BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rendahnya tingkat penerimaan pajak di Indonesia merupakan fenomena yang terus menerus terjadi. Padahal pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang paling penting. Pendapatan tersebut nantinya digunakan untuk pembangunan dalam negara itu sendiri. Hal inilah yang menyebabkan pemerintah terus berupaya untuk memaksimalkan penerimaan pajak dari segala sisi. Di Indonesia, sebesar 2/3 dana APBN bersumber dari penerimaan pajak (Wulandari dkk, 2016). Itu artinya Indonesia juga turut menjadikan pajak sebagai sumber yang memiliki kontribusi besar dalam menambah pendapatan negara. Penerimaan pajak tersebut digunakan untuk membiayai sejumlah pengeluaran negara diantaranya untuk pelayanan publik dan pembangunan nasional (Wulandari dkk, 2016). Pengeluaran utama negara adalah untuk pengeluaran rutin seperti gaji pegawai pemerintah, serta untuk berbagai macam subsidi diantaranya pada sektor pendidikan, kesehatan, pertahanan dan keamanan, perumahan rakyat, ketenagakerjaan, agama, lingkungan hidup dan pengeluaran pembangunan lainnya (Winerungan, 2013). Dengan kata lain, penerimaan pajak yang didapatkan pemerintah dari rakyat sesungguhnya akan kembali lagi kepada rakyat. Hal tersebut sesuai dengan fungsi budgetair yaitu pajak sebagai sumber keuangan negara. Disamping fungsi budgetair, pajak juga melaksanakan fungsi 1
2 regularend yaitu pajak sebagai alat pengatur atau alat untuk melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan. Fungsi ini berfokus kepada peranan pajak dalam upaya pemerataan ekonomi di masyarakat. Oleh karena itu, tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya secara baik dan benar merupakan syarat mutlak untuk tercapainya fungsi regularend. Sehingga diharapkan kesenjangan ekonomi dan sosial dalam masyarakat dapat berkurang. Dalam UU KUP NOMOR 28 TAHUN 2007 Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pengertian pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pengertian lain mengenai pajak dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. yang mengatakan bahwa pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian disempurnakan sehingga berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment. Dari definisi yang telah dikemukakan diatas, jelas bahwa penarikan pajak yang dilakukan oleh suatu negara tidak lain adalah untuk pembangunan negara dan kebutuhan warga negara itu sendiri.
3 Untuk meningkatkan penerimaan pajak, pemerintah melakukan reformasi perpajakan secara menyeluruh pada tahun 1984. Sejak saat itu, Indonesia menganut self assessment system yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang (Mardiasmo, 2009 dalam Rohmawati dan Rasmini, 2012). Sistem ini menghendaki partisipasi dari wajib pajak untuk melakukan serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan pemenuhan kewajiban perpajakannya. Dalam hal ini fiskus berfungsi sepenuhnya selaku pengawas perpajakan (Hasan,2008). Sistem self assessment mengharuskan wajib pajak untuk mendaftar, menghitung, membayar serta melaporkan sendiri jumlah pajak terutang yang menjadi kewajiban mereka (Tiraada, 2013). Sayangnya, banyak masyarakat yang masih menilai bahwa pajak merupakan beban yang memberatkan bagi mereka. Kurangnya kesadaran pada masyarakat akan pentingnya pajak menyebabkan mereka lalai dalam memenuhi kewajiban mereka dalam membayar pajak. Masyarakat cenderung sulit untuk melaksanakan sistem self assessment. Hal inilah yang menyebabkan target pajak seringkali tidak tercapai. Target pajak yang tidak tercapai ini tercermin dari rendahnya penerimaan pajak yang diterima oleh pemerintah. Pranadata (2014) menyatakan bahwa untuk mengatasi permasalahan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat ini, Direktorat Jenderal Pajak membentuk unit kerja yang bertugas untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait pentingnya membayar pajak yaitu Kantor Pelayanan Pajak. Kantor Pelayanan Pajak merupakan unit kerja dari Direktorat Jenderal Pajak yang melaksanakan pelayanan kepada masyarakat baik yang sudah terdaftar sebagai wajib pajak maupun yang belum terdaftar, unit kerja ini bertugas memberikan segala macam informasi dan melakukan sosialisasi perpajakan kepada masyarakat.
4 Usaha memaksimalkan penerimaan pajak tidak dapat hanya mengandalkan peran dari Dirtjen Pajak maupun petugas pajak, tetapi dibutuhkan juga peran aktif dari para wajib pajak itu sendiri (Tiraada, 2013). Kepatuhan wajib pajak dipandang sebagai faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan atau penurunan jumlah penerimaan pajak suatu daerah. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara. Salah satunya adalah faktor mengenai kesadaran tentang perpajakan yang ada di masyarakat. Menurut Rohmawati dkk (2012), kesadaran wajib pajak merupakan kondisi dimana wajib pajak paham terhadap ketentuan dalam perpajakan sehingga ia dapat secara sukarela melaksanakannya dengan benar. Selain itu, menurut Masruroh (2013), tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban untuk membayar pajak berhubungan erat dengan kualitas pelayanan yang diberikan aparat pajak kepada wajib pajak. Pelayanan fiskus yang kooperatif, jujur, menegakkan aturan perpajakan, tidak mempersulit, dan tidak mengecewakan wajib pajak diharapkan mampu mengatasi masalah kepatuhan wajib pajak (Yogatama, 2014). Faktor lain yang dianggap dapat berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak adalah sanksi pajak yang diterapkan terhadap wajib pajak maupun fiskus pajak. Keberadaan undang-undang yang mengatur tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan, membuat peraturan perpajakan harus dipatuhi bersama oleh wajib pajak maupun fiskus. Hal ini dikarenakan adanya sanksi perpajakan yang akan diterapkan pada setiap pihak yang melakukan pelanggaran. Wajib pajak akan memenuhi kewajiban perpajakannya bila memandang bahwa sanksi perpajakan akan lebih
5 banyak merugikannya (Nugroho, 2006 dalam Muliari dan Setiawan, 2011). Sanksi pajak yang diterapkan seharusnya dapat berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Keduanya dianggap saling memiliki pengaruh satu sama lain dalam meningkatkan jumlah penerimaan pajak suatu daerah. Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan akan dituruti atau ditaati atau dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan (Mardiasmo, 2009). Dalam undang-undang perpajakan terdapat dua jenis sanksi, berupa sanksi pidana dan administrasi. Sanksi pidana ialah sanksi berupa siksaan atau penderitaan, merupakan suatu alat terakhir atau benteng hukum yang digunakan fiskus agar norma perpajakan dipatuhi. Sedangkan sanksi administrasi merupakan pembayaran kerugian negara, khususnya yang berupa denda, bunga, dan kenaikan (Rohmawati dan Rasmini, 2012). Penelitian mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Adapun beberapa penelitian menunjukkan hasil yang sama. Namun beberapa penelitian lain menyebutkan hasil penelitian yang berbeda. Penelitian mengenai kesadaran wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Tiraada (2013), Wulandari, dkk(2016), serta Jotopurnomo dan Mangoting (2013) sama-sama menggunakan kesadaran perpajakan sebagai salah satu variabel independen dalam penelitian mereka. Ketiga penelitian tersebut menunjukkan hasil yang sama dimana berdasarkan penelitian yang telah mereka lakukan, variabel kesadaran perpajakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Namun hasil
6 berbeda ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan Hidayati (2014). Ia menunjukkan bahwa kesadaran dalam membayar pajak tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan membayar pajak. Pendapat ini juga didukung oleh hasil penelitian Wilda (2015) yang menunjukkan bahwa kesadaran kesadaran wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Beberapa penelitian lain yang menggunakan variabel berbeda dilakukan untuk menguji pengaruhnya terhadap kepatuhan wajib pajak. Wulandari, dkk (2016) serta Jotopurnomo dan Mangoting (2013) dalam penelitiannya menemukan bahwa pelayanan fiskus memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Namun hasil berbeda ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Winerungan (2013), dan Tiraada (2013). Dalam penelitiannya, mereka menyebutkan bahwa pelayanan fiskus tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Jotopurnomo dan Mangoting (2013), disebutkan bahwa sanksi perpajakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini memiliki hasil yang sama dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Layata dan Setiawan (2014), Rohmawati dan Rasmini (2012), serta Jatmiko (2006) dimana sanksi perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini didukung pula oleh hasil penelitian dari Muliari dan Setiawan (2011). Namun pendapat berbeda dikemukakan oleh Tiraada (2013), Winerungan (2013) dan Wilda (2015) dalam penelitian mereka yang menunjukkan bahwa sanksi perpajakan tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
7 Berdasarkan kondisi yang dipaparkan diatas, adanya perbedaan pendapat yang menimbulkan research gap pada beberapa hasil penelitian terdahulu mendorong peneliti untuk mengkaji ulang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti merupakan penelitian replika dari penelitian yang dilakukan oleh Tiraada pada tahun 2013 mengenai kesadaran perpajakan, sanksi pajak, sikap fiskus terhadap kepatuhan WPOP di Kabupaten Minahasa Selatan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Tiraada (2013) adalah pada variabel yang digunakan. Variabel independen yang digunakan adalah kesadaran perpajakan, pelayanan fiskus, dan sanksi perpajakan. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah tingkat kepatuhan wajib pajak. Perbedaan kedua penelitian ini terletak pada periode dan lokasi penelitian yang digunakan peneliti. Periode penelitian yang dilakukan Tiraada adalah pada tahun 2013, sedangkan periode dalam penelitian ini adalah tahun 2016. Lokasi penelitian yang digunakan oleh Tiraada adalah di Kantor Pelayanan Pajak Kotamobagu Kabupaten Minahasa Selatan sedangkan lokasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gayamsari Semarang. Selanjutnya, penelitian ini akan dikembangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul Pengaruh Kesadaran Perpajakan, Pelayanan Fiskus serta Sanksi Perpajakan terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak. 1.2 Rumusan Masalah Masruroh (2013) menyebutkan bahwa Direktorat Jenderal Pajak terus berupaya meningkatkan penerimaan pajak melalui penambahan jumlah wajib pajak
8 terdaftar. Namun, penambahan jumlah wajib pajak terdaftar yang ada tidak diiringi dengan peningkatan kepatuhan wajib pajak. Variabel yang diduga mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak dalam penelitian ini adalah kesadaran perpajakan, pelayanan fiskus, dan sanksi perpajakan. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah kesadaran perpajakan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak? 2. Apakah pelayanan fiskus berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak? 3. Apakah sanksi perpajakan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menguji secara empiris pengaruh kesadaran perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. 2. Untuk menguji secara empiris pengaruh pelayanan fiskus terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. 3. Untuk meguji secara empiris pengaruh sanksi perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak.
9 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini diuraikan sebagai berikut: 1. Bagi mahasiswa : Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa mengenai pengaruh kesadaran perpajakan, pelayanan fiskus serta sanksi perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dan memberikan gambaran langsung pada mahasiswa mengenai hal tersebut. 2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gayamsari : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan evaluasi dan masukan mengenai tindakan yang dapat diambil guna mengetahui tingkat kesadaran masyarakat terhadap perpajakan, pandangan masyarakat mengenai fiskus, serta efektifitas sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak yang terdaftar dalam memenuhi kewajiban pajaknya pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gayamsari. 3. Bagi Universitas Dian Nuswantoro : Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi ilmiah dan tambahan literatur bagi penelitian selanjutnya terkait pengaruh kesadaran perpajakan, pelayanan fiskus serta sanksi perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini berisi informasi yang akan dibahas pada tiap-tiap bab. Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini mencakup latar belakang masalah yang diangkat dalam
10 penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini dibahas mengenai teori-teori yang relevan dan menjadi landasan dalam menganalisis permasalahan yang dibahas dalam penelitian, review mengenai penelitian terdahulu, kerangka pemikiran teoritis dan pengembangan hipotesis mengenai masalah yang diangkat dalam penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan tentang variabel penelitian dan definisi operasional, pemilihan populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini berisi tentang gambaran umum deskripsi objek penelitian, analisis data, dan pembahasan dari hasil analisis data penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian.