BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan dari pergerakan wisatawannya. Pada akhir-akhir ini pariwisata di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era modern seperti sekarang ini, padatnya rutinitas kegiatan atau

BAB I PENDAHULUAN. Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah suatu kegiatan yang unik, karena sifatnya yang sangat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Widayati Prihatiningsih, 2015

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penenlitian

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Potensi Visual sebagai Dayatarik Wisata di Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu industri strategis jika ditinjau dari segi

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain oleh masing-masing destinasi pariwisata. melayani para wisatawan dan pengungjung lainnya 1

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB 1 PENDAHULAN. 1.1 Latar Belakang. manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha. Di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB 1 PENDAHULUAN. secara serius melibatkan industri lainnya yang terkait. Pengenalan potensi

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. satu alternatif pembangunan, terutama bagi negara atau daerah yang memiliki

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda

BAB I PENDAHULUAN. yang secara bersama menghasilkan barang-barang dan jasa (goods and service)

2015 PENGARUH PENYAMPAIAN PEOPLE,PHYSICAL EVID ENCE D AN PROCESS TERHAD AP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata terus dikembangkan dan menjadi program pembangunan nasional Sumber : World Tourism Organization (2015)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dari tahun sebelumnya. Angka itu diatas pertumbuhan ekonomi nasional

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan sebagai destinasi wisata nasional dalam Masterplan Kementerian

2016 PENGARUH MOTIVASI WISATAWAN LOKALTERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE TAMAN KOTA DI KOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak mungkin hanya memproduksi sebuah destinasi saja. Kegiatan pariwisata juga

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ana Fajriasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

2016 PENGARUH CULTURAL VALUE PADA DAYA TARIK WISATA PURA TANAH LOT BALI TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi agenda utama pemerintah Indonesia.

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi yang semakin berkembang telah menimbulkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. disebut Ratu dari Timur ( Queen of the east ). Kejadian kejadian sejarah termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun.

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi kemajuan ekonomi suatu negara. Terlebih kekayaan alam dan budaya

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. wisata budaya. Dari berbagai potensi wisata yang dimiliki Jawa Tengah salah

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk Usaha, Bidang Usaha, dan Perkembangan Usaha. Jakarta Barat merupakan salah satu bagian yang memiliki kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Hermantoro (2011 : 11) menyatakan bahwa lmu pariwisata

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

2014 PENGARUH KUALITAS PRODUK WISATA TERHADAP KEPUTUSAN PENGUNJUNG UNTUK BERKUNJUNG KE MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK DI JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk membantu menangani masalah perekonomian dunia. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata sebagai sebuah sektor telah mengambil peran penting dalam membangun perekonomian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Realisasi Penerimaan Pajak

2015 PENGARUH EXPERIENTAL MARKETING TERHADAP CUSTOMER SATISFACTION DI GALERI IPTEK SABUGA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengaktifkan sektor lain di dalam negara penerima wisatawan. Di samping itu,

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan daerah, memberdayakan

BAB I PENDAHULUAN. pemasukan bagi negara. Pariwisata memiliki peranan penting dalam membawa

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. mengesankan dalam hal total kunjungan turis internasional. Jumlah kunjungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas yang mempunyai peran penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Museum dalam..., Faika Rahima Zoraida, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BUTIR-BUTIR KONSOLIDASI PENYATUAN LANGKAH AKSELERASI PENCAPAIAN SASARAN 2016 per-bidang PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan

2015 PENGARUH BRAND IMAGE TERHADAP KEPUTUSAN MENGGUNAKAN JASA DI CV.QITARABU JAYA UTAMA

2015 PENGARUH KOMPONEN PAKET WISATA TERHADAP KEPUASAN BERKUNJUNG WISATAWAN DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain sektor migas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang dengan angka kemiskinan, dan pengangguran

Bab I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selvi Arini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern seperti ini, internet telah menjadi sesuatu hal yang tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin. meningkat baik dari jumlah wisatawan maupun pembelanjaannya.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang cepat. Saat ini sektor pariwisata banyak memberikan kontribusi

I. PENDAHULUAN. yang ada. Sebagai contoh laporan World Wild Fund (WWF) pada tahun 2005

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kekayaan sumber

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhuan pariwisata pada saat ini merupakan bentuk nyata dari perjalanan sebuah bisnis global yang sangat menjanjikan karena pertumbuhan pariwisata itu sendiri mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dunia yang dihasilkan dari pergerakan wisatawannya. Pada akhir-akhir ini pariwisata di Indonesia sangat digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Pariwisata ini sangat mempunyai prospek yang sangat baik untuk masa depan bagi Indonesia. Data yang ditunjukkan dari UNWTO (United Nations World Tourism Organization) diperkirakan pada tahun 2020 akan terjadi pergerakkan sebanyak 1,6 miliar wisatawan dengan total perbelanjaan sebesar USD 2.000 miliar. Angka yang cukup besar ini hanya dihasilkan oleh wisatawan internasional saja di luar biaya transportasi yang dikeluarkan. Ditambah dengan masuknya Era Globalisasi yang dimana setiap unit kehidupan yang ada pada saat ini sangat saling berhubungan satu dengan yang lainnya, ada fasilitas yang mendukung pergerakkan para manusia dalam setiap aktifitasnya. Dengan adanya Globalisasi, tentu adanya persaingan antar sesama individu bahkan antar negara. Persaingan yang ada salah satunya persaingan dalam Pariwisata. Setiap negara tentunya memiki destinasi yang mempunyai daya tarik dan daya saing yang berbeda. Pendeskripsian daya saing destinasi antar negara dapat dilihat pada pernyataan bahwa Singapura menduduki peringkat 1

2 pertama dengan indeks daya saing 71,73%, Australia dengan indeks daya saing sebesar 64,69%, Malaysia dengan indeks daya saing sebesar 56,83%, Thailand dengan indeks daya saing sebesar 53,25%, Filipina dengan indeks daya saing sebesar 49%, Indonesia dengan indeks daya saing sebesar 40,63%, dan yang terakhir adalah Vietnam dengan indeks daya saing sebesar 40,61% (Hasil kajian daya saing Indonesia terhadap Negara pesaing, sebagaimana pernah diungkapkan Sekretaris Jenderal Kemenbudpar, 2010. Indonesia sendiri memiliki jumlah tingkat kunjungan yang potensial sera bisa bersaing dengan negara-negara ASEAN yang lainnya. Walau memang dari posisi indeks daya saing pariwisata indonesia sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan negara tetangganya sendiri. Jumlah wisatawan Indonesia yang didalamnya terdiri dari wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara yang mana memeiliki pengeluaran yaang berbeda-beda dalam kegiatan pariwisatanya di indonesia. Adapun jumlah kunjungan para wisatawan mancanegara dapat dilihat didalam tabel di bawah ini. TABEL 1.1 STATISTIK KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA DI INDONESIA Tahun wisman Jumlah Wisatawan Mancanegara Pertumbuhan (%) Rata- Rata Lama Tinggal (Hari) Rata-Rata Pengeluaran Per Orang (USD) Per Hari Per Kunjungan juta USD Penerimaan Devisa Pertumbuhan (%) 2004 5.321.165 19,12 9,47 95,17 901,66 4.797,90 18,85

3 2005 5.002.101-6,00 9,05 99,86 904,00 4.521,90-5,75 Tahun wisman Jumlah Wisatawan Mancanegara Pertumbuhan (%) Rata- Rata Lama Tinggal (Hari) Rata-Rata Pengeluaran Per Orang (USD) Per Hari Per Kunjungan juta USD Penerimaan Devisa Pertumbuhan (%) 2006 4.871.351-2,61 9,09 100,48 913,09 4.447,98-1,63 2007 5.505.759 13,02 9,02 107,70 970,98 5.345,98 20,19 2008*) 6.234.497 13,24 8,58 137,38 1.178,54 7.347,60 37,44 2009**) 6.323.730 1,43 7,69 129,57 995,93 6.297,99-14,29 2010 7.002.944 10,74 8,04 135,01 1.085,75 7.603,45 20,73 2011 7.649.731 11,82 9,51 144,52 1.374,38 8.977,83 18,61 2012 Data Belum Tersedia Sumber : P2DSJ dan BPS, 2013 Berdasarkan Tabel 1.1 di atas Indonesia mengalami peningkatan yang cukup baik dari tahun sebelumnya. Hal ini dikeranakan upaya yang dilakukan pemerintah sudah cukup baik. Ini menandakan bahwa indonesia berpotensi untuk mendatangkan wisatawan yang lebih banyak lagi untuk tahun-tahun berikutnya. Dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan mancanegara ke Indonesia pada tahun 2009 mengalami kenaikan, dari tahun 2008 sebesar 6.234.497 menjadi 6.323.730. Bila dilihat pada tabel diatas, pada tahun 2009 juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan, bermula dari 6.323.730 menjadi 7.002.944 pada tahun 2010. Kemajuan pariwisata Indonesia juga ditandai dengan meningkatnya jumlah kunjungan pada tahun 2011 yaitu sebesar 7.649.731.

4 Indonesia sebagai salah satu kawasan ASEAN dan negara yang mempunyai potensi wisata yang sangat banyak, mengalami laju pertumbuhan wisatawan yang keadaanya tidak pasti. Untuk mencapai prospek yang baik tersebut, kepariwisataan di Indonesia haruslah dikelola oleh tenaga-tenaga yang sangat profesional. Peranan pemerintah, swasta serta masyarakat Indonesia sangatlah penting demi untuk kemajuan pariwisata di Indonesia itu sendiri. Pariwisata sangatlah baik untuk mendukung dan menciptakan lapangan pekerjaan dan devisa yang cukup tinggi untuk sebuah negara. Dengan berkembangnya kepariwisataan yang ada akan sangat membantu sebuah negara tersebut untuk memajukan daerah-daerahnya. Jumlah pendapatan yang diperoleh dari sektor pariwisata Indonesia memiliki jumlah yang cukup tinggi dan menjadi penghasil devisa negara kedua setelah migas yang dapat menghasilkan penerimaan devisa sebesar US$ 8,7 juta (Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008). Berikut data yang menunjukan penghasilan yang diperoleh dari pariwisata mulai dari tahun 2004 sampai tahun 2009 di Indonesia. Tahun TABEL 1.2 RATA-RATA PENDAPATAN PER TAHUN DARI SEKTOR PARIWISATA INDONESIA WISMAN (IN BOUND TOURISM) Kunjungan Orang Penerimaan Devisa WISNAS (OUT BOUND TOURISM) Kunjungan Orang Pengeluaran Devisa Perjalanan (Ribuan Orang) WISNUS Pengeluaran (Triliun Rp) 2004 5.321.165 4.797,90 3.941.381 3.388,84 202.763 71,7 2005 5.002.101 4.521,90 4.106.225 2.807,75 198.359 74,72

5 2006 4.871.351 4.447,98 4.967.403 3.863,20 204.553 88,21 2007 5.505.759 5.345,98 5.158.441 4.331,23 222.389 108,96 2008 6.429.027*) 7,377.39*) 4.996.594 5.245,02 225.042 123,17 2009 6.452.259**) 6,302.50**) 4,772,790*) 4,680.67*) 229.731 137,91 2010 7.002.944 7.169,35 4,559,010 3.448,82 310.159 139,01 2011 7.649.731 7.831,50 4,354,806 3.532,63 448.242 144,52 Sumber : www.budpar.go.id (Diolah) Peningkatan jumlah wisatawan dan jumlah pendapatan merupakan langkah baik bagi Indonesia dan pemerintah daerah yang daerahnya mempunyai potensi pariwisata yang cukup mumpuni. Setiap daerah yang ada di Indonesia mempunyai potensi yang sangat berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Setiap pemerintah daerah memiliki peraturan atau wewenang bagi daerahnya dalam upaya untuk mengembangkan pariwisata yang ada di daerahnya tersebut. Setiap daerah pasti mempunyai potensi wisata yang berbeda-beda, dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia dari semua provinsi yang memiliki potensi wisata yang cukup baik dengan di dukung oleh sumber daya manusia yang cukup adalah pulau jawa. Pulau jawa terbagi atas 6 provinsi yaitu jawa barat, jawa tengah, jawa timur, banten, DKI Jakarta, dari masing-masing provinsi, provinsi yang paling besar adalah provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 34.669,11 km2. DKI Jakarta merupakan ibu kota negara Indonesia yang mana juga merupakan barometer perekonomian Indonesia. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Jakarta meningkat untuk tahun ini, kunjungan wisatawan dapat dilihat pada Tabel 1.3 di bawah ini.

6 TABEL 1.3 DATA JUMLAH KUNJUNGAN WISMAN KE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2002 2012 Tahun Jumlah Wisman Pertumbuhan (%) 2002 1,267,695 5.87 2003 1,125,168-11.24 2004 1,065,495-5.30 2005 1,168,656 9.68 2006 1,216,132 4.06 2007 1,216,057-0.01 2008 1,534,432 26.18 2009 1,451,914-5.38 2010 1,892,866 30.37 2011 1,943,751 38.19 2012 2,864,976 40,12 Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta, 2013 Berdasarkan Tabel 1.3 diatas, dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan jumlah kunjungan ke Jakarta. Hal ini mungkin merupakan hal yang sangat dinamis. Namun dengan adanya perkembangan diatas, pemerintah tidak akan hanya berhenti sampai disitu saja, melainkan pemerintah DKI Jakarta tetap melancarkan strategi pemasarannya agar dapat mendatangkan wisatawan yang lebih banyak lagi. Perkembangan jumlah kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara, lambat laun akan membantu pemerintah DKI Jakarta serta Pemerintah Republik Indonesia dalam memperbaiki citranya di mata dunia. Indonesia yang belakangan ini sudah sering sekali adanya aksi-aksi anarkis sempat membuat Indonesia menjadi destinasi yang diragukan. Namun hal

7 itu tidak begitu mempengaruhi wisatawan untuk datang berkunjung ke Indonesia. Indonesia memiliki kota-kota yang mempunyai destinasi pariwisata yang unggul. Seperti Jakarta juga mempunyai objek wisata yang cukup baik dan bisa bersaing dengan objek wisata di daerah lainnya. Banyaknya wiasatawan yang berkunjung pada setiap destinasi wisata dinyatakan dalam jumlah kunjungannya pada setiap objek destinasi tersebut. Dalam sisi jumlah kunjungan, wisatawan nusantara mengalami kenaikan jumlah kunjungan yang cukup besar. Berikut adalah tabel 1.4 mengenai jumlah kunjungan wisatawan nusantara ke provinsi DKI Jakarta. TABEL 1.4 PERKEMBANGAN JUMLAH KUNJUNGAN WISNUS KE PROVINSI DKI JAKARTA Tahun Jumlah Wisnus Pertumbuhan (%) 2002 9,108,728 0.20 2003 9,088,420 0.22 2004 13,577,000 49.39 2005 11,746,250 13.48 2006 12,777,571 8.78 2007 14,055,328 10.00 2008 15,741,967 12.00 2009 16,708,834 6.14 2010 18,045,541 8.00 2011 21,694,726 5.94 2012 23,763,832 6.74 Sumber : BPS DKI Jakarta, 2013 Adanya kenaikan jumlah kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara khusunya ke wilayah provinsi DKI Jakarta yang tentunya mengunjungi tempat atau dentinasi pilihan yang tersedia di DKI

8 Jakarta itu sendiri. Destinasi yang tersedia di Jakarta tentunya akan menjadi salah satu motivasi mereka untuk mengunjungi kota metropolitan ini. adapun berbagai macam destinasi dan jumlah kunjungan wisatawan, pada tabel 1.5 dibawah ini. NO TABEL 1.5 DATA KUNJUNGAN WISATAWAN KE DAYA TARIK WISATA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2009-2012 OBJEK WISATA TAHUN 2009 2010 2011 2012 1 TIJA Ancol* 10.573.716 12.834.890 27.888.970 28.475.900 2 Taman Mini Indonesia Indah* 4.863.486 5.298.719 5.307.552 6.075.644 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 T. Marga Satwa Ragunan* Monumen Nasional Museum Nasional Museum Satria Mandala Museum Sejarah Jakarta Museum Tekstil Museum Bahari M. Seni Rupa dan Keramik Museum Wayang Museum Joang '45 Taman Arkeologi P.Onrust 3.215.831 3.580.024 4.659.078 5.367.887 1.372.896 1.253.266 1.107.696 1.504.673 243.464 375.710 189.684 223.675 52.276 63.797 93.966 102.674 140.410 724.082 546.960 664.874 92.557 43.107 61.206 64.473 40.423 6.327 32.710 33.688 107.513 76.713 60.178 65.983 189.398 164.696 275.114 378.457 12.376 17.504 27.724 25.578 17.725 19.443 24.934 37.691 Pel. Sunda Kelapa 64.197 34.112 30.228 31.824 JUMLAH 20.986.066 24.492.390 40.306.000 43.023.021 Sumber : BPS DKI Jakarta, 2013

9 Masing-masing daya tarik yang ada di Jakarta, tentunya memiliki karakteristik masing-masing. Destinasi yang telah di sebutkan pada Tabel 1.5 diatas, mayoritas hampir keseluruhan destinasi tersebut naik dalam sisi kunjungan wisatawan. Jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Jakarta, mengalami perkembangan yang cukup baik. DKI Jakarta merupakan Kota Metropolitan yang cukup berkembang dan dapat bersaing dari Kota-Kota berkembang lainnya di Indonesia. Terkenal dengan gedung-gedung pencakar langitnya serta gaya hidup yang sangat Glamour. Bukan hanya itu Jakarta merupakan tempat pusat pemerintahan Indonesia. Jakarta memiliki banyak tempat-tempat wisata seperti wisata sejarah, wisata alam, wisata budaya dll. Salah satu yang paling terkenal adalah wisata sejarah Jakarta seperti Museum Fatahillah, Museum Tekstil, Museum Wayang yang terletak di kawasan kota tua Jakarta tepatnya di Jakarta Barat. Pelestarian bangunan bersejarah merupakan suatu pendekatan yang strategis dalam pembangunan kota, karena pelestarian menjamin kesinambungan nilai-nilai kehidupan dalam proses pembangunan yang dilakukan oleh aktor pembangunan (Stakeholder). Istilah yang digunakan untuk bangunan lama yang memiliki nilai-nilai berharga adalah historical building, atau dapat disamakan artinya dengan bangunan bersejarah. Dan salah satu cara untuk mendukung kegiatan pelestarian adalah dengan melaksanakan kegiatan konservasi. Pada pusat kota terjadi perkembangan dan perubahan yang dinamis. Perkembangan yang dinamis ditandai dengan munculnya berbagai aktivitas, terutama perekonomian dan mengakibatkan perubahan secara fisik. Warisan bersejarah adalah Kota Tua

10 yang memiliki bangunan-bangunan kolonial yang memiliki nilai historis dan sejarah yang cukup tinggi. Dengan rencana pembangunan di kawasan Kota Tua telah dimulai sejak tahun 1972. Jakarta Kota (Oud Batavia) adalah Kota peninggalan kolonial Belanda yang memiliki karakter tersendiri. Banyak terdiri dari bangunan yang menyimpan saksi bisu sejarah yang terjadi pada Jakarta pada zaman pemerintahan Belanda. Kokohnya bangunan bersejarah membuat karakter bahwa Kota Tua Jakarta ini sebagai destinasi Budaya dan Sejarah. Tetapi di pihak lain, bangunan yang ditinggalkan juga tetap perlu dikelola agar tidak kehilangan nilai-nilainya. Lokasi dan bangunan tua yang terkait dengan sejarah kota dapat memberikan inspirasi bagi manusia untuk memberdayakan diri melalui berbagai macam kegiatan ekonomi, sosial dan budaya. Ditinjau dari sisi sosial yang ada didalam kawasan Kota Tua Jakarta ini cukup variatif. Adanya kawasan yang memiliki nilai bersejarah yang terdapat tempat atau bangunan bersejarah menciptakan motivasi kunjungan baik dari kalangan wisatawan mancanegara juga wisatawan nusantara, bahkan disisi lain banyaknya tumbuh komunitas komunitas yang peduli akan nilai sejarah dan budaya yang terkandung di dalam kawasan Kota Tua Jakarta ini. Para wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang berkunjung ke kawasan Kota Tua ini cukup banyak bila dilihat dari segi kunjungan Museum. Perkembangan wisatawan, baik wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara cukup baik. Pengunjung kawasan ini sangat menikmati nuansa zaman dahulu yang memang masih klasik. Kunjungan para wisatawan terhadap kota tua jakarta

11 sangat dinamis, hal ini disebabkan kegiatan promosi yang kurang efesien yang dilakukan UPK Kota Tua itu sendiri. Data jumlah kunjungan wisatawan dapat dilihat dari Tabel di bawah ini. TABEL 1.6 JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN KE KOTA TUA TAHUN 2007-2012 Tahun Jumlah Kunjungan Wisnus Wisman 2007 543.235 181. 325 361.910 2008 724.560 362.253 362.310 2009 634.502 242.192 392.310 2010 1.049.037 424.206 624.831 2011 1.006.396 380.565 625.831 2012 1.245.267 415.089 830.178 Sumber : UPK Kota Tua Jakarta, 2013 Berdasarkan Tabel 1.6 diatas dapat dinyatakan bahwa kunjungan pada tahun 2009 mendapatkan kendala. Hal ini dapat ditinjau dari kegiatan atau aktifitas UPK Kota Tua yang secara penuh merevitalisasi sejumlah museum yang ada yang mana akan mempengaruhi jumlah kunjungan yang datang ke museum tersebut. Kebijakan pembatasan kegiatan yang diterapkan Unit Pelaksana Kawasan (UPK) Kota Tua, diharapkan tidak sampai menghambat kreativitas warga sekitar kawasan Kota Tua. Terlebih kegiatan yang dilaksanakan warga juga memiliki nilai tambah untuk sumber pendapatan ekonomi warga sekitar dan bersifat temporer hanya satu kali dalam setahun.

12 Beberapa bangunan di Kawasan Kota Tua Jakarta yang telah dijadikan Museum adalah Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah), Museum Wayang, Museum Bahari, Museum tekstil, dan pelabuhan sunda kelapa. Salah satu objek unggulan yang ada di Kota Tua Jakarta adalah Museum Fatahillah. Keberadaan Kota Tua Jakarta sekarang ini tidak asing lagi, selain dikenal dengan peninggalan sejarah dan budaya zaman kolinial Belanda, Kota Tua juga dikenal dengan adanya komunitas-komunitas yang tentunya memiliki tujuan tersendiri untuk memberikan sumbangsih dan pastinya mereka sangat peka dengan nilai yang ditinggalkan oleh kawasan Kota Tua itu sendiri dan bertujuan untuk melestarikan dan menjaga nilai-nilai tersebut. Komunitas yang telah eksis di Kota Tua ini merupakan komunitas yang sangat sadar dan sangat memperhatikan keadaan Kota Tua itu sendiri. Mereka dengan sukarela membuat programnya masing-masing yang dapat menimbulkan motivasi tersendiri bagi para wisatawan untuk belajar akan sejarah dan budaya kolonial yang telah ditinggalkan oleh Kota Tua Jakarta. Dengan adanya komunitas ini para Stakeholder yang berwenang disana sangat memanfaatkan komunitas ini. Dari sekain banyak komunitas yang tumbuh didalam kawasan ini, mayoritas tumbuh atau terbentuk atas dasar tertarik dengan sebuah tempat yang menjadi icon sejarah Jakarta yaitu Kawasan Kota Tua Jakarta ini. Dan komunitas lainnya juga sangat berperan untuk meramaikan kawasan Kota Tua Jakarta walau banyak yang hanya bertujuan menunjukan bakat atau eksistensi komunitasnya sendiri.

13 Dapat dikatakan bahwa peranan komunitas yang ada akan sangat membantu kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh Stakeholder untuk memasarkan kawasan Kota Tua sebagai Kawasan sejarah dan budaya. berikut adalah Tabel 1.7 mengenai kumpulan komunitas yang ada didalam kawasan Kota Tua Jakarta.

14 TABEL 1.7 KOMUNITAS TIPE HUB DI KAWASAN KOTA TUA JAKARTA No Komunitas u Jumlah Anggota 1. Ruhha Fatahillah 24 2 Barongsai Museum Mandiri 15 3 Tanjidor Museum Mandiri 10 4. Marching Band Museum Mandiri 37 5. Komunitas Jelajah Budaya (KJB) 34 6. Komunitas Historia Indonesia (KHI) 45 7. Komunitas Tempo Doeloe 23 8. Komunitas Sepeda Tua Indonesia (Kosti) 29 9. HMP Seni Budaya 18 10. Trem Kota 14 11. Komunitas KAPISTA Pelukis / Perupa 20 12. Komunitas Jelajah 24 13. Penggiat Onthel di Taman Fatahillah 12 14. ICA (Indonesia Community Art) 23 15. Trotoart (Perupa / Pelukis) 9 16. Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) 32 17. Lorong Rupa 21 18. Love Our Heritage 30 19. Kota Tua Dance 15 20. KlubTempo Doeloe 22 21. Pemuda Museum 15 22. Jejak Wisata 26 23. River for Live 17 24. Sahabat Museum 25 25. Jejak Langkah 34 Jumlah 574 Sumber : UPK Kota Tua, 2012

16 Dari Tabel 1.7 diatas dapat dikatakan bahwa cukup banyaknya komunitas yang keberadaannya dapat membantu pemerintah dan Stakeholder dalam memasarkan Kota Tua Jakarta sebagai salah satu warisan sejarah dan budaya kolonial. Adapun rangkaian acara yang dilakukan oleh Pemerintah setempat khususnya UPK Kota Tua itu sendiri. Berikut adalah rangkaian acara yang didalamnya terdapat peranan komunitas komunitas tersebut. Komunitas yang ada disana merupakan komunitas yang terbentuk melalui kesadarannya mereka masing-masing akan pentingnya nilai sejarah yang terkandung didalam kawasan Kota Tua Jakarta ini. Komuitas ini dinamakan Komunitas Hubs atau Hubs Community. Yang mana menurut Hermawan Kertajaya (2010) Hubs Community adalah Komunitas yang bersatu karena kekaguman anggotanya terhadap satu individu. Dari sekian banyak komunitas yang terbentuk, hingga saat ini pemerintah setempat membentuk tim kerja yang bergabung di dalam komunitas yaitu DMO (Destination Management Organization) yang mana peran aktif dari pemerintah bersama sekelompok komunitas beserta pihak pengelola kawasan Kota Tua Jakarta itu sendiri. Kota Tua Jakarta merupakan salah satu kawasan di Kota Jakarta yang memiliki potensi wisata Heritage. Menurut Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kota Tua Jakarta terdapat 5 zonasi di kawasan tersebut, yaitu : Sunda Kelapa (Zonasi 1), Fatahillah (Zonasi 2), Pecinan (Zonasi 3), Pakojan (Zonasi 4) dan Kawasan Peremajaan (Zonasi 5). Kawasan Cagar Budaya ini adalah kawasan dengan luas sekitar 846 Ha, yang terletak di Kotamadya Jakarta Utara dan Kotamadya Jakarta

17 Barat. Kawasan ini merupakan awal dari masa depan perkembangan Kota Tua Jakarta sejak abad 14. Dalam perkembangan Kota Jakarta, khususnya untuk kawasan-kawasan tersebut masih terdapat permasalahan seperti belum merekatnya citra yang didapat oleh Kota Tua itu sendiri sebagai kawasan Heritage dan. Kota Tua yang pada masanya merupakan sebuah kawasan yang sangat dijaga, kini berubah menjadi kawasan yang memang masih memiliki situs sejarah dan nilai budaya namun secara berangsur angsur seakan berubah menjadi kawasan yang kurang terjaga, baik dari sisi kebersihan, kelestarian bangunan, lingkungan sekitar seperti drainase, dan kemacetan yang luar biasa membentuk penilaian tersendiri yang tentunya negatif. Dapat dilihat, banyak ruang hijau kota di kawasan ini berubah menjadi tempat komersial. Kawasan ini pada zaman dahulu juga sempat menjadi pusat kegiatan ekonomi terbesar di Jakarta, tetapi daya dukung lingkungannya tidak diperhatikan, dilihat dari sebagian besar warganya kawasan ini sebatas tempat untuk mencari uang. Tidak ada semacam rasa memiliki yang membuat warga tergerak untuk turut membenahi kota. Masyarakat yang memang sengaja menjadikan kawasan ini sebagai ladang mata pencaharian mereka sehari-hari sedikit banyaknya akan menciptakan persepsi tersendiri bagi para wisatawan yang datang berkunjung. Hal ini dapat dilihat bahwa banyaknya pedangan kaki lima yang masuk kedalam kawasan, sampah yang berserakan juga sanitasi air yang sangat tidak bersih.

18 Bukan hanya itu bahkan dari masyarakat sekitar kawasan atau pengunjung kurang kesadaran dalam menjaga kelestarian dan kebersihan kawasan Kota Tua ini. Hal tersebut diatas merupakan hal yang sangat mempengaruhi citra kawasan Kota Tua Jakarta sendiri. Hal ini juga sudah ditanggapi dengan cepat oleh pihak UPK (Unit Pengelola Kawasan) Kota Tua, Swasta, dan Pemerintah yang bertanggungjawab atas kawasan ini. Menurut Bapak Norvi sebagai sekertaris UPK Kota Tua, sulitnya membina komunitas yang menyimpang, para pedagang kali lima, dan masyarakat sekitar kawasan ini untuk peduli dengan keberadaan kawasan Kota Tua Jakarta itu sendiri. Menurut Nirwono Seperti kita lihat, banyak ruang hijau kota di kawasan ini berubah menjadi tempat komersial. Kawasan ini juga menjadi pusat kegiatan ekonomi terbesar di Jakarta, tetapi daya dukung lingkungannya tidak diperhatikan. Ini sama saja bunuh diri ekologis, (Kompas 25 Juli 2011). Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa Kota Tua Jakarta juga selain memiliki sisi negatif juga memiliki potensi daya tarik wisata yang besar sebagai Kawasan Wisata Sejarah seperti museum museum, warisan situs perang dan pertahanan, warisan gempa dan ziarah, budaya, hidup, festival, acara khusus, warisan industri, situs arkeologi dan acara khusus. Kompas, 29 Juli 2011 : Kompleks Taman Fatahillah di Kawasan Kota Tua Jakarta akan segera di pagari, pemagaran dilakukan untuk membentuk kompleks yang sekarang semerawut, pasang di tujuh titik. Kata Kepala Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Jakarta, Ghatut Dwihastoro (28/7). Hal ini menggambarkan bahwa kawasan kota tua Jakarta, sangat kurang mencerminkan kawasan wisata sejarah dan budaya, dikaenakan kondisi lingkungan dan masyarakat yang kurangmendukung. Saat ini pengelola kawasan memberikan keleluasaan kepada masyarakat dan komunitas untuk berperan aktif

19 membantu dalam menjaga kelestarian kawasan kota tua itu sendiri. Kawasan Kota Tua Jakarta juga memiliki potensi pasar yang cukup besar, hal ini bisa dilihat dari banyaknya pengunjung yang datang ke kawasan tersebut, dengan kegiatan yang yang beraneka ragam, namun semua itu terhambat oleh masalah-masalah yang telah disebutkan diatas. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan melakukan penelitian untuk pengimplentasian strategi pemasaran dalam era New Wave Marketing yaitu adalah Hubs Community. Sehingga didalam penelitian ini peneliti mengangakat judul Pengaruh Hub Community terhadap Citra Kawasan Kota Tua Jakarta. 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan judul penelitian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana Hub Community di Kawasan Kota Tua Jakarta? 2. Bagaimana Citra Kawasan Kota Tua Jakarta? 3. Seberapa besar pengaruh Hub Community terhadap Citra Kawasan Kota Tua Jakarta? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini untuk memperoleh hasil temuan tentang: 1. Gambaran mengenai Hub Community di Kawasan Kota Tua Jakarta. 2. Gambaran mengenai Citra Kawasan Kota Tua Jakarta. 3. Pengaruh Hub Community terhadap Citra Kawasan Kota Tua Jakarta.

20 1.4 KEGUNAAN PENELITIAN Penulisan penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat kegunaan penelitian. 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengembangan ilmu manajemen pemasaran dan memberikan nilai tambah pengetahuan serta wawasan berkaitan dengan bahasan penelitian ini, yaitu tentang New Wave Marketing sebagai grand theory, dan teori New Wave Marketing Mix sebagai Midle Theory serta khususnya pengaruhnya terhadap citra Kawasan Kota Tua. 2. Kegunaan praktis Sedangkan kegunaan praktis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para stakeholder di sektor pariwisata khususnya UPK Kota Tua dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jakarta sebagai bahan pertimbangan bagi instansi tersebut untuk lebih gencar dalam mempertahankan Kawasan Kota Tua Jakarta.