Kata kunci: absorbent, coliform, Fe, intensitas transmisi cahaya, dan karbon aktif

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan komponen utama untuk kelangsungan hidup manusia

Oleh: Fissa Septy Primawati, dan Suparno, Ph.D, Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Yogyakarta

Sistem Filtrasi Dengan Karbon. (Zulia Nur Rachma) 76. Oleh: Zulia Nur Rachma 1, Suparno 2 1 Mahasiswi Program Studi Fisika FMIPA UNY

Oleh: Puthy Nurlina Sari dan Suparno, Ph.D Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam cara, tergantung kondisi geografisnya. Sebagian

TEKNIK PENYARINGAN LIMBAH CAIR LAUNDRY DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM FAS (FILTRASI, ABSORBSI DAN SEDIMENTASI)

PENGARUH BENTUK (POWDER, GRANULE, DAN GRAVEL) KARBON AKTIF KAYU AKASIA MANGIUM TERHADAP HASIL PENGOLAHAN AIR SELOKAN MATARAM

PENGARUH BENTUK (POWDER, GRANULE, DAN GRAVEL) KARBON AKTIF DARI BAMBU TERHADAP DEBIT DAN EFISIENSI ABSORBSI PADA PENJERNIHAN AIR SELOKAN MATARAM

BAB I PENDAHULUAN % air. Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air dan sekitar tiga perempat bagian tubuh

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. keperluaan air minum sangatlah sedikit. Dari total jumlah air yang ada, hanya

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :

Studi Kinerja Slow Sand Filter dengan Bantuan Lampu Light Emitting-Diode (LED) Putih

Rahmat Puji Ermawan¹, Tri Budi Prayogo², Evi Nur Cahya²

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh manusia untuk keperluan sehari-harinya yang memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. sehingga tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Ada tiga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu

LOGO. Studi Penggunaan Ferrolite sebagai Campuran Media Filter untuk Penurunan Fe dan Mn Pada Air Sumur. I Made Indra Maha Putra

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR

BAB I PENDAHULUAN. demikian, masyarakat akan memakai air yang kurang atau tidak bersih yang

Jurnal Einstein 2 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan yaitu air

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

IRWNS Kinerja Alat Pengolahan Air Minum Portable

BAB II KAJIAN PUSTAKA. daerah tropis. Dalam bahasa latin sengon mempunyai dua nama latin, yakni

Mengapa Air Sangat Penting?

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Uji Kinerja Alat Penjerap Warna dan ph Air Gambut Menggunakan Arang Aktif Tempurung Kelapa Suhendra a *, Winda Apriani a, Ellys Mei Sundari a

Penggunaan Filter Tembikar Untuk Meningkatkan Kualitas Air Tanah Dangkal Dekat Sungai (Studi Kasus Air Sumur Dekat Sungai Kalimas, Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Akses terhadap air

RANCANG BANGUN ALAT PENJERNIH AIR YANG TERCEMAR LOGAM BERAT Fe, Cu, Zn DALAM SKALA LABORATORIUM. Andi Syahputra, Sugianto, Riad Syech

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

STUDI PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TIGA JENIS ARANG PRODUK AGROFORESTRY DESA NGLANGGERAN, PATUK, GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENDAHULUAN

PENINGKATAN DAYA SERAP FILTER AIR DARI KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA DENGAN MEMVARIASIKAN SUHU PEMANASAN TESIS. Oleh MASTHURA /FIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan

Pemanfaatan Kulit Singkong sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

DESAIN WATER TREATMENT MENGGUNAKAN KARBON AKTIF DARI CANGKANG KELAPA SAWIT PADA PROSES PENGOLAHAN AIR BERSIH DI SUNGAI MARTAPURA

ANALISIS KUALITAS AIR 3

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

NASKAH SEMINAR ¹ ANALISIS KUALITAS AIR DENGAN FILTRASI MENGGUNAKAN PASIR SILIKA SEBAGAI MEDIA FILTER (Dengan parameter kadar Fe, ph dam Kadar Lumpur)

BAB III METODE PENELITIAN. yang ada di Kecamatan Kota Tengah dan Kecamatan Kota Selatan Kota

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan. Bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT

BAB III METODOLOGI A. Tahap Penelitian

Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

Jl. Soekarno Hatta, Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu, Telp Diterima 26 Oktober 2016, Disetujui 2 Desember 2016

PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG. Sulastri**) dan Indah Nurhayati*)

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN

UCAPAN TERIMA KASIH. Penulis

Available online Pengaruh Ukuran Butiran Dan Ketebalan Lapisan Pasir Terhadap Kualitas

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. memasak, mandi, mencuci dan kebutuhan lainnya. Secara biologis air

BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS Sistem Daur Ulang

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENGOLAHAN AIR SUMUR GALI MENGGUNAKAN SARINGAN PASIR BERTEKANAN (PRESURE SAND FILTER) UNTUK MENURUNKAN KADAR BESI (Fe) DAN MANGAN (Mn)

BAB III METODE PENELITIAN

UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. transportasi baik di sungai maupun di laut. Air juga dipergunakan untuk. meningkatkan kualitas hidup manusia (Arya W., 2001).

BAB I PENDAHULUAN. bagus dan sehat. Kualitas air meliputi sifat air dengan segala komponen yang ada di

ADSORPSI ZAT WARNA DAN ZAT PADAT TERSUSPENSI DALAM LIMBAH CAIR BAIK

ANALISIS WARNA, SUHU, ph DAN SALINITAS AIR SUMUR BOR DI KOTA PALOPO

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a

KARAKTERISASI SENSOR PHOTODIODA, DS18B20, DAN KONDUKTIVITAS PADA RANCANG BANGUN SISTEM DETEKSI KEKERUHAN DAN JUMLAH ZAT PADAT TERLARUT DALAM AIR

STUDI PEMANFAATAN PASIR SILIKA SEBAGAI FILTER FISIKA PADA UNIT PENYARING AIR KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lebih cepat meninggal karena kekurangan air dari pada kekurangan

ANALISA KEBERADAAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI DALAM PRODUK AIR MINUM DARI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

APLIKASI TEKNOLOGI FILTRASI UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH DARI AIR HASIL OLAHAN IPAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air bersih merupakan sumber kehidupan yang sangat vital bagi manusia.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN MASSA DAN WAKTU KONTAK OPTIMUM ADSORPSI KARBON GRANULAR SEBAGAI ADSORBEN LOGAM BERAT Pb(II) DENGAN PESAING ION Na +

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SUMMARY RINY ANGRIANI ANTULA

PERANCANGAN PERPIPAAN PADA PROSES PRODUKSI CARBONATED SOFT DRINK

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di DAMIU Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo.

PENGOLAHAN LIMBAH KROMIUM INDUSTRI ELEKTROPLATING MENGGUNAKAN TEKNOLOGI FILTRASI, ABSORBSI, ADSORPSI, SEDIMENTASI (FAAS) SKRIPSI

BAB IV METODE PENELITIAN

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KELUWAK (Pangium edule) DENGAN AKTIVATOR H 3 PO 4

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

JURNAL ILMIAH TEKNIK PENGAIRAN KONSENTRASI KONSERVASI SUMBER DAYA AIR. Ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik

Kata Kunci: arang aktif, tempurung kelapa, kayu meranti, COD.

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu kebutuhan air tidak pernah berhenti (Subarnas, 2007). Data

Transkripsi:

Pemanfaatan Karbon Aktif Bambu. (Tri Widiastuti) 123 PEMANFAATAN KARBON AKTIF BAMBU, PASIR AKTIF PANTAI INDRAYANTI, DAN KERIKIL AKTIF KALI KRASAK SEBAGAI ABSORBENT PADA PROSES PENJERNIHAN AIR LPPMP UNY UNTUK AIR MINUM THE UTILIZATION OF BAMBOO ACTIATED CARBON, INDRAYANTI BEACH ACTIATED SAND, AND KRASAK RIER ACTIATED GRAEL AS ABSORBENT ON PROCESS OF LPPMP UNY WATER PURIFICATION FOR DRINKING WATER Oleh: Tri Widiastuti, dan Suparno, Ph. D, Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Yogyakarta triwidias03@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melihat (1) pengaruh volume dan jenis absorbent (karbon aktif Bambu, pasir aktif pantai Indrayanti, dan kerikil aktif kali Krasak) terhadap efisiensi transmisi cahaya (EP), TDS (Total Dissolved Solids), dan ph dalam proses penjernihan air LPPMP UNY. (2) Pengaruh jenis absorbent terhadap efisiensi penyerapan Fe dalam proses penjernihan air LPPMP UNY. (3) Pengaruh variasi komposisi jenis absorbent terhadap efisiensi transmisi cahaya, TDS, ph, dan efisiensi penyerapan Fe dalam proses penjernihan air LPPMP UNY. (4) Pengaruh daya serap sistem FAS (Filtrasi, Absorbsi, dan Sedimentasi) terhadap penurunan kadar coliform dalam proses penjernihan air LPPMP UNY. Proses pertama pada penelitian ini adalah karbonisasi bambu, penggerusan, pengayakan, pencucian, pengeringan absorbent, aktivasi fisika dengan pemanasan dalam oven pada suhu 200 o C selama 1 jam. Proses penyaringan menggunakan variasi volume masing-masing absorbent dan perbandingan volume komposisi jenis absorbent yang diletakkan dalam pipa FAS. Langkah selanjutnya, yaitu pengukuran intensitas transmisi cahaya, jumlah zat padat terlarut, suhu, ph pada semua sampel air hasil penyaringan serta pengukuran kadar Fe dan total coliform pada sampel yang ditentukan. Hasil Penelitian menunjukan EP karbon, pasir, dan kerikil aktif terhadap partikel pengotor air cenderung naik, TDS cenderung turun, dan ph cenderung sama dengan kenaikan volume. Efisiensi penyerapan Fe terbaik pada karbon aktif bambu sebesar (90,3±0,2) %. EP tertinggi pada perbandingan K:K:P:P dengan nilai (90±1) %. TDS terbaik pada perbandingan K:K:Kr:Kr dengan nilai 141 ppm. Efisiensi penyerapan logam Fe terbaik pada perbandingan K:K:P:P dan K:K:Kr:Kr dengan nilai (90,3±0,2) %. Terjadinya penurunan kadar coliform menjadi 0 MPN/100ml pada air hasil penyaringan menggunakan karbon aktif bambu dengan volume 2450 ml. Kata kunci: absorbent, coliform, Fe, intensitas transmisi cahaya, dan karbon aktif Abstract The aims of this research are to understand (1) the influence of volume and types of absorbent (bamboo activated carbon, Indrayanti beach activated sand, and Krasak river activated gravel) on light transmission efficiency (TE), TDS, and ph on LPPMP UNY water purification. (2) The influence of absorbent kinds on the absorption efficiency of Fe on LPPMP UNY water purification. (3) The influence of the absorbents composition variation on light transmission efficiency, TDS, ph, and the absorption efficiency of Fe on LPPMP UNY water purification. (4) The influence of the FAS (Filtration, Absorption, and Sedimentation) system absorption capacity on the decreases of the amount of coliform on LPPMP UNY water purification. First process of this research is carbonization of bamboo, crushing, sieving, washing, drying, and physics activation by oven heating at temperature of 200 o C for 1 hour. The second step is filtration, absorption, and sedimentation using a variation of the volume of each absorbent and volume ratio of absorbent kind composition are placed in the FAS pipe. The next step is the measurement of light transmission intensity, total dissolved solid, temperature, ph in all filtering water samples, and the measurement Fe and total coliform in given samples. The result of this research indicated that light transmission efficiency in the activated carbon, activated sand, and activated gravel on the water purification particles tends to increase, while TDS tends to decrease, and there was no cange on ph. The absorption efficiency of Fe best fit to the bamboo active carbon (90,3±0,2) %. The highest light transmission intensity could be found at the ratio of K:K:P:P (90±1) %. The TDS reach its best at the ratio K:K:Kr:Kr 141 ppm. The best absorption efficiency of Fe is at the ratio of K:K:P:P and K:K:Kr:Kr (90,3±0,2) %. The amount of coliform decreases to 0 MPN/100ml in 2450 ml sample. Keywords: absorbent, active carbon, light tranmission intensity, Fe, and coliform

124 Jurnal Fisika olume 5, Nomor 2, Tahun 2016 PENDAHULUAN Air merupakan komponen utama Teknologi Yogyakarta (ITY) didapatkan untuk kelangsungan hidup manusia dan bahwa, kandungan logam Fe dalam air makhluk hidup lain. Air yang layak diminum, mempunyai standar persyaratan tertentu. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI Nomor 492 Tahun 2010 tentang syarat dan pengawasan kualitas air minum, untuk bisa dikonsumsi manusia, air harus memenuhi persyaratan fisik, kimiawi, dan mikrobiologi. Sebagian masyarakat Indonesia masih sangat kesulitan untuk memperoleh air dengan kualitas yang memenuhi standar mutu air bersih. Seperti halnya air sumur di lembaga pengembangan dan penjaminan mutu pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (LPPMP UNY) yang memiliki kualitas air yang rendah. Warna air cenderung keruh, coklat kekuningan, dan agak berbau. Padahal air tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan staff, karyawan, dan pengunjung LPPMP UNY. Air LPPMP juga digunakan untuk memasak di taman kuliner Karangmalang dan keperluan rumah tangga seperti air minum dan mandi. Hal tersebut mengindikasikan adanya kadar beberapa jenis logam yang tergolong tinggi dalam air sumurnya. Setelah dilakukan pengamatan langsung di lapangan dan dilakukan beberapa tes di laboratorium Institut sumur LPPMP UNY memiliki kadar yang tinggi, yaitu sebesar 2,67 mg/l. Kadar Fe tersebut jauh melebihi ambang batas maksimum yang telah ditetapkan oleh Permenkes RI. Sesuai Permenkes RI No. 492 tahun 2010, kadar Fe maksimum yang diperbolehkan dalam air minum adalah 0,3 mg/l Pemakaian air bersih dan air minum yang tidak memenuhi standar kualitas dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, baik secara langsung maupun tidak langsung (Nur Hidayati, 2006). Pada penelitian ini telah dilakukan salah satu proses peningkatan kualitas air yang memenuhi syarat kesehatan dengan proses fisika yaitu meningkatkan kejernihan air dan menurunkan kadar logam Fe air LPPMP UNY menggunakan karbon aktif, pasir aktif, dan kerikil aktif. Bahan tersebut dipilih karena secara teori karbon memiliki pori dan rongga yang berfungsi sebagai sarana absorbsi (serapan) dan adsorpsi (jerapan) keadaan yang sama juga terjadi pada pasir maupun kerikil. Penelitian ini menggunakan karbon aktif dengan bahan baku bambu. Karbon

Pemanfaatan Karbon Aktif Bambu. (Tri Widiastuti) 125 aktif merupakan karbon yang telah mengalami proses aktivasi fisika dengan pemanasan dalam oven dengan suhu 200 o C selama 1 jam yang menyebabkan pori-pori yang terdapat pada struktur molekulnya terbuka lebar, sehingga daya serapnya akan semakin besar (Sembiring dkk, 2003). Pemilihan karbon aktif menggunakan bahan baku bambu dikarenakan bambu memiliki kandungan lignoselulosa yang cukup. Kadar selulosa bambu berkisar antara 42,4%- 53,6%, dan kadar lignin bambu berkisar antara 19,8%-26,6% (Krisdianto et al, 2000). Penelitian ini juga menggunakan pasir aktif yang diambil dari pasir pantai Indrayanti, Tepus, Gunung Kidul dan kerikil aktif dari kali Krasak, Sleman, Yogyakarta. Pemilihan pasir aktif yang berasal dari pasir pantai Indrayanti berdasarkan pada penelitian sebelumnya oleh Subuhul dkk (2012) bahwa pasir pantai Indrayanti menghasilkan efisiensi penyerapan paling tinggi dan mengandung silika yang tinggi bila dibandingkan pasir-pasir lain. Pemilihan kerikil aktif dari kali Krasak dikarenakan bahan tersebut memiliki kandungan silika yang tinggi. Selain itu, ketiga bahan ketersediaannya di alam sangat melimpah dan murah sehingga dapat dijangkau oleh semua kalangan masyarakat. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian tingkat kejernihan air menggunakan pengukuran intensitas cahaya yang ditransmisikan oleh air LPPMP UNY yang sudah diberi perlakuan. Selain itu dilakukan pengujian kadar logam Fe menggunakan spektrofotometri ultraviolet tampak (U-is), ph, jumlah zat padat terlarut (TDS Total Dissolved Solids ), dan pengujian total coliform pada air LPPMP UNY yang sudah diberi perlakuan. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat dalam hal penjernihan air LPPMP UNY sebagai air minum yang sesuai dengan Permenkes RI No. 492 tahun 2010. Penelitian ini merupakan penelitian fase awal dengan tujuan untuk mendapatkan bahan-bahan yang sesuai untuk sistem FAS (filtrasi, absorbsi, dan sedimentasi) dalam rangka penjernihan air LPPMP UNY sebagai air minum. Tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini adalah mengetahui pengaruh volume dan jenis absorbent (karbon aktif Bambu, pasir aktif pantai Indrayanti, dan kerikil aktif kali Krasak) terhadap efisiensi transmisi cahaya, TDS, dan ph dalam proses penjernihan air LPPMP UNY, mengetahui pengaruh jenis absorbent terhadap efisiensi penyerapan Fe dalam proses penjernihan air LPPMP UNY, mengetahui pengaruh variasi komposisi jenis absorbent terhadap efisiensi transmisi cahaya, TDS, ph, dan efisiensi penyerapan Fe dalam proses penjernihan air LPPMP UNY, mengetahui pengaruh daya serap sistem FAS terhadap penurunan kadar

126 Jurnal Fisika olume 5, Nomor 2, Tahun 2016 coliform dalam proses penjernihan air LPPMP UNY. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei 2015 sampai September 2015 di Laboratorium Bahan Bangunan, Fakultas Teknik, dan Laboratorium Koloid, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta. Sampel Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon aktif dari bambu dengan ukuran 2,38 mm, pasir aktif pantai yang diperoleh dari pantai Indrayanti, Tepus, Gunungkidul dengan ukuran 0,639 mm dan kerikil aktif yang diperoleh dari kali Krasak, Sleman, Yogyakarta dengan ukuran 3,40 mm dan air LPPMP UNY. Prosedur Penelitian 1. Pengolahan bahan absorber Pada proses ini dilakukan pengolahan bahan absorber, yaitu pembuatan karbon dari bambu dengan proses pirolisis, pemotongan karbon bambu, pengayakan karbon bambu dengan ukuran 2,38 mm, pasir pantai Indrayanti 0,639 mm, kerikil kali Krasak 3,40 mm. Selanjutnya, pencucian, pengeringan, dan aktivasi fisika untuk ketiga absorbent dengan pemanasan dalam oven pada suhu 200 o C selama 1 jam. Pengukuran volume absorbent yang akan digunakan dalam penyaringan. 2. Proses penyaringan air LPPMP UNY Proses pertama yang dilakukan membuat alat penyaringan berupa pipa FAS. Pipa FAS dirancang menggunakan pipa berukuran 3 dengan tinggi 35 cm sebanyak 5 pipa. Kelima pipa disambung menggunakan sambungan pipa, dan diberi kran pada tiap pipa. Langkah selanjutnya, proses penyaringan dengan mengalirkan air tampungan groundtank LPPMP UNY ke dalam pipa FAS yang telah diisi karbon aktif sesuai volume yang ditentukan pada tinggi pipa yang digunakan. Untuk pasir, kerikil, dan perbandingan volume komposisi jenis absorbent perlakuan penyaringan sama dengan karbon aktif. 3. Pengukuran intensitas cahaya Air groundtank LPPMP UNY dan air hasil penyaringan diuji intensitas cahayanya. Proses pengukurannya dengan memasukkan air groundtank dan air hasil penyaringan ke dalam kotak kaca yang berada di dalam hingga penuh kemudian menyalakan lampu dan membaca hasil keluaran yang terbaca pada lux meter lalu mencatatnya ke dalam tabel pengamatan. 4. Proses pengujian kelayakan air minum Pada tahap ini air groundtank LPPMP UNY, dan air hasil penyaringan diuji TDS, ph, suhu, kadar Fe, dan total coliform. Pengukuran kadar Fe hanya pada air hasil penyaringan menggunakan karbon

aktif dengan volume 2450 ml, pasir aktif dengan volume 3300 ml, kerikil aktif dengan volume 2700 ml, dan semua sampel perbandingan volume komposisi jenis a. absorbent. Pengujian kadar coliform hanya pada salah satu sampel hasil penyaringan yang memiliki nilai intensitas cahaya, TDS, ph, dan kadar Fe terbaik. Teknik Pengumpulan Data Berdasarkan beberapa instrumen tersebut di atas, teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu pertama, penyaringan Pemanfaatan Karbon Aktif Bambu. (Tri Widiastuti) 127 Efisiensi Transmisi Cahaya (EP) dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: EP= I t I maks 100% (1) Dengan, EP adalah efisiensi penyerapan (%), I maks adalah intensitas cahaya awal (Air PAM 43,3 lux) (lux), dan I t adalah intensitas cahaya setelah penyaringan (lux). b. Ralat Dapat Dihitung dengan Penurunan Rumus Efisiensi Transmisi Cahaya ( EP), sebagai berikut : air dengan variasi volume masing-masing EP I + EP I (2) EP = absorbent dan perbandingan volume I maks t maks I t komposisi jenis absorbent. Kemudian air EP = 100% I + 100%It I (3) hasil penyaringan diuji intensitas transmisi cahaya untuk mengetahui efisiensi penyerapan absorbent terhadap partikel pengotor dalam air LPPMP UNY. Kedua, mengukur TDS menggunakan TDS meter. Ketiga, mengukur ph menggunakan ph meter. Keempat, mengukur kadar Fe menggunakan spektrofotometri U-is. Terakhir pengukuran kadar coliform menggunakan Metode Probable Number. Teknik Analisis Data 1. Analisis Perhitungan Efisiensi Transmisi Cahaya Analisis perhitungan efisiensi penyerapan (EP) dan ralat (ΔEP) karbon aktif bambu, pasir aktif pantai Indrayanti, dan kerikil aktif kali Krasak terhadap penjernihan air LPPMP UNY menggunakan persamaan sebagai berikut: I maks t A o A t I maks 2 maks 2. Analisis Perhitungan Penyerapan Logam Fe Analisis perhitungan efisiensi penyerapan logam Fe (EP) dan ralat (ΔEP) karbon aktif bambu, pasir aktif pantai Indrayanti, dan kerikil aktif kali Krasak terhadap penjernihan air LPPMP UNY menggunakan persamaan sebagai berikut: a. Efisiensi Penyerapan Logam Fe (EP) Dapat Dihitung dengan Persamaan sebagai berikut: EP = x 100% (4) A o Dimana, EP adalah efisiensi penyerapan logam Fe (%), Ao adalah konsentrasi awal limbah sebelum proses absorbsi (mg/l), dan At adalah konsentrasi akhir limbah sesudah proses absorbsi (mg/l).

EP (%) 0 1 128 Jurnal Fisika olume 5, Nomor 2, Tahun 2016 b. Ralat Dapat Dihitung dengan Penurunan Rumus Efisiensi Penyerapan Logam Fe ( EP), sebagai berikut: EP = EP = EP A o + EP A o t A t.100% 100% A o 2 A o + A t (5) A o A t (6) 3. Analisis Grafik Keluaran Menggunakan Origin 6.0 Analisis dilakukan dengan memplot grafik antara besarnya volume bahan penyerap yaitu karbon aktif, pasir aktif dan kerikil aktif, perbandingan volume ketiga absorbent serta perbandingan variasi komposisi jenis absorbent dengan efisiensi transmisi cahaya, hubungan antara TDS dengan volume setiap absorbent, perbandingan volume ketiga absorbent serta perbandingan variasi komposisi jenis absorbent. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh olume dan Jenis Absorbent (Karbon Aktif Bambu, Pasir Aktif Pantai Indrayanti, dan Kerikil Aktif Kali Krasak) terhadap Efisiensi Transmisi Cahaya (EP), TDS, ph, dan Efisiensi Penyerapan Fe 1. EP pada Proses Penjernihan Air LPPMP UNY Dari hasil penelitian didapatkan hasil sebagai berikut: a. Karbon Aktif Bambu menggunakan karbon aktif bambu didapatkan hasil seperti yang disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 1. Tabel 1. Efisiensi Transmisi Cahaya dengan ariasi olume Karbon Aktif N olume (It) (lux) (EP) (%) o 1 0,0 21±0 48±1 2 490 36±1 84±2 3 980 37±0 85±1 4 1470 38±0 88±1 5 1960 38±1 88±2 6 2450 39±0 90±1 Intensitas transmisi cahaya air PAM (43,3±0,6)lux 90 80 70 60 50 40 0 500 1000 1500 2000 2500 olume Karbon Aktif Gambar 1. Grafik Hubungan antara olume Karbon Aktif dengan EP Gambar 1 menunjukkan bahwa semakin besar volume karbon aktif yang digunakan, maka efisiensi transmisi cahaya yang dihasilkan juga semakin tinggi. Dari hasil fitting pada kurva didapatkan persamaan efisiensi transmisi cahaya dalam bentuk eksponensial yaitu y=88-40e -x/290. Jika nilai x (volume karbon aktif) tak terhingga maka nilai efisiensi yang dihasilkan akan konstan sehingga akan terjadi kejenuhan karbon aktif dalam menyerap partikel pengotor pada air LPPMP UNY. Data: Datakarbon_B y=y +A e -x/t 1 y=88-40e -x/290 Chi^2/DoF = 3.02203 R^2 = 0.9926 b. Pasir Aktif Pantai Indrayanti y0 88.40847 ±0.67534 A1-40.33923 ±1.19754 karbon aktif t1 289.65609 ±45.30928 menggunakan pasir aktif pantai Indrayanti

EP (%) 0 1 EP (%) 0 1 Pemanfaatan Karbon Aktif Bambu. (Tri Widiastuti) 129 didapatkan hasil seperti yang disajikan pada Tabel 2 dan Gambar 2. Tabel 2. Tabel Efisiensi Transmisi Cahaya dengan ariasi olume Pasir Aktif N olume (It) (lux) (EP) (%) o 1 0,0 21±0 48±1 2 660 35±0 81±1 3 1320 36±1 82±2 4 1980 36±0 83±1 5 2640 37±0 85±1 6 3300 38±0 88±1 Intensitas transmisi cahaya air PAM (43,3±0,6)lux 90 80 70 60 Data: Datapasir_B y=y +A e -x/t 1 y=85-37e -x/311 Chi^2/DoF = 4.76228 R^2 = 0.98682 pasir aktif c. Kerikil Aktif Kali Krasak menggunakan kerikil aktif kali Krasak didapatkan hasil seperti yang disajikan pada Tabel 3 dan Gambar 3. Tabel 3. Tabel Efisiensi Transmisi Cahaya dengan ariasi olume Kerikil Aktif N olume (It) (lux) (EP) (%) o 1 0,0 21±0 48±1 2 540 33±0 76±1 3 1080 34±0 78±1 4 1620 35±1 80±2 5 2160 35±1 82±2 6 2700 36±0 83±1 Intensitas transmisi cahaya air PAM (43,3±0,6)lux y0 85.21346 ±0.57276 A1-37.19635 ±1.15047 t1 311.39946 ±37.64479 50 40-500 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 olume Pasir Aktif 85 80 75 kerikil aktif Gambar 2. Grafik Hubungan antara olume Pasir Aktif dengan EP Gambar 2 menunjukkan bahwa semakin besar volume pasir aktif yang digunakan, maka efisiensi transmisi cahaya yang dihasilkan juga semakin tinggi. Dari hasil fitting pada kurva didapatkan persamaan efisiensi transmisi cahaya dalam bentuk eksponensial yaitu y=85-37e -x/311. Jika nilai x (volume pasir aktif) tak terhingga maka nilai efisiensi yang dihasilkan akan konstan sehingga akan terjadi kejenuhan pasir aktif dalam menyerap partikel pengotor pada air LPPMP UNY. 70 65 60 55 50 45 Data: Datakerikil_B y=y +A e -x/t 1 y=81-33e -x/323 Chi^2/DoF = 2.90897 R^2 = 0.98895 y0 81.40973 ±0.74588 A1-33.32951 ±1.23614 t1 323.02851 ±38.23455 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 olume Kerikil Aktif Gambar 3. Grafik Hubungan antara olume Kerikil Aktif dengan EP Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin besar volume kerikil aktif yang digunakan, maka efisiensi transmisi cahaya yang dihasilkan juga semakin tinggi. Dari hasil fitting pada kurva didapatkan persamaan efisiensi transmisi cahaya dalam bentuk eksponensial yaitu y=81-33e -x/323. Jika nilai x (volume kerikil aktif) tak terhingga maka nilai efisiensi yang

EP (%) 0 1 TDS (ppm) 130 Jurnal Fisika olume 5, Nomor 2, Tahun 2016 N o dihasilkan akan konstan sehingga akan terjadi kejenuhan kerikil aktif dalam menyerap partikel pengotor pada air LPPMP UNY. 4. Perbandingan Efisiensi Transmisi Cahaya Ketiga Absorbent Tabel 4. Tabel Perbandingan EP Ketiga Absorbent dengan olume Absorbent Karbon aktif Pasir aktif Kerikil aktif 90 80 70 60 50 40 EP (%) 1 0,0 48±1 0,0 48±1 0,0 48±1 2 490 84±2 660 81±1 540 76±1 3 980 85±1 1320 82±2 1080 78±1 4 1470 88±1 1980 83±1 1620 80±2 5 1960 88±2 2640 85±1 2160 82±2 6 2450 90±1 3300 88±1 2700 83±1 It air PAM (43,3±0,6)lux Data: Datacampuran_B y=y +A e -x/t 1 y=88-40e -x/289 Chi^2/DoF = 3.02203 R^2 = 0.9926 y0 88.40847 ±0.67534 A1-40.33923 ±1.19754 t1 289.65609 ±45.30928-500 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 olume Absorbent EP (%) karbon aktif pasir aktif kerikil aktif EP (%) efisiensi transmisi cahaya secara keseluruhan pada penyaringan menggunakan karbon aktif bambu lebih tinggi dibandingkan pasir aktif pantai Indrayanti dan kerikil aktif kali Krasak. 2. TDS Dari hasil penelitian didapatkan hasil sebagai berikut: a. Karbon Aktif Bambu menggunakan karbon aktif bambu didapatkan hasil seperti yang disajikan pada Tabel 5 dan Gambar 5. Tabel 5. Tabel Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS) dengan ariasi olume Karbon Aktif No olume TDS (ppm) 1 0,0 182 2 490 137 3 980 136 4 1470 131 5 1960 129 6 2450 125 TDS air PAM sebesar 237 ppm Gambar 4. Grafik Hubungan antara olume Absorbent dengan EP 190 180 karbon aktif Gambar 4 adalah grafik efisiensi transmisi cahaya dengan variasi volume absorbent. Dari ketiga kurva tersebut memiliki kecenderungan yang sama, yaitu efisiensi transmisi cahaya cenderung naik dengan pertambahan volume absorben. Dari hasil fitting pada kurva didapatkan persamaan efisiensi transmisi cahaya dalam bentuk eksponensial yaitu y=88-40e -x/290. Grafik tersebut juga menunjukkan bahwa 170 160 150 140 130 120 Data: karbonaktif_b y=y +A e -x/t 1 0 1 y=129+52e -x/289 Chi^2/DoF = 16.2363 R^2 = 0.97802 y0 129.27928 ±2.28604 A1 52.54583 ±4.59364 t1 288.66445 ±81.88421 0 500 1000 1500 2000 2500 olume Karbon Aktif Gambar 5. Grafik Hubungan olume Karbon Aktif dengan TDS Gambar 5 menunjukkan bahwa bahwa semakin besar volume karbon aktif

TDS (ppm) TDS (ppm) Pemanfaatan Karbon Aktif Bambu. (Tri Widiastuti) 131 yang digunakan, maka jumlah zat padat terlarut yang dihasilkan juga semakin rendah. Dari hasil fitting pada kurva didapatkan persamaan TDS dalam bentuk eksponensial yaitu y=129+53e -x/289. Jika nilai x (volume karbon aktif) tak terhingga maka nilai TDS yang dihasilkan akan konstan sehingga akan terjadi kejenuhan karbon aktif dalam menyerap partikel pengotor pada air LPPMP UNY. b. Pasir Aktif Pantai Indrayanti menggunakan pasir aktif didapatkan hasil seperti yang disajikan pada Tabel 6 dan Gambar 6. Tabel 6. Tabel Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS) dengan ariasi olume Pasir Aktif No olume TDS (ppm) 1 0,0 182 2 660 163 3 1320 162 4 1980 159 5 2640 158 6 3300 154 TDS air PAM sebesar 237 ppm 190 180 Gambar 6 menunjukkan bahwa semakin besar volume pasir aktif yang digunakan, maka jumlah zat padat terlarut yang dihasilkan juga semakin rendah. Dari hasil fitting pada kurva didapatkan persamaan TDS dalam bentuk eksponensial yaitu y=157+25e -x/589. c. Kerikil Aktif Kali Krasak menggunakan kerikil aktif kali Krasak didapatkan hasil seperti yang disajikan pada Tabel 7 dan Gambar 7. Tabel 7. Tabel Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS) dengan ariasi olume Kerikil Aktif No olume TDS (ppm) 1 0,0 182 2 540 148 3 1080 146 4 1620 141 5 2160 140 6 2700 137 TDS air PAM sebesar 237 ppm kerikil aktif 185 180 pasir aktif 170 160 Data: kerikil_b y=y +A e -x/t 1 0 1 y=140+42e -x/379 Chi^2/DoF = 8.7612 R^2 = 0.98106 175 Data: pasir_b y=y +A e -x/t 1 0 1 y=157+25e -x/589 150 y0 139.79106 ±1.78475 A1 41.98208 ±3.40102 t1 378.76105 ±89.82646 170 Chi^2/DoF = 7.08606 R^2 = 0.95608 140 165 y0 156.87471 ±1.81586 A1 24.79214 ±3.11164 t1 589.20658 ±200.45212 130 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 160 olume Kerikil Aktif 155 150-500 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 olume Pasir Aktif Gambar 6. Grafik Hubungan olume Pasir Aktif dengan TDS Gambar 7. Grafik Hubungan olume Kerikil Aktif dengan TDS Gambar 7 menunjukkan bahwa semakin besar volume kerikil aktif yang digunakan, maka jumlah zat padat terlarut yang dihasilkan juga semakin

TDS (ppm) 0 1 132 Jurnal Fisika olume 5, Nomor 2, Tahun 2016 N o rendah. Dari hasil fitting pada kurva didapatkan persamaan TDS dalam bentuk eksponensial yaitu y=140+42e -x/379. d. Perbandingan TDS Ketiga Absorbent Tabel 8. Tabel TDS dengan Perbandingan olume Absorbent Karbon aktif Pasir aktif Kerikil aktif 1 0,0 182 0,0 182 0,0 182 2 490 137 660 163 540 148 3 980 136 1320 162 1080 146 4 1470 131 1980 159 1620 141 5 1960 129 2640 158 2160 140 6 2450 125 3300 154 2700 137 TDS air PAM sebesar 237 ppm 190 y0 129.27928 ±2.28604 A1 52.54583 ±4.59364 170 t1 288.66445 ±81.88421 120 TDS (ppm) Data: Datacampuran _B y=y +A y=129 Chi^2/ DoF = 16. 2363 180 R^2 = 0.97802 160 150 140 130 e -x/t 1 52e -x/289-500 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 olume Absorbent TDS (ppm) karbon aktif pasir aktif kerikil aktif TDS (ppm) Gambar 8. Grafik Hubungan antara olume Absorbent dengan TDS Gambar 8 adalah grafik TDS dengan variasi volume absorbent. Dari ketiga kurva tersebut memiliki kecenderungan yang sama, yaitu TDS cenderung turun dengan pertambahan volume absorben. Dari hasil fitting pada kurva didapatkan persamaan TDS dalam bentuk eksponensial yaitu y=129+53e -x/289. Grafik tersebut juga menunjukkan bahwa N o TDS secara keseluruhan pada penyaringan menggunakan karbon aktif bambu lebih baik dibandingkan pasir aktif pantai Indrayanti dan kerikil aktif kali Krasak. 3. ph Dari hasil penelitian didapatkan hasil yang disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9. Tabel olume Absorbent (Karbon, Pasir, dan Kerikil Aktif) dengan ph Karbon aktif Pasir aktif Kerikil aktif ph Pada Tabel 9 menunjukkan bahwa kenaikan volume absorbent (karbon aktif, pasir aktif, dan kerikil aktif) tidak mempengaruhi ph. Faktor yang mempengaruhi perubahan ph adalah konsentrasi gas CO2 di dalam air. Konsentrasi gas CO2 yang rendah akan menyebabkan kenaikan ph, jika konsentrasi gas CO2 stabil maka ph tidak berubah (Effendi, 2003). 4. Efisiensi Penyerapan Logam Fe (EP) Dari hasil penelitian didapatkan hasil sebagai berikut: ph ph 1 0,0 6,9 0,0 6,9 0,0 6,9 2 490 6,9 660 6,9 540 6,9 3 980 6,9 1320 6,9 1080 6,9 4 1470 6,9 1980 6,9 1620 6,9 5 1960 6,9 2640 6,9 2160 6,9 6 2450 6,9 3300 6,9 2700 6,9 ph air LPPMP UNY adalah 6,9

Pemanfaatan Karbon Aktif Bambu. (Tri Widiastuti) 133 Tabel 10. Logam Fe N o Tabel Efisiensi Penyerapan 1 Karbon aktif 2,67 0,26 90,3±0,2 2 Pasir aktif 2,67 0,34 87,3±0,2 3 Kerikil aktif 2,67 0,55 79,4±0,2 Keterangan tabel: Ao : Konsentrasi awal At : Konsentrasi akhir Tabel 10 menunjukkan bahwa efisiensi penyerapan logam Fe paling tinggi pada karbon aktif dengan volume 2450 ml dengan nilai efisiensi mencapai (90,3±0,2) %. Hal ini bisa dikarenakan bahwa karbon aktif mampu menyerap logam Fe yang paling efektif dibandingkan pasir aktif, dan kerikil aktif. Hal ini bisa dikarenakan kemampuan karbon aktif dalam menyerap zat-zat kimia, limbah, dan zat-zat beracun yang terdapat pada air groundtank LPPMP UNY jauh lebih baik dibanding kedua absorbent lainnya (Elohansen Padang, 2004). jenis absorben B. Pengaruh olume dan Jenis Absorbent (Karbon Aktif Bambu, Pasir Aktif Pantai Indrayanti, dan Kerikil Aktif Kali Krasak) terhadap Efisiensi Transmisi Cahaya (EP), TDS, ph, dan Efisiensi Penyerapan Fe 1. EP pada Proses Penjernihan Air LPPMP UNY Ao (mg/l) At (mg/l) efisiensi penyerapan Fe (EP) (%) didapatkan hasil seperti yang disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Tabel Efisiensi Transmisi Cahaya dengan Perbandingan olume dari Komposisi Jenis Absorbent (It) (lux) EP (%) Air groundtank 21±0 48±1 K:K:Kr:Kr 38±1 87±2 K:K:P:P 39±0 90±1 P:P:Kr:Kr 36±0 83±1 K:K:P:Kr 39±1 89±2 K:P:P:Kr 38±0 88±1 perbandingan volume komposisi absorbent K:P:Kr:Kr 39±1 89±2 It air PAM (43,3±0,6)lux Keterangan tabel: K : Karbon Aktif P : Pasir Aktif Kr : Kerikil Aktif Tabel 11 menunjukkan bahwa nilai efisiensi perbandingan volume komposisi jenis absorbent jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan air groundtank LPPMP UNY dengan nilai efisiensinya (48±1) %. Hal ini ditunjukkan pada perbandingan K:K:P:P dengan nilai EP sebesar (90±1) % yang mampu mengurangi partikel-partikel pengotor yang terdapat pada air LPPMP UNY tersebut. Hal ini bisa dikarenakan kapasitas rongga dan pori pada karbon dan pasir aktif yang besar sehingga mampu menyerap partikel pengotor. 2. TDS menggunakan perbandingan volume ruang ketiga absorbent didapatkan hasil seperti yang disajikan pada Tabel 12.

134 Jurnal Fisika olume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Tabel 12. Tabel TDS dengan Perbandingan olume Absorbent perbandingan volume komposisi absorbent TDS (ppm) Air groundtank 182 K:K:Kr:Kr 141 K:K:P:P 142 P:P:Kr:Kr 157 K:K:P:Kr 154 K:P:P:Kr 146 K:P:Kr:Kr 144 Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai TDS perbandingan volume variasi jenis absorbent lebih rendah jika dibandingkan dengan air groundtank LPPMP UNY dengan nilai TDS 182 ppm. Hal ini ditunjukkan pada perbandingan K:K:Kr:Kr dengan nilai TDS sebesar 141 ppm mampu mengurangi partikel-partikel pengotor yang terdapat pada air LPPMP UNY tersebut. Hal ini bisa dikarenakan kapasitas rongga dan pori pada karbon dan kerikil aktif yang besar sehingga mampu menyerap partikel pengotor. 3. ph Tabel 13. Hasil penelitian ph disajikan dalam Tabel 13. Tabel Perbandingan olume Komposisi Jenis Absorbent (Karbon, Pasir, dan Kerikil Aktif) dengan ph perbandingan volume ph komposisi absorbent K:K:Kr:Kr 6,9 K:K:P:P 6,9 P:P:Kr:Kr 6,9 K:K:P:Kr 6,9 K:P:P:Kr 6,9 K:P:Kr:Kr 6,9 ph air LPPMP UNY adalah 6,9 Tabel 16 menunjukkan bahwa antara air sebelum disaring dan setelah disaring tidak ada perubahan ph dengan ph secara keseluruhan memiliki nilai 6,9. Sehingga perbandingan volume ketiga absorbent tidak mempengaruhi ph. 4. Efisiensi Penyerapan Logam Fe (EP) Dari hasil penelitian didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 14. Tabel Efisiensi Penyerapan Logam Fe dengan Perbandingan olume Komposisi Jenis Absorbent perbandingan N volume Ao At o variasi (mg/l) (mg/l) EP (%) absorbent 1 K:K:P:P 2,67 0,26 90,3±0,2 2 K:K:Kr:Kr 2,67 0,26 90,3±0,2 3 P:P:Kr:Kr 2,67 0,55 79,4±0,2 4 K:K:P:Kr 2,67 0,51 81,0±0,2 5 K:P:P:Kr 2,67 0,33 87,6±0,2 6 K:P:Kr:Kr 2,67 0,30 88,8±0,2 Keterangan tabel: Ao : Konsentrasi awal At : Konsentrasi akhir Tabel 14 menunjukkan bahwa efisiensi penyerapan logam Fe paling tinggi pada perbandingan K:K:P:P, dan K:K:Kr:Kr dengan nilai efisiensi mencapai (90,3±0,2) %. Pada volume ketiga absorbent, perbandingan karbon aktif dengan pasir aktif dan karbon aktif dengan kerikil aktif memiliki efisiensi yang tinggi dibanding dengan perbandingan yang lain, dikarenakan karbon aktif itu sendiri yang sudah mampu untuk menyerap zat-zat kimia, limbah, dan zat-zat beracun yang terdapat pada air groundtank LPPMP UNY.

Pemanfaatan Karbon Aktif Bambu. (Tri Widiastuti) 135 C. Parameter Mikrobiologi (Total Coliform) Uji coliform dilakukan dengan metode most probable number (MPN). Dari hasil uji yang telah dilakukan, didapatkan hasil total coliform dalam sampel air groundtank LPPMP UNY sebesar 35 MPN/100ml, dan air hasil penyaringan menggunakan karbon aktif sebesar 0 MPN/100ml. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar coliform pada air hasil penyaringan menggunakan karbon aktif dengan volume 2450 ml dari 35 MPN/100ml menjadi 0 MPN/100ml atau tidak terdapat bakteri dalam sampel air yang diujikan. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya kandungan tertentu dalam karbon aktif bambu yang berfungsi sebagai disinfektan dan memiliki sifat penyerapan yang tinggi untuk membunuh bakteri. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, secara kualitatif dan kuantitatif dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. olume karbon aktif bambu berpengaruh terhadap daya serap partikel pengotor dalam air LPPMP UNY. Semakin besar volume karbon aktif bambu yang digunakan sebagai bahan absorber maka daya serap (EP) terhadap partikel pengotor cenderung besar, TDS cenderung turun, dan ph sama. Sama halnya dengan volume pasir aktif pantai Indrayanti, dan kerikil aktif kali Krasak. EP karbon aktif bambu lebih tinggi dan TDS karbon aktif bambu lebih rendah daripada pasir aktif pantai Indrayanti dan kerikil aktif kali Krasak. 2. Jenis absorbent berpengaruh terhadap efisiensi penyerapan logam Fe dalam proses penjernihan air LPPMP UNY. Efisiensi penyerapan karbon aktif bambu terhadap logam Fe jauh lebih baik dibandingkan pasir aktif pantai Indrayanti dan kerikil aktif kali Krasak yaitu sebesar (90,3±0,2) %. 3. ariasi komposisi jenis absorbent (karbon aktif Bambu, pasir aktif pantai Indrayanti, dan kerikil aktif kali Krasak) berpengaruh terhadap daya serap partikel pengotor dalam air LPPMP UNY. EP tertinggi pada perbandingan K:K:P:P dengan nilai (90±1) %, TDS terbaik pada perbandingan K:K:Kr:Kr dengan nilai 141 ppm, ph semua sampel perbandingan nilainya sama yaitu 6,9, dan Efisiensi penyerapan logam Fe terbaik pada perbandingan K:K:P:P dan K:K:Kr:Kr dengan nilai (90,3±0,2) %. 4. Daya serap karbon aktif menggunakan sistem FAS berpengaruh terhadap penurunan kadar coliform dalam proses penjernihan air LPPMP UNY, yakni terjadinya penurunan kadar coliform

136 Jurnal Fisika olume 5, Nomor 2, Tahun 2016 dari 35 MPN/100ml menjadi 0 MPN/100ml pada air hasil penyaringan menggunakan karbon aktif bambu dengan volume 2450 ml. Saran dari penelitian ini yaitu Pada penelitian ini uji kimiawi hanya dilakukan pengujian kadar logam Fe dan ph yang terkandung dalam air LPPMP UNY. Penelitian terhadap logam berat lain yang terkandung dalam air LPPMP UNY dan syarat kimiawi lain sangat diharapkan, alat transmisi cahaya yang dipakai dalam penelitian ini bisa disempurnakan agar hasil intensitas cahaya yang dihasilkan bisa lebih baik, alat penyaring yang digunakan dalam penelitian masih belum sempurna sehingga untuk kajian berikutnya bisa disempurnakan dan lebih steril, volume absorbent pada penelitian ini hanya mengacu pada tinggi pipa, yaitu setengah tinggi pipa FAS yang digunakan, sehingga tidak akurat bila dibandingkan. Penelitian selanjutnya diharapkan, volume absorbent yang digunakan sama dan terkontrol. DAFTAR PUSTAKA Effendi, Hefni. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Elohansen Padang. (2004). Aktivasi Karbon Kayu Sengon (Paraserianthes falcatarina) sebagai Absorben pada Pemurnian Nira Kelapa dari Unsur Besi dan Tembaga. Skripsi. Yogyakarta: FMIPA UNY. Krisdianto, G. Sumarni, & A. Ismanto. (2000). Sari Hasil Penelitian Bambu. Departemen Kehutanan, Jakarta. Nur Hidayati. (2006). Pemanfaatan Karbon Aktif Pasar Kayu Sengon Putih sebagai Absorben Fe dan Mn dalam Air Sumur. Skripsi. Yogyakarta: FMIPA UNY. Sembiring dkk. (2003). Arang Aktif (Pengenalan dan Proses Pembuatan). Diakses dari www.library.ac.id. Diakses pada Juli 2015. Subuhul F.R.N. (2012). Pengaruh Absorbsi Karbon Aktif Batok Kelapa dan Pasir Aktif Pantai Indrayanti terhadap Efisiensi Transmisi Cahaya pada Proses Penjernihan Air Selokan Mataram. Skripsi. Yogyakarta: FMIPA UNY.