BAB I PENDAHULUAN. menempatkan Indonesia pada peringkat keempat negara-negara yang kaya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan jumlah spesies burung endemik (Sujatnika, 1995). Setidaknya

BAB I PENDAHULUAN. migran. World Conservation Monitoring Centre (1994) menyebutkan

TINJAUAN PUSTAKA. Satwa burung (avifauna) merupakan salah satu satwa yang mudah. jenis memiliki nilai keindahan tersendiri. Burung memerlukan syarat

1. PENDAHULUAN. Indonesia (Sujatnika, Jepson, Soeharto, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). terluas di Asia (Howe, Claridge, Hughes, dan Zuwendra, 1991).

I. PENDAHULUAN. Burung merupakan salah satu jenis satwa liar yang banyak dimanfaatkan oleh

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai makluk hidup mulai dari bakteri, cendawan, lumut dan berbagai jenis

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai salah satu habitat alami bagi satwa liar. Habitat alami di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHALUAN. dan kehutanan. Dalam bidang kehutanan, luas kawasan hutannya mencapai. (Badan Pusat Statistik Lampung, 2008).

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Habitat merupakan salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sokokembang bagian dari Hutan Lindung Petungkriyono yang relatif masih

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati hidupan liar lainnya (Ayat, 2011). Indonesia merupakan

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rapat dan menutup areal yang cukup luas. Sesuai dengan UU No. 41 Tahun

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Ilmu Ekologi dikenal dengan istilah habitat. jenis yang membentuk suatu komunitas. Habitat suatu organisme untuk

BAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat 2.2 Komunitas Burung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Macan tutul (Panthera pardus) adalah satwa yang mempunyai daya adaptasi

LINGKUNGAN KEHIDUPAN DI MUKA BUMI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

Restorasi Ekosistem di Hutan Alam Produksi: Implementasi dan Prospek Pengembangan

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

SMP NEGERI 3 MENGGALA

BAB I PENDAHULUAN. dan kuat yang sebarannya hanya terdapat di pulau-pulau kecil dalam kawasan

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. alam, dewasa ini lebih banyak dituangkan dalam program kerja kegiatan

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

KONSEP MODERN KAWASAN DILINDUNGI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. bagi makhluk hidup. Keanekaragaman hayati dengan pengertian seperti itu

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERBURUAN BURUNG, IKAN DAN SATWA LIAR LAINNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ikan) yang cukup tinggi, namun jika dibandingkan dengan wilayah

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

Identifikasi Lokasi Prioritas Konservasi di Indonesia Berdasarkan Konektivitas Darat-Laut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Taman Nasional Komodo memiliki kawasan darat dan perairan laut seluas

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

BAB I PENDAHULUAN. endemik pulau Jawa yang dilindungi (Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

BAB I PENDAHULAUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai yang didominasi

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2012 di Rawa Bujung Raman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. memiliki luas sekitar Ha yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman burung yang sangat tinggi. Sukmantoro et al. (2007), menjelaskan bahwa terdapat 1.598 jenis burung yang dapat ditemukan di wilayah Indonesia. Jumlah ini menempatkan Indonesia pada peringkat keempat negara-negara yang kaya akan jenis burung setelah Columbia, Peru, dan Brazil. Dari jumlah jenis burung yang terdapat di Indonesia, sebanyak 372 (23,3%) jenis di antaranya adalah jenis burung endemik dan 149 (9,3%) jenis adalah burung migran. Komunitas burung menempati habitat yang beragam. Coathes dan Bishop (2000), menyebutkan bahwa terdapat 18 habitat utama burung di kawasan Wallacea. Salah satu dari habitat utama tersebut adalah ekosistem mangrove. Habitat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keanekaragaman jenis burung. Burung menggunakan kawasan mangrove sebagai habitat untuk mencari pakan, berbiak, berlindung atau sekedar beristrahat (Gill, 2007; Howes et al., 2003; Luther dan Greenberg, 2009). Pemahaman tentang hubungan antara burung dan habitatnya sangat penting untuk diketahui karena dari pengetahuan ini dapat digunakan untuk memprediksi dampak perubahan habitat terhadap populasi burung (Wiens, 1989; Bibby et al., 1992). Norvell et al. (2003), menjelaskan bahwa pemantauan kelimpahan burung, preferensi habitat dan hubungan antara kelimpahan dan habitatnya menyediakan informasi dasar untuk menentukan 1

2 faktor penyebab fluktuasi populasi jenis burung. Informasi tersebut dapat digunakan dalam membantu upaya konservasi dan pengelolaan jenis-jenis yang terancam dan hampir punah (Sauer dan Link, 2002; Bibby et al., 2000). Penelitian tentang hubungan komunitas burung dengan habitatnya, di antaranya telah dilakukan oleh Canterbury et al., (2000); Chettri et al., (2005); Rajpar dan Zakaria, (2011); Earnst dan Holmes, (2012). Dari berbagai penelitian tersebut menyimpulkan bahwa komunitas burung memiliki hubungan yang erat dengan habitatnya. Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) adalah pusat keanekaragaman hayati di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi dan sekaligus merupakan salah satu lokasi pengamatan burung yang penting di kawasan Wallacea (Coathes dan Bishop, 2000). Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai memiliki 4 tipe ekosistem utama, yaitu ekosistem hutan hujan dataran rendah, savana, rawa, dan mangrove. Ekosistem mangrove sebagai salah satu kawasan lahan basah di TNRAW merupakan daerah penting bagi persinggahan burung air yang bermigrasi (Gwilliam, 2011). Pentingnya kawasan lahan basah TNRAW khususnya bagi habitat burung air maka pada tahun 2011 kawasan TNRAW ditetapkan sebagai salah satu situs Ramsar dunia (Anonim, 2013). Pada ekosistem mangrove, Gunawan dan Anwar (2004), mencatat terdapat 76 jenis burung meliputi 30 familia terdapat di kawasan ini. Enam belas jenis di antaranya adalah endemik Sulawesi, 57 jenis tidak dilindungi dan 19 jenis dilindungi. Dua puluh sembilan (38 %) jenis

3 burung merupakan burung air, sedangkan sisanya (62 %) adalah burung daratan. Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai memegang peranan penting sebagai habitat dan kawasan konservasi berbagai jenis satwa liar termasuk berbagai jenis burung. Keberadaan jenis-jenis burung pada kawasan ini dapat menjadi indikator terhadap keanekaragaman hayati maupun perubahan lingkungan yang sedang terjadi di TNRAW. Penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh Gunawan dan Anwar (2004), sebagian besar masih bertempat pada daerah ekoton mangrove sehingga diperlukan pula suatu penelitian yang dapat menggambarkan keanekaragaman jenis burung yang mewakili karakteristik vegetasi mangrove itu sendiri termasuk bagaimana keterikatannya terhadap habitat dalam rangka upaya pelestarian dan pengelolaan jenis-jenis burung di TNRAW. B. Rumusan Masalah Ekosistem mangrove merupakan habitat bagi berbagai satwa liar termasuk berbagai jenis burung. Beberapa permasalahan komunitas burung di kawasan mangrove TNRAW adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah komunitas burung, terkait dengan keanekaragaman jenis, tipe pakan, penggunaan habitat, fidelitas dan adanya jenis-jenis burung yang dilindungi pada ekosistem mangrove di TNRAW Provinsi Sulawesi Tenggara? 2. Bagaimanakah komposisi dan struktur vegetasi mangrove sebagai bagian dari komponen habitat burung di TNRAW Provinsi Sulawesi Tenggara?

4 3. Bagaimanakah keterikatan burung terhadap habitat pada ekosistem mangrove di TNRAW Provinsi Sulawesi Tenggara? 4. Bagaimanakah distribusi vertikal komunitas burung di kawasan mangrove TNRAW Provinsi Sulawesi Tenggara? 5. Bagaimanakah potensi biotik jenis-jenis burung yang terdapat di kawasan mangrove TNRAW Provinsi Sulawesi Tenggara? 6. Bagaimanakah kemelimpahan sumber pakan dalam mendukung komunitas burung di kawasan mangrove TNRAW Provinsi Sulawesi Tenggara? 7. Bagaimanakah interaksi komunitas burung di kawasan mangrove TNRAW Provinsi Sulawesi Tenggara? 8. Bagaimanakah pengaruh faktor abiotik terhadap komunitas burung di kawasan mangrove TNRAW Provinsi Sulawesi Tenggara? 9. Bagaimanakah pengaruh perubahan iklim terhadap komunitas burung lahan basah di TNRAW Provinsi Sulawesi Tenggara? 10. Bagaimanakah pengaruh aktivitas manusia di dalam kawasan hutan mangrove terhadap populasi jenis burung? 11. Bagaimanakah pengaruh daerah ekoton terhadap keanekaragaman jenis burung mangrove di TNRAW Provinsi Sulawesi Tenggara? 12. Bagaimanakah usaha konservasi jenis-jenis burung mangrove di TNRAW Provinsi Sulawesi Tenggara? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan di atas terdapat 12 permasalahan yang terkait komunitas burung di ekosistem mangrove

5 TNRAW, pada penelitian ini hanya akan mengkaji sebagian di antaranya saja. Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mempelajari komunitas burung, terkait dengan keanekaragaman jenis, tipe pakan, penggunaan habitat, fidelitas dan adanya jenis-jenis burung yang dilindungi pada ekosistem mangrove di TNRAW Provinsi Sulawesi Tenggara. 2. Untuk mempelajari komposisi dan struktur vegetasi mangrove sebagai bagian dari komponen habitat burung di TNRAW Provinsi Sulawesi Tenggara. 3. Untuk mempelajari keterikatan burung terhadap habitat pada ekosistem mangrove di TNRAW Provinsi Sulawesi Tenggara. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu: 1. Sebagai sumber informasi tentang komunitas burung yang terdapat pada ekosistem mangrove di TNRAW Provinsi Sulawesi Tenggara. 2. Data komunitas burung merupakan informasi dasar dalam upaya konservasi jenis-jenis burung khususnya yang dilindungi dan terancam punah di TNRAW Provinsi Sulawesi Tenggara. 3. Sebagai landasan bagi penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini.