BAB I PENDAHULUAN. mengongkretkan ide-ide, imaji, gagasan, konsep, dan sebagainya, dengan katakata

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebagainya, dengan kata-kata agar tertangkap oleh pembaca (Noor, 2005:31). Salah

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

ANALISIS STRUKTURAL NOVEL BERLAYAR KE SURGA KARYA RAMADHA TSULATSI HAJAR DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN DI SMA

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. pengarang. Karya sastra dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu prosa (cerpen,

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan

CONTOH KARANGAN ILMIAH, SEMI ILMIAH & NON ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL SEPENGGAL BULAN UNTUKMU KARYA ZHAENAL FANANI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier.

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

Oleh: Puji Watmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah pencerminan kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik.

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. pengarang. Wujud formal karya sastra itu berupa kata-kata. Karya sastra, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah sebuah benda yang kita jumpai, sastra adalah sebuah nama dengan alasan. dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman, 1990: 71).

Atikah Anindyarini Yuwono Suhartanto

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari banyak sekali karya sastra yang muncul, baik berupa puisi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan non-material. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL 99 HARI DI PRANCIS KARYA WIWID PRASETIYO DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra pada hakikatnya memberikan banyak pengajaran, terutama dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau bisa disebut dengan bahasa tulis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. imajinasi antara pengarang dengan karya sastra. Salah satu bentuk karya sastra yang

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari perubahan sosial yang melatarbelakanginya (Ratna, 2007: 81). Hal

ANALISIS NILAI RELIGIUS NOVEL WO AI NI, ALLAH KARYA VANNY CHRISMA W. DAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah karya imajinatif bermedium bahasa baik tulis maupun lisan yang memiliki unsur estetik yang dominan. Karya sastra berusaha mengongkretkan ide-ide, imaji, gagasan, konsep, dan sebagainya, dengan katakata agar tertangkap oleh pembaca (Noor, 2005:31). Karya sastra dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu prosa, puisi, dan drama. Novel adalah salah satu bentuk karya sastra berupa cerita rekaan yang panjang menggambarkan kehidupan manusia, yang menonjolkan tokoh-tokoh dan menampakkan serangkaian peristiwa secara berstruktur (Noor, 2005:26 27). Menurut Stanton (2012:22--23), karya sastra terdiri atas unsur fakta-fakta cerita, tema, dan sarana-sarana cerita. Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga unsur, yaitu tokoh, plot, dan latar. Unsur-unsur ini berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Oleh karena itu, tokoh, plot, dan latar sering pula disebut Stanton sebagai struktur faktual sebuah cerita. Struktur faktual bukan merupakan bagian terpisah dari sebuah cerita. Struktur faktual merupakan satu jalan sederhana yang detailnya teratur dan membentuk pola yang menyampaikan tema. Salah satu fakta-fakta cerita adalah latar. latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, 1

2 inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah mencerminkan, atau paling tidak, tidak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan. Deskripsi tempat yang secara teliti dan realistis ini penting untuk mengesani pembaca seolah-olah hal yang diceritakan itu sungguh-sungguh ada dan terjadi, yaitu tempat (dan waktu) seperti yang diceritakan. Latar juga berhubungan dengan latar waktu, yaitu masalah waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi dan berkaitan dengan gambaran mas lalu atau masa depan tokoh pada suatu cerita. Masalah waktu terjadinya peristiwa tersebut biasanya dihubungan dengan waktu faktual, waktu yang berkaitan atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah (Nurgiyantoro, 2015:314--322). Latar sejarah terlihat jelas dalam novel Gadis Kretek yang menjadi objek kajian penelitian ini. Novel Gadis Kretek bercerita tentang sejarah perkembangan kretek di Indonesia dengan penggalan pencarian sosok perempuan misterius. Novel ini lebih dominan berisi hasil riset penulis di berbagai kota di Jawa Tengah. Penulis novel Gadis Kretek, Ratih Kumala lahir di Jakarta pada tahun 1980. Ia menyelesaikan pendidikan dari Fakultas Sastra Inggris, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Selain sebagai penulis novel dan cerita pendek, ia juga menulis skenario. Ia pernah bergabung dalam tim penulis program Jalan Sesama yang merupakan adaptasi Sesame Strees untuk televisi Indonesia serta bekerja sebagai editor naskah drama di sebuah televisi swasta. Karya-karyanya, antara lain, novel Tabula Rasa (2004) pemenang ketiga lomba menulis novel Dewan Kesenian Jakarta, novel Genesis (2005), kumpulan cerpen Larutan senja (2006), novel Kronik Betawi (2009), novel Gadis Kretek (2012).

3 Setiap pengarang pada dasarnya memiliki gaya menulis yang berbeda, Ratih Kumala pun memiliki ciri khas dalam novel Gadis Kretek. Karyanya menekankan pada kedalaman cerita. Ia mendapatkan kedalaman cerita dengan cara melakukan riset selama lebih dari empat tahun sebelum mempublikasikan Gadis Kretek hingga akhirnya terbit dalam bentuk sebuah novel. Riset yang ia lakukan terinspirasi dari kisah tentang pabrik rokok kretek kakeknya, sang kakek memiliki usaha pabrik kretek rumahan yang gulung tikar sebelum ia lahir di daerah Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Ia berkomunikasi dan menyelami kehidupan dengan para petani tembakau serta mencermati kisah, kebiasaan, dan keseharian para petani dan pabrik-pabrik kretek rumahan. Publik kemudian mengenalnya sebagai penulis yang menuangkan ide-idenya langsung dari pengalaman bertahun-tahun ketika melakukan riset sejarah kretek di beberapa kota di Jawa tengah. Komentar-komentar positif kemudian berdatangan dari berbagai kalangan pembaca setelah membaca novel Gadis Kretek. John-De Rantau sebagai seorang sutradara yang telah membaca novel Gadis Kretek berkomentar pada novel tersebut yang tertera pada sampul belakang buku. John (2012:xii) berkata bahwa novel Gadis Kretek mengejutkan dengan detail yang kaya akan sejarah kretek oleh tiga generasi mutakhir melalui kisah percintaan dan kasih tak sampai. Gadis Kretek merupakan sebuah masterpiece, novel dengan sejarah kretek yang menggigit yang dibuat hidup oleh para tokoh di dalamnya (Tiojakin, 2012:xii). Bagi peneliti, novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala menarik untuk diteliti karena beberapa alasan. Pertama, novel Kretek Gadis masuk dalam Top 5 Kategori prosa Khatulistiwa Literary Award. Selain itu, karya-karya Ratih

4 Kumala juga telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris Cigarette Girl (GPU, 2015), serta bahasa Jerman Das Zigarettenmadchen (culturbooks publishing, 2015). Kedua, novel Gadis Kretek menarik apabila dilihat dari segi latar karena memiliki latar yang beragam, salah satu latar yang paling dominan adalah latar tempat atau lingkungan peristiwa, tempat yang menjadi perkembangan sejarah kretek sekaligus tempat yang didatangi untuk melakukan riset oleh Ratih Kumala serta lingkungan yang tergambar dalam cerita di dalam novel. Ketiga, selain memiliki latar yang kuat, novel Gadis Kretek memiliki unsur sejarah yang detail. Sejarah perkembangan rokok kretek rumahan dari periode Belanda hingga kemerdekaan, dengan melakukan riset selama kurang lebih empat tahun, Ratih Kumala dapat memaparkan perkembangan kretek secara jelas dan mudah dipahami dalam novel Gadis Kretek. Ratih Kumala pun mengenalkan berbagai macam produk kretek pada masanya. Keempat, selain sejarah perkembangan kretek, Ratih Kumala mampu membawa pembaca masuk dalam pendalaman cerita dengan berbagai suasana yang tergambar dalam novel melalui unsur latar yang dominan. Suasana persaingan antarpengusaha kretek yang menegangkan dan suasana peristiwa G30S, saat partai komunis dan semua yang tersangkut di dalamnya ditangkap, ditembaki, dan dibuang ke sebuah kali. Keadaan dan suasana yang mencekam serta sedih begitu jelas tergambar dalam novel Gadis Kretek. Berdasarkan alasan-alasan yang telah diuraikan, novel Gadis Kretek diteliti dengan menerapkan teori struktur novel Robert Stanton, tepatnya mengerucut pada teori yang berhubungan dengan latar cerita, fungsi latar, dan

5 hubungan antarunsur latar. Tidak dianalisisnya fakta-fakta cerita, tema, dan sarana-sarana cerita karena dibatasinya topik penelitian ini. Di samping itu, latar cerita merupakan unsur novel yang terlihat dominan. Akan tetapi, hal ini tidak berarti bahwa fakta cerita, tema, dan sarana cerita dapat dikesampingkan begitu saja. Dengan belum dianalisisnya sarana fakta cerita, tema, dan sarana cerita secara menyeluruh, masih dimungkinkan peneliti lain untuk menelitinya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut. 1. Latar cerita yang meliputi lingkungan peristiwa, latar belakang yang terlihat, waktu dalam sehari atau setahun, iklim atau cuaca, periode sejarah, dan orang-orang yang melatarbelakangi jalannya cerita novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala. 2. Fungsi latar dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala. 3. Hubungan antarunsur latar novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu tujuan teoretis dan tujuan praktis. Tujuan teoretis dari penelitian ini adalah menerapkan teori Robert Stanton dalam mendeskripsikan latar yang meliputi lingkungan peristiwa, latar belakang yang terlihat, waktu dalam sehari atau setahun, iklim atau cuaca, periode sejarah, dan orang-orang yang melatarbelakangi jalannya cerita novel Gadis Kretek karya

6 Ratih Kumala, fungsi latar dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala, dan hubungan antarunsur latar novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala. Tujuan praktis penelitian ini terdiri atas empat hal. Pertama, untuk mengetahui unsur dan fungsi latar dalam novel Gadis Kretek. Kedua, untuk menambah referensi hasil penelitian terhadap novel Gadis Kretek dengan menggunakan teori Robert Stanton. Ketiga, penelitian ini diharapkan agar dapat meningkatkan apresiasi pembaca dalam memahami karya sastra khususnya novel serius. Keempat, penelitian ini merupakan bagian dari apresiasi penulis yang menunjukkan pentingnya karya sastra sebagai cerminan kehidupan masyarakat melalui analisis latar. 1.4 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka bertujuan untuk memberikan pengetahuan tambahan terhadap penelitian yang pernah dilakukan terdahulu yang ada hubungannya dengan penelitian baik dalam bentuk skripsi, tesis, buku, makalah, resensi, maupun opini, baik dalam media tulis maupun media internet. Berdasarkan penggunaan teori novel model Robert Stanton dan peneliti menemukan sejumlah penelitian dengan data yang berbeda yang menggunakan teori novel Robert Stanton. Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai berikut. Penelitian secara khusus struktur latar pernah dilakukan oleh Risa Anggriani (2008), mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara menyusun skripsi dengan judul Analisis Latar dan Tokoh utama dalam Novel Imra atun inda nuqtati Al-Sifril Perempuan di Titik Nol Karya Nawal Al- Sa dawi. Penelitian ini membahas latar dan tokoh utama dalam novel.

7 Permasalahan yang diteliti adalah latar tempat, waktu, sosial-budaya, fungsi latar dan tokoh utama dalam novel Imra atun inda nuqtati Al-Sifril karya Nawal Al- Sa dawi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui latar tempat, waktu, sosial-budaya, fungsi latar dan tokoh utama dalam novel. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dan menggunakan metode deskriptif yang bertujuan membuat deskriptif secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai data yang diteliti. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Indah Fadhilla (2014), mahasiswi jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, dalam skripsinya yang berjudul Novel Persiden Karya Wisran Hadi: Analisis Latar Robert Stanton. Skripsi ini memiliki fokus terhadap unsur dan fungsi latar. Penelitian ini menggunakan teori Robert Stanton yang membagi latar menjadi beberapa bagian dan fungsi. Pada tahun 2015, Burhan Aryanto, jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada menulis skripsi dengan judul Novel Gerhana Kembar Karya Clara NG: Analisis Latar Menurut Teori Robert Stanton. Skripsi ini juga membahas tentang unsur dan fungsi latar novel Gerhana Kembar karya Clara NG. Penelitian ini juga menggunakan teori Robert Stanton yang membagi latar menjadi beberapa bagian dan fungsi. Adapun tesis yang menggunakan novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala sebagai objek material dengan teori yang berbeda adalah tesis yang ditulis oleh Kasido (2013) mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Pascasarjana, Universitas Negeri Sebelas Maret, dalam tesisnya yang berjudul Novel Gadis Kretek Karya Ratih Kumala: Tinjauan Feminisme dan Nilai

8 Pendidikan. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menjelaskan: (1) profil tokoh wanita dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala, (2) perjuangan kesetaraan gender tokoh wanita dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala, (3) keadaan sosial masyarakat dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala, dan (4) nilai-nilai pendidikan yang ada dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata. Penelitian ini menggunakan pendekatan feminisme untuk mendeskripsikan profil tokoh wanita, perjuangan kesetaraan gender, dan pendekatan sosiologi sastra untuk mengetahui keadaan sosial masyarakat yang terdapat dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala. Novel Gadis Kretek memunculkan komentar baik dan buruk. Berbagai pihak turut serta dalam memberikan tanggapan mengenai novel tersebut melalui tulisan pada cover belakang novel, blog pribadi, dan artikel. Dalam blog davincka.blogspot.com mengatakan bahwa dipandang sebelah mata karena jalan cerita yang mudah ditebak akan tetapi latar sejarah yang terjadi pada tahun 1960an menjadi salah satu daya tarik untuk mendalami seluk-beluk rokok yang dihadirkan penulis dengan sangat mendetail. Tanggapan lain yang ditulis pada blog htanzil.blogsop.com mengatakan bahwa kisah Gadis Kretek dan eksplorasi karakter yang menjadi judul novel kurang tergali dan kurang mendominasi karena kalah porsi dibanding kisah Idroes Moeria (ayah gadis kretek) dan Soeraja (kekasih gadis kretek) sehingga dibanding sang Gadis Kretek akan lebih banyak melihat kisah kegigihan Idroes Moeria dan Soeraja dalam meraih cinta dan menjalankan pabrik kretek. Jika kisah dan

9 karakter Gadis Kretek lebih ditonjolkan tentu novel akan lebih menarik. Akan tetapi disisi lain novel Gadis Kretek ini menarik dengan penggabungan berbagai latar dan kisah sejarah kretek, aroma percintaan, intrik persaingan bisnis, pertarungan harga diri, sisi budaya dan historis yang melatarbelakangi dengan porsi yang tepat dalam rangkaian kalimat sehingga semua unsur menyatu menjadi sebuah rangkaian kisah. Berdasarkan dari sejumlah penelitian di atas, novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala belum pernah dianalisis menggunakan teori Robert Stanton dengan memfokuskan analisis pada latar sehingga novel ini layak dikaji dengan teori struktur novel Robert Stanton. 1.5 Landasan Teori Teori yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahn dalam penelitian ini adalah teori struktur novel Robert Stanton. Teori struktur novel Robert Stanton digunakan karena memiliki konsep-konsep yang dapat digunakan untuk menjawab masalah-masalah yang tertera dalam rumusan masalah. Menurut Stanton (2012:22 23) karya sastra terdiri atas unsur tema, sarana-sarana sastra, dan fakta-fakta cerita. Fakta-fakta cerita terdiri atas alur, latar, dan tokoh. Ketiganya merupakan unsur fiksi yang nyata dan tergambarkan dengan baik di dalam sebuah novel. Ketiga unsur tersebut akhirnya menjadi unsur-unsur yang paling menonjol dalam sebuah novel. Oleh karena itu, gabungan dari ketiga unsur cerita dikatakan sebagai struktur faktual atau tingkatan faktual dari sebuah cerita. Adanya fakta-fakta cerita atau struktur faktual dalam novel membuat novel tersebut menjadi logis atau masuk akal dan mudah dibayangkan.

10 Cerita yang masuk akal bukanlah selalu cerita yang meniru kehidupan sesungguhnya secara sempurna. Namun demikian, masuk akal ini didefinisikan sebagai cerita yang memiliki koherensi atau keterkaitan antara unsur satu dengan unsur yang lain seperti antara tokoh dan latar. Lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung disebut dengan latar (Stanton, 2012:35). Stanton mengelompokkan latar bersamaan dengan tokoh dan plot ke dalam fakta-fakta cerita, misalnya karakter tokoh bisa digambarkan melalui latar. keterkaitan tiga unsur ini harus mampu berterima dengan logika berpikir manusia. Stanton membagi latar menjadi enam, yaitu lingkungan peristiwa yang menggambarkan lingkungan terjadinya peristiwa. Selain lingkungan peristiwa, menurut Stanton latar juga latar belakang yang terlihat, yang dimaksud dengan latar belakang yang terlihat yaitu tempat-tempat yang dapat dijumpai di dunia nyata seperti masjid, rumah, pabrik, sekolah, dan sebagainya. Lingkungan peristiwa dan latar belakang yang terlihat itu berbeda dimana pada lingkungan peristiwa ada penggambaran sebuah tempat beserta peristiwa yang tengah terjadi akan tetapi jika latar belakang yang terlihat maka teks hanya menggambarkan sebuah tempat tanpa menggambarkan sebuah peristiwa yang tengah terjadi. Stanton juga membagi latar menjadi waktu dalam sehari atau setahun,yaitu gambaran waktu terjadinya peristiwa. Pengarang menggambarkan waktu seperti pagi hari ketika matahari terbit dan bangun, siang, sore, atau malam hari ketika menggambarkan teringat bayang-bayang masa lalu. Pengarang juga menggambarkan waktu dengan penanggalan, bulan, dan dalam setahun. Latar

11 berupa iklim atau cuaca, yaitu pengambaran untuk situasi iklim atau cuaca seperti cuaca saat itu sedang dingin karena hujan tidak berhenti. Selanjutnya Stanton juga membagi latar menjadi periode sejarah, yaitu menggambarkan situsi bersejarah yang terjadi di dalam sebuah karya. Pada novel Gadis Kretek pengarang menggambarkan peristiwa sejarah dimana sejarah perkembangan industri kretek di Indonesia dan akan dibawa oleh pengarang kepada peristiwa sejarah pada periode penjajahan Belanda hingga kemerdekaan. Kemudian latar yang berupa orang-orang yang melatarbelakangi jalannya cerita. Latar ini menggambarkan perilaku kehidupan masyarakat di suatu tempat yang diceritakan di dalam sebuah karya fiksi. Latar di dalam sebuah karya fiksi mampu menjadi pendukung jalan cerita lewat penggambaran tema dan karakter tokoh. Tema dapat digambarkan sebagai pembentuk kesatuan cerita yang dapat memberikan makna pada setiap peristiwa yang terjadi. Latar juga memiliki fungsi seperti memberikan pengaruh terhadap pembentukan karakter tokoh atau tema di dalam sebuah karya fiksi berupa novel dan memiliki kemampuan untuk memunculkan tone dan mood emosional yang melingkupi sang tokoh (Stanton, 2012:36). Latar juga memiliki hubungan dengan karakter, tema, dan alur. Latar dalam sebuah novel mampu memberikan kesan yang nyata, mengangkat suasana yang tengah terjadi di sekitar lingkungan sebuah cerita dan menggambarkan perwatakan. Sifat dan tingkah laku seorang tokoh mampu mencerminkan tempat tokoh tersebut berasal atau sebaliknya, tempat tinggal tokoh mampu membangun karakter pada tokoh. Dari uraian teori di atas, penelitian ini akan mengelompokkan pembahasan terhadap enam unsur latar. Setiap unsur latar akan

12 dibahas satu persatu secara detail, begitu juga dengan fungsi yang dimiliki oleh penggambaran latar. Latar juga memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas untuk memberikan kesan realistis. Menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh ada dan terjadi. Pembaca merasa difasilitasi dan dipermudah untuk mengoperasikan daya imajinasi. Di samping untuk berperan secara kritis sehubungan dengan pengetahuan tentang latar juga dapat merasakan dan menilai kebenaran, ketepatan, dan aktualisasi latar yang diceritakan. Ketika membaca sebuah karya fiksi maka seolah-olah merasa menemukan sesuatu dalam cerita yang sebenarnya menjadi bagian diri jika latar mampu mengangkat suasana tempat, warna lokal, lengkap dengan karakteristik yang khas dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2015:303). Antarunsur latar tidak dapat terpisah dengan fungsi latar, hasil analisis dari setiap unsur latar dalam novel dapat mengetahui bagaimana fungsi latar dalam novel Gadis Kretek. Fungsi latar dalam novel akan terlihat jelas dari analisis antarunsur latar. 1.6 Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara untuk memperoleh pengetahuan mengenai objek tertentu karena harus sesuai dengan kodrat objek itu sebagaimana yang dinyatakan oleh teori (Faruk, 2012:55). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yaitu metode yang mendeskripsikan berupa kata-kata (Moleong, 2001:6). Penelitian ini akan berisi kutipan-kutipan data untuk menguak fakta-fakta yang terdapat dalam karya sastra agar memberikan pemahaman yang mendalam terhadap karya sastra yang diteliti.

13 Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menentukan objek material penelitian, yaitu novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala, 2. Menentukan objek formal penelitian, yaitu teori struktur novel model Robert Stanton, 3. Menentukan masalah pokok penelitian, 4. Melakukan tinjauan pustaka dengan mengumpulkan data-data yang relevan dan sesuai dengan topik penelitian, 5. Menganalisis novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala yang berupa katakata, dan 6. Menarik kesimpulan hasil analisis dan melaporkannya dalam bentuk skripsi. 1.7 Sistematika Laporan Penelitian Penelitian ini disajikan dalam lima bab, yaitu : Bab pertama adalah pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika laporan penelitian. Bab kedua penelitian ini berisi pembahasan mengenai latar cerita yang meliputi lingkungan peristiwa, latar belakang yang terlihat, waktu dalam sehari atau setahun, iklim atau cuaca, periode sejarah, dan orang-orang yang melatarbelakangi jalannya cerita. Bab ketiga penelitian berisi pembahasan mengenai fungsi latar pada novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala. Latar yang terdapat pada bab kedua dibahas

14 kembali pada bab ketiga. Pembahasan yang dilakukan mengenai fungsi yang dimiliki oleh unsur latar tersebut. Fungsi latar adalah untuk menggambarkan tema, karakter, dan suasana di dalam dan di luar para tokoh. Bab keempat penelitian berisi hubungan antarunsur latar novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala. Bab kelima kesimpulan.