BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. jenis proses yang terkait dengan partisipan dan sirkumstan, dan peran partisipan, yang direalisasikan ke dalam realita pengalaman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

16, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 Pada dasarnya, secara semantik, proses dalam klausa mencakup hal-hal berikut: proses itu sendiri; partisipan yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUA A. Latar Belakang Penelitian Bayu Hendrawan, 2014

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan, diperlukan suatu metode

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan penelitian adalah terjemahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB III METODE PENELITIAN. upaya untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan sabar, hati-hati dan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. berkaitan dengan hasil penelitian struktur teks van Dijk.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi

Bagan 3.1 Desain Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif,

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013

11Ilmu ANALISIS WACANA KRITIS. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini beranjak untuk memahami kontruksi nasionalisme dalam film,

III. METODE PENELITIAN. Peneliti berusaha untuk menggambarkan bagaimana persepsi elit partai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI PENUTUP. penelitian yang telah dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. negara hingga saat ini masih menjadi permasalahan utama pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi berasal dari kata Yunani 'methodologia' yang berarti teknik

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Salah satu tujuan manusia berkomunikasi adalah mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. LPS (Lembaga Penjamin Simpanan), kemudian berubah nama menjadi PT Bank

BAB I PENDAHULUAN. wacana kritis oleh kalangan ahli komunikasi. Untuk itu,diperlukan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi dan informasi berkembang pesat di era global. Imbasnya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bukunya metode penelitian menyatakan bahwa penelitian. menerus untuk memecahkan suatu masalah. 1 Penelitian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. wacana. Artinya, sebuah teks disebut wacana berkat adanya konteks.

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dan dialog. Berdasarkan objek penelitian yang akan diteliti yaitu fenomena yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Korupsi di Indonesia tidak lagi menjadi hal yang susah diungkap. Begitu pula

BAB 1 PENDAHULUAN. Derasnya arus globalisasi, memudahkan setiap orang mendapat beragam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah deksriptif. Penelitian deskriptif merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis.

BAB I PENDAHULUAN. telinga masyarakat Indonesia. Human trafficking adalah salah satu kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. konstruksi media dalam pemberitaan adalah model framing yang dikemukakan

BAB III METODE PENELITIAN. disebut: Science Research Method. Metodologi berasal dari kata methodogy,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mencapai sesuatu, dan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dicapai dalam penelitian ini adalah penulis dapat mengetahui gambaran secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sany Rohendi Apriadi, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik. bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Informasi yang disajikan oleh media massa dimanfaatkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Itulah yang kemudian dituangkan dalam media komunikasi, baik berupa media massa cetak

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan referensi oleh masyarakat untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. dan membentuk opini public (Hamad, 2004: 15).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Transkripsi:

33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, dijelaskan desain penelitian yang digunakan dalam tesis ini. Desain yang dimaksud berkenaan dengan metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Untuk lebih memperjelas keselarasan metode dengan analisis dan pembahasan yang kemudian dilakukan, sebelumnya disajikan tujuan dan paradigma penelitian yang digunakan di dalam bab ini. 3.1 Tujuan Penelitian Di dalam Bab I, telah dikemukakan bahwa tujuan umum penelitian ini adalah untuk memaknai representasi Ratu Atut Chosiyah (RAC) sebagai tersangka dalam pemberitaan portal berita Suara Karya (SK) dan Merdeka. Pemaknaan yang dimaksud adalah terbatas pada wacana kasus korupsi alat kesehatan dan suap Pilkada Kabupaten Lebak. Untuk mengurai makna dalam representasi RAC tersebut, penelitian ini bertumpu kepada analisis Transitivitas (Halliday, 2004). Secara praktis, tujuan dari penelitian ini adalah menemukan dan menggambarkan cara yang digunakan oleh kedua portal berita SK dan Merdeka dalam merepresentasikan sosok RAC pada wacana terkait. Secara lebih rinci, tujuan-tujuan dari penelitian ini ialah untuk menguraikan pandangan kedua portal berita SK dan Merdeka terhadap para pihak dalam pemberitaannya masing-masing; dan melacak ideologi di balik representasi para pihak tersebut. Guna mencapai kedua tujuan utama tersebut, penelitian ini menghubungkan hasil analisis teks dengan konteks sosial. Karena itu, penelitian mencakup beberapa tujuan yang lebih spesifik, yakni menganalisis dan mendeskripsikan struktur proses (process) dalam wacana kasus korupsi RAC; menganalisis dan mendeskripsikan partisipan (participant) dalam wacana kasus korupsi RAC; dan menganalisis dan mendeskripsikan sirkumstan (circumstance) dalam wacana kasus korupsi RAC.

34 3.2 Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong sebagai penelitian deskriptif dengan ciri kualitatif karena data yang terkumpul dan dianalisis dipaparkan secara deskriptif dalam bentuk kata-kata atau bahasa, bukan berupa angka-angka. Penelitian deskriptif dengan ciri kualitatif bertujuan untuk memahami suatu fenomena dengan memanfaatkan berbagai metode yang telah teruji dalam sebuah kajian ilmiah (2010: 6). Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai instrumen utama dalam pengumpulan data. Peneliti menganalisis dan mendeskripsikan data yang diperoleh dengan menggunakan pendekatan Analisis Wacana Kritis (AWK) yang bertumpu kepada analisis Transitivitas yang dikembangkan oleh Halliday (2004). Peneliti menerapkan analisis transitivitas yang mencakup tiga hal, yaitu process; participant; dan circumstance untuk menganalisis wacana korupsi dan suap Pilkada Lebak RAC. Melalui analisis transitivitas tersebut, peneliti dapat menyimpulkan ideologi yang dimiliki oleh kedua media, yakni SK dan Merdeka. 3.3 Definisi Operasional Berdasarkan tujuan-tujuan penelitian yang dikemukakan pada bagian sebelumnya, perlu dirumuskan beberapa definisi operasional guna memudahkan pemahaman terkait istilah-istilah yang menjadi kerangka utama penelitian ini. Adapun beberapa definisi operasional tersebut ialah sebagai berikut. Representasi adalah bagaimana suatu entitas, baik manusia, kelompok, maupun suatu gagasan atau opini tertentu ditampilkan: apakah entitas atau gagasan tersebut diutamakan, dimarginalkan, atau dinetralkan (Eriyanto, 2001: 113). Representasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penggambaran Ratu Atut Chosiyah (RAC) melalui teks dalam wacana kasus korupsi Alkes dan suap Pilkada Lebak yang dilakukan oleh portal berita online Suara Karya (SK) dan Merdeka. Ideologi ialah sistem norma dan nilai yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari (Wodak, 2009). Dalam penelitian ini, ideologi yang dimaksud adalah sistem norma dan nilai yang digunakan oleh media Suara Karya (SK) dan

35 Merdeka dalam memberitakan RAC melalui karakter proses dalam kalimat sebagai representasi. Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis) adalah proses identifikasi dan interpretasi terhadap suatu teks berita yang mengaitkan bahasa dengan konteks tertentu termasuk di dalamnya tujuan dan praktik tertentu. Hal ini selaras dengan pendapat Blommaert (2005: 22-23) bahwa Analisis Wacana Kritis diperlukan untuk menjelaskan, menafsirkan, menganalisis, dan mengkritisi kehidupan sosial yang tercermin di dalam teks. Dalam penelitian ini, AWK digunakan untuk menjelaskan, menafsirkan, menganalisis, dan mengkritisi pembertiaan yang dilakukan oleh Suara Karya (SK) dan Merdeka mengenai RAC dalam kasus korupsi Alkes dan suap Pilkada Lebak. Pemberitaan adalah pelaporan tentang peristiwa atau pendapat yang memilki nilai penting, menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan melalui media massa periodic (Wahyudi, 1996: 85). Pemberitan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemberitaan mengenai kasus korupsi Alkes dan suap Pilkada Lebak RAC yang dilakukan oleh media online Karya dan Merdeka. Suara Menurut KBBI, Korupsi adalah peneyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dsb) untung keuntungan pribadi atau orang lain. Korupsi yang dimaksud dalam hal ini adalah upaya campur tangan menggunakan kemampuan yang didapat dari posisinya untuk menyalahgunakan informasi, keputusan, pengaruh, uang atau kekayaan demi kepentingan keuntungan dirinya. Media adalah sarana untuk "menjual" informasi atau berita kepada konsumen yang dalam hal ini adalah pembaca untuk media massa tercetak, pendengar untuk media massa radio dan pemirsa untuk media massa televisi (Wahyudi, 1996:55). Istilah media dalam pendekatan AWK mengacu kepada saluran sosial yang biasa digunakan untuk mengkomunikasikan informasi dalam dunia sehari-hari (Van Dijk, 2008: 185). Dalam hal ini, media adalah sarana (alat) penghubung dengan masyarakat seperti surat kabar, radio, televisi, film dan lain-lain. Lebih khusus lagi dalam penelitian ini, media yang dimaksud adalah Suara Karya dan Merdeka yang memberitakan kasus Korupsi Alkes dan suap Pilkada Lebak RAC.

36 Portal berita adalah situs yang menampilkan informasi mengenai informasi yang terjadi kepada masyarakat. Portal berita yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Suara Karya dan Merdeka yang memberitakan kasus korupsi Alkes dan suap Pilkada Lebak RAC. 3.4 Data dan Sumber Data Penelitian ini menempatkan semua teks berita di Harian Umum Suara Karya dan Merdeka yang berkenaan dengan wacana kasus korupsi Ratu Atut Chosiyah sebagai sumber berita. Secara spesifik, beberapa teks yang terkait dengan langsung dengan representasi Ratu Atut Chosiyah dipilih sebagai data yang dianalisis dan dijadikan sumber data utama dalam kajian ini. Tokoh utama yang dimaksud di sini ialah Ratu Atut Chosiyah. 3.5 Populasi dan Sampel 3.5.1 Populasi Populasi merupakan seperangkat atau sekumpulan elemen yang memiliki satu atau lebih atribut kepentingan penelitian (Arikunto, 2002: 115). Di dalam Arikunto (2002: 116), dijelaskan bahwa sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih untuk diamati dan kemudian dianalisis. Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Arikunto (2002), gambaran yang sama diberikan pula oleh Alwasilah (2009: 71). Menurut Alwasilah (2009: 71) penarikan sampel dilakukan dari populasi yang lebih luas cakupannya. Mengacu kepada berbagai gagasan tersebut sebagai panduan, maka seluruh berita yang berkaitan dengan kasus korupsi yang melibatkan RAC dalam pemberitaan portal berita SK dan Merdeka adalah populasi penelitian ini. 3.5.2 Sampel Moleong (2004: 165) menjelaskan secara rinci bahwa sampel harus dipilih dengan baik dan representatif. Nilai sampel yang baik dan representatif akan menentukan sejauh mana suatu penelitian dapat digeneralisasi. Selain itu, secara umum, Bailey (2007: 6) menyatakan bahwa

37 jumlah minimum subyek yang dapat diterima dalam penelitian tergantung kepada jenis penelitian yang dilakukan. Keputusan atas ukuran sampel pada penelitian ini didasarkan pada bentuk-bentuk sampling pada beberapa penelitian sejenis sebelumnya. Secara praktis, penelitian ini menggunakan sistem purposive sampling (Alwasilah, 2009: 72; dan Arikunto, 2002: 128). Purposive sampling dalam penelitian ini didasarkan kepada karakteristik utama populasi yang memiliki kesamaan. Sampel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria tertentu. Sebagaimana telah dikemukakan, seluruh berita yang berkaitan dengan kasus korupsi yang melibatkan RAC dalam pemberitaan portal berita SK dan Merdeka adalah populasi penelitian ini. Untuk mendapatkan keterwakilan dari populasi tersebut, teks yang digunakan sebagai data berjumlah enam teks, masing-masing tiga teks dari portal berita SK dan Merdeka. Teks-teks tersebut ialah teks-teks berita yang dipilih secara purposive, atau dengan tujuan tertentu. Ini dilakukan dengan memperhatikan aspek peristiwa yang menjadi latar dalam pemberitaan, yakni 1) ketika media memberitakan respon Wakil Gubernur Banten, Rano Karno, terkait penangkapan RAC, 2) ketika RAC menjalani pemeriksaan perdana di KPK, dan 3) ketika RAC mengajukan permohonan penangguhan penahanan agar dapat tetap melaksanakan tugasnya sebagai Gubernur Banten. Dengan menggunakan teks menurut teknik purposive ini, generalisasi pada pemberitaan, secara kelembagaan, akan memenuhi syarat keterwakilan (lih. Alwasilah, 2009: 73). 3.6 Tekhnik Pengumpulan data Di dalam penelitian ini, digunakan dua macam data, yakni data primer dan data sekunder. Data Primer dalam bentuk teks-teks yang digunakan sebagai sampel penelitian, sedangkan data sekunder dalam bentuk penelitian kepustakaan (library research), dengan cara mengumpulkan berbagai literatur dari berbagai sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian ini.

Merdeka Suara Karya 38 Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengumpulkan seluruh teks berita terkait. Judul-judul teks tersebut dan tanggal terbitnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.1 Judul-Judul Teks yang Digunakan. Media No. Judul Teks Tanggal Berita 1 Rano Karno Belum Jenguk Atut Selasa, 24 Desember 2013 2 Besok, KPK Periksa Gubernur Banten Kamis, 19 Desember 2013 3 Gubernur Banten Akan Ajukan Jumat, 27 Desember Permohonan Tahanan Kota 2013 1 Rano Karno akan jenguk Ratu Atut Selasa, 24 Desember 2013 2 KPK akan periksa Atut sebagai tersangka Selasa, 17 Desember Jumat besok 2013 3 Ratu Atut ngotot jadi tahanan kota agar Senin, 6 Januari bisa bekerja 2014 3.7 Tekhnik Analisis Data Tekhnik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis transitivitas dari Linguistik Fungsional Sistemik (LFS) sebagai tumpuan. Pada bab sebelumnya, telah dikemukakan bahwa Sistem transitivitas sekurangnya mencakup 3 hal, yaitu process; participant; dan circumstance. Ketiganya merupakan tiga kategori semantik yang menjelaskan secara umum bagaimana fenomena dunia nyata direpresentasikan dalam struktur linguistik (Eggins, 2004: 207). Prinsip-prinsip dan prosedur analisis data ditentukan oleh tujuan utama penelitian, yakni bagaimana representasi para pihak yang terlibat dalam wacana korupsi RAC dalam pemberitaan kedua portal berita. Data dianalisis dengan menggunakan prinsip-prinsip klausa sebagai representasi, sebagaimana telah diuraikan dalam Bab II, dengan bertumpu kepada sistem transitivitas. Bentuk ekspresi diklasifikasikan sebagai fitur sifat bahasa yang dapat diamati, antara lain pada tiga unsur transitivitas: process; participant; dan circumstance.

39 Dalam analisis ini, prosedur kuantitatif sederhana juga digunakan untuk mendeteksi kecenderungan masing-masing media. Hasil perhitungan kuantitatif, kemudian, akan ditafsirkan dengan mengkombinasikannya dengan temuan-temuan lain yang relavan. 3.8 Langkah-langkah Penelitian Dengan mengacu kepada metode dan kerangka analisis yang digunakan, maka langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Membaca semua arsip berita masing-masing media yang terkait dengan pemberitaan kasus korupsi RAC. b. Memilih teks-teks berita yang terkait dengan topik yang dipilih. c. Membaca teks-teks berita yang terpilih. d. Melakukan pemetaan untuk deskripsi dan gambaran umum teks-teks. e. Melakukan analisis process. f. Melakukan analisis participant. g. Melakukan analisis circumstance. h. Melakukan kajian sosial yang terkait dengan wacana korupsi RAC. i. Melakukan pembahasan berdasarkan seluruh hasil analisis untuk menjawab pertanyaan penelitian. 3.9 Contoh Analisis Data 3.9.1 Analisis Proses (process) Berikut adalah contoh data yang dianalisis dengan menggunakan analisis proses material. Untuk lebih memperjelas bagaimana penggunaan material process oleh kedua media, mari kita lihat dua contoh data (3) dan (4) sebagai berikut.

40 (3) Sebelumnya, Ratu Atut Time Cir: Goal Location telah dua kali Duration Cir: Extent diperiksa KPK sebagai saksi Pr: Material Actor Cir: Role Suara Karya, Teks 2, Kalimat 4 (4) Lembaga anti korupsi itu Actor pun langsung Quality Cir: Manner akan memeriksa Pr: Material Atut Goal pada Jumat keramat pekan ini Time Cir: Location sebagai tersangka kasus itu. Cir: Role Merdeka, Teks 2, Kalimat 2 Pada contoh (3), Suara Karya menekankan material process diperiksa untuk merepresentasikan gambaran realitas yang dialami RAC. Sementara pada contoh (4), proses material akan memeriksa digunakan Merdeka untuk menceritakan pengalaman RAC yang lain. Temuan ini sangat menarik karena pilihan material process kedua media menunjukkan cara penceritaan yang berbeda dengan penekanan pada aspek pengalaman yang berbeda untuk topik yang sesungguhnya sama. Pada contoh (3), SK menekankan keadaan di mana RAC telah mengalami proses diperiksa dengan durasi dua kali, sebagai saksi. Sementara itu, Merdeka menggambarkan pengalaman RAC yang belum terjadi lewat proses akan memeriksa sehingga menempatkan RAC sebagai goal yang dikenai oleh proses. 3.9.2 Analisis Partisipan (participant) Sekarang kita beralih pada dua contoh di mana kedua media menampilkan RAC sebagai actor dalam teks pemberitaannya.

41 (18) Gubernur Banten berencana permohonan tahanan kota Ratu Atut Chosiyah mengajukan atau pengalihan penahanan Actor Pr: Material Goal agar bisa menjalankan tugas sebagai gubernur Pr. Material Range Suara Karya, Teks 3, Kalimat 1 (19) Bahkan, kuasa hukum Atut itu juga akan menekan KPK Actor Pr: Material Goal agar kliennya tetap bisa pemerintahan dari balik menjalankan jeruji besi. Behalf Cir: Cause Actor Pr. Material Goal Place Cir: Location Merdeka, Teks 3, Kalimat 5 Pada contoh (18) dan (19) di atas, kentara sekali bagaimana mental kognisi masing-masing wartawan dalam menceritakan rencana penangguhan penahanan RAC. SK menggunakan rujukan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah dalam menampilkan RAC sebagai aktor. Sementara itu, Merdeka menyertakan RAC dalam kapasitas kliennya dengan bentukan proses material yang mengikuti proses material pada klausa sebelumnya. Perbedaan mencolok tersebut dapat dimaknai sebagai upaya Merdeka untuk memberikan legitimasi berita bahwa rencana penangguhan penahanan sebagai sesuatu yang biasa karena dilakukan seorang klien dari seorang penasihat hukum. Sebaliknya, SK sangat menekankan posisi RAC sebagai actor yang masih menjabat Gubernur Banten, dan ini juga ditenmpatkan sebagai klausa utama yang diikuti proses material selanjutnya di mana RAC juga masih menjadi actor di dalamnya. Dengan mengacu kepada actor yang ditampilkan dalam pemberitaan kedua media, serta bagaimana aktor-aktor itu ditampilkan dalam teks, seperti tampak dalam empat contoh di atas, dapat dilihat bahwa ada perbedaan signifikan yang sangat mencolok pada cara pemberitaan kedua media.

42 Pertama, dilihat dari kuantitas actor yang ditampilkan, SK menempatkan KPK sebagai actor utama dalam pemberitaan kasus korupsi RAC. Sebaliknya, Merdeka justru menempatkan RAC sendiri sebagai actor utama dari pemberitaan kasus ini. Kedua, dari dua contoh yang ditampilkan, SK memiliki kecenderungan untuk menampilkan RAC sebagai pelaku atau actor dalam cara yang cenderung positif. Sebaliknya, Merdeka tampak menempatkan RAC sebagai pelaku atau actor dalam cara yang cenderung lebih negatif. Ini ditandai oleh cara-cara pembentukan kalimat sebagaimana ditunjukkan dalam contoh (18) dan (19) dalam cara menampilkan RAC sebagai goal yang dikenai tindakan oleh actor KPK. 3.9.3 Analisis Sirkumtan (circumstance) Sebagai contoh, kita dapat kembali menggunakan contoh (3) untuk penggunaan circumstance berjenis extent dengan kategori duration oleh SK sebagai berikut. (3) Sebelumnya, Ratu Atut Time Cir: Goal Location telah dua kali Duration Cir: Extent diperiksa KPK sebagai saksi Pr: Material Actor Cir: Role Suara Karya, Teks 2, Kalimat 4 Sekarang, mari kita bandingkan circumstance berjenis extent dengan kategori duration yang ditampilkan oleh Merdeka. (27) Atut selama ini ditahan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Goal Duration Cir: Extent Pr: Material Actor Merdeka, Teks 2, Kalimat 3

43 Sebagaimana ditunjukkan oleh kedua contoh di atas, secara fungsi, kedua media menggunakan jenis circumstance yang sama, yakni extent dengan kategori duration. Walau demikian, perbedaan ada pada jenis pilihan diksi yang dipakai kedua media. Pada contoh (3), SK menggunakan numeralia dua kali untuk membentuk circumstance berjenis extent dengan kategori duration. Sementara, diksi yang dipakai oleh Merdeka sebagaimana tampak dalam contoh (27) tampak lebih bias karena tidak menggunakan numeralia. Dari segi clarity, temuan ini sepintas menunjukkan bahwa SK membentuk circumstance berjenis extent dengan kategori duration yang lebih jelas daripada Merdeka. Konsekuensi dari diksi yang digunakan sebagai circumstance berjenis extent ini adalah pada pemahaman pembaca. Kata selama berakar dari kata dasar lama. Secara psikologis, ini dapat memengaruhi persepsi pembaca karena bias yang diberikan kata lama jelas akan memberikan efek yang berbeda dengan penggunaan numeralia seperti yang dilakukan SK pada contoh (3). Temuan ini lebih memperjelas bagaimana cara kedua media menyikapi wacana melalui pilihan diksi yang difungsikan sebagai circumstance berjenis extent dengan kategori duration. SK lebih ingin memberikan kejelasan dalam soal persoalan hukum RAC, sementara Merdeka memberikan bias yang dapat membentuk kesan jelas pembaca terhadap RAC sebagai subjek berita kasus korupsi.