digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel bebas dan satu variabel tergantung. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut : 1. Variabel Tergantung : Aggressive Driving 2. Variabel Bebas : a. Crowding b. Kepribadian Narsisme B. Definisi Operasional Definisi ini didasarkan atas sifat-sifat yang dapat diamati. Berikut ini adalah definisi operasional dari masing-masing variabel dalam penelitian ini : 1. Aggressive Driving Aggressive driving adalah perilaku berkendara yang dilakukan dengan sengaja dan dapat meningkatkan risiko kecelakaan bagi pengendara, penumpang, atau orang yang berada di sekitarnya, yang didorong oleh gangguan sekitar, permusuhan atau untuk mempersingkat waktu perjalanan. Aggressive driving pada penelitian ini diukur menggunakan skala aggressive driving yang diadaptasi oleh Utami (2010) dan dimodifikasi oleh peneliti dalam segi makna maupun tata bahasa. Skala disusun 53
digilib.uns.ac.id 54 berdasarkan karakteristik dari perilaku aggressive driving yang dikemukakan oleh Tasca (2000) yang terdiri dari membuntuti kendaraan yang berada di depannya dalam jarak yang dekat, berpindah-pindah jalur, melewati pengendara lain dengan tidak patut atau kasar, melewati kendaraan yang berada di depannya dalam jarak yang dekat, melewati pengendara lain melalui bahu jalan, berpindah jalur seenaknya tanpa memberikan tanda, tidak memberi jalan kepada pengendara lain, tidak memberi kesempatan pengendara lain untuk melewatinya, tidak memberikan kesempatan pengendara lain untuk masuk atau berganti jalur dalam keadaan macet, berkendara dalam kecepatan yang jauh melebihi batas norma yang menyebabkan seringnya terjadi perilaku membuntuti pengendara lain dalam jarak dekat atau berpindah jalur seenaknya, melanggar rambu tanda berhenti, dan melanggar lampu merah. Subyek yang memperoleh skor tinggi pada skala ini mengindikasikan subyek melakukan aggressive driving dengan tingkat yang tinggi, tetapi apabila subyek memperoleh skor yang rendah maka subyek melakukan aggressive driving dengan tingkat yang rendah pula. 2. Crowding Crowding adalah persepsi individu yang bersifat positif maupun negatif terhadap banyaknya individu atau objek benda yang berada di sekitarnya. Crowding pada penelitian ini diungkap menggunakan skala crowding yang diadaptasi dari Darmawan (2015) dan dimodifikasi oleh
digilib.uns.ac.id 55 peneliti. Skala disusun berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Stokols dan Sundstrom (dalam Gifford, 2014) yaitu situasional, emosional, dan perilaku. Subyek yang memperoleh skor tinggi pada skala ini mengindikasikan subyek mengalami crowding yang tinggi, tetapi apabila subyek memperolek skor yang rendah maka subyek mengalami crowding yang rendah pula. 3. Kepribadian Narsisme Kepribadian narsisme adalah kecenderungan individu untuk memiliki perhatian yang terpusat pada dirinya, tidak memiliki kepedulian terhadap orang lain, dan membutuhkan kekaguman dari orang lain untuk menjaga harga dirinya. Kepribadian narsisme pada penelitian ini diungkap dengan menggunakan skala kepribadian narsisme yang disusun berdasarkan kriteria kepribadian narsisme menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders V (2013), yaitu adanya perasaan kagum yang terpusat pada dirinya sendiri, mempunyai keasyikan tersendiri dengan fantasi yang berkaitan dengan kesuksesan, kekuasaan, kecerdasan yang tidak terbatas, adanya keyakinan bahwa, ia adalah orang yang spesial dan unik, yang hanya dapat dimengerti oleh orang spesial atau seharusnya bergaul dengan orang yang spesial juga atau orang yang ternama, membutuhkan kekaguman dari orang lain sebanyak-banyaknya, adanya perasaan untuk mempunyai hak yang lebih daripada yang lainnya, sadar dalam mengeksploitasi orang lain untuk mendapatkan keinginan pribadi, tidak
digilib.uns.ac.id 56 memiliki empati terhadap orang lain, iri kepada orang lain atau meyakini bahwa, orang lain iri pada mereka, dan menampilkan sikap yang arogan, kasar, dan juga sombong terhadap orang lain. Subyek yang memperoleh skor tinggi pada skala ini mengindikasikan subyek memiliki kepribadian narsisme yang tinggi, tetapi apabila subyek memperolek skor yang rendah maka subyek memiliki kepribadian narsisme yang rendah pula. C. Populasi, Sampel, dan Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelajar SMA pengendara motor di Jakarta Timur yang tidak diketahui pasti jumlahnya. 2. Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 pelajar SMA pengendara motor di Jakarta Timur. Jumlah ini ditentukan berdasarkan pendapat Roscoe (dalam Sugiyono, 2010) bahwa penelitian dengan analisis multivariat (korelasi atau regresi berganda) maka jumlah anggota sampel yang digunakan dalam penelitian ialah minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Penelitian ini menggunakan tiga variabel, maka jumlah minimal sampel yang digunakan ialah sebanyak 30 orang sehingga sesuai pendapat tersebut jumlah sampel sebanyak 100 orang telah memenuhi syarat.
digilib.uns.ac.id 57 3. Sampling Teknik pengambilan sampel atau sampling adalah suatu cara mengambil sampel yang representatif dari populasi. Teknik pengambilan sampel atau sampling dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh. Teknik sampel jenuh ini digunakan karena skala di distribusi secara online, dan seluruh responden yang telah mengisi skala online tersebut dijadikan sampel. Selain itu, ada beberapa karakteristik yang harus dipenuhi sebagai sampel adalah sebagai berikut : a. Pelajar SMA (Sekolah Menengah Atas) di Jakarta Timur, b. Berusia 17-20 tahun, c. Memiliki sim C, d. Bersedia menjadi subjek dalam penelitian. D. Metode Pengumpulan Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer berupa respons dari subyek penelitian atas pernyataan-pernyataan yang ada pada tiap-tiap skala. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala aggressive driving, skala crowding, dan skala kepribadian narsisme. 1. Skala Aggressive Driving Skala dalam penelitian ini menggunakan modifikasi skala aggressive driving yang dibuat oleh Utami (2010) berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Tasca (2000) mengenai karakteristik dari aggressive driving yaitu membuntuti kendaraan yang berada di depannya dalam jarak
digilib.uns.ac.id 58 yang dekat, berpindah-pindah jalur, melewati pengendara lain dengan tidak patut atau kasar, melewati kendaraan yang berada di depannya dalam jarak yang dekat, melewati pengendara lain melalui bahu jalan, berpindah jalur seenaknya tanpa memberikan tanda, tidak memberi jalan kepada pengendara lain, tidak memberi kesempatan pengendara lain untuk melewatinya, tidak memberikan kesempatan pengendara lain untuk masuk atau berganti jalur dalam keadaan macet, berkendara dalam kecepatan yang jauh melebihi batas norma yang menyebabkan seringnya terjadi perilaku membuntuti pengendara lain dalam jarak dekat atau berpindah jalur seenaknya, melanggar rambu tanda berhenti, dan melanggar lampu merah. Skala ini dimodifikasi dari pemilihan kata hingga makna yang disesuaikan dengan kebutuhan peneliti serta dengan menyesuaikan jumlah aitem skala pada penelitian sebelumnya. Skala aggressive driving ini terdiri atas 41 aitem dengan 23 aitem favourable dan 18 aitem unfavourable. Skala yang digunakan adalah skala Likert, yaitu skala yang memiliki empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Sering (SS), Sering (S), Jarang (J), Tidak Pernah (TP). Tabel 3 Distribusi Skor Skala Aggressive Driving Pilihan Jawaban Favourable Unfavourable SS (Sangat Sering) 4 1 S (Sering) 3 2 J (Jarang) 2 3 TP (Tidak Pernah) 1 4
digilib.uns.ac.id 59 Adapun blueprint skala aggressive driving adalah sebagai berikut : Tabel 4 Blueprint Skala Aggressive Driving No Indikator No. Aitem Jumlah Fav Unfav F % 1 Membuntuti kendaraan yang berada di 1, 25 13 3 7 depannya dalam jarak yang dekat 2 Berpindah-pindah jalur 2, 26 14, 32 4 10 3 Melewati pengendara lain dengan tidak patut 3, 15, 33 27 4 10 atau kasar 4 Melewati kendaraan yang berada di depannya 16 4 2 4 dalam jarak yang dekat 5 Melewati pengendara lain melalui bahu jalan 17 5, 28 3 7 6 Berpindah jalur seenaknya tanpa memberikan 6, 29 18, 36 4 10 tanda 7 Tidak memberi jalan kepada pengendara lain 7 19, 37 3 7 8 Tidak memberi kesempatan pengendara lain 8, 30 20 3 7 untuk melewatinya 9 Tidak memberikan kesempatan pengendara 21, 34 9 3 7 lain untuk masuk atau berganti jalur dalam keadaan macet 10 Berkendara dalam kecepatan yang jauh melebihi batas norma yang menyebabkan 22, 35, 39 10 4 10 seringnya terjadi perilaku membuntuti pengendara lain dalam jarak dekat atau berpindah jalur seenaknya 11 Melanggar rambu tanda berhenti 11, 38, 23 4 10 40 12 Melanggar lampu merah 12, 41 24, 31 4 10 Jumlah 24 17 41 100 2. Skala Crowding Skala dalam penelitian ini menggunakan modifikasi skala crowding yang dibuat oleh Darmawan (2015), berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Stokols dan Sundstrom (dalam Gifford, 2014), mengenai aspek crowding yaitu situasional, emosional, dan perilaku. Skala ini dimodifikasi dari pemilihan kata hingga makna yang disesuaikan
digilib.uns.ac.id 60 dengan kebutuhan peneliti serta dengan menyesuaikan jumlah aitem skala pada penelitian sebelumnya. Skala crowding ini terdiri atas 37 aitem dengan 24 aitem favourable dan 13 aitem unfavourable. Skala yang digunakan adalah skala Likert, yaitu skala yang memiliki empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Tabel 5 Distribusi Skor Skala Crowding Pilihan Jawaban Favourable Unfavourable SS (Sangat Sesuai) 4 1 S (Sesuai) 3 2 TS (Tidak Sesuai) 2 3 STS (Sangat Tidak Sesuai) 1 4 Adapun blueprint skala crowding adalah sebagai berikut : Tabel 6 Blueprint Skala Crowding No Aspek Indikator No. Aitem Jumlah Fav Unfav F % 1 Situasional Terganggu oleh kehadiran 1, 24 13 3 8 orang baru Gangguan Fisik 2, 14, 32, 36 5 14 25 Situasi yang tidak nyaman 3, 15 26 3 8 2 Emosional Tertekan 16, 27 4 3 8 Menurunnya toleransi 28, 37 5 3 8 Berkurangnya afiliasi 6, 29 17 3 8 Suasana hati (mood) 7, 30 18 3 8 memburuk Mudah tersinggung 8, 19 31 3 8 3 Perilaku Mengeluh 20, 33 9 3 8 Menghindari situasi 21 10 2 6 Terlibat konflik dengan 11, 34 22 3 8 orang lain Ceroboh saat 12, 35 23 3 8 mengoperasikan kendaraan Jumlah 24 13 37 100
digilib.uns.ac.id 61 3. Skala Kepribadian Narsisme Pengukuran kepribadian narsisme dalam penelitian ini menggunakan skala yang dibuat oleh peneliti sendiri, yang mengacu pada kriteria kepribadian narsisme yang dikemukakan oleh Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders V (2013), yaitu adanya perasaan kagum yang terpusat pada dirinya sendiri, mempunyai keasyikan tersendiri dengan fantasi yang berkaitan dengan kesuksesan, kekuasaan, kecerdasan yang tidak terbatas, adanya keyakinan bahwa, ia adalah orang yang spesial dan unik, yang hanya dapat dimengerti oleh orang spesial atau seharusnya bergaul dengan orang yang spesial juga atau orang yang ternama, membutuhkan kekaguman dari orang lain sebanyak-banyaknya, adanya perasaan untuk mempunyai hak yang lebih daripada yang lainnya, sadar dalam mengeksploitasi orang lain untuk mendapatkan keinginan pribadi, tidak memiliki empati terhadap orang lain, iri kepada orang lain atau meyakini bahwa, orang lain iri pada mereka, dan menampilkan sikap yang arogan, kasar, dan juga sombong terhadap orang lain. Skala kepribadian narsisme ini terdiri atas 28 aitem dengan 16 aitem favourable dan 12 aitem unfavourable. Skala yang digunakan adalah skala Likert, yaitu skala yang memiliki empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).
digilib.uns.ac.id 62 Tabel 7 Distribusi Skor Skala Kepribadian Narsisme Pilihan Jawaban Favourable Unfavourable SS (Sangat Sesuai) 4 1 S (Sesuai) 3 2 TS (Tidak Sesuai) 2 3 STS (Sangat Tidak Sesuai) 1 4 Adapun blueprint skala kepribadian narsisme adalah sebagai berikut : Tabel 8 Blueprint Skala Kepribadian Narsisme No Indikator No. Aitem Jumlah Fav Unfav F % 1 Adanya perasaan kagum yang terpusat 1 10 2 7 pada dirinya sendiri 2 Mempunyai keasyikan tersendiri dengan 2 16 2 7 fantasi yang berkaitan dengan kesuksesan, kekuasaan, kecerdasan yang tidak terbatas 3 Adanya keyakinan bahwa, ia adalah orang yang spesial dan unik, yang hanya dapat 3, 11, 25 17 4 14 dimengerti oleh orang spesial atau seharusnya bergaul dengan orang yang spesial juga atau orang yang ternama 4 Membutuhkan kekaguman dari orang lain 12, 18 4 3 11 sebanyak-banyaknya 5 Adanya perasaan untuk mempunyai hak 19, 26 5 3 11 yang lebih daripada yang lainnya 6 Sadar dalam mengeksploitasi orang lain 6, 23 13 3 11 untuk mendapatkan keinginan pribadi 7 Tidak memiliki empati terhadap orang lain 7, 20 14, 24 4 14 8 Iri kepada orang lain atau meyakini bahwa, 8, 21 27 3 11 orang lain iri pada mereka 9 Menampilkan sikap yang arogan, kasar, 15, 22, 28 9 4 14 dan juga sombong terhadap orang lain Jumlah 18 10 28 100
digilib.uns.ac.id 63 E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas Alat Ukur Validitas memiliki arti sejauh mana akurasi suatu tes atau skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya. Pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila menghasilkan data yang secara akurat memberikan gambaran mengenai variabel yang akan diukur sepertti yang dikehendaki oleh tujuan pengukuran tersebut. Akurat dalam hal ini berarti tepat dan cermat sehingga apabila tes menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran maka dikatakan sebagai pengukuran yang memiliki validitas rendah (Azwar, 2012). Adapun validitas pada skala pada penelitian ini menggunakan validitas isi, dimana validitas isi ditentukan melalui pendapat profesional atau professional judgment dalam proses telaah soal. Professional judgment yang berperan pada penelitian ini adalah dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II. Setelah itu dilakukan penghitungan dengan teknik corrected item total correlation. Aitem skala yang memiliki koefisien korelasi lebih dari 0,3 dianggap memiliki daya beda yang memuaskan, sedangkan aitem dibawah 0,3 dianggap gugur (Azwar, 2013). Guna mempermudah penghitungan, maka untuk menghitung corrected item total correlation digunakan program Statistical Product and Service Solution versi 23.0 for Windows.
digilib.uns.ac.id 64 2. Reliabilitas Alat Ukur Konsep reliabilitas mengacu pada konsistensi, keterandalan, keterpercayaan, kestabilan, keajegan pada pengukuran. Hasil suatu pengukuran akan dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama (Azwar, 2012). Skala dianggap memiliki reliabilitas apabila memiliki nilai Cronbach s Alpha diatas 0,6 (Azwar, 2012). Reliabilitas dinyatakan dengan koefiensi realibilitas ( ) dengan rentang 0 sampai 1,00. Alat ukur yang memiliki koefisien reliabilitas mendekati 1,00 berarti memiliki reliabilitas yang tinggi, sebaliknya koefisien reliabilitas mendekati angka 0, maka reliabilitasnya rendah. Penelitian ini juga dibantu dalam perhitungan termasuk uji reliabilitas dengan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 23.0 for Windows. F. Teknis Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis pertama menggunakan analisis regresi linear berganda. Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara dua variabel bebas yaitu crowding dan kepribadian narsisme dengan variabel tergantung yaitu aggressive driving. Selanjutnya, untuk melakukan analisis data hipotesis kedua dan ketiga menggunakan analisis korelasi parsial, yaitu metode yang digunakan untuk menganalisa hubungan antara dua variabel. Terdapat beberapa syarat yang
digilib.uns.ac.id 65 harus dipenuhi sebelum menganalisis data menggunakan teknik analisis regresi linear berganda yaitu : 1. Uji Asumsi Dasar a. Uji normalitas Uji normalitas digunakan untuk membuktikan bahwa, populasi data berdistribusi normal atau tidak yang dibuktikan dengan melihat nilai Kolmogorv-Smirnov. Data yang dinyatakan berdistribusi normal apabila taraf signifikansi diatas 0,05. b. Uji linearitas Uji linearitas digunakan untuk mengetahui dua variabel mempunyai hubungan linear atau tidak. Dua variabel dikatakan linera apabila taraf signifikansinya kurang dari 0,05. 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi antar variabel bebas (independen). Persyaratan yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya hubungan multikolinearitas. b. Uji heteroskedastisitas Uji heterokedalitas adalah variasi residual yang tidak sama pada semua pengamatan model regresi. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya heterokedatisitas.
digilib.uns.ac.id 66 c. Uji otokorelasi Uji otokorelasi digunakan untuk menguji model regresi linear yang memiliki korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu pengamatan dengan pengamatan lain. Apabila ditemukan adanya korelasi, maka ada masalah otokorelasi. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya otokorelasi. Guna mempermudah penghitungan, maka seluruh pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 23.0 for Windows.