ANALISIS KEPADATAN LALU LINTAS TERHADAP KEBISINGAN YANG DITIMBULKAN KENDARAAN BERMOTOR (STUDI KASUS SDN BOJONG RANGKAS 4 BOGOR) Syaiful, Mahasiswa Program Doktor Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan/Multidisiplin Institut Pertanian Bogor e-mail syaiful@ft.uika-bogor.ac.id Dede Sutiana, Alumni Program Studi Teknik Sipil Universitas Ibn Khaldun Bogor Abstrak Pengaruh tingkat kebisingan lalu lintas terhadap kepadatan lalu lintas memiliki korelasi yang baik, dengan jumlah kendaraan yang melewati suatu ruas jalan dapat dilihat dari hubungan yang cukup linier antara kedua variabel yaitu kebisingan lalu lintas dan kepadatan lalu lintas, diketahui bahwa terdapat variabel yang mempengaruhi tingkat kebisingan tersebut, diantaranya adalah: kepadatan lalu lintas, lebar jalan, jenis kendaraan dan benda benda sekitar jalan yang dapat meredam atau memantulkan bunyi. Kepadatan sepeda motor, kepadatan kendaraan pribadi dan kendaraan umum memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebisingan, dari semua perhitungan analisis didapatkan persamaan terbesar pada penelitian hari kedua titik kedua (Sound Level Meter 2), dengan kontribusi sebesar 19,60 %. Didapatkan perhitungan di bawah ini, y = 74,806 + 0,020x1 + 0,226x3. Persamaan ini berarti jika tidak ada penurunan kepadatan sepeda motor, kepadatan kendaraan pribadi dan kepadatan kendaraan umum maka tingkat kebisingan pada SLM3 sebesar 74,806 db A. Jika terjadi kepadatan sepeda motor, kendaraan pribadi dan kendaraan umum juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebisingan. Didapatkan persamaan kedua terbesar pada penelitian hari kedua (Sound Level Meter 3) dengan kontribusi sebesar 18,40 % berdasarkan perhitungan persamaan di bawah ini, y = 82,148 + 0,025x1 + 0,312x3. Maksud dari persamaan diatas adalah jika ada peningkatan jumlah kepadatan sepeda motor dan jumlah kepadatan kendaraan umum, maka kebisingan pada SLM3 adalah sebesar 82,148 db A. Kata-kata kunci: Kebisingan, kepadatan lalu lintas, sound level meter. Abstract The influence of the noise level of traffic to the density of traffic has a good correlation with the number of vehicles passing through a road section can be seen from the relationship was linear between these two variables: the noise of traffic and congestion, it is known that there are variables that affect the noise level of the, which are: the density of traffic, width of road, type of vehicle and the objects around the road, which can reduce or reflect sound. Motorcycle density, density of private vehicles and public transport vehicles have a significant effect on the noise, of all calculation equation analysis reveals the largest research both days the second point (Sound Level Meter 2), with a contribution of 19.60%. Obtained the calculation below, y = 74.806 + 0,020x1 + 0,226x3. This equation means that if there is no decrease in the density of the motorcycle, the density of private vehicles and public transport, the density of the noise level at SLM3 amounted to 74.806 dba. If there is a density of motorcycles, private vehicles and public transport also have a significant effect on noise. The second equation is obtained on the second day of the study (Sound Level Meter 3) with a contribution of 18.40% based on the calculation of the following equation, y = 82.148 + 0,025x1 + 0,312x3. The purpose of the above equation is if there is an increase in the number of motorcycle density and number density of public transport, then the noise on SLM3 amounted to 82.148 dba. Key words: noise, traffic density, sound level meter. PENDAHULUAN 1
Pesatnya perkembangan jumlah kendaraan bermotor di Bogor berdasarkan Badan Pusat Statistik Bogor setiap tahun mengalami peningkatan sebesar 1,68 % (Biro Pusat Statistik, Jakarta tahun 2012). Semakin bertambahnya jumlah kendaraan bermotor yang beroperasi, akan semakin menambah kepadatan lalu lintas dan menimbulkan berbagai permasalahan. Sebagai contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat kepadatan lalu lintas. Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Apabila kebisingan tersebut dalam kurun waktu yang cukup lama dan terus menerus, dapat mengakibatkan gangguan fisiologis dan psikiologis pada manusia. Gangguan fisiologis diantaranya adalah bergesernya ambang pendengaran dan dapat mempengaruhi kerja organ-organ tubuh. Sedangkan gangguan psikologis diantaranya adalah sifat lekas marah, sulit tidur (insomnia) dan berkurangnya produktifitas belajar. (Buchari, USU, Medan, 2007) Pengaruh tingkat kebisingan lalu lintas terhadap kepadatan lalu lintas memiliki korelasi yang baik, dengan jumlah kendaraan yang melewati suatu ruas jalan dapat dilihat dari hubungan yang cukup linier antara kedua variabel yaitu kebisingan lalu lintas dan kepadatan lalu lintas, diketahui bahwa terdapat variabel yang mempengaruhi tingkat kebisingan tersebut, diantaranya adalah: kepadatan lalu lintas, lebar jalan, jenis kendaraan dan benda benda sekitar jalan yang dapat meredam atau mementulkan bunyi. BATANG TUBUH PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data berupa tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh kepadatan arus lalu lintas pada ruas jalan Leuwiliang dan menganalisa apakah kebisingannya masih dibawah ambang baku tingkat kebisingan yang diizinkan. 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Pengertian Tentang Jalan Jalan adalah suatu prasarana perkembangan darat yang merupakan suatu kesatuan sistem jaringan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan suatu wilayah (Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, tahun 1980). Secara umum jalan dibedakan menjadi 2 jenis yaitu: 1. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukan bagi lalu lintas umum 2. Jalan khusus adalah jala yang tidak diperuntukan bagi lalu lintas umum seperti: jalan perkebunan, jalan pertambangan dan jalan inspeksi pengairan. Jalan mempunyai suatu sistem jaringan yang mengikat dan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanan. Menurut peranan pelayanan jasa distribusi, sistem jaringan jalan terdiri dari: 2
1. Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional dengan semua simpul jasa distribusi yang kemudian berwujud kota. 2. Sistem jaringan jalan sekunder adalah sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat di dalam kota. Pengelompokan berdasarkan peranan jalan dapat digolongkan menjadi: 1. Jalan Arteri adalah jalan yang melayani angkutan jarak jauh dengan kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien. 2. Jalan Kolektor adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan dan pembagian dengan ciri merupakan perjalanan jarak dekat dengan kecepatan rata-rata rendah dan jumlah masuk dibatasi. 3. Jalan Lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dengan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Dalam penelitian ini jalan Bojong Rangkas Kecamatan Ciampea merupakan jalan arteri primer dengan pengertian bahwa jalan Bojong Rangkas melayani pengembangan tingkat nasional (Bogor) dengan kota yang terletak berdampingan (Banten) dengan kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien. 2.2 Pengertian Tentang Kepadatan Kendaraan Kepadatan (density) adalah jumlah kendaraan yang menempati panjang ruas jalan tertentu atau lajur, yang umumnya dinyatakan sebagai jumlah kendaraan per kilometer atau satuan mobil penumpang per kilometer (smp/km). Jika panjang ruas yang diamati adalah l dan terdapat kendaraan, maka kepadatan K dapat dihitung sebagai berikut: (MKJI, tahun 1997). K = Keterangan : k = kepadatan n = jumlah kendaraan pada l l = panjang ruas jalan Kepadatan sulit diukur secara langsung, (karena diperlukan titik ketinggian tertentu yang dapat mengamati jumlah kendaraan dalam panjang ruas jalan tertentu), sehingga besarnya ditentukan dari dua parameter kepadatan dan kecepatan yang mempunyai hubungan sebagai berikut ; k = keterangan ; k = kepadatan rata- rata (kendaraan /km atau smp/km) q = kepadatan lalu lintas (kendaraan/jam atau smp/jam) v = kepadatan rata-rata ruang(km/jam) Kepadatan merupakan parameter penting dalam menjelaskan kebebasan bermanuver dari kendaraan. 3
2.3 Pengertian Kebisingan Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Kep- 48/MENLH/11/1996, yang dimaksud dengan kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Pertumbuhan transportasi darat, laut, dan udara yang cepat, kebisingan telah menjadi faktor lingkungan yang sangat penting di kota-kota, dan bukanlah sesuatu yang tidak realistik untuk meramalkan bahwa daerah pedesaan pun akan dipengaruhi oleh bising pada masa yang akan dating. 2.4 Kebisingan lalu lintas Kebisingan akibat lalu lintas adalah salah satu bunyi yang tidak dapat dihindari dari kehidupan modern dan juga salah satu bunyi yang tidak dikehendaki, antara lain: 1. Pengaruh Kepadatan Lalu Lintas (Q) Kepadatan lalu lintas (Q) terhadap kebisingan sangat berpengaruh, hal ini bisa dipahami karena tingkat kebisingan lalu lintas merupakan harga total dari beberapa tingkat kebisingan dimana masing-masing jenis kendaraan mempunyai tingkat kebisingan yang berbeda-beda. 2. Pengaruh Kecepatan Rata-Rata Kendaraan (V) Hasil pelitian menunjukan bahwa kecepatan rata-rata kendaraan bermotor berpengaruh terhadap tingkat kebisingan. 3. Pengaruh Jarak Pengamat (D) Dari hasil penelitian menunjukan bila sumber bising berupa suatu titik (point source), maka dengan adanya pengandaaan jarak pengamat, nilai tingkat kebisingan akan berkurang sebesar ± 6 dba dan akan berkurang kira-kira 3 db jika sumber bising suatu garis (line source) (Saenz and Stephens, 1986). Ditunjukan pada gambar 1. Gambar 1. Pengurangan nilai L1, L10, L50 dan L90 sehubungan dengan perubahan jarak Jarak pengamatan pada daerah RUWASJA (Ruang Pengawasan Jalan) sesuai PP 34/2006, dapat ditunjukan pada gambar 2. 4
Sumber : Penjelasan PP 34/2006 Gambar 2. Ruang Jalan Sesuai PP 34/2006 2.5 Tempat Penelitian Tempat dan lokasi penelitian ini berada di depan SDN Bojong Rangkas 4 Ciampea Kabupaten Bogor yaitu Jalan Raya Propinsi Jawa Barat. Sumber : http//:www.google.map. kab.bogor.bojongrangkas. Gambar 3. Peta lokasi Penelitian SDN Bojong Rangkas 4 Ciampea Bogor Jalan Raya Leuwiliang Bogor Arah Jasinga Gambar 4. Denah Lokasi Jalan Raya Leuwiliang Bogor 2.6 Metode Penelitian Metode penelitian disampaikan pada gambar 4 dibawah ini : 5
Mulai Sumber Data Sekunder : 1. Data lalu lintas dari ( DLLAJ) 2. Data Jalan Dishub Kab Bogor 3. Data BPS Kec.Ciampea Bogor Sumber Data Primer : 1. Data kepadatan lalu lintas 2. Data Jenis kendaraan. 3. Data kebisingan Pengambilan Data Pengolahan Data Analisa Data Kesimpulan Selesai Gambar 5. Bagan alir penelitian 2.7 Hasil Pengolahan Kepadatan Kendaraan Bermotor Hasil pengolahan kepadatan kendaraan bermotor adalah sebagai berikut: Berdasarkan panduan perhitungan kepadatan dari Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, Jakarta, tahun 1989 bahwa pengambilan data dengan menggunakan kepadatan menggunakan rumus sebagai berikut : Kepadatan sepeda motor (D) = Volume (Q) / Kecepatan (U) = kendaraan/km Contoh perhitungan : Diketahui : Volume (Q) = 3880,00 kendaraan/jam Kecepatan (U) = 27,98 km/jam Kepadatan (D) = 138,67 kendaraan/km 2.8 Analisis statistik data 0,00 m dengan SLM1. tingkat kebisingan (y), kepadatan kendaraan umum (ku/x3), berdasarkan tingkat kepercayaan 95%. Hasil persamaan dengan menggunakan data diatas disajikan dalam bentuk persamaan dibawah ini, yang mewakili jarak 0,00 m dengan menggunakan SLM1. Persamaannya y = 91,184 + 0,109x3. 6
2.9 Analisis statistik data jarak 03,00 m dengan SLM2. tingkat kebisingan (y), kepadatan sepeda motor (SPM/x1), berdasarkan tingkat kepercayaan 95%. Hasil persamaan dengan menggunakan data diatas disajikan dalam bentuk persamaan dibawah ini, yang mewakili jarak 03,00 m dengan menggunakan SLM2. Persamaannya y = 74,668 + 0,045x1. 2.10 Analisis statistik data jarak 16,00 m dengan SLM3. tingkat kebisingan (y), kepadatan sepeda motor (SPM/x1), berdasarkan tingkat kepercayaan 95%. Hasil persamaan dengan menggunakan data diatas disajikan dalam bentuk persamaan dibawah ini, yang mewakili jarak 16,00 m dengan menggunakan SLM3. Persamaannya y = 64,481 + 0,063x1. 2.11 Analisis statistik data jarak 0,00 m dengan SLM1. tingkat kebisingan (y), kepadatan sepeda motor (SPM/x1) dan kepadatan kendaraan umum (KU/x3), berdasarkan tingkat kepercayaan 95%. Hasil persamaan dengan menggunakan data diatas disajikan dalam bentuk persamaan dibawah ini, yang mewakili jarak 0,00 m dengan menggunakan SLM1. Persamaannya y = 82,148 + 0,025x1 + 0,312x3. 2.12 Analisis statistik data jarak 3,00 m dengan SLM2. tingkat kebisingan (y), kepadatan sepeda motor (SPM/x1) dan kepadatan kendaraan umum (KU/x3), berdasarkan tingkat kepercayaan 95%. Hasil persamaan dengan menggunakan data diatas disajikan dalam bentuk persamaan dibawah ini, yang mewakili jarak 03,00 m dengan menggunakan SLM2. Persamaannya y = 74,808 + 0,020x1 + 0,226x3. 2.13 Analisis statistik data jarak 16,00 m dengan SLM3. tingkat kebisingan (y), kepadatan sepeda motor (SPM/x1) dan kepadatan kendaraan umum (KU/x3), berdasarkan tingkat kepercayaan 95%. Hasil persamaan dengan menggunakan data diatas disajikan dalam bentuk persamaan dibawah ini, yang mewakili jarak 16,00 m dengan menggunakan SLM3. Persamaannya y = 67,262 + 0,003x1 + 0,307x3. 2.14 Analisis statistik data jarak 0,00 m dengan SLM1. tingkat kebisingan (y), kepadatan sepeda motor (SPM/x1), kepadatan kendaraan pribadi (KP/x2), berdasarkan tingkat kepercayaan 95%. Hasil persamaan dengan menggunakan data diatas disajikan dalam bentuk persamaan dibawah ini, yang mewakili jarak 0,00 m dengan menggunakan SLM1. Persamaannya y = 85,435 + 0,005x1 + 0,125x2. 7
2.15 Analisis statistik data jarak 03,00 m dengan SLM2. tingkat kebisingan (y), berdasarkan tingkat kepercayaan 95%. Hasil persamaan dengan menggunakan data diatas disajikan dalam bentuk persamaan dibawah ini, yang mewakili jarak 03,00 m dengan menggunakan SLM2. Persamaannya y = 75,814. 2.16 Analisis statistik data jarak 16,00 m dengan SLM3. tingkat kebisingan (y), kepadatan sepeda motor (SPM/x1), kepadatan kendaraan pribadi (KP/x2), berdasarkan tingkat kepercayaan 95%. Hasil persamaan dengan menggunakan data diatas disajikan dalam bentuk persamaan dibawah ini, yang mewakili jarak 16,00 m dengan menggunakan SLM3. Persamaannya y = 67,774 + 0,004x1 + 0,025x2. 2.17 Analisis statistik data jarak 0,00 m dengan SLM1. tingkat kebisingan (y), kepadatan kendaraan pribadi (KP/x2) dan kepadatan kendaraan umum (KU/x3), berdasarkan tingkat kepercayaan 95%. Hasil persamaan dengan menggunakan data diatas disajikan dalam bentuk persamaan dibawah ini, yang mewakili jarak 0,00 m dengan menggunakan SLM1. Persamaannya y = 84,455 + 0,013x2 + 0,027x3. 2.18 Analisis statistik data jarak 03,00 m dengan SLM2. tingkat kebisingan (y, berdasarkan tingkat kepercayaan 95%. Hasil persamaan dengan menggunakan data diatas disajikan dalam bentuk persamaan dibawah ini, yang mewakili jarak 03,00 m dengan menggunakan SLM2. Persamaannya y = 76,941. 2.19 Analisis statistik data Jarak 16,00 m dengan SLM3. tingkat kebisingan (y), kepadatan kendaraan pribadi (KP/x2), berdasarkan tingkat kepercayaan 95%. Hasil persamaan dengan menggunakan data diatas disajikan dalam bentuk persamaan dibawah ini, yang mewakili jarak 16,00 m dengan menggunakan SLM3. Persamaannya y = 69,653 + 0,039x2. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan terjadi peningkatan kepadatan sepeda motor, kendaraan pribadi dan kendaraan umum terhadap kebisingan yang di timbulkannya, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Kepadatan sepeda motor, kepadatan kendaraan pribadi dan kendaraan umum memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebisingan, dari semua 8
perhitungan analisis didapatkan persamaan terbesar pada penelitian hari kedua titik kedua (Sound Level Meter 2), dengan kontribusi sebesar 19,60 %. Didapatkan perhitungan di bawah ini, y = 74,806 + 0,020x1 + 0,226x3. Persamaan ini berarti jika tidak ada penurunan kepadatan sepeda motor, kepadatan kendaraan pribadi dan kepadatan kendaraan umum maka tingkat kebisingan pada SLM3 sebesar 74,806 dba. 2. Jika terjadi kepadatan sepeda motor, kendaraan pribadi dan kendaraan umum juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebisingan. Didapatkan persamaan kedua terbesar pada penelitian hari kedua dititik (Sound Level Meter 3) dengan kontribusi sebesar 18,40 % berdasarkan perhitungan persamaan di bawah ini, y = 82,148 + 0,025x1 + 0,312x3. Maksud dari persamaan diatas adalah jika ada peningkatan jumlah kepadatan sepeda motor dan jumlah kepadatan kendaraan umum, maka kebisingan pada SLM3 adalah sebesar 82,148 db A. DAFTAR PUSTAKA Buchari, tahun 2007. Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program, 2007 USU Resposiroty, Medan. Biro Pusat Statistik Republik Indonesia, tahun 2012. Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonbesia, tahun 1989. Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, tahun 1980. Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Pebruari 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), Jakarta. http://google.map. kabupaten.bogor.bojongrangkas, diakses 12 September 2016. Peraturan Pemerintah No. 34, tahun 2006. Tentang Ruang Pengawasan Jalan (RUWAJA), Jakarta. Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep- 48/MENLH/1996/25 November 1996, Tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan, Jakarta. 9