangan di gusi sekitar mahkota gigi. 5) Penatalaksanaan a) Pemberian antibiotik amoksisilin 500 mg dan metronidazol 250 mg setiap 8 jam selama 5 hari. b) Pasien dianjurkan berkumur selama ½ - 1 menit dengan larutan povidon iodin1%, setiap 8 jam. c) Pemberian parasetamol 500 mg 3-4 x sehari atau analgesik lain seperti ibuprofen atau asam mefenamat (Kemenkes, 2012). d) Jika selama 2 sampai 3 hari gejala belum sembuh segera hubungi dokter f. Trauma Gigi dan Jaringan Penyangga 1) Definisi Trauma gigi adalah hilangnya kontinuitas jaringan keras gigi dan atauperiodontal karena sebab mekanis seperti ketika menggunakan sikat gigi dan tusuk gigi. 2) Penyebab Penyebab trauma gigi paling sering adalah jatuh saat bermain,berolahraga, kecelakaan lalu lintas dan perkelahian.

10 3) Gambaran Klinis a) Perdarahan gusi b) Pembengkakan/luka pada wajah 4) Diagnosis Adanya riwayat benturan dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung, trauma gigi secara langsung terjadi ketika benda keras langsung mengenai gigi, sedangkan trauma gigi secara tidak langsung terjadi ketika benturan yang mengenai dagu menyebabkan gigi rahang bawah membentur gigi rahang atas dengan kekuatan tekanan besar dan tiba-tiba. 5) Penatalaksanaan(Kemenkes, 2012). a) Pertolongan pertama dilakukan untuk semua luka pada wajah dan mulut. Jaringan lunak harus dirawat dengan baik. b) Pembersihan dan irigasi yang perlahan dengan saline akan membantu mengurangi jumlah jaringan yang mati dan resiko adanya keadaan anaerobik. Antiseptik permukaan juga digunakan untuk mengurangi jumlah bakteri. c) Pemberian antibiotik diperlukan hanya sebagai profilaksis bila terdapat luka pada jaringan lunak sekitar. Apabila luka telah dibersihkan dengan benar maka pemberian antibiotik harus dipertimbangkan kembali. d) Simptomatik : pemberian Parasetamol 500 mg 3-4 x sehari atau Ibuprofen dan Asam Mefenamat. Ibuprofen dosis untuk dewasa: 200mg 3 kali sehari. Asam Mefenamat dosis dewasa: 500mg awal dilanjutkan 250 mg 3xsehari sesudah makan. Jika selama 2-3 hari gejala belum sembuh segera hubungi dokter. 4. Sakit Gigi yang Boleh Dilakukan Swamedikasi Dari pernyataan macam-macam sakit gigidiatas jenis sakit gigi yang boleh dilakukan swamedikasi adalah sebagai berikut:(irhamahayati, et al. 2013)

11 a. Periodontitis b. Gingivitis c. Pulpitis akut (gigi berlubang) 5. Swamedikasi a. Definisi Swamedikasi Pengobatan sendiri adalah spektrum kegiatan kesehatan untuk mengobati diri sendiri dengan obat-obatan menggunakan informasi yang diperoleh dari pengalaman masa lalu kesehatan, buku, nasihat, software, website, iklan kesehatan, radio atau program televisi. Obat-obatan untuk pengobatan sendiri sering disebut obat non resep atau over the counter (OTC) dan tersedia tanpa resep dokter melalui apotek(aditya 2013). b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Pengobatan Sendiri Faktor yang mendorong dilakukannya pengobatan sendiri adalah usia, tingkat pendidikan, sikap keluarga, iklan produsen obat, undangundangmengatur pengeluaran dan penjualan obat, pengalaman sebelumnya dengan gejala atau penyakit, signifikansi dikaitkan dengan penyakit, situasi ekonomi responden(lukovic et al. 2014). c. Cara Mendapatkan Obat Pelayanan kesehatan dan obat bagi masyarakat dapat diperoleh dari Puskesmas,Rumah Sakit, atau masyarakat dapat membeli sendiri di apotek atau toko obat yang sudah mempunyai izin (Depkes, 2007). d. Cara Pemilihan Obat Pemilihan obat yang akan digunakan melalui cara sebagai berikut : 1) Berdasarkan keluhan dan gejala penyakit 2) Nama obat, zat aktif yang berkhasiat, indikasi, kontraindikasi yang tertera pada kemasan atau brosur obat harus diperhatikan. 3) Pemilihan obat yang tepat sebaiknya ditanyakan kepada apoteker agar diberikan layanan informasi obat secara lengkap (Depkes, 2007).

12 e. Cara Menggunakan Obat Oral Pemakaian obat oral adalah cara pengobatan melalui mulut atau ditelan dengan menggunakan segelas air merupakan cara yang mudah, aman dan lazim dalam pengobatan (Depkes, 2007). f. Penyimpanan Obat Obat mengandung berbagai bahan kimia yang berbeda tingkat stabilitasnya untuk mempertahankan kualitas obat tetap baik saat penyimpanan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1) Menyimpan obat dalam kemasan asli dan wadah yang tertutup rapat 2) Menyimpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung 3) Menyimpan obat ditempat sejuk dan tidak lembab agar obat tidak cepat rusak 4) Tidak diperbolehkan menyimpan obat cair dalam lemari pendingin karena obat bisa beku (Djunarko, 2011). g. Cara Pembuangan Obat Pembuangan dilakukan pada sisa obat dari pengobatan yang tidak digunakan lagi dan sudah rusak atau kadaluarsa akibat lamanya penyimpanan.obat yang telah rusak dapat dibuang dengan cara : 1) Penimbunan di dalam tanah Obat yang telah rusak atau kadaluarsa dihancurkan terlebih dahulu kemudian dikeluarkan dari kemasan setelah itu disiram air panas baru ditimbun dalam tanah. 2) Membakar obat Obat-obatan yang sudah rusak atau kadaluarsa dibuang dengan cara dibakar. 3) Pembuangan ke saluran air Dikhususkan untuk obat cair dibuang kesaluran air dengan cara diencerkan terlebih dahulu baru dibuang kesaluran air (Depkes, 2007).

13 h. Cara Pembuangan Kemasan Obat 1) Wadah berupa botol atau pot plastik Melepas terlebih dahulu etiket yang tertera pada botol atau pot plastik baru dibuang ditempat sampah, hal ini untuk mencegah agar tidak terjadi penyalahgunaan bekas wadah obat. 2) Boks/Dus/Tube Boks yang sudah tidak terpakai sebaiknya dihancurkan terlebih dahulu kemudian baru dibuang (Depkes, 2007). 6. Rasionalitas a. Definisi rasionalitas Penggunaan obat rasional adalah apabila pasien mendapatkan pelayanan pengobatan sesuai dengan kebutuhan dari keluhan pasien, harga yang terjangkau, dosis yang sesuai dengan kebutuhan pasien dan dalam frekuensi yang tepat(yewale & Dharmapalan 2012). b. Kriteria Obat Rasional Penggunaan obat dikatakan rasional apabila memenuhi dari kriteria sebagai berikut : 1) Tepat Indikasi Penyakit Penentuan indikasi yang berdasarkan tanda, gejala dan keluhan pasien(depkes RI, 2011). 2) Tepat Pemilihan Obat Pemilihan pengobatan yang sesuai dengan drug of choice sehingga dapat memenuhi tujuan terapi (Depkes RI, 2011). 3) Tepat Pasien Obat yang dipilih harus memperhatikan kondisi patofisiologi dan kondisi dari pasien (Depkes RI, 2011). 4) Tepat Dosis Ketepatan dalam penggunaan, lamanya penggunaan, dosis obat sehingga dapat meminimalkan resiko terjadinya efek samping apabila dosis kecil maka tujuan terapi yang diharapkan tidak akan tercapai (Depkes RI, 2011).

14 7. Analgetik a. Definisi Analgetik Analgetika merupakan obat untuk menghilangkan rasa nyeri yang berisi suatu zat yang dapat digunakan untuk menghalangi rasa nyeri dengan tidak menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja, 2007). b. Obat Analgetik yang digunakan untuk Swamedikasi 1) Parasetamol Dosis yang digunakan Orang dewasa : 500mg Anak 6-12 tahun : 250 mg Anak dibawah 2-6 tahun : 125-250 mg Anak <2 tahun : Sirop 125 mg/ 5ml Selama 2 sampai 3 hari Efek samping yang mungkin muncul adalah mual muntah. 2) Ibuprofen Dosis yang digunakan Dewasa : 200mg sampai 3kali sehari Selama 2 sampai 3 hari Efek samping yang dapat timbul adalah mual, muntah, nyeri diperut, diare dan sembelit. 3) Asam mefenamat Dosis yang digunakan Dewasa : 500mg 3 kali sehari sesudah makan selama 2 sampai 3 hari (Depkes, 2014) Obat analgetik yang dapat digunakan untuk swamedikasi nyeri gigi harus sesuai dengan penggolongan obat yang yang dianjurkan dan dapat diperoleh tanpa menggunakan resep dokter. Berikut adalah macam-macam penggolongan obat:

15 a) Obat bebas Obat bebas merupakan obat yang memiliki ciri khas lingkaran yang berwarna hijau dan obat ini dijual bebas tanpa menggunakan resep dokter. Contoh Parasetamol. b) Obat bebas terbatas Obat bebas terbatas merupakan obat yang memiliki ciri khas lingkaran yang berwarna biru. Obat ini termasuk obat keras akan tetapi masih dapat dijual bebas tanpa resep dokter. c) Obat wajib apotek Obat wajib apotek adalah obat keras tertentu yang dapat diserahkan atau dijual bebas oleh apotek tanpa resep dokter contoh: asam mefenamat dan ibuprofen d) Obat Keras K Obat keras merupakan obat yang memiliki ciri khas lingkran yang berwarna merah dan ada huruf K obat ini hanya dapat diberikan apoteker atau farmasis disertai dengan resep dokter contoh: Antalgin(Depkes, 2007). E. Landasan Teori Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Afif (2015),terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan ketepatan penggunaan obat analgetik pada swamedikasi nyeri di masyarakat Kabupaten Demak sebesar 0,000, karena pvalue <0,05 maka Ha:ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan ketepatan penggunaan obat analgetik pada swamedikasi nyeri di masyarakat Kabupaten Demak diterima.

16 F. Hipotesis Hipotesis yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan ketepatan penggunaan obat analgetik pada swamedikasi nyeri gigi di masyarakat Kabupaten Sukoharjo. Ha: ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan ketepatan penggunaan obat analgetik pada swamedikasi nyeri gigi di masyarakat Kabupaten Sukoharjo. Ho: tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan ketepatan penggunaan obat analgetik pada swamedikasi nyeri gigi di masyarakat Kabupaten Sukoharjo.