repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Bukti eksistensi warga muslim Tionghoa di kota Bandung yaitu kita dapat

dokumen-dokumen yang mirip
Pola Komunikasi Anggota Komunitas Tionghoa Muslim di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki pasangan akan selalu saling melengkapi satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kegiatan, peradaban kebudayaan manusia. Bahasa adalah alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Kesimpulan akhir dari penelitian ini dikemukakan berdasarkan

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Review Penelitian Sejenis

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam keluarga maupun di lingkungan sekitar. Tujuannya untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran orang umumnya adalah mereka non-muslim dan eksklusif, 1 hanya

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Kasoos. Untuk itu, di bawah ini akan dijelaskan secara singkat tentang apa

KBBI, Effendy James A. F. Stoner Prof. Drs. H. A. W. Widjaya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari hari, maupun dalam kehidupan suatu perusahaan/organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk

Komunikasi. Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain (Handoko, 2002 : 30).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Setiap kota di Indonesia memiliki keanekaragaman dan keunikkan yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan.

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB IV ANALISIS DATA. data dalam penelitian kualitatif, yang diperoleh dari beberapa informan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dan citra diri (Studi Fenomenologi pada Jama ah Wanita Masjid Imam Ahmad

LAMPIRAN. Pekerjaan : Ketua Umum Yayasan Haji Karim Oei

BAB IV INTERPRESTASI HASIL PENELITIAN. telah dipilih selama penelitian berlangsung. Selain itu juga berguna untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS DATA. proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Bandung merupakan salah satu kota dimana terdapat para pelaku sosial

partisipan, terutama pihak pengirim komunikasi (komunikator), sering melupakan unsurunsur

BAB IV ANALISIS DATA. dari penelitian kualitatif ini berupa data-data yang bersifat Deskriptif. Hal

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya dilindungi oleh Undang-undang Dasar Dalam penjelasan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. canggih ini membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi sangat penting peranannya bagi kehidupan sosial, budaya,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS PROSES KOMUNIKASI ANTAR AGAMA ETNIS TIONGHOA DAN ETNIS JAWA DI PECINAN DESA WELAHAN KEC. WELAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesamanya.

BAB II STUDI PUSTAKA. oleh Gunter K. Stahl, L. A. (2010 : ) berjudul Quality of Communication

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diuraikan mengenai: (1) latar belakang; (2)

BAB IV ANALISIS DATA. secara bersamaan dengan pengumpulan data pada penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. maupun masyarakat sendiri. Kondisi seperti ini memberikan dampak. bisnis baru yang berkembang di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. membangun orang-orang untuk mengakomodasi tuntutan perubahan suatu

BAB I PENDAHULUAN. hal yang berbeda, meskipun keduanya mempunyai kemiripan untuk. komunikasi dan dakwah, maka komunikator selaku dai bisa dengan tepat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dalam mencari pekerjaan. Alasan pelarangan yang dikemukakanpun sangat tidak rasional,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelompok maupun suatu kelompok dengan kelompok lainnya.

Oleh: Anggelia Dea Manukily Julia Pantow Lingkan E. Tulung

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi merupakan keharusan bagi setiap individu, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung selain di kenal sebagai kota Fashion, tapi di kenal juga sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DATA. Berdasarkan data penelitian yang telah dipaparkan di bab sebelumnya, maka

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota Negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V PENUTUP. masjid yang didirikan di Indonesia. Masjid telah menjadi salah satu bangunan. atau RW, instansi pendidikan, dan instansi pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia, karena segala aktivitas

Materi Minggu 1. Komunikasi

BAB III KONSEP PERANCANGAN

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada manusia yang tidak terlibat dalam komunikasi. Komunikasi pada

BAB I PENDAHULUAN. (lisan) dan bahasa nonverbal (tulisan, simbol, isyarat). Fungsi bahasa dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Pada masa Nabi

BAB I PENDAHULUAN. mengerti. Semua itu merupakan proses perkembangan pada manusia. Widjaja

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. I.2 Batasan Masalah. Makalah ini hanya membahas prinsip komunikasi dan komunikasi sebagai. proses.

Efektifitas Komunikasi Interpersonal Umat Beragama di Perumahan Bekasi Jaya Indah Rt 10/14

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian pesan yang bermakna dari individu satu kepada individu lainnya

BAB IV ANALISIS DATA.

Struktur Pertukaran Sosial Antara Atasan dan Bawahan di PT. Sirkulasi Kompas Gramedia Yogyakarta. Edwin Djaja / Ninik Sri Rejeki

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru bahasa Sunda memiliki cara tersendiri dalam berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada awalnya komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

manusia, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Identitas manusia jejak langkah hidup manusia selalu membutuhkan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. hal komunikasi telah mengalami berbagai perubahan. Hal ini dapat terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah proses bertukar pikiran, opini, atau informasi secara lisan, tulisan, atau

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan-kegiatan belajarnya dan memberi petunjuk atas perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. bertemu dalam waktu yang cukup lama. Long Distance Relationship yang kini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. individu dalam masyarakat. Bahasa juga sebagai saluran perumusan ide atau

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Bukti eksistensi warga muslim Tionghoa di kota Bandung yaitu kita dapat melihat Masjid Lautze di sekitaran Jalan Tamblong. Bangunan dengan dominan warna berwarna merah dan bergambar kubah layaknya masjid dan tulisan Masjid Lautze 2 menjadi penanda bahwa bangunan tersebut adalah Masjid Lautze 2. Seiring berjalannya waktu, Masjid Lautze sendiri berupaya dalam memberikan layanan publik bagi mereka yang membutuhkan. Alasan didirikannya Masjid Lautze 2 di Bandung adalah kurangnya pusat informasi bagi etnis Tionghoa yang ingin memeluk agama Islam, dan juga bagi mualaf Tionghoa di kota Bandung. Selain itu, program yang dijalankan oleh Masjid Lautze ini adalah program pendampingan mualaf. Untuk melayani orangorang Tionghoa yang berniat masuk Islam, ataupun bagi yang sudah mualaf tentu akan lebih nyaman ketika didampingi oleh orang yang memiliki akar budaya yang sama. Masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai wadah pembinaan mualaf Tionghoa saja, tetapi masjid ini menjalankan fungsinya sebagaimana fungsi masjid lainnya. Selalu terbuka bagi warga sekitar dan juga semua kalangan tanpa membeda-bedakan orangnya. Terlihat saat dilaksanakan shalat Jumat, Jemaah yang hadir di masjid ini tidak hanya dari kelompok Tionghoa saja, tetapi masyarakat sekitarpun melaksanakan shalat Jumat di masjid ini. 1

2 Menjadi hal yang tidak mudah ketika seseorang akhirnya memutuskan untuk memeluk agama yang berbeda dengan orangtua dan saudara-saudaranya. Tentu ada pertimbangan khusus dalam menentukan pilihan tersebut. Keputusan memeluk agama Islam yang merupakan keyakinan yang berbeda dengan keluarganya tentu bukanlah sebuah keputusan tanpa risiko. Tentang keyakinan memang berkaitan dengan individu, namun konsekuensinya tentu akan berkaitan dengan urusan sosial. Proses perubahan ini tidak saja ditunjukkan dengan perubahan perilaku tetapi juga merubah pandangan tentang dunia. Contohnya adalah yang dilakukan mualaf-mualaf wanita yang mulai memakai hijab merupakan indikasi awal bagaimana seseorang melakukan perubahan diri. Sedikit mengulas tentang sejarah muslim Tionghoa di Indonesia. Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) didirikan di Jakarta, pada tanggal 14 April 1961, antara lain oleh Abdul Karim Oei Tjeng Hien, Abdusomad Yap A Siong dan Kho Goan Tjin. PITI merupakan gabungan dari Persatuan Islam Tionghoa (PIT) dipimpin oleh Alm. Abdusomad Yap A Siong dan Persatuan Muslim Tionghoa (PMT) dipimpin oleh Kho Goan Tjin. PIT dan PTM yang sebelum kemerdekaan Indonesia mula-mula didirikan di Medan dan di Bengkulu, masing-masing masih bersifat lokal, sehingga pada saat itu keberadaan PIT dan PTM belum begitu dirasakan oleh masyarakat baik muslim Tionghoa dan muslim Indonesia. Karena itulah, untuk merealisasikan perkembangan ukhuwah Islamiyah di kalangan muslim Tionghoa, maka PIT yang berkedudukan di Medan dan PTM yang berkedudukan di Bengkulu merelakan diri pindah ke Jakarta dengan bergabung dalam satu wadah, yakni PITI.

3 PITI didirikan pada waktu itu sebagai tangapan realistis atas saran Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah K.H. Ibrahim kepada Abdul Karim Oei bahwa untuk menyampaikan agama Islam kepada etnis Tionghoa harus dilakukan oleh etnis Tionghoa yang beragama Islam (Abidin, 2008: 110). Program PITI adalah menyampaikan tentang (dakwah) Islam khususnya kepada masyarakat keturunan Tionghoa dan pembinaan dalam bentuk bimbingan kepada muslim Tionghoa dalam menjalankan syariah Islam baik di lingkungan keluarganya yang masih non muslim dan persiapan berbaur dengan umat Islam di lingkungan tempat tinggal dan pekerjaannya serta pembelaan atau perlindungan bagi mereka yang karena masuk agama Islam, untuk sementara mempunyai masalah dengan keluarga dan lingkungannya. 1 PITI sebagai organisasi dakwah sosial keagamaan yang berskala nasional berfungsi sebagai tempat singgah, tempat silahturahmi untuk belajar ilmu agama dan cara beribadah bagi etnis Tionghoa yang tertarik dan ingin memeluk agama Islam serta tempat berbagi pengalaman bagi mereka yang baru masuk Islam. Bila dilihat dari peta sejarahnya, awal kedatangan Muslim Tionghoa di Nusantara tidak diketahui secara tepat dan pasti waktunya seperti juga awal kedatangan etnis Tionghoa ke nusantara ini, kecuali dari riwayat dan bukti sejarah berupa peninggalan benda-benda arkeologis dan antropologis yang berhubungan dengan budaya Cina yang ditemukan (Abidin, 2006: 173). Pada dasarnya etnis Tionghoa secara keseluruhan merupakan ingroup. Namun kondisi sosial tentu akan sedikit berubah ketika seseorang dari etnis 1 http://forum.kompas.com/bincang-buku/282320-sejarah-china-islam-indonesia-3-a.html

4 Tionghoa memeluk agama Islam. Terdapat beberapa berita menyedihkan tentang sulitnya kehidupan muslim di Cina. Beberapa saat lalu ada berita yang dihadirkan tentang Mahasiswa dan pekerja sipil muslim di Xinjiang, Cina, dilarang melakukan ibadah puasa selama Ramadhan, 2 lalu berita Pada tahun 1990, pemerintah Cina melarang pembangunan masjid dan madrasah. 3 Berita lainnya mengenai Muslim Uighur juga sulit untuk melaksanakan ibadah haji karena tidak bisa mendapat paspor. Proses pembuatan paspor dipersulit dan pemerintah Cina juga membatasi biro perjalanan haji. 4 Dengan melihat berita-berita tersebut dapat dikatakan bagaimana mulanya sekelompok etnis Tionghoa yang merupakan ingroup menjadikan orang-orang yang memeluk Islam menjadi kelompok outgroup. Kesenjangan sosial mulai terbentuk. Sekat-sekat dalam hidup bersosial semakin nyata. Oleh karena itu, setiap tokoh muslim dari kelompok Tionghoa perlu merumuskan bagaimana cara menyampaikan pesan dalam kegiatan komunikasi antarpribadi dengan Komunitas Tionghoa Muslim agar mereka tetap teguh dengan keyakinannya. Menurut Widjaja (2000: 122) komunikasi memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Hampir setiap saat kita bertindak dan belajar dengan dan melalui komunikasi. Sebagian besar komunikasi yang kita lakukan berlangsung dalam situasi komunikasi antarpribadi. Situasi komunikasi antarpribadi ini bisa kita temui dalam konteks kehidupan dua orang, keluarga, 2 http://www.tempo.co/read/news/2014/07/03/115590009/diskriminasi-muslim-di-xinjiang- Dilarang-Berpuasa 3 http://luar-negeri.kompasiana.com/2012/01/30/perlakuan-pemerintah-china-terhadap-muslimuighur-431219.html 4 http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/11/10/31/ltxiweastaghfirullah-muslim-uighur-dipersulit-pergi-haji

5 kelompok maupun organisasi. Sehingga, melalui tindakan komunikasi antarpribadi, pengurus Masjid Lautze 2 ini dapat menciptakan hubungan yang meyakinkan sikap para komunikannya dalam kehidupan keagamaan. Perubahan yang menjadi pembeda antara Tionghoa muslim dan Tionghoa non muslim memang terlihat. Namun pada dasarnya, Tionghoa muslim ini tetap bangga pada budayanya sehingga budaya-budaya Cina asli tidak dihilangkan dalam hidupnya. Sebagai contoh, biasanya bangunan-bangunan masjid yang sering kita lihat memiliki arsitektur layaknya masjid di Timur Tengah. Namun Masjid Lautze 2 Bandung yang dimiliki oleh muslim Tionghoa cenderung memiliki arsitektur gaya budaya Cina, mulai dari warna merah, bentuk-bentuk lampu Cina, dan juga kaligrafi Cina, sehingga masyarakat akan mengetahui bahwa tempat tersebut adalah tempat di mana muslim Tionghoa berkumpul. Selain itu, bangunan masjid dengan arsitektur Cina ini memberikan informasi kepada masyarakat Tionghoa muslim di Bandung agar memaknai pesan bahwa bila membutuhkan informasi mengenai Islam bisa datang ke tempat tersebut. Tidak sedikit masjid-masjid di sekitaran Bandung yang memfasilitasi sebagai saksi bagi calon mualaf untuk membacakan kalimat syahadat. Layaknya menyambut anggota keluarga baru dalam hidupnya, suasana mengharukan sekaligus menggembirakan terlihat pada momen ini. Namun nyatanya, momen bahagia ini tidak bertahan lama dikarenakan kurangnya komunikasi diantara masjid dan mualaf tersebut. Padahal sudah jelas, dari segi pengetahuan agama sudah tentu mualaf ini masih membutuhkan bimbingan secara intensif.

6 Kondisi berbeda dihadirkan oleh Masjid Lautze. Masjid ini memiliki program khusus yaitu pendampingan mualaf. Sehingga mualaf-mualaf Tionghoa mendapatkan ajaran-ajaran Islam untuk menjadi muslim yang sesungguhnya. Memperbanyak penerapan metode dialog atau interaksi dalam komunikasi antarpribadi dianggap cocok dalam pembinaan jamaah. Hardjana dalam Rosmawaty mengungkapkan bahwa komunikasi antar pribadi adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula. Kebanyakan komunikasi antarpribadi berbentuk verbal disertai ungkapan-ungkapan nonverbal dan dilakukan secara lisan (2010: 72). Selain mendapatkan umpan balik secara langsung dari kegiatan komunikasi tersebut, tentu kesamaan latar belakang dan budaya akan menimbulkan suatu kecocokan dalam hubungan antarpribadi. Dalam hal ini para pembina dan pengurus menghadapi tuntutan agar selalu memelihara hubungan baik dengan para jamaah. Ludlow dan Panton dalam bukunya komunikasi efektif menjelaskan bahwa ukuran manajemen komunikasi antar pribadi yang efektif adalah bahwa informasi disampaikan dan hubungan dibangun (1996: 6). Kehidupan mualaf dari golongan etnis Cina ternyata banyak hal yang menarik untuk dibahas khususnya dari bidang komunikasi. Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan tema Pola Komunikasi Anggota Komunitas Tionghoa Muslim di Kota Bandung.

7 1.2 Fokus Penelitian dan Pertanyaan Penelitian 1.2.1 Fokus Penelitian Pada penelitian ini, penulis melihat dan memfokuskan pada pola komunikasi Komunitas Tionghoa Muslim di Masjid Lautze 2 Bandung. 1.2.2 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana aktivitas komunikasi yang terjadi pada Komunitas Tionghoa Muslim di Masjid Lautze 2 Bandung? 2. Bagaimana kompetensi komunikasi pada anggota Komunitas Tionghoa Muslim di Masjid Lautze 2 Bandung? 3. Bagaimana penggunaan varietas bahasa dalam Komunitas Tionghoa Muslim di Masjid Lautze 2 Bandung? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui aktivitas komunikasi yang terjadi pada Komunitas Tionghoa Muslim di Masjid Lautze 2 Bandung. 2. Untuk mengetahui kompetensi komunikasi pada anggota Komunitas Tionghoa Muslim di Masjid Lautze 2 Bandung. 3. Untuk mengetahui penggunaan varietas bahasa dalam Komunitas Tionghoa Muslim di Masjid Lautze 2 Bandung.

8 1.4 Kegunaan Penelitian Pada penelitian ini terdapat beberapa kegunaan penelitian secara teoritis maupun praktis, di antaranya adalah: 1.4.1 Kegunaan Teoritis 1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan informasi bagi akademis untuk kajian ilmu komunikasi yang khususnya meneliti dan mempelajari komunitas tertentu seperti Tionghoa. 2. Menambah ilmu pengetahuan mengenai bagaimana pola komunikasi yang terbentuk dalam Komunitas Tionghoa Muslim di Kota Bandung, dari segi aktivitas komunikasi, kompetensi komunikasi dan varietas bahasa. 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran, mengenai pola komunikasi. Sebagai bahan evaluasi dan masukan positif bagi yayasan terkait untuk mempertimbangkan dan mengembangkan komunikasi yang efektif. 2. Dijadikan referensi bagi para komunikator seperti yayasan muslim dan para da i dalam melakukan sebuah kegiatan yang berperan aktif dalam berhubungan antarpribadi. 1.5 Setting Penelitian Dalam penelitian ini, penulis membatasi pembahasan yang akan diteliti agar penelitian ini tidak terlalu luas dan dapat terarah sesuai dengan yang

9 diharapkan. Hal-hal yang penulis tulis sebagai pembatasan masalah adalah sebagai berikut: 1. Permasalahan yang diteliti tentang pola komunikasi yang dilakukan Komunitas Tionghoa Muslim. 2. Pola komunikasi yang diteliti dari segi aktivitas komunikasi, komponen komunikasi dan varietas bahasa. 3. Penelitian ini akan dilakukan di Mesjid Lautze yang berlokasi di jalan Tamblong 27 Bandung. 4. Key informan dari penelitian ini adalah: a. Jesslyn sebagai humas dari Masjid Lautze 2 Bandung. b. Jamaah Tionghoa Masjid Lautze 2 Bandung. c. Mualaf Tionghoa di Masjid Lautze 2 Bandung. 5. Waktu yang digunakan penulis untuk melakukan penelitian adalah pada bulan Maret Juli 2015 Mengingat penelitian ini dilakukan untuk penulisan skripsi, maka ketentuan waktu penelitian yang ditetapkan tidak lama. Oleh karena itu, penulis melakukan studi etnografi komunikasi mikro atau etnografi komunikasi kecil. 1.6 Kerangka Pemikiran Beraneka ragam alasan yang menyebabkan orang akhirnya memutuskan untuk menganut Islam. Tetapi satu hal yang pasti adalah bahwa mereka telah menemukan kebenaran yang mereka cari. Ketika memasuki agama Islam, akan muncul berbagai pertimbangan. Bukan hal yang mudah ketika seseorang memutuskan untuk memeluk agama yang

10 baru bagi dirinya. Dalam pelaksanaan kegiatan keislaman di suatu masjid, pendidikan nilai-nilai ketuhanan dan keagamaan memang perlu diberikan kepada para jamaah, khususnya yang baru masuk Islam. Dengan menggunakan gaya interaksi dalam komunikasi antarpribadi nampaknya merupakan metode yang efektif dalam pembinaan jamaah ini. Suatu kebudayaan tidak terlepas dari komunikasi. Kaitan antara budaya dengan komunikasi itu erat sekali. Budaya adalah komunikasi, dan komunikasi adalah budaya. Mulyana dan Rakhmat (1990: 25) menjelaskan bahwa: Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak dapat menentukan siapa berbicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang menyandi pesan, dan kondisi-kondisinya untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan. Maksudnya, seluruh perbendaharaan perilaku seseorang sangat tergantung pada budaya setempat di mana seseorang itu dibesarkan. Konsekuensinya budaya adalah landasan komunikasi. Dalam hal ini para pengurus memiliki tujuan yaitu memberikan dan menerima manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan di Masjid Lautze 2 ini. Penelitian yang penulis teliti yaitu tentang pola komunikasi anggota Komunitas Tionghoa Muslim di Kota Bandung. Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. (Djamarah, 2004: 1) Melihat pengertian tersebut kita melihat adanya proses dalam sebuah kegiatan komunikasi. Komunikasi tidak bisa terlepas dari proses. Oleh karena itu keefektifan sebuah komunikasi tergantung pada proses yang berlangsung tersebut. Menurut Effendy dalam Rosmawaty proses komunikasi adalah berlangsungnya

11 penyampaian ide, informasi, opini, kepercayaan, perasaan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan lambang, misalnya bahasa, gambar, warna yang merupakan isyarat (2010: 20). Dari pengertian di atas dapat dikatakan satu pola komunikasi adalah sebuah bentuk atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan yang meliputi langkah-langkah suatu aktifitas yang merupakan bagian atas terjadinya hubungan komunikasi antarmanusia atau kelompok ataupun organisasi. Memahami pola-pola komunikasi yang hidup dalam suatu masyarakat tutur, atau masyarakat yang memiliki kaidah yang sama untuk berkomunikasi, akan memberikan gambaran umum dari perilaku komunikasi masyarakat tersebut. Dari pola ini juga dapat diketahui bagaimana unit-unit komunikatif dari suatu masyarakat tutur diorganisasikan, dipandang secara luas sebagai cara-cara berbicara, dan bersama dengan makna menurunkan makna dari aspek-aspek kebudayaan lain. Kuswarno (2008: 37) menjelaskan bahwa sebagai langkah awal untuk mendeskripsikan dan menganalisis pola komunikasi yang ada dalam suatu masyarakat, adalah dengan mengidentifikasikan peristiwa-peristiwa komunikasi yang terjadi secara berulang. Langkah selanjutnya menginventarisasi komponen yang membangun peristiwa komunikasi, kemudian menemukan hubungan antar komponen tersebut. Objek penelitian yang perlu diperhatikan adalah aktivitas komunikasi, kompetensi komunikasi dan varietas bahasa. Dengan begitu dapat

12 ditemukan mengenai penjelasan pemolaan komunikasi melalui kategori-kategori tersebut. Komunikasi yang efektif dapat dilihat dari hubungan antarmanusia yang baik. Komunikasi sering kali gagal ketika suatu pesan dapat dipahami tetapi hubungan antara komunikator dan komunikan rusak. Setiap orang ketika melakukan komunikasi, mereka tidak hanya manyampaikan pesan, tetapi membangun hubungan antarmanusia yang baik. Dengan adanya komunikasi yang terjalin antara Komunitas Tionghoa Muslim akan terbentuk hubungan yang samasama saling menguntungkan, sehingga dari hubungan yang terbentuk ini kegiatan komunikasi dapat dipahami satu sama lain. Singkatnya makin baik hubungan seseorang dengan orang lain, makin terbuka orangnya, dan semakin efektif komunikasinya. Sebelum menjelaskan teori yang digunakan untuk acuan penelitian, penulis ingin membahas sedikit tentang komunikasi antarpribadi. Karena para anggota kelompok ini perlu pandai dalam melakukan komunikasi antarpribadi. Baik dalam penyampaian pesan ataupun pemaknaan pesan. Dengan begitu komunikasi ini dapat digunakan untuk membuat hubungan yang lebih dekat atau menjalin hubungan-hubungan informal agar terjadi kenyamanan. Komukasi antarpribadi adalah komunikasi yang dilakukan antara dua orang atau lebih dalam situasi tatap muka dengan penyampaian pesan berupa verbal ataupun non verbal. Komunikasi ini biasanya dilakukan untuk berbagi informasi bahkan perasaan antara orang-orang yang terlibat di dalamnya.

13 Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy, 2003: 59). Dengan begitu komunikasi antarpribadi ini merupakan komunikasi yang dianggap efektif dalam upaya mengubah sikap, atau perilaku seseorang. Dengan sifatnya yang dua arah seorang komunikator dapat mengetahui efek atau tanggapan dari komunikan secara langsung. Komunikator dalam komunikasi antarpribadi dapat mengetahui secara pasti apakah komunikasinya berhasil atau tidak. Teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah teori interaksi simbolik yang dicetuskan oleh George Herbert Mead dan dikembangkan oleh Herbert Blumer. Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna (Mulyana, 2013: 68). Simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk merujuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Simbol meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku nonverbal dan objek yang maknanya disepakati bersama. Hamper semua ucapan dan perbuatan (perilaku) manusia yang mengandung simbol-simbol tertentu. Selain verbal dan nonverbal, simbol memiliki tiga unsur yaitu: simbol itu sendiri (meliputi apapun yang dapat kita rasakan atau kita alami), simbol rujukan (benda yang menjadi rujukan simbol) dan hubungan antara simbol dengan rujukan (unsur makna).

14 Berdasarkan dari pemaparan yang penulis ungkapkan di atas, penulis dapat mengatakan bahwa simbol bahasa yang digunakan di Komunitas Tionghoa Muslim di Masjid Lautze 2 Bandung akan dijadikan bahan pengkajian dalam penelitian ini. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan komunikasi dalam menganalisis penelitian ini, menggunakan pendekatan etnografi komunikasi, yaitu analisis aktivitas komunikasi, kompetensi komunikasi dan varietas bahasa. Dari kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas, penulis gambarkan dalam bentuk bagan, seperti di bawah ini: Etnografi Komunikasi Budaya Komunikasi Interaksi Simbolik / Bahasa (Makna) Analisis aktivitas komunikasi Analisis kompetensi komunikasi Analisis Varietas Bahasa Pola Komunikasi Anggota Komunitas Tionghoa Muslim Gambar 1.1 Kerangka pemikiran pola komunikasi anggota Komunitas Tionghoa Muslim (Modifikasi Penulis)