BAB V KONSEP PERANCANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Gambar 6.1 Konsep Hasil Perumusan Pendekatan Konsep Sumber : Analisa Penulis

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI


BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

BAB V KONSEP PERANCANGAN

International Fash on Institute di Jakarta

BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Transformasi pada objek

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

Bab V Konsep Perancangan

BAB VI HASIL PERANCANGAN. konsep lagu blues Everyday I Have Blues, menerapkan nilai serta karakter lagu

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Gambar Konsep zonasi Sumber : analisis penulis

RESORT DENGAN FASAILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep dasar perancanagan. 5.2 Konsep perancangan

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif.

BAB III DATA DAN ANALISA

lib.archiplan.ugm.ac.id

Bab V Konsep Perancangan

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V KONSEP. Tabel Pemintakatan Tapak No Zona Nama Bangunan Besaran (%) 1 Publik Bangunan Utama Pedodonti Area parkir

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

BAB 5 HASIL RANCANGAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

Structure As Aesthetics of sport

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN. karena itu, dalam perkembangan pariwisata ini juga erat kaitannya dengan

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BEAUTY CLINIC DAN WELLNESS CENTER. Penggabungan 2 fungsi dalam 1 bangunan

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perancangan Apartemen Sewa untuk Keluarga Baru (ASKB) ini

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

Sampit. Desain Shopping Arcade ini juga merespon akan natural setting, Dalam aktivitas urban, desain Shopping Arcade dapat menjadi

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN HASIL DESAIN

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Perancangan Convention and Exhibition di Malang

BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep desain kawasan menggunakan tema combined methapor dari

PUSAT DESAIN DAN PEMBUATAN MEBEL

Transkripsi:

BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Makro Secara makro konsep perancangan perpustakaan ini merupakan jawaban terhadap pergeseran pola aktivitas masyarakat cirebon dalam bekerja, bermain, dan belajar menambah informasi dan ilmu pengetahuan akibat perkembangan jaringan informasi dan juga teknologi yang sangat pesat. 5.2. Konsep Perancangan Mezzo Perancangan perpustakaan diproyeksikan ke dalam lingkup tapak yang mencolok dan strategis, karena pertimbangan utama dalam pemilihan tapak adalah kemudahan aksesibilitas sehingga diharapkan perpustakaan dapat diakses dan dimanfaatkan oleh seluruh kalangan masyarakat. Oleh karena itu, tapak berada pada kawasan yang dekat dengan fasilitas-fasilitas pendidikan, perkantoran dan perdagangan di pusat kota cirebon. Pengolahan tapak di desain secara khusus demi menciptakan kenyamanan baik bagi pengguna perpustakaan maupun lingkungan di sekitar tapak tersebut. 5.3. Konsep Perancangan Mikro Konsep mikro perancangan perpustakaan ini merupakan terjemahan dari konsep learning commons ke dalam aspek arsitektural mulai dari studi massa, konfigurasi ruang maupun konsep secara formal lainnya. Orientasi ruang dan organisasinya dipengaruhi terutama oleh prinsip fleksibilitas dan interaksi dari learning commons yang dibuat untuk memfasilitasi segala jenis pola aktivitas yang bersifat dinamis didalamnya. 119

Tabel 5.1 Penjabaran Konsep Makro, Mezzo, dan Mikro KONSEP MAKRO KONSEP MEZZO KONSEP MIKRO Perancangan perpustakaan yang mampu memfasilitasi kebutuhan masyarakat cirebon Yang mengalami pergeseran pola aktivitas di abad ke 21 ini. konteks pola aktivitas dalam fasilitas perpustakaan Konteks learning commons dalam fasilitas perpustakaan Konteks tapak Pengkajian terhadap pola aktivitas Pemetaan zonasi berdasarkan kajian pola aktivitas Perhitungan fasilitas dan kebutuhan ruang berdasarkan pola dan aktivitas Penjabaran konsep learning commons dan aplikasinya pada desain arsitektur Penjabaran konsep interaksi, fleksibilitas, dan teknologi sebagai terjemahan dari konsep learning commons Penggunaan openplan untuk mewadahi kegiatan learning commons yang dinamis Tapak sebagai terjemahan pemetaan lokasi berdasarkan kriteria pemilihan lokasi perpustakaan Kesesuaian desain arsitektural dengan kondisi tapak Perencanaan diikuti dengan perencanaan ruang terbuka/openspace pada lingkungan bangunan 120

5.3.1. Penjabaran Konsep Learning Commons TATA MASSA SIRKULASI SPACE FASAD LANSEKAP MASSA DIBUAT MENJADI 1 MASSA UTAMA BENTUKAN MASSA DIDESAIN DINAMIS SIRKULASI DALAM BANGUNAN DIDESAIN FLEKSIBEL DENGAN TIPE RADIAL DAN NETWORK PENERAPAN SISTEM PERPUSTAKAAN TERBUKA PENERAPAN OPENPLAN PADA RUANG-RUANG UTAMA INTEGRASI ANTAR RUANG YANG SALING TERBUKA PENCIPTAAN ZONASI DAN LAYOUT RUANG YANG DINAMIS & EFISIEN PEMBUATAN TECHNO SPACE YANG TERINTEGRASI PEMILIHAN MATERIAL TRANSPARAN DENGAN DESAIN MODERN PEMILIHAN TONE WARNA SEJUK PENERAPAN MOTIF BATIK MEGA MENDUNG PADA SHADING & DOUBLE FASAD PEMBERIAN POHON SEBAGAI PEREDAM KEBISINGAN LUAR PEMBUATAN TAMAN SEBAGAI GENERATOR VIEW POSITIF SEKALIGUS WADAH AKTIVITAS OUTDOOR PEMAKAIAN FURNITURE YANG MOVEABLE Gambar 5.1 penjabaran konsep learning commons 5.3.2. Konsep Organisasi Ruang & Layering 5.3.2.1. Zonasi Dalam konsep ini, segala studi programatik mulai diolah dengan penataannya di dalam tapak. Konsep ini mengawali sebuah implementasi dari konsep learning commons. Ruang yang terhitung dikelompokkan menjadi beberapa blok dengan fungsi antara lain ruang baca, ruang buku, ruang diskusi (collaboratif learning space), ruang multimedia, ruang untuk anak, auditorium, ruang multifungsi, ruang staf, dan area parkir. Zonasi pada site dipengaruhi oleh faktor karakteristik aktivitas di setiap zona serta respon terhadap tingkat kebisingan yang dihasilkan dari arah jalan raya dan topografi site. 1. Zonasi Vertikal Secara vertikal, kebutuhan akan ruang aktivitas utama yang bersifat openplan digunakan sebagai media learning commons tersusun menyeluruh dari awal hingga akhir. Desain openplan ini menjadi bagian utama dalam perancangan perpustakaan. Ruangruang penunjang saling terintegrasi dengan openplan dan keseluruhan ruangan menerapkan prinsip keterbukaan sehingga 121

diharapkan dapat memberikan kemudahan akses dan interaksi bagi para pengguna perpustakaan. Zonasi vertikal dibedakan berdasarkan tingkat kebisingan mulai dari noisy, quite, hingga very quite. Ruang-ruang yang termasuk kedalam zona noisy diantaranya lobby, children center, kafe, lounge, auditorium, information center, technology showcase, dan toko buku. Beberapa area duduk dan area komputing juga diletakkan pada zona ini. Sedangkan yang termasuk ke dalam zona quite adalah ruang aktivitas utama dalam perpustakaan terutama area kelompok seperti area baca bersama, area diskusi, ruang komputing, ruang multimedia, ruang multifungsi, dan fasilitas penunjang seperti production center. Untuk zona very quite, sebagian besar merupakan area pengelola perpustakaan. Pada zona ini juga diletakkan area baca, komputing dan meeting room bagi mereka yang membutuhkan suasana yang lebih tenang dengan view taman yang indah. Gambar 5.2 Pembagian zonasi vertikal bangunan 2. Zonasi Horisontal Untuk zonasi horisontal, dibedakan berdasarkan tingkat privasi mulai dari publik, semi-publik, dan servis/pengelola. Untuk zona publik diutamakan diletakkan pada area depan site agar mudah diakses oleh masyarakat umum, sedangkan untuk zona semi-publik diusahakan diletakkan jauh dari jalan raya untuk meminimalisir kebisingan lalu lintas. 122

Gambar 5.3 Pembagian ruang berdasarkan sifat Sumber:analisis PRIVAT/PENGELOLA PUBLIK Gambar 5.4 skema zonasi horisontal 5.3.2.2. Hubungan Ruang Tipe integrasi ruang yang digunakan adalah radial dengan pusatnya berupa area openplan. Penggunaan openplan pada desain ruang dinilai lebih menguntungkan karena memberikan fleksibilitas yang lebih tinggi dibanding penggunaan dinding-dinding partisi massif. Area openplan ini dapat digunakan sebagai area lobby untuk lantai satu, dan ruang baca untuk lantai dua dan lantai 3. zona learning commons terdapat pada setiap lantai ruang. Desain openplan ini dimaksudkan agar meningkatkan fleksibilitas ruang serta bertujuan agar dapat memperkaya interaksi visual dan koneksi tiap ruangan demi mendukung dan memperkaya aktivitas learning commons yang diwadahi didalamnya. 123

Gambar 5.5 hubungan ruang di lantai satu Lantai satu merupakan zona noisy. Pada lantai satu, zona learning commons dapat berupa reading lounge, children center bahkan kafe. Kafe dimanfaatkan juga sebagai salah satu area learning commons karena kafe merupakan salah satu spot dimana orang banyak berkumpul dan melakukan sosialisasi seperti berbincang-bincang ataupun berdiskusi. Ruang-ruang pada lantai satu diorganisasikan secara radial dengan pusatnya adalah lobby/hall. Hal ini dimaksudkan agar tiap ruang dapat terlihat langsung ketika pengunjung memasuki perpustakaan sehingga para pengunjung dapat dengan mudah mengakses area-area publik secara langsung melalui lobby. Desain keseluruhan ruang pada area lantai satu bersifat terbuka kecuali untuk auditorium dan ruang pengelola karena membutuhkan privasi tinggi. Untuk area children center, dapat dilakukan kegiatan learning commons didalamnya dengan dipandu oleh orang tua anak juga dengan kontrol pustakawan. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam area children 124

center antara lain bermain, belajar bersama, bercerita/sharing, menonton film, ataupun browsing. Gambar 5.6 hubungan ruang di lantai dua Sumber: analisa Lantai dua merupakan zona quite. Pada lantai dua, zona learning commons dapat berupa ruang diskusi kelompok, group computing room, dan ruang baca bersama. ruang baca umum diletakkan sebagai pusat aktivitas dengan dikelilingi oleh area diskusi kelompok, ruang multimedia/komputer, ruang multifungsi dan ruang koleksi. organisasi ruang seperti ini bertujuan agar area openplan dapat lebih dimaksimalkan karena tidak terganggu dengan rak-rak koleksi perpustakaan sehingga bisa lebih fleksibel mengikuti pola kebutuhan/aktivitas pengguna ruang. Seluruh ruang semi publik dalam lantai dua saling terkoneksi secara visual. Untuk area diskusi yang lebih bersifat privat, dapat diberikan partisi ruang yang bersifat semi transparan sehingga mendapatkan tingkat privasi namun tetap dapat terjalin interaksi visual dengan ruang luar. Lantai tiga merupakan zona very quite. Sebagian besar zona di lantai tiga merupakan zona pengelola perpustakaan bekerja. Pada lantai ini 125

terdapat kantor, ruang meeting pegawai, ruang istirahat, ruang servis, gudang peralatan, dan area-area privat yang hanya bisa diakses oleh pegawai. Karena area kantor membutuhkan privasi dan keamanan yang tinggi, maka desain ruang kantor berupa ruang tertutup dengan menggunakan dinding partisi masif. Meskipun demikian, Peletakan openplan berupa ruang baca tetap difokuskan pada pusat area dengan dikelilingi oleh ruang diskusi kelompok, ruang koleksi referensi juga meeting room, sehingga tetap dapat terjadi aktivitas learning commons di lantai ini. Dilantai ini juga terdapat outdoor area yang dapat dimanfaatkan sebagai area baca/diskusi. Gambar 5.7 hubungan ruang di lantai tiga Sumber: analisa Pada area diskusi kelompok, diberikan tema ruang yang berbedabeda sehingga akan memperkaya ragam aktivitas yang dilakukan didalamnya. Tema ini nantinya akan direpresentasikan dari warna dan karakteristik ruang tiap area diskusi. Didalamnya akan dilengkapi beberapa literatur bahan koleksi sesuai bidang yang bersangkutan. 126

Gambar 5.8 macam tema area diskusi kelompok Sumber: analisa 5.3.2.3. Integrasi Antar Ruang Sebagai wadah untuk aktivitas aktif yang dilakukan secara berkolaborasi/berkelompok, konsep integrasi ruang dibuat agar setiap ruang dapat saling terbuka dan berinteraksi secara visual. Penerapan open space pada area utama perpustakaan juga penggunaan hanya dinding-dinding partisi yang transparan sebagai pemisah ruang menciptakan atmosfer terbuka tanpa mengesampingkan aspek privasi setiap pengguna perpustakaan. Untuk membedakan jenis ruang-ruang yang teikat dalam satu ruang openplan, digunakan permainan skala ruang seperti permainan ketinggian plafon ataupun lantai dan material ruang dimasing-masing zona disesuaikan dengan karakter masing-masing ruang. Pertimbangan pemilihan warna juga dikondisikan agar tidak terjadi crowded warna dalam ruang. Gambar 5.9 elemen ruang pendukung interaksi 127

` Tabel 5.2 Karakteristik ruang pada area openplan Tipe Ruang Skala Material lantai Partisi Ruang baca normal Gradasi warna merahoranye Tidak ada individu Ruang baca normal Gradasi warna biruungu Tidak ada bersama Ruang diskusi intim Sesuai warna tema Partisi semi transparan. Movable. Area koleksi normal Netral, menggunakan Tidak ada permainan warna rak sesuai jenis katalog Ruang komputer normal netral tidak ada individu Ruang komputer kelompok intim netral Partisi semi transparan. Toko buku normal Netral, penambahan aksen warna soft seperti biru Children center normal Penggunaan warna cerah pada furniture ruang. Lounge tinggi Netral, penggunaan warna cerah dan sejuk movable Partisi transparan untuk katalog buku Partisi semi transparan Tidak ada pada furnitur cafe normal Netral Tidak ada Sirkulasi - Netral Tidak ada 5.3.3. Konsep Tata Massa Ruang Dan Bangunan 5.3.3.1. Massa Bangunan Massa bangunan di desain menjadi satu massa utama. Pemilihan bentukan massa yang masif digabungkan dengan konsep ruang yang bersifat openplan dalam bangunan ini bertujuan demi terciptanya ruang-ruang yang efektif sekaligus fleksibel bagi pengunjung untuk beraktivitas, berinteraksi dan mengakses seluruh fasilitas yang ada dalam perpustakaan sehingga konsep learning commons dapat terwujud. Selain itu, juga mempermudah pustakawan melakukan pengawasan. Massa bangunan di desain dengan bentuk geometris yang sederhana tapi tidak monoton. Permainan massa 128

dibuat berbeda ditiap level lantai sehingga menimbulkan kesan yang unik dan dinamis. 5.3.3.2. Fasad Massa bangunan menghadap ke jalan utama di arah timur site. Proyeksi fasad digambarkan dengan desain yang modern sebagai implementasi dari pemanfaatan teknologi yang digunakan dalam perpustakaan yang juga disandingkan dengan aksen yang diambil dari salah satu simbol/ciri khas kota cirebon yaitu batik mega mendung. Fasad bangunan secara dominan menggunakan material kaca transparan untuk mengekspos aktivitas yang terjadi dalam perpustakaan. Hal ini bertujuan untuk menarik perhatian calon pengunjung perpustakaan. Pemilihan Material transparan ini memberikan kesan modern, penggunaan material transparan juga secara simbolis menyiratkan bahwa perpustakaan merupakan fasilitas umum yang terbuka dan dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. permainan fasad juga didesain sebagai antisipasi dari panas matahari yang ditimbulkan dari arah timur dan barat site, diberikan shading dan double fasad dibeberapa titik fasad pada sisi timur dan barat bangunan. Penerapan kontekstualitas pada desain fasad diaplikasikan pada desain shading dan double fasad yang mengadaptasi pola geometri motif batik mega mendung khas kota cirebon. Gambar 5.10 konsep massa bangunan 129

Gambar 5.11 permainan bentuk fasad bangunan Permainan bentukan dan pemilihan warna fasad dibuat dengan dasar bahwa perpustakaan bukan hanya sebagai tempat kaku dan monoton untuk membaca buku-buku, melainkan juga sebagai tempat yang dapat memberikan suatu inspirasi bagi pengguna didalamnya. 1. Warna Pemilihan warna dibedakan berdasarkan psikologi warna untuk ruang-ruang yang membutuhkan kesan menyenangkan, interaktif dan ruang-ruang yang bersifat tenang dan sejuk. Efek warna yang baik dapat dicapai dengan mewarnai sedikit saja bagian ruang, misalnya sebagian dinding atau sebagian perabot. Tone warna yang digunakan pada ruang-ruang dalam perpustakaan ini antara lain: Gambar 5.12 batik mega mendung Gambar 5.13 tone warna dari kesan atraktif hingga tenang Sumber: faizati, 2013 Penerapan warna pada ruang-ruang utama perpustakaan seperti ruang koleksi, ruang baca, dan ruang diskusi yang semuanya merupakan bagian dari openplan diaplikasikan lebih kepada aksen furniture ruang, sedangkan elemen bangunan seperti lantai atau plafon tetap diberikan warna dominan yang netral. hal ini dipilih karena sesuai pertimbangan ruang-ruang yang begitu banyak, penerapan warna pada tiap lantai ataupun elemen desain lainnya akan mengakibatkan terlalu banyak jenis warna sehingga ditakutkan akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengunjung perpustakaan. 130

Gambar 5.14 contoh permainan warna pada furniture ruang baca 2. Tekstur Permainan tekstur menggunakan kombinasi dari material kayu, metal, dan beton sesuai dengan konsep modern yang diterapkan pada bangunan. Pembedaan tekstur dan warna pada tiap fungsi ruangan dan zona yang berbeda akan memudahkan pemahaman ruang bagi kalangan dengan keterbatasan. Dalam hal ini, hal yang paling banyak dipertimbangkan dalam desain adalah untuk elemen lantai dan dindingnya. Pada zona utama perpustakaan yang menerapkan konsep openplan, perbedaan tekstur digunakan untuk menekankan sirkulasi antar ruang. 5.3.4. Konsep Sirkulasi 5.3.4.1. Sirkulasi Eksternal/Pencapaian Bangunan Site berada di tepi jalan besar (jl Dr Cipto Mangunkusumo). Dibagian selatan dan barat site terdapat jalan sekunder yang digunakan untuk akses perumahan penduduk. Site berdekatan dengan perempatan jalan dan jalan Dr Cipto Mangunkusumo tergolong memiliki intensitas kendaraan yang ramai. Kemudahan aksesibilitas adalah faktor utama dalam menentukan desain sirkulasi bangunan. Sirkulasi dari luar bangunan di desain dengan konsep pencapaian langsung, jenis pencapaian ini dinilai efisien serta berfungsi untuk memperjelas dan menonjolkan identitas bangunan. 131

Gambar 5.15 sirkulasi eksisting sekitar site Entrance masuk site dibedakan dengan jalur keluar untuk memudahkan manuver kendaraan dan menghindari crowded. Entrance masuk diletakkan pada sisi kiri site sedangkan untuk jalur keluar diletakkan pada sisi kanan site. Pengkondisian akses dibagi menjadi akses utama drop off bagi pengunjung dan langsung menuju area parkir dalam basement. Jalur akses untuk pengelola dan drop off barang juga diletakkan dalam lantai basement sehingga memudahkan akses. Pada area entrance public kesan informal diperkuat dengan adanya taman publik yang organis dan merespon aktivitas informal masyarakat. Gambar 5.16 Pencapaian drop off pengunjung dari Gambar 5.17 Pencapaian drop off pengunjung dari jalan sekunder Gambar 5.18 Pencapaian ke area parkir di lantai basement 132

5.3.4.2. Parkir Keberadaan parkir mempengaruhi sirkulasi ruang luar dari site. Area parkir diletakkan pada bagian basement bangunan karena ruang terbuka di lantai dasar akan dipergunakan sebagai area taman. peletakan parkir pada street level dinilai akan menghalangi citra bangunan yang ingin ditonjolkan berupa keterbukaan. Selain itu, peletakan parkir pada basement juga dipilih karena mempertimbangkan banyaknya volume kendaraan yang akan ditampung dalam site. Jumlah kendaraan yang ditampung berdasarkan analisis adalah 200 motor dan 30 mobil. 5.3.4.3. Sirkulasi Internal Bangunan Dalam kaitannya dengan learning commons, sirkulasi ruang dalam bangunan didesain fleksibel dengan konsep network karena sistem ruangruang dalam bangunan secara umum menggunakan tipe open plan. Sirkulasi yang fleksibel ini dinilai baik untuk memberikan keleluasaan bagi para pengunjung untuk beraktivitas dan berinteraksi dalam perpustakaan. Sirkulasi disetiap lantai bangunan terpusat pada area openplan yang merupakan area utama dalam perpustakaan. Untuk sirkulasi vertikal, digunakan tangga dan lift. Lift lebih difungsikan sebagai akses bagi pada difabel. Lift diletakkan pada area dekat dengan pintu masuk sehingga mudah dikenali dan diakses. Akses masuk dan keluar dari area koleksi perpustakaan dibuat hanya satu sebagai salah satu antisipasi masalah pencurian dan mutilasi buku. Pembuatan hanya satu akses masuk dan keluar ini dinilai akan lebih memudahkan pengawasan, dengan dibantu oleh desain openplan ruang koleksi yang terbuka dan transparan. Gambar 5.19 pembagian sirkulasi vertikal pengunjung dan pengelola 133

5.3.5. Konsep Lansekap Konsep lansekap merupakan terjemahan dari pertimbangan multiactivities dari learning commons dimana lansekap dalam site juga selain digunakan sebagai area hijau yang terintegrasi dengan bangunan, juga dapat dimanfaatkan sebagai area publik ourdoor untuk melakukan aktivitas seperti diskusi dan bermain/berekreasi. Pengolahan lansekap bangunan merupakan usaha untuk menciptakan view positif dalam site karena view disekitar site hanya sebatas rumah-rumah penduduk dan jalan raya. Beberapa jenis elemen yang dimasukkan pada desain lansekap antara lain: Vegetasi Vegetasi dapat dimanfaatkan untuk berbagai fungsi. Pada area luar ini terdapat banyak vegetasi yang bermanfaat sebagai elemen peneduh dan juga pengurang kebisingan. Pemanfaatan vegetasi eksisting juga dilakukan semaksimal mungkin karena pada sisi-sisi jalan memang sudah terdapat vegetasi eksisting peneduh. Gambar 5. 20 Contoh vegetasi sebagai peredam kebisingan Sumber: DPU Dirjen Bina Marga, 1996 Gambar 5.21 peletakan vegetasi pada site sebagai penghujauan upaya mengurangi kebisingan 134

Air Elemen air lebih cenderung sebagai sarana rekreasi, pada suatu ruang. Memberikan pencitraan ekstra, sehingga lebih memperjelas suasana natural/alami. Pada bagian taman, keberadaan kolam dengan gemericik air dapat dijadikan penanda area outdoor Furniture outdoor berupa area duduk dsb Elemen taman pada site selain dimanfaatkan untuk ruang terbuka hijau dan pembuat view positif dalam site, difungsikan juga sebagai area diskusi outdoor dan area santai bagi pengunjung perpustakaan. Oleh karena itu, elemen taman ini juga dilengkapi dengan fasilitas pendukung berupa kursi dan meja outdoor. 5.3.6. Konsep Sistem Bangunan 5.3.6.1. Pencahayaan Sistem pencahayaan yang digunakan pada bangunan tersebut menggunakan pencahayaan alami dan buatan, tergantung pada kebutuhan, fungsi dan pengguna ruang tersebut. Semua ruangan dilengkapi dengan pencahayaan buatan yang dinyalakan apabila diperlukan. Pencahayaan buatan menggunakan lampu yang disusun dengan metode pencahayaan baur (indirect) sehingga cahaya yang dihasilkan merata ke seluruh ruangan tanpa membuat silau. 1. Alami Pemanfaatan pencahayaan alami pada bangunan dimanfaatkan semaksimal mungkin, hal ini dilakukan dengan cara memperbanyak elemen bukaan dan permainan elemen transparan pada sisi-sisi bangunan. 2. Buatan Pencahayaan buatan diaplikasikan keseluruh ruangan dalam bangunan. pada ruang koleksi dan ruang baca, Penempatan sumber cahaya harus mempertimbangkan penataan koleksi di dalam ruang perpustakan. Cahaya matahari tidak boleh langsung menyinari koleksi perpustakaan, karena akan menyebabkan koleksi cepat rusak. 135

Selain itu juga sumber cahaya tidak boleh langsung jatuh menyinari layar monitor, karena akan langsung di pantul kan dan dapat mengakibatkan silau bagi pengguna. 5.3.6.2. Penghawaan 1. Cross Ventilation Sistem penghawaan alami pada bangunan menerapkan konsep cross ventilation. Penerapan konsep ini dilakukan dengan cara memberikan bukaan-bukaan pada ruang-ruang yang saling berhadapan. Beberapa ruangan yang menggunakan penghawaan alami antara lain: lobby, kafe dan toilet. 2. Air Conditioner (AC) Penghawaan buatan digunakan untuk ruang-ruang yang membutuhkan pengkondisian yang khusus dan digunakan dengan jangka waktu yang lama. Ruangan- ruangan yang dianjurkan menggunakan penghawaan buatan antara lain: ruang koleksi, ruang baca, ruang komputer, ruang diskusi, ruang multimedia, meeting room, auditorium, dan ruang pengelola. 5.3.6.3. Persyaratan ruang Tabel 5.3 persyaratan ruang Persyaratan Ruang Nama Ruang Penghawaan pencahayaan Alami buatan alami buatan Area koleksi Koleksi umum o o Koleksi referensi o o Koleksi audio visual o o Koleksi fiksi o o Konter/Ruang o o o Penjaga Area individu Ruang Baca Pribadi o o o Individual computing o o ruang duduk o o o 136

Area kelompok Ruang diskusi o o Group computing o o Ruang komunitas o o o Meeting room o o o Lobby o o Information center o o Locker Pengunjung o o o Ruang Multifungsi o o o Kafe o o o Toko Buku o o Auditorium o o Multimedia room o o Gaming station o o Technology o o showcase Printing & production center o o o Mushola o o o Lavatory o o Gudang o o Toilet o o R. Kepala Perpustakaan R. Kepala SubBid o o R. Staff o o R. Pelayanan dan katalog Ruang Pertemuan o o Toilet staff o o o Gudang Peralatan o o o o o o Ruang o Genset/Panel Ruang kontrol o o o Ruang PABX o o o Ruang CCTV o o 137

Ruang Pompa Dan o o o Water Tank Tangga utama o o o Tangga darurat o o o Security o o o Parkir o o o 5.3.6.4. Peredam Kebisingan Salah satu syarat untuk menciptakan desain perpustakaan yang baik adalah membuat suasana yang kondusif dalam ruang-ruang perpustakaan. Hal ini tentunya akan sulit dilakukan ketika perpustakaan dilokasikan pada kawasan yang ramai karena akan menimbulkan kebisingan. Namun karena pertimbangan aksesibilitas menjadi poin utama dalam pemilihan lokasi, maka perlu dilakukan beberapa cara untuk meredam dan meminimalisir dampak buruk dari kebisingan antara lain: 3. Vegetasi Vegetasi diletakkan pada tepi-tepi bangunan terutama yang berbatasan langsung dengan jalan utama. Vegetasi ini dimanfaatkan sebagai barrier. Peletakan vegetasi diatur agar meskipun digunakan sebagai penghalau kebisingan, namun tetap estetis dan tidak menghalangi view bangunan perpustakaan. 4. Ruang Transisi Peletakan area parkir dan taman didepan bangunan dimaksudkan sebagai ruang transisi sehingga mengurangi intensitas kebisingan yang sampai dalam ruangan 5. Massa Bangunan massa bangunan diletakkan jauh dari jalan raya sebagai upaya untuk mengurangi kebisingan dalam ruang perpustakaan. Peletakkan massa bangunan juga dipengaruhi oleh peraturan sempadan jalan. 138

Peletakan massa jauh dari jalan raya Taman sebagai area transisi Vegetasi penghalang dan peneduh Gambar 5.22 skema sistem peredam kebisingan 139