operasional yang kontinyu dengan menggunakan debit yang normal pula.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI POROS DAN PASAK

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Tujuan Pembelajaran:

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

Bahan poros S45C, kekuatan tarik B Faktor keamanan Sf 1 diambil 6,0 dan Sf 2 diambil 2,0. Maka tegangan geser adalah:

BAB II 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Turbin Air

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Dasar Teori Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t)

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

TRANSMISI RANTAI ROL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POROS dengan BEBAN PUNTIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI. E p = Energi potensial (joule) m =Massa benda (kg) g = Percepatan gravitasi (m/s 2 ) h = Ketinggian benda (m)

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011

BAB 2 LANDASAN TEORI. menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

a. Turbin Impuls Turbin impuls adalah turbin air yang cara kerjanya merubah seluruh energi air(yang terdiri dari energi potensial + tekanan +

PERANCANGAN MESIN R. AAM HAMDANI

PERANCANGAN POROS DIGESTER UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAH 12 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

ANALISIS RANCANGAN. penggetar. kopling. blade. motor listrik. beam

BAB IV DESIGN DAN ANALISA

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II LANDASAN TEORI. proses tekan geser. Butir beras terjepit dan tertekan cekung lesung antum sehingga

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I MERANCANG POROS GARDAN DAN JOINT PADA TRUK DENGAN KAPASITAS 5 TON

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

ANALISA PERANCANGAN TURBIN VORTEX DENGAN CASING BERPENAMPANG SPIRAL DAN LINGKARAN DENGAN 3 VARIASI DIMENSI SUDU

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB IV TURBIN UAP. Secara umum, sebuah turbin uap secara prinsip terdiri dari dua komponen berikut:

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang.

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa

BAB I PENDAHULUAN. hampir meliputi di segala bidang kegiatan meliputi: pertanian, industri, rumah

PERENCANAAN SERTA PEMBUATAN PELAMPUNG DAN SISTEM BELT PERUBAH PUTARAN PADA PROTOTIPE TURBIN AIR TERAPUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGERTIAN POROS MACAM-MACAM POROS

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB II LANDASAN TEORI

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 9. Segitiga kecepatan untuk turbin reaksi aliran ke luar.

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SIMBOL... A. Latar Belakang B. Tujuan dan Manfaat C. Batasan Masalah...

ANALISIS VARIASI SUDUT SUDU-SUDU TURBIN IMPULS TERHADAP DAYA MEKANIS TURBIN UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS SARJANA MESIN-MESIN FLUIDA

SABUK ELEMEN MESIN FLEKSIBEL 10/20/2011. Keuntungan Trasmisi sabuk

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik MARULITUA SIDAURUK NIM

ANALISA PENGARUH SUDUT KELUAR SUDU TERHADAP PUTARAN TURBIN PELTON ABSTRAK

Tekanan Dan Kecepatan Uap Pada Turbin Reaksi Perbandingan Antara Turbin Impuls Dan Turbin Reaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

RANCANGAN TURBOCARJER UNTUK MENINGKATKAN PERFORMANSI MOTOR DIESEL

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN TURBIN PELTON MINI BERTEKANAN 7 BAR DENGAN DIAMETER RODA TURBIN 68 MM DAN JUMLAH SUDU 12

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

Jumlah serasah di lapangan

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik GIBRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Skema Dinamometer (Martyr & Plint, 2007)

Gambar 2.1 Mesin Pemarut Serbaguna

Transkripsi:

2.2 Pengertian Turbin Pelton Turbin ini ditemukan oleh seseorang berkebangsaan Amerika yang namanya melekat sebagai nama turbin ini yaitu Lester Allen Pelton. Penyempumaan yang dilakukan Pelton yaitu dengan menerapkan mangkuk ganda simetris, bentuk ini pada dasarnya berlaku sampai sekarang. Turbin Pelton merupakan jenis turbin impuls. Prinsip kerja turbin impuls Pelton adalah mengubah energi potensial menjadi kecepatan aliran air. Untuk meningkatkan kecepatan aliran air itu, digunakan nosel, sehingga pada turbin impuls Pelton, ketinggian air dan debit yang kontinyu sangat diperlukan. 2.3 Parameter Perancangan Turbin Pelton Berikut ini, merupakan parameter-parameter yang terdapat pada perancangan turbin Pelton, yaitu : 2.3.1 Daya Turbin Daya turbin adalah daya yang dihasilkan oleh turbin air tersebut dalam satuan tenaga kuda (Hp). Dari daya turbin dapat ditentukan daya normal dan daya maksimal. Daya normal adalah daya yang diperoleh secara normal dengan operasional yang kontinyu dengan menggunakan debit yang normal pula. Sedangkan daya maksimal adalah daya maksimal yang dapat dihasilkan oleh turbin air tanpa mengalami kerusakan atau gangguan. Daya turbin dirumuskan sebagai berikut: N, = y-q-h-ri (watt) (2.1)

dimana, y = berat jenis air (kg-m) Q = debit air (mj det) h = tinggi muka air (m) n = efisiensi turbin (%) 2.3.2 Tinggi Muka Air Tinggi muka air yang besar, secara tidak langsung menyatakan kecepatan putar turbin yang tinggi. Oleh karena itu, besar tinggi muka air (head) dari turbin tergantung perencanaan dan kondisi lapangan. Waduk Pii-va isap Perrnukaan sungai atau saiuran pembuang""' Gambar 2.2. Tinggi muka air (Jiead) 2.3.3 Kecepatan Air Kecepatan air Vj ( m's ) merupakan kecepatan aliran air yang keluar dari ujung nosel dimana kecepatan aliran tersebut sangat menentukan besarnya energi mekanis yang dihasilkan oleh turbin air. Faktor utama yang menentukan besarkecepatan air ituadalah tinggi muka air (head). Kecepatan air dirumuskan sebagai berikut: V^p-g-h (/n/det) (2.2)

dimana, g = gravitasi (9,8 m del) h = tinggi muka air (m) 2.3.4 Nosel Nosel adalah alat yang digunakan untuk meningkatkan kecepatan aliran air yang diakibatkan dari penyempitan diameter pipa. Jika diameter nosel maksimal terbatas, maka ukuran sudu kecil, demikian juga dengan debit aliran. Diameter nosel (dj) dirumuskan sebagai berikut: r3.14-(dj)2^ Q = Cd a/2 -g--h dj = 4-Q Cd'TT ^2-g-h' ' (2.3) dimana, Q Cd h A - debit air (m det) = koefisien kecepatan = tinggi muka air (m) = luas ujung nosel (m2) Gambar 2.3. Gambar nosel

2.3.5 Sudu Turbin Sudu atau mangkuk turbin dibuat dengan proses pengecoran. Pembuatan sudu dengan menggunakan belahan pipa atau kontruksi las dengan bahan plat sama sekali tidak dianjurkan, karena kekokohannya kurang. Proses perakitan sudu ke cakra memiliki beragam cara. Jika menggunakan sambungan baut, masingmasing mangkok harus terpasang dengan dua baut atau satu baut dan sebuah pen. Jumlah sudu optimal dirumuskan sebagai berikut: 7T-D ~'=T* (24) dimana, - - pendekatan jumlah sudu dj = diameter nosel (m) D = diameter raner (m) Setiap pemotongan pancaran air oleh sudu menyebabkan gangguan mendadak yang tidak diinginkan, sehingga menyebabkan aliran air membentur dan terbelokkan. Hal ini memberikan alasan mengapa jumlah sudu tidak terlalu banyak. Namun sebaliknya, bila jumlah sudu terlalu sedikit menyebabkan pancaran aliran air tidak semuanya mengenai sudu. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah persoalan utama yang dihadapi sudu turbin, yaitu erosi dan korosi ( karat ) pada sudu tersebut. Erosi pada sudu sering terjadi disebabkan oleh aliran air yang mengandung pasir atau kandungan kimia abrasif (mengikis). Oleh karena itu, dalam pembuatan sudu digunakan bahan-bahan yang tahan terhadap erosi dan korosi (karat).

10 Penentuan dimensi-dimensi utama pada sudu turbin Pelton, sesuai dengan ketentuan empiris di bawah ini : a) Kedalaman sudu (t) b) Tebal kaki sudu (f) c) Tinggi sudu (h) d) Tebal sudu (e) - 1,3 s/d 1,5 dj - 0,85 dj = 3 dj s/d 3,5 dj = 0,25 dj e) Lebar bukaan sudu (a) = 1,2 dj f) Lebar sudu (b) = 3.5 dj s/d 3.75 dj dimana dj merupakan diameter nosel. // \. \ # V\ Gambar 2.4. Dimensi-dimensi utama sudu turbin Pelton.

11 2.3.6 Perhitungan Turbin Turbin Pelton pada dasarnya terdiri atas cakra dan scjumlah sudu yang terpasang di sekelilingnya. Turbin Pelton tersebut kemudian dipasangkan pada poros. a) Putaran spesifik dirumuskan sebagai berikut: ns =jy (rpm) 54 / > (2.5) /dj Berdasarkan data empiris [RAJ02], harga antara 11 sampai 16 pada dj perancangan diambil harga 14. b) Putaran turbin dirumuskan sebagai berikut: n= ' i (rpm) (2.6) dimana, ns = putaran spesifik (rpm) N = daya turbin (Hp), (lhp= 746 watt) h = tinggi muka air (feet), (Ifeet = 0.3048 m) c) Diameter lingkaran pancar turbin dirumuskan sebagai berikut: D = (m) (2.7) n } dimana, n = putaran turbin (rpm) h ~ tinggi muka air (m)

12 d). Kecepatan tangensial turbin dirumuskan sebagai berikut: u n D n 60 (m s) (2.8) dimana, D = diameter lingkaran pancar (m) n = putaran turbin (rpm) Gambar 2.5. Diameter lingkaran pancar turbin Pelton

2.3.7 Daya dan Efisiensi pada Turbin Pelton Daya yang diterima sudu dan efisiensi pada turbin Pelton dapat diketahui berdasarkan segitiga kecepatan. Ua Vu: * 1 Vr2 Ui Vrl i Vl=Vwi sudu Gambar 2.6. Segitiga kecepatan V} kecepatan absolut air pada sisi masuk atau kecepatan air keluar ujung nosel Vri = kecepatan relative nosel ke sudu pada sisi masuk. Vwi= kecepatan pusar pada sisi masuk. V/j = kecepatan aliran pada sisi masuk V2 = kecepatan nosel pada sisi keluar sudu. Vr2 = kecepatan relative nosel ke sudu pada sisi keluar. <P = sudut sudu pada sisi keluar ( biasa diambil 15 ). P = sudut yang dibuat oleh V2 dengan arah gerakan sudu pada sisi keluar. Vw2= kecepatan pusar pada sisi keluar. Vj2 = kecepatan aliran pada sisi keluar

14 Berdasarkan segitiga kecepatan, Ki - Vj Vr2 = Vr] Maka, a). Vrl =Vl-U(ms) (2.9) dimana, Vi kecepatan air (m. s) U = kecepatan tangensial (m's) b). Vw2 = Vr2-cos0~U2(ms) (2.10) dimana, U2 = U ~- kecepatan tangensial (ms) <t> - 15 c). N2 - P-Q-{V^+W 2)-U(watt) (2.11) dimana, N2 = daya yang diterima sudu (watt) p = massa jenis air(1000 kg m3) Q U -debit air (ms/det) - kecepatan tangensial (ms) d). TJturhm = -7- (2.12) N2 dimana, N2 = daya yang diterima sudu (watt) N} = daya yang dihasilkan turbin (watt)

15 2.3. Poros Poros berfungsi untuk meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Oleh karena itu pemilihan bahan, kekakuan serta kondisi pemasangannya perlu diperhatikan. Poros dapat diklasifikasikan menurut pembebanannya sebagai berikut: Poros transmisi Poros macam ini mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur. Daya ditransmisikan ke poros ini melalui kopling, roda gigi, puli, sabuk dan Iain-lain. Spindel Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas dimana beban utamanya berupa puntiran. Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti. Gandar Poros seperti ini digunakan pada roda-roda kereta, mobil dimana tidak mendapat beban puntir bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar, gandar hanya mendapat beban lentur, kecuali jika digerakkan oleh penggerak Iain. Menurut bentuknya, poros dapat digolongkan atas poros lurus umum, poros engkol sebagai poros utama dari mesin torak dan Iain-lain, poros luwes untuk transmisi daya kecil agar terdapat kebebasan bagi perubahan arah, dan Iainlain.

PunJung Poras Gambar 2.7. Poros Poros untuk mesin biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik dingin dan difinis. Pada umumnya baja diklasifikasikan atas baja lunak, baja liat, baja agak keras dan baja keras. Diantaranya baja liat dan baja agak keras banyak dipilih untuk poros. Meskipun demikian, untuk perencanaan yang baik, tidak dapat dianjurkan memilih baja atas dasar klasifikasi yang terlalu umum seperti diatas. Sebaiknyapemilihan dilakukan atas dasar-dasar standar-standar yang ada. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan poros, yaitu 1. Macam Beban Dapat berupa beban tetap (steady), berulang, kejutan, atau gabungan. 2. Tegangan yang diderita Gaya axial, momen lengkung, torsi serta gabungan. 3. Putaran kritis Akibatkan dari putaran yang dinaikkan hingga putaran tertentu sehingga terjadi putaran yang hebat. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada poros, usahakan putaran kerja di bawah putaran kritis. 4. Bahan poros Bahan poros harus kuat dan kaku. Kuat agar mampu menahan beban tarik, tekan, puntir, lentur atau kombinasinya, serta tahan terhadap beban berulang.

17 Kaku untuk menghindari lenturan dan defleksi puntiran yang menyebabkan ketidaktelitian getaran dan suara. 5. Tahan korosi Untuk poros yang berhenti lama dan yang mengalami kontak dengan lluida korosif seperti pada pompa dan propeller. 2.4.1 Poros Turbin Poros turbin berfungsi sebagai penerus daya yang dihasilkan dari putaran turbin, dan juga sebagai penghubung antara turbin dengan penerus daya. Poros turbin mengalami beban puntir dan lentur akibat dari putaran turbin dan berat turbin. Untuk bahan yang liat pada poros, dapat dipakai teori tegangan geser maksimum (rmax). Vo-2+4r2 ^ = ~ (2.13) Pada poros pejal dengan penampang bulat a = 32 -Mln-d. T= \6-Tln-ds\ maka, ^=(5.1/^)-VM2+7'2 (2.14)

Mengingat macam beban serta sifat beban, dianjurkan dalam menghitung diameter poros (ds)r untuk memasukkan pengaruh kelelahan karena beban berulang. Disini faktor koreksi (Kt) untuk momen puntir jika beban dikenakan secara halus dipilih sebesar 1.0, dan jika beban dikenakan kejutan atau tumbukan besar dipilih 1.0-1.5. Sedangkan untuk momen lentur, faktor koreksi (K J pada pembebanan tetap diambil 1.5, pembebanan dengan tumbukan ringan antara 1.5 dan 2.0, dan pembebanan dengan tumbukan berat antara 2 dan 3. Perlu diingat untuk tegangan yang diizinkan dari bahan poros, jika menggunakan bahan jenis S-F harga safetyfactor (Sf) diambil 5.6, dan 6.0 untuk bahan S-C dengan pengaruh massa, dan baja paduan. Untuk bahan Iain, jika ada beban momen lengkung diambil 60 % dari batas elastis atau 36 % dari kekuatan tarik. Sedangkan jika mengalami momen torsi dan gabungan diambil 30 % dari batas elastis atau 18 % dari kekuatan tarik. Ditinjau dari penggunaan alur pasak pada poros, atau poros dibuat bertangga yang mengakibatkan adanya pengaruh konsentrasi tegangan cukup besar sehingga perlu adanya Sf2 dengan harga 1.3 sampai 3.0. Dengan demikian persamaan ( 2.14. ) dapat digunakan dalam bentuk ^=^^d/)^kni-m2+krt2 (2.15) Besarnya rmax yang dihasilkan harus lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan (ra). Ada juga suatu cara dengan menentukan terlebih dahulu momen puntir ekivalen yang dihitung menurut teori tegangan geser maksimum, dan momen lenturekivalen yangdiperoleh dengan teori tegangan maksimum.

19 Selanjutnya diameter poros ditentukan dengan menganggap bahwa kedua momen di atas seolah-olah dibebankan pada poros terpisah. Dari kedua hasil perhitungan ini kemudian dipilih harga diameter terbesar. d> (5-l/ra)-VK.-M2 + K,-T2 (2.16) Maka, untuk mencari diameter poros turbin perlu memperhatikan torsi (T) serta momen lentur (M) yang bekerja. 71620 -N T = (2.17) dimana, T = torsi (kg.mm) N n = daya turbin (tip) = putaran turbin (rpm) Akibat adanya pembebanan pada poros, maka akan terjadi lenturan sehingga timbul momen sebagai reaksi dari pembebanan yang bekerja pada tumpuan. Sebelum mencari momen yang bekerja pada tumpuan, perlu mencari dahulu gaya reaksi tumpuan akibat adanya aksi pembebanan. Dapat dilihat pada gambar dan persamaan berikut: RA RB i Gambar 2.8. Skema poros akibat pembebanan turbin

20 maka, dapat dicari : a). Gaya pada tumpuan poros - Reaksi pada tumpuan A (Ra), diasumsikan X MB - 0 ra-l-p-(b)=q ^ P.(B) L (2.18) Reaksi pada tumpuan B (Rb), diasumsikan Y.MA= 0 Z,MA=0 P-{A)-RR- 1 = 0 *b = P.(A) L (2.19) dimana, R = reaksi pada tumpuan (N) P L = beban pada tengah poros (N) = panjang poros (m) b). Momen - 0 < x < - 2 Mx = RA X (2.20) ' x = 0. M* = 0 x = A,Mx=RA-A -<x<l 2 Mx = RB.(L~x) (2.21)

21 jc = B,M,=Rb-(L-B) x = L, Mx=0 dimana, M = momen (N) L x ^ panjang poros (m) = jarak (m)