Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP

ANALISIS PENGARUH RESISTANSI PENTANAHAN MENARA TERHADAP BACK FLASHOVER PADA SALURAN TRANSMISI 500 KV

STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV

ANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV

I Gusti Ngurah Satriyadi Hernanda, ST. MT Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST. M.Sc

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi setiap orang. Ketergantungan masyarakat terhadap listrik

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV

1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. Pengukuran Besaran Elektrik Laboratorium Teknik Elektro Terpadu Jurusan

Studi Pengaman Tegangan Lebih pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi 150kV yang Dilindungi oleh Arester Surja

II. TINJAUAN PUSTAKA. (updraft) membawa udara lembab. Semakin tinggi dari permukaan bumi, semakin

II. TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: Dedy Setiawan IGN SatriyadiI H., ST., MT. 2. Dr. Eng. I Made Yulistya N., ST., M.Sc

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang mudah dalam

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

ANALISIS DISTRIBUSI TEGANGAN LEBIH AKIBAT SAMBARAN PETIR UNTUK PERTIMBANGAN PROTEKSI PERALATAN PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv di YOGYAKARTA

Studi Pengaruh Konfigurasi Peralatan pada Saluran Distribusi 20 kv Terhadap Performa Perlindungan Petir Menggunakan Simulasi ATP/EMTP

BAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR

Dielektrika, [P-ISSN ] [E-ISSN X] 85 Vol. 4, No. 2 : 85-92, Agustus 2017

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SIMULASI PENENTUAN NILAI TAHANAN PENTANAHAN MENARA TRANSMISI 150 KV TERHADAP BACKFLASHOVER AKIBAT SAMBARAN PETIR LANGSUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN

ANALISIS GANGGUAN PETIR AKIBAT SAMBARAN LANGSUNG PADA SALURAN TRANSMISI TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 kv

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas dan kehandalan yang tinggi. Akan tetapi pada kenyataanya terdapat

STUDI PENGARUH STRAY CAPACITANCE TERHADAP KINERJA ARRESTER TEGANGAN TINGGI 150 KV DENGAN FINITE ELEMENT METHODS (FEM)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR

BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR

Dasman 1), Rudy Harman 2)

Rizky Fajar Adiputra

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

SIMULASI SAMBARAN PETIR LANGSUNG PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV TERHADAP KAWAT FASA DENGAN VARIASI TAHANAN PENTANAHAN

BAB II DASAR TEORI. hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam satu tahun disebut

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA

BAB II LANDASAN TEORI. Pada penelitian sebelumnya (Syakur, 2009) dengan judul kinerja Arrester

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi listrik untuk keperluan manusia akan semakin meningkat

LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN

STUDI PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PETIR EKSTERNAL DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN

SISTEM PROTEKSI TERHADAP SAMBARAN PETIR LANGSUNG (DIRECT STRIKE) KE GARDU INDUK. Sudut Lindung. Menara Transmisi Dan Gardu Induk

ANALISIS PERAMBATAN TEGANGAN IMPULS PADA PENTANAHAN GRID GARDU INDUK DENGAN PEMODELAN RUGI SALURAN TRANSMISI

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Analisa Pengaruh Perilaku Petir pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kv Menggunakan Metode Burgsdorf

SIMULASI DISTRIBUSI TEGANGAN PETIR DI JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20 KV PENYULANG KENTUNGAN 2 YOGYAKARTA

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad

GROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT. Electrical engineering Dept. Oktober 2008

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK

BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ( yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang

Studi Pengaruh Lokasi Pemasangan Surge Arrester pada Saluran Udara 150 Kv terhadap Tegangan Lebih Switching

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini data yang diambil dari pengukuran

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum. Pada dasarnya suatu gangguan ialah setiap keadaan sistem yang menyimpang

ANALISA PEMASANGAN INSULATOR PADA GSW/KAWAT TANAH TOWER TRANSMISI 150 KV DI PT PLN (PERSERO) P3B SUMATERA

Bab 4 SALURAN TRANSMISI

STUDI PENGARUH VARIASI PARAMETER SAMBARAN PETIR TERHADAP TEGANGAN INDUKSI PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv (Studi Kasus Feeder 3 GI Bumi Semarang Baru)

Studi Dampak Sambaran Petir Pada Peralatan Tegangan Rendah Rumah Tangga Menggunakan Perangkat Lunak EMTP

STUDI PENGARUH VARIASI PARAMETER SAMBARAN PETIR TERHADAP TEGANGAN INDUKSI PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv (Studi Kasus Feeder 3 GI Bumi Semarang Baru)

PENGGUNAAN ATP DRAW 3.8 UNTUK MENENTUKAN JUMLAH GANGGUAN PADA SALURAN TRANSMISI 150 kv AKIBAT BACKFLASHOVER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MITIGASI GANGGUAN TRANSMISI AKIBAT PETIR PADA PT. PLN (PERSERO) P3B SUMATERA UPT TANJUNG KARANG

KOORDINASI ISOLASI. By : HASBULLAH, S.Pd., MT ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. FPTK UPI 2009

ANALISIS SAMBARAN PETIR PADA TIANG TRANSMISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LATTICE

ANALISIS PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG ELEKTRODA PENTANAHAN ARESTER TERHADAP PERLINDUNGAN TEGANGAN LEBIH

ANALISA PROTEKSI PETIR PADA GARDU DISTRIBUSI 20 KV PT PLN (PERSERO) RAYON INDERALAYA

STUDI PERFORMANSI PERLINDUNGAN SAMBARAN PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV UNTUK BERAGAM KARAKTERISTIK SAMBARAN

Proteksi Terhadap Petir. Distribusi Daya Dian Retno Sawitri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Westinghouse yang terdahulu, menguji transformator-transformator di

Bab 3 SALURAN TRANSMISI

Bab 3 SALURAN TRANSMISI

Studi Pengaruh Backflashover pada Sistem Pentanahan Menara Saluran Transmisi Tegangan Tinggi Terkonsentrasi Menggunakan ATPDraw

BAB I PENDAHULUAN. listrik demi menjaga kelangsungan hidup mereka. Pada proses sistem tenaga. transmisikan dan didistribusikan kepada para konsumen.

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK

EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD

Vol.12.No.1. Februari 2012 Jurnal Momentum ISSN : X

BAB III LIGHTNING ARRESTER

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI

BAB I PENDAHULUAN. tegangan rendah yang biasanya tersambung ke rumah-rumah. Di lain sisi

ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR. Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract

STUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret

Bahan Listrik. Isolator Padat

BAB I PENDAHULUAN. gardu induk maka tenaga listrik tidak dapat disalurkan. Sehingga pembangunan

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Kinerja Lightning Arester Pada Jaringan Transmisi 150 kv Sistem Minahasa Khususnya Pada Penyulang Kawangkoan - Lopana

STUDI GANGGUAN HUBUNGAN SINGKAT SATU FASA KETANAH AKIBAT SAMBARAN PETIR PADA SALURAN TRANSMISI OLEH JUBILATER SIMANJUNTAK NIM :

BAB I PENDAHULUAN. gelombang berjalan juga dapat ditimbulkan dari proses switching atau proses

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK

SIMULASI DAN ANALISIS PENGARUH TEGANGAN LEBIH IMPULS PADA BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 KV

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama : pusat-pusat

Transkripsi:

Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover oleh : Putra Rezkyan Nash 2205100063 Dosen Pembimbing : 1. I G N Satriyadi H,ST,MT. 2. Dr.Eng.I Made Yulistya N,ST,M.Sc.

Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis Menara transmisi terletak pada tempat terbuka Tegangan lebih akibat induksi petir merupakan salah satu penyebab terjadinya gagal isolasi pada suatu sistem tenaga listrik jika magnitude tegangannya melebihi BIL (Basic Impuls Insulation Level) peralatan isolasi serta komponen sistem tenaga listrik yang dipakai

Permasalahan a.bagaimana Pemodelan Menara Transmisi 500 kv dengan Menggunakan ATP-EMTP? b.bagaimana pengaruh nilai resistansi pentanahan menara transmisi dan bentuk gelombang petir terhadap tegangan lebih yang terjadi?

Batasan Masalah Sambaran petir diasumsikan mengenai saluran transmisi dengan besar arus puncak petir tipe heidler yang berkisar antara 50 150 ka. Model dan jarak antar menara berdasarkan data menara milik PT. PLN P3B 500 kv Gresik Krian.. Model menara yang digunakan adalah model JMarti. Simulasi sistem menggunakan perangkat lunak ATP-EMTP.

Tujuan Membuat pemodelan tegangan lebih akibat induksi petir pada saluran transmisi. Analisa pengaruh nilai dari resistansi pentanahan menara dan bentuk gelombang petir terhadap tegangan lebih akibat sambaran petir.

Komponen Saluran Transmisi Struktur Pendukung Tiang baja, tiang beton, dan tiang kayu, umumnya untuk saluran transmisi dengan tegangan yang relatif rendah (dibawah 70 kv). Menara baja, digunakan untuk saluran transmisi yang tegangan kerjanya tinggi (SUTT) dan tegangan ekstra tinggi (SUTET). Kawat Penghantar tembaga dengan konduktivitas 100% (Cu 100%) tembaga dengan konduktivitas 97,5% (Cu 97,5%) aluminium dengan konduktivitas 61% (Al 61%)

Komponen Saluran Transmisi [2] Isolator jenis isolator yang digunakan adalah jenis porselin atau gelas. Kawat tanah (ground wire) untuk melindungi kawat-kawat penghantar atau kawat-kawat fasa terhadap sambaran petir

Klasifikasi Tegangan Lebih BERDASARKAN SEBABNYA SEBAB DALAM (INTERNAL OVER VOLTAGE) CONTOH : TEGANGAN LEBIH SWITCHING SEBAB LUAR (EXTERNAL OVER VOLTAGE) CONTOH : TEGANGAN LEBIH PETIR TEGANGAN LEBIH BERDASARKAN BENTUKNYA BERDASARKAN SUMBER- SUMBERNYA PERIODIK CONTOH : TEGANGAN LEBIH TEMPORER APERIODIK CONTOH : TEGANGAN LEBIH PETIR PETIR SAMBARAN LANGSUNG CONTOH : PADA KAWAT FASA SAMBARAN TIDAK LANGSUNG CONTOH : INDUKSI KAWAT FASA SWITCHING CONTOH : - PEMUTUSAN ARUS HUBUNG SINGKAT - PEMUTUSAN ARUS PADA PENGHANTAR TERBUKA - PEMISAHAN DARI TRAFO BEBAN NOL - PENYAMBUNGAN ATAU PEMUTUSAN BEBAN TEMPORER CONTOH : GANGGUAN KAWAT FASA KE TANAH

Petir Petir merupakan kejadian alam di mana terjadi loncatan muatan listrik antara awan dengan bumi. Indonesia terletak di negara tropis yang sangat panas dan lembab. Kedua faktor ini sangat penting dalam pembentukan awan Cumulonimbus (Cb) penghasil petir.

Awan Commulonimbus

Petir

Jenis Sambaran Petir 1.Sambaran Langsung apabila kilat menyambar langsung pada kawat fasa (untuk saluran tanpa kawat tanah) atau pada kawat tanah (untuk saluran dengan kawat tanah) 2.Sambaran Tidak Langsung (Sambaran Induksi) merupakan sambaran titik lain yang letaknya jauh tetapi obyek terkena pengaruh dari sambaran sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada obyek tersebut.

Iso Keraunic Level (IKL) Iso Keraunic Level (IKL) merupakan ukuran keseringan sambaran petir pada suatu daerah. Wilayah Indonesia yang berada di daerah khatulistiwa mempunyai keadaan iklim yang lembab dan wilayah perairan yang luas sehingga banyak terjadi pembentukan awan bermuatan yang tinggi. Hal ini memungkinkan terjadinya banyak sambaran petir setiap tahunnya.

Peta Iso Keraunic Dunia

Guruh per tahun di beberapa negara Negara Hari Guruh per tahun Indonesia 180-260 Malaysia 180-260 Singapura 160-220 Thailand 90-200 Brazil 40-200 Argentina 30-80 Hongkong 9-100

Resistansi Pentanahan Menara Faktor-faktor yang mempengaruhi resistansi pentanahan : Jenis Tanah Lapisan tanah Kelembapan tanah Temperatur

Tahanan Jenis Tanah Nilai resitansi jenis tanah, sangat berbeda tergantung dari komposisi tanah seperti yang terlihat pada pasal 320 1 di dalam PUIL 1987: Jenis Tanah Resistansi Tanah (ohm - m) Tanah Rawa 10-40 Tanah Liat 20-100 Pasir Basah 50-200 Kerikil Basah 200-3000 Kerikil kering < 10000 Tanah Berbatu 2000-3000

Perangkat Lunak ATP-EMTP ATP Draw adalah program grafis untuk versi ATP dari EMTP untuk windows. ATP termasuk salah satu program yang digunakan secara luas untuk simulasi digital dari fenomena transien elektromagnetik.

Menara Transmisi 500 kv

Data menara transmisi 500 kv Parameter Menara Transmisi Nilai Panjang isolator (m) 5,5 m Tinggi menara (m) 69 m Tinggi Kawat tanah di tenagah span (m) 56 m Lebar dasar menara (m) 10,5 m Jarak Puncak menara ke : 1. Lengan atas 5 m 2. Lengan tengah 18,6 m 3. Lengan Bawah 33,2 m Panjang Lengan Menara : 1. Atas 24,2 m 2. Tengah 25,2 m 3. Bawah 26,4 m Jarak antar konduktor pada : 1. Lengan menara atas 14,4 m 2. Lengan menara tengah 15,2 m 3. Lengan menara bawah 16,4 m

Data Konduktor No. Konduktor Fungsi Radius Konduktor (m) Tegangan Operasi Sudut Fase 1 2 Kawat tanah Kawat tanah 0.08 0-0.08 0-3 Fase A1 0.03 500 0 4 Fase B1 0.03 500-120 5 Fase C1 0.03 500 120 6 Fase A2 0.03 500 0 7 Fase B2 0.03 500-120 8 Fase C3 0.03 500 120

Pemodelan Dengan ATP draw ATP Draw adalah program grafis untuk versi ATP dari EMTP untuk windows. ATP termasuk salah satu program yang digunakan secara luas untuk simulasi digital dari fenomena transien elektromagnetik.

Model Simulasi L_imp TOP V1

Contoh Pemasukan Data Petir

Contoh Model Petir 50 [ka] 40 30 20 10 0 0 5 10 15 20 [us] 25 (f ile C0ba.pl4; x-v ar t) c:light - Model dari arus petir yang digunakan adalah tipe Heidler.

Hasil Simulasi Pada Tanah Rawa 4 [MV] 3 2 1 0-1 -2 0 5 10 15 20 [us] 25 (f ile Rawa.pl4; x-v ar t) v :V1A v :V1B v :V1C

Hasil Simulasi Pada tanah Liat 4 [MV] 3 2 1 0-1 -2 0 5 10 15 20 [us] 25 (f ile Rawa.pl4; x-v ar t) v :V1A v :V1B v :V1C

Hasil Simulasi Pada Jenis Tanah Pasir Basah 3.5 [MV] 2.5 1.5 0.5-0.5-1.5 0 5 10 15 20 [us] 25 (f ile Rawa.pl4; x-v ar t) v :V1A v :V1B v :V1C

Hasil Simulasi Pada Jenis Tanah Berbatu 3.0 [MV] 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0-0.5-1.0 0 5 10 15 20 [us] 25 (f ile Rawa.pl4; x-v ar t) v :V1A v :V1B v :V1C

Hasil Simulasi Pada Jenis Tanah Kerikil 900 [kv] 750 600 450 300 150 0-150 -300 0 5 10 15 20 [us] 25 (f ile Rawa.pl4; x-v ar t) v :V1A v :V1B v :V1C

Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Tegangan Lebih akibat Sambaran Petir Tegangan Lebih (kv) 2700 2650 2600 2550 2500 2450 2400 2350 2300 2250 2200 2150 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Resistansi (ohm)

Pengaruh Dari Tegangan Puncak Petir terhadap Tegangan Lebih yang Tejadi pada Kawat Fasa 2500 Tegangan Lebih (kv) 2000 1500 1000 500 0 0 20 40 60 80 100 120 140 160 Arus Puncak Petir (ka)

Pengaruh Bentuk Gelombang Petir Terhadap Tegangan Lebih 1400 1200 Tegangan Lebih (kv) 1000 800 600 400 200 0 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 Waktu Muka (mikro s)

Pengaruh Bentuk Gelombang Petir Terhadap Tegangan Lebih [2] 4000 Tegangan Lebih Petir (kv) 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Waktu Ekor (mikro sekon)

Kesimpulan Hubungan antara nilai dari resistansi pentanahan menara transmisi dengan tegangan lebih yang terjadi pada kawat fasa adalah semakin besar nilai dari resistansi menara transmisi maka tegangan lebih yang terjadi pada kawat fasa akan semakin besar. Berdasarkan tabel simulasi yang dibuat menunjukan nilai tegangan lebih paling besar terjadi pada jenis tanah liat yaitu sebesar 2,534 MV.

Kesimpulan [2] Arus puncak dari sambaran petir mempengaruhi tegangan lebih yang terjadi. Hubungan antara arus puncak dari sambaran petir dengan tegangan lebih yang terjadi pada kawat fasa adalah semakin besar arus puncak dari sambaran petir maka nilai dari tegangan lebih yang terjadi akan semakin besar. Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan, nilai paling besar terjadi ketika arus puncak dari sambaran adalah 150 ka.

Kesimpulan [3] Hubungan antara tegangan lebih yag terjadi akibat sambaran petir dengan waktu muka dari sambaran petir adalah semakin besar waktu muka dari sambaran petir maka nilai dari tegangan lebih yang terjadi akan semakin kecil. Berdasarkan simulasi yang dilakukan tegangan lebih paling besar terjadi ketika nilai muka dari sambaran petir adalah 1 µs dan nilai paling kecil dari tegangan lebih akibat sambaran petir terjadi ketika waktu muka gelombang petir saat 3 µs.

Kesimpulan [4] Hubungan antara tegangan lebih yag terjadi akibat sambaran petir dengan waktu ekor dari sambaran petir adalah berbanding terbalik. Semakin besar waktu ekor dari sambaran petir maka nilai dari tegangan lebih yang terjadi akan semakin kecil. Berdasarkan simulasi yang dilakukan tegangan lebih paling besar terjadi ketika nilai ekor dari sambaran petir adalah 30 µs dan nilai paling kecil dari tegangan lebih akibat sambaran petir terjadi ketika waktu ekor gelombang petir saat 75 µs.

S.E.K.I.A.N